Anda di halaman 1dari 20

PROYEKSI STEREOGRAFI

(Laporan Praktikum Geologi Struktur)

Oleh
Dwi Prasetyo
1315051016

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Proyeksi Stereografi

Tanggal Praktikum : 28 Mei 2014

Tempat Praktikum : Laboratorium Geofisika

Nama : Dwi Prasetyo

NPM : 1315051016

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 4 (Empat)

Bandar Lampung, 28 Mei 2014


Mengetahui,
Asisten

Medi Kurnia Putri


NPM. 1215051038

i
Proyeksi Stereografi

Oleh
Dwi Prasetyo

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum mengenai proyeksi stereografi oleh praktikan Teknik


Geofisika angkatan 2013 pada hari kamis, 28 Mei 2014 lalu. Laporan ini
memaparkan tentang proses dan hasil yang terbentuk dalam proyeksi stereografi
selama praktikan melakukan praktikum. Praktikum ini dilakukan agar praktikan
dapat menggambarkan proyeksi dari bentuk permukaan bumi ini dengan
menggunakan metode yang telah ditetapkan sehingga mampu memperlihatkan
bentuk muka bumi pada sebuah bidang datar yang dibantu dengan menggunakan
proyeksi berbentuk lingkaran, dan berawal dari proyeksi bidang pada permukaan
bola (sphere). Dengan menggunakan jangka, alat tulis, kertas kalkir, penggaris
dan jaring stereografi wulfnet, praktikan dapat membuat proyeksi dengan baik dan
benar yang dipandu oleh pembimbing serta sebuah buku panduan. Sehingga pada
akhir praktikum, praktikan memeroleh berbagai macam gambar yang telah di
proyeksikan dengan arah jurus dan kemiringan yang telah ditentukan. Sehingga
pada proyeksi terdapat sebuah garis yang saling berpotongan dengan garis yang
membentuk sebuah sudut. Mencari sudut inilah yang menjadi tujuan utama dari
proyeksi stereografi ini. Dan sudut kemiringan semu yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah 30°. Ini berarti praktikum yang dilakukan berhasil dilakukan
karena hanya selisih 1° dengan yang semestinya yakni 31°. Kesalahan tersebut
bisa terjadi karena kekurang telitian dalam pengukuran. Untuk gambar lain, yakni
penggambaran bidang dan garis tidak ada angka yang dicari hanya praktikan
diminta menggambarkannya sesuai prosedur yang tertera serta mencocokan hasil
akhirnya dengan gambar yang telah ada di modul praktikum.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................i i

ii
ABSTRAK.........................................................................................................ii

iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv

v
DAFTAR TABEL.............................................................................................v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1 1
2
1.2. Tujuan ...................................................................................................2

BAB II. TEORI DASAR


2.1. Proyeksi Stereografi................................................................................3
2.2. Jenis Proyeksi Stereografi........................................................................... 3
2.3. Lingkaran Primitif................................................................................ 3
4
2.4. Proyeksi Bola................................................................................................
2.5. Proyeksi Peta......................................................................................... 4

BAB III. PROSEDUR PRAKTIKUM


6
3.1. Alat dan Bahan........................................................................................5
3.2. Langkah Kerja........................................................................................68
9
3.3. Diagram Alir...........................................................................................7

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


11
4.1.Hasil Pengamatan........................................................................................1
11
4.2.Pembahasan.................................................................................................

BAB V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Kertas Gambar .............................................................................. 6
Gambar 3.2. Mistar............................................................................................. 6
Gambar 3.3. Jangka .......................................................................................... 6
Gambar 3.4. Pensil.............. ................................................................................7
Gambar 3.5. Kertas Kalkir................................................................................. 7

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1. Tabel hasil pengamatan ............................................................. 11

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geofisika adalah disiplin ilmu yang mempelajari mengenai bumi


menggunakan kaidah-kaidah yang ada dalam fisika. Sebagai seorang
Geofisikawan, kita tidak akan pernah terlepas dari aspek yang berkaitan erat
dengan bumi. Dimana setiap tindakan yang kita lakukan akan selalu
membahas bagaimana keadaan bumi di suatu wilayah yang kemudian dengan
mengetahui bagaimana tepatnya keadaan tersebut kita dapat menganalisa apa
yang terkandung di dalamnya. Ada banyak hal yang tidak akan mampu
dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan bumi yang sebenarnya tanpa
melakukan berbagai pendekatan pendekatan yang mengantarkan kepada hal
yang memudahkan untuk pembacaan keadaan yang sebenarnya, salah satunya
yaitu dengan melakukan proyeksi.

Berangkat dari praktikum praktikum terdahaulu, dimana yang selalu dibahas


berkaitan dengan struktur, baik struktur batuan beserta dengan hal hal
pendukungnya, kemudian juga membahas sesar sebagai gejala alam yang
kemudian mempengaruhi bentuk dari struktur yang terbentuk sehingga
mengalami perubahan berupa lipatan lipatan yang kemudian dilanjutkan
dengan praktikum stereografi ini untuk menggambarkan bagaimana garis dan
bidang yang telah dibahas di bab awal yang saling berpotongan yang
kemudian akan membentuk suatu sudut dengan besar sudut yang susah untuk
diketahui tanpa mempelajari bagaimana cara mendapatkan nilai sudut
tersebut. Selanjutnya untuk mempermudah pencarian nilai tersebut
dilakukanlah analisa analisa dan penggambaran dari perpotongan tersebut
yang diproyeksikan pada sebuah jaring wulfnet yang dilengkapi kotak sudut
serta arah. Sehingga mempermudah praktikan menggambarkan sebuah
Bidang ataupun garis dalam bentuk bola (sphere) dan dilihat hasilnya dari
bidang horizontalnya. Untuk lebih memahami dan mengerti mengenai
proyeksi stereografi dalam mata kuliah Geologi Struktur, maka dilakukanlah
praktikum ini.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari precobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Mahasiswa mengetahui dann memahami proyeksi stereografi.
2. Mahasiswa mampu menggambarkan struktur bidang dan garis pada
stereografi.
3. Mahasiswa mampu menggunakan proyeksi stereografi untuk
menyelesaikan permasalahan geologi struktur.

2
BAB II. TEORI DASAR

2.1. Proyeksi Stereografi

Proyeksi stereografi adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari


permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis.
Proyeksi ini hanya menggambarkan geometri kedudukan atau orientasibidang
dan garis, sehingga hanya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan geometri (besaran arah dan sudut) saja.
Analisisgeometri struktur geologi atau bidang-bidang diskontinu menerapkan
prinsip-prinsip proyeksi stereografi menggunakan bantuan stereonet , berupa
Wulf Net,Schmidt Net, Equal Area Net, Polar Net dan Karlbeek Counting Net.
(Asikin, 1978).

2.2. Jenis Proyeksi Stereografi

Proyeksi Stereografis merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan


bidang dengan suatu permukaan bola (sphere). Yang di pakai sebagai
gambaran posisi struktur di bawah permukaan adalah belahan bola bagian
bawah (bidang horizontal bola). Adapun macam–macam proyeksi strereografi
adalah :
1. Equal angle projection net atau wulfnet.
2. Equal area net atau schmidt net.
3. Orthographic net.
4. Polar Projection.
Polar Projection atau Proyeksi kutub pada dasarnya sama dengan proyeksi
strereografi di mana unsur struktur bumi di gambar pada permukaan bola
bagian bawah dan akan dilihat nantinya pada bagian belahan tengan bola
(horizontalnya) bagian inilah yang memproyeksikan suatu bidang atau garis
(Noor, 2006).
2.3. Lingkaran Primitif

Proyeksi stereografi merupakan proyeksi yang didasarkan padaperpotongan


bidang atau garis dengan suatu bidang proyeksi yang berupa bidang
horizontal yang melalui sebuah bola. Bidang ini akan berbentuk lingkaran,
disebut lingkaran primitif. Lingkaran primitif merupakan proyeksi yang
kedudukannya (dip = 0). Oleh sebab itu, penentuan proyeksi dip untuk bidang
dimulai pada lingkaran luar, dandip 90 terletak pada pusat lingkaran (Selley,
1999).

2.4. Proyeksi Bola

Dalam proyeksi stereografi, yang memproyeksikan bola ke sebuah bidang


datar Proyeksi didefinisikan pada seluruh wilayah, kecuali pada satu titik –
titik proyeksi. Apabila didefinisikan, pemetaan yang halus dan bijektif . Hal
ini konformal , artinya mempertahankan sudut . Hal ini tidak isometrik:
artinya, tidak menjaga jarak atau bidang angka. Secara intuitif, proyeksi
stereografik adalah cara membayangkan bola sebagai Bidang datar, dengan
beberapa aturan yang harus diikuti. Dalam prakteknya, proyeksi dilakukan
oleh komputer atau dengan tangan menggunakan jenis khusus dari kertas
grafik disebut stereonet atau Wulff net dan Schmidtt Net (Yani, 2007).

2.5. Proyeksi Peta

Proyeksi Peta secara Umumnya berdasarkan bidangnya, dibagi menjadi 3


yaitu proyeksi Azimut atau Zenithal, proyeksi silinder, dan proyeksi kerucut.

a. Proyeksi azimut / zenithal adalah bidang proyeksi yang menyinggung bola


pada kutub. proyeksi azimuth normal adalah proyeksi menyinggung bola
bumi bagian kutub apabila menyinggung bola bumi diantara equator dan
kutub proyeksi disebut proyeksi oblique. Dan yang menyinggung bola
bumi bagian equator disebut proyeksi azimut transversal.
b. Proyeksi sillinder adalah bidang proyeksi yang menyinggung bola bumi
pada lingkaran tertentu.proyeksi sillinder transversal adalahsillindernya

5
menyinggung bola bumi dikutub apabila sillindernya menyinggung bola
bumi diantara ekuator dan kutubdisebut proyeksi oblique. jika sillindernya
menyinggung bola bumi ekuator disebut proyeksi normal.

Proyeksi kerucut adalah kerucut yang menyinggung lingkaran


paralel.Proyeksi kerucut normal adalah sumbu kerucut berimpit dengan
sumbu bumi apabila sumbu kerucut tegak lurus dengan sumbu bumi disebut
proyeksi kerucut transversal. dan proyeksi kerucut oblique jika menyinggung
bola bumi antara kutub dan equator (Polo,1993).

5
BAB III. PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Kertas gambar

Gambar 3.1. Kertas Gambar

2. Mistar

Gambar 3.2. Mistar

3. Jangka

Gambar 3.3. Jangka


4. Pensil

Gambar 3.4. Pensil

5. Kertas Kalkir

Gambar 3.5. Kertas Kalkir

3.2. Langkah Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan proyeksi stereografi


kali ini adalah :
A. Cara penggambaran unsur struktur dengan Wulf Net.
1. Meletakan kertas kalkir diatas jaringg wulf net, menggambar
lingkaran luarnya dan memberi tanda mata angin.
2. Menggambar garis jurus melalui pusat lingkaran sesuai dengan harga
jurusnya.
3. Memutar kalkir hingga jurus berimpit dengan garis utara-selatan,
dimana titik utara jaring berimpit harga jurus.
4. Menggambar garis lengkung stereogram sesuai dengan besarnya
kemiringan, dengan besaran 0 dipinggir dan 90 dipusat lingkaran, dan
mengikuti lengkung lingkaran besar pada jaring.
5. Apabila stereogram bidang telah tergambar, memposisikan kembali
kalkir pada posisi semula.

9
B. Penggambaran Struktur Bidang N40°W/30°SW
1. Meletakan kalkir diatas jaring wulf net.
2. Menggambar lingkaran luar wulfnet pada kalkir dan memberi tanda
mata angin (N,E,S,W).
3. Mengukurkan besaran jurus 40° ke arah barat (W) dari utara (N)
4. Menggambar garis jurus.
5. Mengukur sudut kemiringan 30° sepanjang garis barat-timur pada sisi
W.
6. Mengembalikan kalkir pada posisi semula.

C. Penggambaran Struktur Garis 26°, N40°E


1. Meletakan kalkir diatas jaring wulf net.
2. Menggambar lingkaran luar wulfnet pada kalkir dan memberi tanda
mata angin (N,E,S,W).
3. Mengukurkan besaran trend 40° ke timur (E) dari utara (N) tandai
arah garis trend.
4. Memutar garis trend kearah garis barat-timur, mengukur sudut
penujaman 26°.
5. Mengembalikan pada posisi semula, proyeksi digambarkan dalam titik
atau garis.

D. Menentukan Besar Kemiringan Semu Pada Arah N80°E dari Suatu


Bidang N50°E/50°SE.
1. Meletakan kalkir diatas jaring wulf net.
2. Menggambar lingkaran luar wulfnet pada kalkir dan memberi tanda
mata angin (N,E,S,W).
3. Memutar posisi kalkir ke arah 50° arah barat-timur.
4. Menggambarkan kedudukan bidang putar transparan 50° searah garis
barat-timur pada sisi E, menggambar stereogramnya.
5. Mengembalikan posisi kalkir pada posisi awal, menandai arah N80°E.
6. Memutar arah pada sisi E, membaca besaran sudut.
7. Mendapatkan kemiringann semu 31°.

9
3.3. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kami kali ini adalah :
A. Cara Penggambaran Unsur Struktur dengan Wulf Net.

Kalkir diletakan diatas


wulf net, diberi tanda
mata angin.

Garis jurus digambar


melalui pusat lingkaran.

Kalkir diputar hingga


jurus berimpit N-S.

Garis lengkung
stereogram digambar
sesuai besar kemiringan

Posisi Kalkir
dikembalikan ke posisi
awal.

Hasil

B. Penggambaran Struktur bidang N40°W/30°SW.

Kalkir diletakan diatas


wulf net, diberi tanda
mata angin.

Besaran jurus diukur 40°


ke arah W dari arah N.

Garis jurus digambarkan

Sudut kemiringan diukur


30° sepanjang garis W-E
di sisi W.

Hasil

9
C. Penggambaran Struktur Garis 26°, N40°E.

Kalkir diletakan diatas


wulf net, diberi tanda
mata angin.

Besaran trend diukur 40°


ke arah timur dari utara.

Trend diputar ke garis


batar-timur dan diukur
sudut 26°.

Posisi kalkir dikembalikan


ke posisi semula. Proyeksi
digambarkan titik atau
garis.

Hasil
D. Menentukan Besar Kemiringan Semu Pada Arah N80°E dari Suatu Bidang
N50°E/50°SE.
Kalkir diletakan diatas
wulf net, diberi tanda
mata angin.

Memutar kalkir 50°


searah barat-timur.

Kedudukan bidang
digambar pada kalkir 50°
searah garis barat-timur
pada sisi E, stereogram
digambar.

Mengembalikan kalkir di
posisi semula, arah N80°E
ditandai.

Arah tanda diputar sisi E.

Hasil

10
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Kedudukan
Proyeksi
Jurus Kemiringan
Bidang N 40° W 30° SW
Garis N 40° E 26°
Bidang kemiringan N 80° E
50°SE
semu. N 50° E
Tabel 4.1. Tabel hasil Pengamatan.

4.2. Pembahasan

Setelah mendapatkan pengarahan dari pembimbing dan mengetahui apa yang


dimaksud dengan proyeksi stereografi serta memahami fungsinya, dengan
disertai sebuah buku panduan yang berisi pengantar paraktikan dapat
membuat gambar proyeksi stereografi sesuai dengan data yang dimiliki
berupa data arah dan penunjaman dari sebuah struktur bidang dan sebuah data
dari struktur garis. Dengan berbekalkan ilmu pengetahuan serta alat alat yang
telah dipersiapkan praktikan dapat membuat gambar proyeksi stereografi
diatas secari kertas kalkir.

Pada awal praktikum, asisten menjelaskan terlebih dahulu secara ringkas


terkait mengenai proyeksi stereograsi, beik itu pengertian, fungsi dan lain
sebagainya. Lalu, asisten menjelaskan praktikum secara umum dan jalannya
praktikum nanti akan seperti apa. Setelah pemaparan dari asisten selesai,
praktikum dimulai. Praktikan diminta menyiapkan alat dan bahan untuk
praktikum dan memotong kalkir A3 ke ukuran A4 agar mudak diputar untuk
memproyeksikan bidang atau garis. sebelumnya, asisten membagikann jaring
wulf net ke praktikan. Jaring yang dibagikan terdapat jaring berkotak besar
dan jaring berkotak kecil.

14
Praktikumm dimulai dengan terlebih dahulu menggambarkan proyeksi bidang
pada jaring wulf net berkotak besar yakni penggambaran struktur bidang
dengan kedudukan N40°W/30°SW. Lalu Praktikum dilanjutkan dengan
memproyeksikan struktur garis 26°, N40°E pada proyeksi stereografi dan
diakhiri dengan penggambaran struktur bidang untuk menentukan kemiringan
semu pada suatu bidang dengan arah kedudukan N80°E dari suatu bidang
N50°E/50°SE. Saya mendapatkan hasil kemiringan semu sebesar 30° disini,
ini berarti meleset 1° dari referensi yang diberikan pada buku panduan
praktikum. Ketidak tepatan ini dimungkinkan terjadi karena kesalahan mata
pengamat dalam menjalankan praktikum atau pula kesalahan pembacaan
drajat pada jaring wulf net mengingat jaring wulf net berkotak kecil yang
kami gunakan berukuran kecil.

Pembelajaran mengenai proyeksi stereografi ini sangat penting dipelajari bagi


seorang mahasiswa geofisika ataupun geologi. Karena proyeksi ini nantinya
akan sangat membantu daslam kasus tertentu yang terjadi di lapangan. Seperti
mengetahui posisi kedudukan sumur bot yang diproyeksikan ataupun
kedudukan batubara pada suatu bidang lapisan. Di sisi lain, inti dari
pembelajaran proyeksi stereografi ini sendiri sesuai dengan tujuan praktikum
yakni agar mahasiswa nantinya mampu memahami mengenai proyeksi
stereografi, mahasiswa mampu menggambarkan, menggunakan dan membaca
struktur bidang ataupun garis yang diproyeksikan di dalam proyeksi
stereografi, serta mahasiswa nantinya diharapkan mampu menggunakan
proyeksi stereografi dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam
geologi struktur. Seutuhnya, mahasiswa diharapkan mampu memahami,
menggunakan dan membaca proyeksi stereografi sebagai bekal bekerja
nantinya setelah lulus dari studi teknik geofisikanya dan menjadi seorang
geofisis.

Sejarah proyeksi stereografi ini sangatlah panjang

14
BAB V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat saya tarik dari pelaksanaan praktikum saya adalah
sebagai berikut :
1. Dengan melakukan penggambaran bentuk muka bumi dengan
memanfaatkan proyeksi stereografi, dapat mempermudah kita dalam
memahami dan menganalisa bagaimana bentuk yang sebenarnya pada
bidang perlapisan atau garis geologi di bumi ini.
2. Proyeksi ini hanya menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi
bidang dan garis, sehinggahanya memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri (besaran arah dan
sudut) saja.
3. Proyeksi stereografi merupakan cara pendekatan deskripsi yang efisien
untuk menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara
langsung.
4. Proyeksi Stereografi digunakan untuk menggambarkan geometri
kedudukan atau orientasi bidang dan garis.
5. Dengan menggunakan proyeksi ini kita dapat mengetahui sudut yang
terbentuk antara struktur garis dan struktur bidang yang diproyeksikan.
6. Hasil pengamatan kemiringan semu pada suatu bidang menghasilkan
pembacaan sebesar 30°, meleset 1° dari referensi yang dimuat pada buku
panduan. Ini kemungkinan disebabkan dari kesalahan pengamatan ataupun
kesalahan pembacaan.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukandar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur . Bandung. Institut


Teknologi Bandung.

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Polo, L., dkk.. 1993. Analisis pola & karakter kekar untuk menentukan struktur
geologi sesar dan kondisi fisik batuan. Bandung : UNPAD.

Selley, Richard C. 1999. Unsur Geologi Petroleum (diterjemahkan oleh Arrifin


samsuri). Universitas Teknologi Malaysia : Skudai.

Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2007. Geologi Struktur : Analisis Proyeksi
Stereografi. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai