Oleh :
AHMAD FAUZI
115.200.030
KELOMPOK 5
Disusun Oleh :
Ahmad Fauzi
115.200.030
ACC 1 ACC 2
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
pratikum resmi dengan judul “Laporan Pratikum Topografi : Konsep Dasar Alat
dan Prinsip Poligon”. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pratikum Perpetaan.
Dengan terselesainya laporan praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini, khususnya kepada :
Ahmad Fauzi
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................... 2
iv
4.2.1 Tabel Koreksi Poligon................................................ 23
4.2.2 Tabel Koreksi Sudut Dalam.........................................24
4.2.3 Tabel Koreksi Beda Tinggi..........................................24
4.2.4 Koreksi Poligon............................................................24
4.2.5 Koreksi Sudut Dalam...................................................24
4.2.6 Koreksi Beda Tinggi....................................................25
4.3 Peta Poligon Sistem Azimuth..........................................25
4.4 Peta Poligon Sistem Koordinat.......................................25
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................26
5.2 Saran............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Perhitungan Manual
LAMPIRAN B. Peta Poligon Sistem Azimuth (Manual)
LAMPIRAN C. Peta Poligon Sistem Koordinat (Manual)
LAMPIRAN D. Lembar Konsultasi 1 & 2
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagian – Bagian dari Alat Total Station ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2.2 Langkah Pengukuran Total Station .. Error! Bookmark not defined.
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Di dalam proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal
(pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar
antara titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka
dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut, dan
koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah
yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis-
garis yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dengan metode poligon, posisi
titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam
poligon.Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan,
pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan
dengan pengukuran detail situasi. Maka diperlukan pemahaman tentang konsep
dam prinsip dari alat alat dan metode yang digunakan dalam kegiatan pemetaan
topografi itu sendiri.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
2.1.1 Bagian Bagian Alat Total Station
Sentringalat Membuatnama
JOB
MenentukanAz
imuth Inputinformasi
titiktempatber
diri
Ukurtitik target
Menampil data
dengan mode sudut
di alat
dan jarak, dana tau
koordinat (x,y,z)
Download ke
Mengolah data lapangan
computer
di komputer
Pengukuran dimulai dengan menyiapkan alat ukur, titik ikat dan penentuan
rambu.setelah alat siap, pengukuran diawali dengan perekaman data di tempat alat
berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatatn data di
rambu BT,BA,BB serta sudut miringnya.
4
Tempatkan alat ukur (total station) di atas titik kerangka dasar dan di atur
sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catatt tinggi alat di atas titik.
Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakan rambu dengan bantuan nivo kotak.
Arahkan teropong ke rambu ukur sehinga bayangan tegak garis diafragma
berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan
mendatar teropng.
Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah
jarum tersebut berhenti bergerak, catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik
bidik. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca benang tengah
pada rambu titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh
merupakan beda tinggi yang sebenarnya.
5
Gambar 2.4 Perhitungan Dasar
BA'− BT
▪ BA'− BT COSi =
BA − BT
( BA − BT ) COSi = BA'− BT
BA' = ( BA − BT ) COSi + BT …………………………..(2-1)
BT − BB '
▪ BT − BB ' COSi =
BT − BB
( BT − BB ) COSi = BT − BB '
BB ' = BT − ( BT − BB ) COSi ………………………….(2-2)
6
▪ Jadi :
XB = XA + dABx * Sin AB
YB = YA + dABx * Cos AB
▪ Catatan :
XA dan YA = Hasil pengolahan data polygon.
dABx = Hasil pengolahan data tachymetry.
AB = Hasil pembacaan sudut horizontal (azimuth) theodolite.
O' BT
▪ Sini = = O' BT = d AB Sini
d AB
7
• Jadi :
TB = Tinggi alat + HAB
• Catatan :
H alat = Hasil pengolahan data sipat datar
HAB = Hasil pengolahan data tachymetri
2.3 Poligon
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus
sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau
poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan
sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu
letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan
manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti
danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan
pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y)
di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu
Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon harus cukup teliti
mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat
tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.
A. Poligon Terbuka
Poligon terbuka ini adalah polygon yang memiliki titik awal dan titik
akhirnya tidak berhimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon terbuka ini
terbagi lagi seperti berikut:
1) Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik
yang tetap.
8
Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Dimana :
A, B, S, T :Tertutup
1,2,3,....n :titik yang akan ditentukan koordinatnya
DA1,...,DnB : Jarak sisi-sisi polygon
S1, S2,...,Sn :sudut
𝛼 A1, 𝛼BT : azimuth awal dan azimuth akhir
9
Gambar 2.7 Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Dimana :
A, n :Titik tetap
1,2,....,n :titik yang akan ditentukan koordinatnya
DA1, D12,... : Jarak antar titik
S1, S2,...,Sn :sudut
𝛼.A1 : azimuth awal dan azimuth akhir
Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan
persyaratan geometris, sebagai berikut :
Keterangan :
𝛼 akhir : azimuth akhir
𝛼 awal : azimuth awal
∑S : jumlah sudut
f(S) : kesalahan sudut
3) Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga hanya
dapat dilakukan koreksi sudut dengan menggunakan persamaan (1-4) dan tanpa
ada pengikatan titik.
10
Gambar 2.8 Poligon Terbuka Sempurna
Dimana :
D12, D23 , … : Jarak sisi-sisi polygon
S2, S3, … :sudut
𝛼 12 : azimuth awal dan azimuth akhir
Keterangan :
∑S : jumlah sudut
𝛼 akhir : azimuth akhir
𝛼 awal : azimuth awal
11
Gambar 2.9 Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth
Keterangan :
A (XA;XY) : koordinat awal
1,2,.. : titik-titik poligon
S1,S2,... : sudut
A1 : azimuth awal
12
Gambar 2.10 Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
Keterangan :
A(XA;YA) : koordinat awal
DA1,D12,... : jarak pengukuran
B(XA;XB) : koordinat akhir
S1,S2,... : sudut antara titik
B. Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir
berada pada titik yang sama.
Keterangan :
13
D12,d23... : jarak pengukuran sisi poligon
Keterangan :
∑S : Jumlah sudut
∑d Sin 𝛼 : Jumlah ∆X
∑d Cos 𝛼 : Jumlah ∆Y
F(S) : Kesalahan Sudut
F(X) : Kesalahan Koordinat X
F(Y) : Kesalahan Y
14
Jumlah sudut dalam poligon = (n-2) 180॰.Jika jumlah sudut dalam dari
poligon hasil penggambaran tidak sama dengan (n-2) 180॰, berarti perlu ada
koreksi yang dilakukan dalam sudut dalam.
Keterangan :
BM : Banch Mark
15
Syarat : Σβ −n.180 + fβ = 0
Kesalahan : Fβ = - (Σβ −n.180)
Agar jumlah ukuran sudut memenuhi syarat sudut maka setiap sudut
ukuran harus dikoreksi sebesar
𝑓β
Vβi = 𝑛
b. Koreksi absis
• Poligon terbuka
Syarat : Xakhir – Xawal = Σ∆X + Fx
Kesalahan : Fx = (Xakhir- Xawal) - ∑𝑛𝑖=1 ∆Xi
• Poligon Tertutup
Syarat : Σdij sin Aij + f x = Σ∆Xij + f x = 0
Kesalahan : f x =- ∑𝑛𝑖=1 ∆Xi
maka besarnya koreksi untuk setiap absis adalah sebagai berikut
𝑑𝑖
Vxi = Σdi .(-fx)
Harga definitive
16
∆̅𝑋𝑖 = ∆𝑥𝑖 + 𝑉𝑥𝑖
Keterangan :
Yakhir = Ordinat Akhir
Xawal = ordinat awal
∆̅𝑋𝑖 = Σd. 2. cos
Fx = Faktor Kesalahan odinat
c. Koreksi ordinat
• Poligon terbuka
Syarat : Yakhir-Yawal = Σ∆Y + Fy
Kesalahan : Fy = ∑𝑛𝑖=1 ∆Yi
• Poligon Tertutup
Syarat : Σd12 cos 12 + fy = ∆̅𝑌𝑖2 + fy = 0
Kesalahan : f y =- ∑𝑛𝑖=1 ∆Yi
Harga definitive
∆̅𝑌𝑖 = ∆𝑦𝑖 + 𝑉𝑦𝑖
Keterangan
Yakhir = Ordinat Akhir
Y awal = ordinat awal
∆̅𝑌𝑖 = Σd. 2. cos
Fy = Faktor Kesalahan ordinat
17
diharapkan dapat menggantikan peran alat ukur Sipat Datar dan dapat menghemat
waktu pengukuran. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan alat Sipat Datar, Total
Station mempunyai ketelitian yang lebih rendah dalam melakukan pengukuran
beda tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya besaran-besaran yang harus diukur
dibandingkan dengan alat Sipat Datar, sehingga memberikan konstribusi
kesalahan yang lebih besar (Parseno, 1998). Dikarenakan pengukuran beda tinggi
dengan prinsip trigonometrik menghasilkan ketelitian yang lebih rendah, namun
penggunaan Total Station memiliki kelebihan yaitu praktis digunakan di lapangan
baik di medan yang datar maupun di medan yang bervariasi atau berundak-undak.
Perhitungan beda tinggi harus memperhatikan tinggi alat, tinggi
target/rambu, Y yang telah diperoleh pada bagian perhitungan dasar. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung beda tinggi:
SH = Talat + Y-T rambu | 2 AH = AH,+ AH,+ AH, [ | 2 AH]
= | AH, |+ | AH ,|+| 4H, |
KOREKSI AH = |(AH x = AH)/ | £ AH] | |
Apabila:
| z AH = negatif maka, AH terkoreksi = AH + koreksi AH
AH = positif maka, AH terkoreksi = AH — koreksi AH
H = AH terkoreksi + (Z)
Hasil akhir yang diperoleh dari koreksi beda tinggi adalah ketinggian
(elevasi) dari tiap BM
18
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Microsoft Excel
Mencari Ha dan D
KoreksiPoligon
Koreksi Ha KoordinatTitikPlotingX,Y, Z
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
19
3.2. Pembahasan Diagram Alir
1. Mengoperasikan Microsoft Excel dan menginput data lapangan.
3. Melakukan koreksi sudut dalam, koreksi poligon, dan koreksi beda tinggi
5. Menghasilkan output peta poligon sistem koordinat dan peta poligon sistem
koordinat.
20
BAB IV
a. Perhitungan Ha
Ha
Degrees Minute Second Decimal
164 58 2 164.967
344 58 2 344.967
107 46 26 107.774
287 46 24 287.773
312 49 29 312.825
132 48 29 132.808
b. Perhitungan Va
VA
Degrees Minute Second Decimal
90 57 58 90.966
89 13 21 89.223
88 14 36 88.243
91 29 32 91.492
90 31 33 90.526
89 33 15 89.554
21
c. Perhitungan α, D, dan D rata-rata
D
α SD D Rata-
rata
-0.966 33.24 33.2352747
33.505
0.778 33.77 33.76689079
1.757 30.71 30.69556724
30.685
-1.492 30.66 30.64960225
-0.526 59.30 59.29750269
59.260
0.446 59.22 59.21820718
Y ∆H
Y ∆H Rata-
Rata-rata
rata
-0.56046 -0.48
-0.051 -0.509
0.458243 0.54
0.941409 1.02
0.071 0.870
-0.79842 -0.72
-0.54422 -0.46
-0.042 -0.503
0.460802 0.54
∑ -0.142
│∑│ 1.882
∆H ∆H
Koreksi Terkoreksi
0.038 -0.471
0.066 0.936
0.038 -0.465
22
0.142 0.000
0.142
23
4.2.2. Tabel Koreksi Sudut Dalam
24
absis ini bernilai negative maka absis terkoreksi dihitung dengan cara
menambahkan absis dengan koreksi absisnya, ini berlaku juga dengan data
ordinat. D terkoreksi didapat dengan akar dari absis terkoreksi dikuadratkan
ditambah dengan ordinat terkoreksidikuadratkan. Pengolahan koreksi Ha sesuai
dengan nilai absis terkoreksi dan ordinat terkoreksi
Koreksi sudut dalam didapatkan data sudut dan sudut dalam terkoreksi.
Sudut didapat melalui pengolahan decimal Ha dan sudut dalam terkoreksi
didapatkan melalui pengurangan nilai sudut dengan nilai │Σ│sudut dalam.
25
Tahap penggambaran poligon yaitu dengan memperhatikan koordinat X
dan Y untuk plotting titik dan juga memperhatikan besar sudut yang sudah
diperoleh dari data Ha terkoreksi. Besar sudut yang benar sangat berpengaruh
terhadap pembentukan poligon.
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang di gambar
pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
dengan simbol sebagai penjelas.
2. Survei topografi (topographic surveying) merupakan pemetaan permukaan
bumi fisik dan kenampakan hasil budaya manusia dan proses pemetaan
yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan
peralatan survei teristris.
3. Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan,
pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon.
4. Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak
sehingga mudah disesuaikan dengan kondisi lapangan.
5. Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara
elektronik antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic
Distance Measurement).
6. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil data Ha
Va. u. Y. H. koreksi sudut dalam, koreksi polygon dan koreksi beda tinggi.
4.2. Saran
26
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
laporan penelitian ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rosalina, Githa Eka. 2015. Studi Penerapan Model Koreksi Beda Tinggi Metode
Trigonometri pada Titik-Titik Jaring Pemantau Vertikal Candi Borobudur
dengan Total Station. Bogor : Badan Informasi Geospasia
27
Tim Penyusun, 2021. Modul Bahan Ajar Praktikum Perpetaan Topografi.
Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta : Yogyakarta.
Wardhana, yudha praktika kusuma. 2015. Pembaruan peta dan SIG Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang : Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semaran
LAMPIRAN
28