Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM PERPETAAN TOPOGRAFI

KONSEP DASAR ALAT DAN PRINSIP POLIGON

Oleh :
AHMAD FAUZI
115.200.030
KELOMPOK 5

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

KONSEP DASAR ALAT DAN PRINSIP POLIGON

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Perpetaan


Topografi selanjutnya, tahun ajaran 2020/2021, Program Studi Teknik Geofisika,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.

Disusun Oleh :

Ahmad Fauzi

115.200.030

ACC 1 ACC 2

Asisten Perpetaan Topografi Asistensi Perpetaan Topografi

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
pratikum resmi dengan judul “Laporan Pratikum Topografi : Konsep Dasar Alat
dan Prinsip Poligon”. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pratikum Perpetaan.
Dengan terselesainya laporan praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini, khususnya kepada :

1. Kepada Bapak Ardian Novianto, ST., MT sebagai dosen pembimbing.


2. Kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.
3. Dan para asisten laboratorium perpetaan topogtafi, serta teman-teman yang
saling membantu dalam menyelesaikan laporan resmi praktikum ini.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.

Padang, 29Agustus 2021

Ahmad Fauzi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................... 2

BAB II. DASAR TEORI


2.1 Konsep Dasar Alat....................................................................... 3
2.2 Perhitungan Dasar........................................................................ 5
2.3 Poligon......................................................................................... 8
2.4 Koreksi Data............................................................................... 14
2.4.1 Koreksi Sudut Dalam................................................. 14
2.4.2 Koreksi Poligon........................................................... 15
2.4.3 Koreksi Beda Tinggi................................................... 17

BAB III. METODOLOGI


3.1 Diagram Alir.............................................................................. 19
3.2 Pembahasan Diagram Alir....................................................... 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Perhitungan Dasar...................................................................... 21
4.1.1 Tabel Perhitungan Dasar........................................... 21
4.1.2 Perhitungan Dasar....................................................... 23
4.2 Perhitungan Poligon.................................................................. 23

iv
4.2.1 Tabel Koreksi Poligon................................................ 23
4.2.2 Tabel Koreksi Sudut Dalam.........................................24
4.2.3 Tabel Koreksi Beda Tinggi..........................................24
4.2.4 Koreksi Poligon............................................................24
4.2.5 Koreksi Sudut Dalam...................................................24
4.2.6 Koreksi Beda Tinggi....................................................25
4.3 Peta Poligon Sistem Azimuth..........................................25
4.4 Peta Poligon Sistem Koordinat.......................................25

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................26
5.2 Saran............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Perhitungan Manual
LAMPIRAN B. Peta Poligon Sistem Azimuth (Manual)
LAMPIRAN C. Peta Poligon Sistem Koordinat (Manual)
LAMPIRAN D. Lembar Konsultasi 1 & 2

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian – Bagian dari Alat Total Station ......... Error! Bookmark not
defined.

Gambar 2.2 Langkah Pengukuran Total Station .. Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Konsep Dasar Alat ............................................................................. 5

Gambar 2.4 Perhitungan Dasar .............................................................................. 6

Gambar 2.5 Perhitungan Dasar dengan Konsep Phytagoras ................................. 7

Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sempurna ................................................... 9

Gambar 2.7 Poligon Terbuka Terikat Sepihak .................................................... 10

Gambar 2.8 Poligon Terbuka Sempurna ............................................................. 11

Gambar 2.9 Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth ........................................... 12

Gambar 2.10 Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat ....................................... 13

Gambar 2.11 Poligon Tertutup ............................................................................ 13

Gambar 2.12 Koreksi sudut dalam.......................................................................15

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perhitungan Ha……………………………………………… 21


Tabel 4.2 Perhitungan Va……………………………………………… 21
Tabel 4.3 Perhitungan Perhitungan α, D, dan D rata-rata……………. 22
Tabel 4.4 Perhitungan Y, Y rata-rata, ΔH, ΔH rata-rata……………… 22
Tabel 4.5 Perhitungan ΔH Koreksi dan Terkoreksi…………………… 22
Tabel 4.6 Tabel Koreksi Poligon……………………………………….. 23
Tabel 4.7 Tabel Koreksi Sudut Dalam………………………………… 23
Tabel 4.8 Tabel Koreksi Beda Tinggi………………………………….. 24

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi geografis bumi tidak merata seperti apa yang kita lihat dari peta atlas
ataupun globe. Kondisi permukaan bumi memiliki ketinggian yang berbeda.
Perbedaan ketinggian tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis dan juga
pergerakan lempeng bumi. Akibat dari pergerakan lempeng tersebut timbul
adanya pegunugan,bukit, lembah, dataran tinggi ataupun dataran rendah.Seiring
dengan pesatnya pertumbuhan ekonomu dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan sumber
daya alam, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayanh dalam skala yang lebih detail
merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan. Maka diadakan suatu kegiatan pemhimpunan data
georafi tersebut agar dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, yaitu pemetaan. Pemetaan
adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa fakta, dunia
nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya alamnya,
berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka
Bumi yang disajikan.
Salah satu hasil dari kegiatan pemetaan adalah peta Topografi. Peta topografi
juga bisa disebut sebagai peta umum sebab dalam peta topografi tersebut unsur-
unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk
menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut
sudah tentu dengan perhitungan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk
bermacam-macam tujuan. Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang
digunakan sebagai sarana perencanaan umum untuk suatu perkerjaanperencanaan
pengembangan suatu wilayah.
Pemetaan khusus untuk bidang tertentu biasanya dilakukan di kawasan yang
sempit, sehingga bumi masih dianggap bidang datar dan distorsi yang disebabkan
kelengkungan bumi dapat diabaikan. Pemetaan dilakukan dengan menentukan
titik-titik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan terlebih
dahulu sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.

1
Di dalam proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal
(pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar
antara titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka
dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut, dan
koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah
yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis-
garis yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dengan metode poligon, posisi
titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam
poligon.Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan,
pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan
dengan pengukuran detail situasi. Maka diperlukan pemahaman tentang konsep
dam prinsip dari alat alat dan metode yang digunakan dalam kegiatan pemetaan
topografi itu sendiri.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Praktikum Perpetaan Topografi : Konsep Dasar Alat dan Prinsip Poligon
adalah agar dapat memahami dan mengerti konsep dasar dari alat alat dan metode yang
digunakan dalam pemetaan topografi . Konsep dasar ini meliputi pengertian, kegunaan, fungsi
dalam pemetaan, dan cara kerja alat.
Tujuan dari Praktikum Perpetaan Topografi adalah agar dapat menggunakan alat Total
station dengan benar dan dapat melakukan pengolahan data Poligon dalam kegiataaan pemetaan
topografi.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Konsep dasar alat


Total station adalah perangkat elektronik yang merupakan gabungan
antara theodolite elektronik dengan alat pengukur jarak eletronik dan pencatat
data elektronik.alat ini secara otomatis dapat menentukan sudut vertical, sudut
horizontal, dan jarak miringnya.
Total station dapat mengukur jarak horizontal dan vertical secara dan
vertical secara mendatar maupun miring. Fungsi dasar dari alat ini yaitu dapt
menyimpan data pekerjaan dengan skala yang besar. Fungsi dari total station
dikendalikan oleh mikroprosesor, yang diakses sebagai keyboard dan display (Gill
dan Ashwan, 2016).
Alat total station mengkombinasikan tiga komponen dasar yang disatukan,
yaitu pengukuran jarak optis, pengukuran sudut elektronik, dan computer. Dari
penggunaan total station, akan diperoleh nilai koordinat x,y,z dari ppembacaan
sudut dan jarak yang dilakukan secara otomatis dan akan tersimpan pada memori
alat.
Selain itu, pada total station ini memiliki beberapa ciri khas atau
karakteristik, yaitu:
a. Pengamatan dilakukan secara otomatis, artinya dalam sekali penyetelan alat
sudut vertical dan horizontal serta jarak miringnya dapat diketahui.
b. Perhitungan yang cepat pada komponen horizontal dan vertical, elevasi dan
koordinat titik yang diamati.
c. Tampilan data pada LCD informative dan penyimpanan data bisa internal dan
eksternal
d. Dapat digunakan pada berbagai tahapan survei, baik pada pendahuluan, titik
control dan pematokan.

3
2.1.1 Bagian Bagian Alat Total Station

Gambar 2.1 Bagian – Bagian dari Alat Total Station

2.1.2 Langkah Pengukuran Dengan Total Station

Sentringalat Membuatnama
JOB

MenentukanAz
imuth Inputinformasi
titiktempatber
diri
Ukurtitik target
Menampil data
dengan mode sudut
di alat
dan jarak, dana tau
koordinat (x,y,z)

Download ke
Mengolah data lapangan
computer
di komputer

Gambar 2.2 Langkah Pengukuran Total Station

Pengukuran dimulai dengan menyiapkan alat ukur, titik ikat dan penentuan
rambu.setelah alat siap, pengukuran diawali dengan perekaman data di tempat alat
berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatatn data di
rambu BT,BA,BB serta sudut miringnya.

4
Tempatkan alat ukur (total station) di atas titik kerangka dasar dan di atur
sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catatt tinggi alat di atas titik.
Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakan rambu dengan bantuan nivo kotak.
Arahkan teropong ke rambu ukur sehinga bayangan tegak garis diafragma
berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan
mendatar teropng.
Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah
jarum tersebut berhenti bergerak, catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik
bidik. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca benang tengah
pada rambu titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh
merupakan beda tinggi yang sebenarnya.

2.2 Perhitungan Dasar


Secara umum rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Konsep Dasar Alat

5
Gambar 2.4 Perhitungan Dasar

BA'− BT
▪ BA'− BT  COSi =
BA − BT
( BA − BT )  COSi = BA'− BT
BA' = ( BA − BT )  COSi + BT …………………………..(2-1)
BT − BB '
▪ BT − BB '  COSi =
BT − BB
( BT − BB )  COSi = BT − BB '
BB ' = BT − ( BT − BB )  COSi ………………………….(2-2)

▪ BA’ = (BA – BT) * COS I + BT


BB’ = BT – (BT – BB) * COS i
(BA’ – BB’) = (BA – BT + BT – BB) * COS i
= (BA – BB) * COS i…………………………..(2-3)

▪ dABx = dAB * COS i * 100


dABx = (BA – BB) * COS i * COS i * 100
dABx = (BA – BB) * COS2 i * 100………………….(2-4)

6
▪ Jadi :
XB = XA + dABx * Sin AB
YB = YA + dABx * Cos AB

▪ Catatan :
XA dan YA = Hasil pengolahan data polygon.
dABx = Hasil pengolahan data tachymetry.
AB = Hasil pembacaan sudut horizontal (azimuth) theodolite.

Gambar 2.5 Perhitungan Dasar dengan Konsep Phytagoras

O' BT
▪ Sini = = O' BT = d AB  Sini
d AB

▪ HAB = Tinggi alat + O’BT – BT


HAB = Tinggi alat + dAB * Sin I – BT → Tinggi alat +
(BA – BB) * Cos i * Sin i * 100– BT
HAB = Tinggi alat + (BA – BB) * Sin 2i * ½ * 100 – BT
HAB = Tinggi alat + (BA- BB) * Sin 2i * 50 – BT……(2-5)

7
• Jadi :
TB = Tinggi alat + HAB

• Catatan :
H alat = Hasil pengolahan data sipat datar
HAB = Hasil pengolahan data tachymetri

2.3 Poligon
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus
sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau
poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan
sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu
letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan
manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti
danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan
pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y)
di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu
Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon harus cukup teliti
mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat
tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.

A. Poligon Terbuka
Poligon terbuka ini adalah polygon yang memiliki titik awal dan titik
akhirnya tidak berhimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon terbuka ini
terbagi lagi seperti berikut:
1) Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik
yang tetap.

8
Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Dimana :
A, B, S, T :Tertutup
1,2,3,....n :titik yang akan ditentukan koordinatnya
DA1,...,DnB : Jarak sisi-sisi polygon
S1, S2,...,Sn :sudut
𝛼 A1, 𝛼BT : azimuth awal dan azimuth akhir

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi poligon terbuka terikat sempurna :


1. ∑S + F(S) = (𝛼 akhir- awal) + (n-1) x 180 .....(1-1)
2. ∑d Sin 𝛼 + F(X) = Xakhir – Xawal........................(1-2)
3. ∑d cos 𝛼 + F(Y) = Yakhir - Y awal........................(1-3)
Keterangan
∑S : jumlah sudut
∑d : jumlah jarak
𝛼 : azimuth
F(S) : kesalahan sudut
F(X) : kesalahan koordinat X F(Y) : kesalahan koordinat Y

2) Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada pada
titik yang tetap..

9
Gambar 2.7 Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Dimana :
A, n :Titik tetap
1,2,....,n :titik yang akan ditentukan koordinatnya
DA1, D12,... : Jarak antar titik
S1, S2,...,Sn :sudut
𝛼.A1 : azimuth awal dan azimuth akhir

Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan
persyaratan geometris, sebagai berikut :

∑S + F(S)= (𝛼 akhir – awal) + n x 1800............(1-4)

Keterangan :
𝛼 akhir : azimuth akhir
𝛼 awal : azimuth awal
∑S : jumlah sudut
f(S) : kesalahan sudut
3) Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga hanya
dapat dilakukan koreksi sudut dengan menggunakan persamaan (1-4) dan tanpa
ada pengikatan titik.

10
Gambar 2.8 Poligon Terbuka Sempurna
Dimana :
D12, D23 , … : Jarak sisi-sisi polygon
S2, S3, … :sudut
𝛼 12 : azimuth awal dan azimuth akhir

4) Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth


Pada prinsipnya polygon terbuka dua azimuth sama dengan polygon
terbuka terikat sepihak hanya saja pada titik awal dan titik akhir diadakan
pengamatan azimuth sehingga koreksi sudutnya sebagai berikut:

∑S = [(𝛼 akhir - 𝛼 awal) + n] x 7

Keterangan :
∑S : jumlah sudut
𝛼 akhir : azimuth akhir
𝛼 awal : azimuth awal

11
Gambar 2.9 Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth

Keterangan :
A (XA;XY) : koordinat awal
1,2,.. : titik-titik poligon
S1,S2,... : sudut
A1 : azimuth awal

5) Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat


Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan polygon yang titik
awal dan titik akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya terdapat
koreksi jarak sebagai berikut :
∑d Sin 𝛼 = Xakhir - Xawal
∑d Sin 𝛼 = Yakhir - Yawal
Keterangan:
∑d Sin 𝛼 : jumlah ∆ X / jumlah ∆ Y
X / y akhir : koordinat X / Y akhir
X / Y awal : koordinat X / Y awal

12
Gambar 2.10 Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
Keterangan :
A(XA;YA) : koordinat awal
DA1,D12,... : jarak pengukuran
B(XA;XB) : koordinat akhir
S1,S2,... : sudut antara titik

B. Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir
berada pada titik yang sama.

Gambar 2.11 Poligon Tertutup

Keterangan :

1,2,3,... : titik kontrol poligon

13
D12,d23... : jarak pengukuran sisi poligon

S1,S2,S3,... : sudut pada titik poligon

Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :

1. ∑S + F(S) = (n-2) x 1800..............................(1-5)

2. ∑d sin A+ F(X) = 0...................................(1-6)

3. ∑d cos A + F(Y) = 0...................................(1-7)

Keterangan :
∑S : Jumlah sudut
∑d Sin 𝛼 : Jumlah ∆X
∑d Cos 𝛼 : Jumlah ∆Y
F(S) : Kesalahan Sudut
F(X) : Kesalahan Koordinat X
F(Y) : Kesalahan Y

2.4 Koreksi Data


2.4.1. Koreksi sudut dalam
Langkah pertama dalam hitungan poligon adalah mengkoreksi sudut-sudut
sehingga diperoleh jumlah geometrik yang benar. Perataan sudutini biasanya
dinamakan kesalahan penutup sudut. Didalam pengukuran poligon ini harus
terdapat beberapa hal yaitu: Sudut atau arah poligon.
Pengukuran sudut atau arah poligon ini dapat ditentukan dengan berbagai
cara yaitu:
a. Pengukuran poligon dengan sudut dalam.
b. Pengukuran poligon dengan sudut luar.
c. Pengukuran azimuth.
Prinsip dari Koreksi sudut dalam adalah mengecek berapa jumlah dari
sudut dalamdalampoligon.

14
Jumlah sudut dalam poligon = (n-2) 180॰.Jika jumlah sudut dalam dari
poligon hasil penggambaran tidak sama dengan (n-2) 180॰, berarti perlu ada
koreksi yang dilakukan dalam sudut dalam.

Gambar 2.12 Koreksi sudut dalam

Keterangan :
BM : Banch Mark

4.2.2 Koreksi Poligon


a. koreksi sudut
dalam hal pengukuran sudut setelah dilakukan hitungan dengan syarat
sudut maka dalam pengukuran sudut dilakukan koreksi sebagai berikut
• Poligon terbuka
Syarat : αak − αaw =Σβ - n.180 + fβ
Kesalahan : fβ = (αak – αaw) – (Σβ n.180)
• Poligon tertutup

15
Syarat : Σβ −n.180 + fβ = 0
Kesalahan : Fβ = - (Σβ −n.180)
Agar jumlah ukuran sudut memenuhi syarat sudut maka setiap sudut
ukuran harus dikoreksi sebesar
𝑓β
Vβi = 𝑛

dimana n = jumlah sudut


Dengan demikian harga definitif tiap sudut :
βi= βi + vβi
Catatan:
❖ Koreksi sudut (𝑓β ) merupakan bilangan bulat
❖ Jika harga koreksi merupakan bilangan pecahan, harus dibuat bulat dan
koreksi terbesar diberikan pada sudut yang mempunyai jumlah sisi
terpendek.
Keterangan :
αaw = azimuth awal
αak = azimuth akhir
Σβ = jumlah sudut pengukuran
n = bilangan bulat
Fβ = faktor kesalahan sudut

b. Koreksi absis
• Poligon terbuka
Syarat : Xakhir – Xawal = Σ∆X + Fx
Kesalahan : Fx = (Xakhir- Xawal) - ∑𝑛𝑖=1 ∆Xi
• Poligon Tertutup
Syarat : Σdij sin Aij + f x = Σ∆Xij + f x = 0
Kesalahan : f x =- ∑𝑛𝑖=1 ∆Xi
maka besarnya koreksi untuk setiap absis adalah sebagai berikut
𝑑𝑖
Vxi = Σdi .(-fx)

Harga definitive

16
∆̅𝑋𝑖 = ∆𝑥𝑖 + 𝑉𝑥𝑖
Keterangan :
Yakhir = Ordinat Akhir
Xawal = ordinat awal
∆̅𝑋𝑖 = Σd. 2. cos
Fx = Faktor Kesalahan odinat

c. Koreksi ordinat
• Poligon terbuka
Syarat : Yakhir-Yawal = Σ∆Y + Fy
Kesalahan : Fy = ∑𝑛𝑖=1 ∆Yi
• Poligon Tertutup
Syarat : Σd12 cos 12 + fy = ∆̅𝑌𝑖2 + fy = 0
Kesalahan : f y =- ∑𝑛𝑖=1 ∆Yi

Maka besar koreksi untuk setiap absis adalah sebagai berikut


𝑑𝑖
Vyi = .(-fy)
Σdi

Harga definitive
∆̅𝑌𝑖 = ∆𝑦𝑖 + 𝑉𝑦𝑖

Keterangan
Yakhir = Ordinat Akhir
Y awal = ordinat awal
∆̅𝑌𝑖 = Σd. 2. cos
Fy = Faktor Kesalahan ordinat

2.4.3 Koreksi Beda Tinggi


Pengukuran beda tinggi dengan Total Station dapat menghasilkan beda
tinggi dengan ketelitian yang mendekati dengan pengukuran dengan Sipat Datar.
Cara lain yang diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengukuran
beda tinggi adalah dengan menggunakan alat Total Station. Total Station

17
diharapkan dapat menggantikan peran alat ukur Sipat Datar dan dapat menghemat
waktu pengukuran. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan alat Sipat Datar, Total
Station mempunyai ketelitian yang lebih rendah dalam melakukan pengukuran
beda tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya besaran-besaran yang harus diukur
dibandingkan dengan alat Sipat Datar, sehingga memberikan konstribusi
kesalahan yang lebih besar (Parseno, 1998). Dikarenakan pengukuran beda tinggi
dengan prinsip trigonometrik menghasilkan ketelitian yang lebih rendah, namun
penggunaan Total Station memiliki kelebihan yaitu praktis digunakan di lapangan
baik di medan yang datar maupun di medan yang bervariasi atau berundak-undak.
Perhitungan beda tinggi harus memperhatikan tinggi alat, tinggi
target/rambu, Y yang telah diperoleh pada bagian perhitungan dasar. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung beda tinggi:
SH = Talat + Y-T rambu | 2 AH = AH,+ AH,+ AH, [ | 2 AH]
= | AH, |+ | AH ,|+| 4H, |
KOREKSI AH = |(AH x = AH)/ | £ AH] | |
Apabila:
| z AH = negatif maka, AH terkoreksi = AH + koreksi AH
AH = positif maka, AH terkoreksi = AH — koreksi AH
H = AH terkoreksi + (Z)
Hasil akhir yang diperoleh dari koreksi beda tinggi adalah ketinggian
(elevasi) dari tiap BM

18
BAB III

METODOLOGI

3.1. Diagram Alir

Mulai

Microsoft Excel

Input Data Lapangan

Mencari Ha dan D

KoreksiSudutDalam Koreksi Beda Tinggi

KoreksiPoligon

Koreksi Ha KoordinatTitikPlotingX,Y, Z

Peta PoligonSistem Peta


Azimuth PoligonSistemKo
ordinat

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar. 3.1 Gambar Diagram Alir Pengambilan Data

19
3.2. Pembahasan Diagram Alir
1. Mengoperasikan Microsoft Excel dan menginput data lapangan.

2. Melakukan pengolahan data untuk mencari niali H (ketinggian) dan D (jarak


datar).

3. Melakukan koreksi sudut dalam, koreksi poligon, dan koreksi beda tinggi

4. Mengolah data dan menghasilkan titik ploting X,Y, dan Z.

5. Menghasilkan output peta poligon sistem koordinat dan peta poligon sistem
koordinat.

6. Melakukan pembhasan sesuai dengan data dan menarik kesimpulan.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Dasar

4.1.1 Tabel Perhitungan Dasar

a. Perhitungan Ha

Tabel 4.1 Perhitungan Ha

Ha
Degrees Minute Second Decimal
164 58 2 164.967
344 58 2 344.967
107 46 26 107.774
287 46 24 287.773
312 49 29 312.825
132 48 29 132.808

b. Perhitungan Va

Tabel 4.2 Perhitungan Va

VA
Degrees Minute Second Decimal
90 57 58 90.966
89 13 21 89.223
88 14 36 88.243
91 29 32 91.492
90 31 33 90.526
89 33 15 89.554

21
c. Perhitungan α, D, dan D rata-rata

Tabel 4.3 Perhitungan Perhitungan α, D, dan D rata-rata

D
α SD D Rata-
rata
-0.966 33.24 33.2352747
33.505
0.778 33.77 33.76689079
1.757 30.71 30.69556724
30.685
-1.492 30.66 30.64960225
-0.526 59.30 59.29750269
59.260
0.446 59.22 59.21820718

a. Perhitungan Y, Y rata-rata, ΔH, ΔH rata-rata

Tabel 4.4 Perhitungan Y, Y rata-rata, ΔH, ΔH rata-rata

Y ∆H
Y ∆H Rata-
Rata-rata
rata
-0.56046 -0.48
-0.051 -0.509
0.458243 0.54
0.941409 1.02
0.071 0.870
-0.79842 -0.72
-0.54422 -0.46
-0.042 -0.503
0.460802 0.54
∑ -0.142
│∑│ 1.882

b. Perhitungan ΔH Koreksi dan Terkoreksi


Tabel 4.5 Perhitungan ΔH Koreksi dan Terkoreksi

∆H ∆H
Koreksi Terkoreksi

0.038 -0.471

0.066 0.936

0.038 -0.465

22
0.142 0.000
0.142

4.1.2. Perhitungan Dasar


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan data Ha dan
Va yaitu degrees, minute, second. Pengolahan data Ha dan Va menghasilkan data
decimal yang dipergunakana dalam proses pengolahan selanjutnya, yaitu proses
koreksi. Data decimal yang dihasilkan data Ha digunakan dalam proses
perhitungan koreksi sudut dalam. Sedangkan data decimal yang dihasilkan data
Va digunakan dalam perhitungan koreksi azimuth.
Perhitungan data azimuth (α) pada tabel didapatkan dengan melakukan
pengurangan konstanta 90° dengan decimal Va. Perhitungan data D didapatkan
dengan perkalian antara data SD dengan cos nilai azimuth (α). Data D rata-rata
digunakan dalam koreksi poligon.
Nilai Y didapatkan dari perkalian antara data SD dengan sin azimuth (α)
kemudian dirata-rata dan didapatkan hasil berturut turut -0.051 ; 0.071 ; -0.042.
Perhitungan ΔH didapatkan melalui penambahan tinggi alat dengan nilai Y,
kemudian dikurangi dengan tinggi target. Rata-rata ΔH kemudian dilakukan
koreksi dengan perkalian antara rata-rata ΔH dengan ΣH dibagi dengan nilai
│Σ│H. Karena nilai │Σ│H negatif maka nilai ΔH terkoreksi dicari dengan
penjumlahan rata-rata ΔH dengan ΔH koreksi. Jika hasil didapat 0,000 maka data
yang diolah sudah benar.

4.2. Perhitungan Poligon


4.2.1. Tabel Koreksi Polygon

Tabel 4.6 Tabel Koreksi Poligon

23
4.2.2. Tabel Koreksi Sudut Dalam

Tabel 4.7 Tabel Koreksi Sudut Dalam

Koreksi Sudut Dalam


Ha Terkoreksi
Sudut Terkoreksi
<1 -32.159 -32.153 164.97
<2 237.193 237.199 108
<3 -25.051 -25.046 313
∑ 179.983 180.000
│∑│ 0.006

4.2.3. Tabel Koreksi Beda Tinggi

Tabel 4.8 Tabel Koreksi Beda Tinggi

Koreksi Beda Tinggi


0.038421038
0.065618958
0.037905015

4.2.4. Koreksi Poligon

Selanjutnya koreksi poligon. Pada koreksi poligon, nilai absis dapat


diperoleh dengan perkalian antara nilai D yang telah dirata-ratakan dengan sin Ha
terkoreksi . Nilai ordinat didapat dengan perkalian antara D rata-rata dengan cos
Ha terkoreksi. Kemudian melakukan koreksi absis dan koreksi ordinat. Jika Σ

24
absis ini bernilai negative maka absis terkoreksi dihitung dengan cara
menambahkan absis dengan koreksi absisnya, ini berlaku juga dengan data
ordinat. D terkoreksi didapat dengan akar dari absis terkoreksi dikuadratkan
ditambah dengan ordinat terkoreksidikuadratkan. Pengolahan koreksi Ha sesuai
dengan nilai absis terkoreksi dan ordinat terkoreksi

4.2.5. Koreksi Sudut Dalam

Koreksi sudut dalam didapatkan data sudut dan sudut dalam terkoreksi.
Sudut didapat melalui pengolahan decimal Ha dan sudut dalam terkoreksi
didapatkan melalui pengurangan nilai sudut dengan nilai │Σ│sudut dalam.

4.2.6. Koreksi Beda Tinggi

Beda tinggi didapatkan dengan pengolahan data mengalikan ΔH rata-rata


dengan Σ ΔH rata-rata kemudian dibagi dengan │Σ│ ΔH tiap titik.

4.3. Peta Polygon Sistem Azimuth

Penggambaran peta poligon dengan sistem azimuth dengan menggunakan


acuan arah utara untuk patokan Ha terkoreksi sebagai sudut yaitu 164,967° ;
107,774° ; dan 312,825°. Data D terkoreksi sebagai acuan jarak, yaitu
33,11488325 ; 32,54456788 ; dan 57,62097717.

Tahap penggambaran poligon dimulai dengan mengambil acuan arah


utara untuk mengambil besar sudut dari Ha terkoreksi lalu menarik garis sesuai
arah besar sudut dengan panjang yang sesuai dari data D terkoreksi. Data yang
diperoleh sangan berpengaruh dalam pembentukan poligon agar poligon dapat
tersambung dan terbentuk.

4.4. Peta Polygon Sistem Koordinat

Penggambaran peta poligon dengan sistem koordinat dengan


menggunakan data D terkoreksi sebagai acuan jarak, yaitu 33,11488325 ;
32,54456788 ; dan 57,62097717. Acuan sudut menggunakan Ha terkoreksi yaitu
untuk 164,967° ; 107,774° ; dan 312,825°. Dan titik koordinat yang dipakai
adalah titik plotting X,Y dan Z.

25
Tahap penggambaran poligon yaitu dengan memperhatikan koordinat X
dan Y untuk plotting titik dan juga memperhatikan besar sudut yang sudah
diperoleh dari data Ha terkoreksi. Besar sudut yang benar sangat berpengaruh
terhadap pembentukan poligon.

BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang di gambar
pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
dengan simbol sebagai penjelas.
2. Survei topografi (topographic surveying) merupakan pemetaan permukaan
bumi fisik dan kenampakan hasil budaya manusia dan proses pemetaan
yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan
peralatan survei teristris.
3. Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan,
pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon.
4. Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak
sehingga mudah disesuaikan dengan kondisi lapangan.
5. Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara
elektronik antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic
Distance Measurement).
6. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil data Ha
Va. u. Y. H. koreksi sudut dalam, koreksi polygon dan koreksi beda tinggi.

4.2. Saran

26
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
laporan penelitian ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Syaifullah, Arief. Nugroho, Tanjung. 2019. PRAKTEK PERALATAN SURVEY.


Yogyakarta: STPN.

Abdi Praja, Baskoro. 2020. “Total Station dalamPengukuran Dan Survey.


https://eticon.co.id/total-station/, diaksespada 26 Agustus 2021 pukul
13.38.

Anonim, 2017. DASAR DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI UNTUK PEKERJAAN


JALAN. Bandung: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT BADAN PEMGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA.

Najwa, AudinaMulianto, dkk. 2018. Total Station danTitik Detail. Malang:


PoliteknikNegri Malang

Hartadi, Joko, dkk. 2021.Buku PanduanPraktikum ILMU UKUR TANAH.


Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veterean Yogyakarta

Nadiah, Chalifatu. 2021. LAPORAN TUGAS BESAR DAN SIG. Malang:


UniversitasBrawijaya.

Dedy Mizwar (2012) Kartografi Tematik. Bandar Lampung

Rosalina, Githa Eka. 2015. Studi Penerapan Model Koreksi Beda Tinggi Metode
Trigonometri pada Titik-Titik Jaring Pemantau Vertikal Candi Borobudur
dengan Total Station. Bogor : Badan Informasi Geospasia

27
Tim Penyusun, 2021. Modul Bahan Ajar Praktikum Perpetaan Topografi.
Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta : Yogyakarta.

Wardhana, yudha praktika kusuma. 2015. Pembaruan peta dan SIG Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang : Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semaran

LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai