RELIEF DISPLACEMENT
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
FOTOGRAMETRI DASAR A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pengukuran Jarak” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada bidang
mata kuliah Fotogrametri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang perbandingan skala bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Fotogrametri yaitu Bapak Dr-Ing. Ir. Teguh Hariyanto, M.Sc. dan Ibu Cherie Bekti Pribadi, ST,
MT. yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fototgrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan, dan teknologi untuk
memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui proses
pencatatan, pengukuran, dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). (Hariyanto, 2003)
Hasil pemotretan tentunya memiliki ukuran yang berbeda, tetapi dapat mempresentasikan
keadaan sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan peta hasil foto udara memiliki skala tersendiri. Skala
peta umumnya dapat dinyatakan secara umum saja sebagai perbandingan antara sebuah jarak pada
peta dengan jarak tersebut pada permukaan bumi. Dapat dikatakan pula skala ialah perbandingan
jarak pada foto dengan jarak pada permukaan bumi. Fotogrametri umumnya banyak dipakai dalam
pembuatan peta topografis dengan keteltian dan detail geometric yang tinggi, dimana proses akuisi
data dilakukan dari atas permukaan bumi dengan bantuan pesawat udara.
Fotogrametri bisa digunakan untuk menentukan ketinggian suatu objek topografi
menggunakan metode Relief Displacement. Relief dispacement disebabkan oleh geometri proyeksi
sentral pada foto udara. Besarnya relief displacement dipengaruhi oleh panjang fokus kamera,
ketinggian terbang pesawat, tinggi objek, dan jarak objek dari titik pusat proyeksi foto. Apabila
faktor-faktor tersebut diketahui nilainya, maka besarnya relief displacement dapat dihitung.
Sebaliknya, apabila relief displacement dapat diukur maka informasiinformasi seperti tinggi objek
dapat dihitung.
Dari penjabaran tersebut, akan dilakukan suatu kegiatan praktikum Relief Displacement
menggunakan peta foto udara, dan kemudian melakukannya secara langsung di lapangan
menggunakan peralatan Geomatika.
1. Mengerti cara melakukan pengukuran tinggi bangunan pada peta foto udara menggunakan
metode ‘Relief Displacement’
2. Mengerti cara melakukan pengukuran tinggi bangunan di lapangan
3. Mampu menghitung tinggi bangunan menggunakan metode Geomatika.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Foto Udara
Adalah suatu rekaman detail permukaan bumi yang dipengaruhi oleh panjang fokus lensa
kamera, ketinggian terbang pesawat, waktu pemotretan, jenis film dan filter yang dipakai saat
pemotretan. Foto udara dapat juga didefinisikan sebagai gabungan dari gambar / citra foto yang
dibuat untuk mengenal unsur-unsur dalam penafsiran/interpretasi. Foto udara pada dasarnya
merupakan foto perspektif yang secara geometri berhubungan dengan jenis kamera yang dipakai
dalam pemotretan. (Noor,2012.)
Foto udara ini terdapat beberapa jenis pemotretan, yaitu pemotretan udara secara tegak
(vertikal) , pemotretan udara secara condong (oblique), dan pemotretan udara sangat condong (high
oblique). Pemotretan udara secara tegak ini adalah pemotretan yang dilakuakn dengan posisi
pesawat udara yang membawa kamera melakukan pemotratan secara tegak lurus dengan permukaan
bumi.
Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu
kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya sebesar 100
atau lebih besar. Namun, jika sudut kemiringannya masih berkisar antara 1-40, foto yang dihasilkan
masih digolongkan sebagai citra tegak. Citra condong dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
- Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu jika cakrawala tidak tergambar pada
citra.
- Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu jika pada foto tampak cakrawalanya.
Ketinggian pesawat udara terhadap permukaan bumi pada saat pemotretan juga
mempengaruhi skala foto udara yang dihasilkan. Semakin tinggi pesawat udara, maka
akan menghasilkan skala foto udara yang relative kecil namun cakupan cukup luas, akan
tetapi obyek yang tampak jadi tidak begitu detil. Dan jika pemotretan dilakukan dengan
ketinggian rata-rata, maka hasil foto udara adalah cakupan yang cukup luas dan kenampakan
obyek yang cukup detil pula. Namun, sekali lagi dijelaskan bahwa, pemotretan udara ini
2
dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan pemotretan dan pemetaan. Pada foto udara, selalu
terlihat beberapa keterangan tambahan pada bagian tepinya.
Informasi tepi adalah sesuatu yang memiliki makna atau manfaat yang berada pada tepi
foto udara. Adapun informasi pada photo udara yang perlu diidentifikasi sebagai informasi atau
data awal dalam pelaksanaan pekerjaan photogrametri, dan yang termasuk didalamnya adalah:
a. Fiducial mark : merupakan 4 tanda titik bidang focus kamera udara yang kegunaannya
untuk menentukan titik utama photo udara.yang merupakan titik pusat exposure dan
proyeksi.
b. Titik utama (principal point) merupakan titik pusat exposure dan proyeksi, dan
merupakan titik perpotongan antara 4 titik fiducial mark.
c. Nivo merupakan alat pendatar kamera udara yang terbuat dari cairan yang peka
terhadap getaran dan kemiringan.
d. Jam merupakan alat penentu waktu saat pemotretan.
e. Fokus merupakan panjang lensa saat pemotretan objek, bisa diamati pada informasi tepi
photo udara.
f. Tinggi terbang merupakan ketinggian penerbangan saat pemotretan dilakukan alat
pencatatnya dinamakan altimeter yang dapat dibaca pada informasi tepi photo udara.
3
g. Arah utara merupakan arah utara yang ditunjukkan pada photo udara yang
penentuannya mengacu pada waktu pemotretan dan arah bayangan photo.
h. Skala merupakan besaran pembanding antara jarak pada photo dan di lapangan yang
penentuannya dengan cara nilai fokus kamera saat pemotretan (f) dibagi dengan tinggi
terbang (H) (Skala = f / H).
Dalam interpretasi foto udara atau citra (dalam bentuk cetakan /paper print), hal yang
paling penting adalah mengamati karakter-karakter fotografi yang muncul pada hasil cetakan,
yaitu warna (pada citra warna), rona/tone (pada citra pankromatik), pola, tekstur, bentuk,
ukuran, bayangan, dan situasi geografi.
a. Warna (Colour) adalah warna yang tercetak pada foto/citra, yang umumnya berupa warna
palsu (false color composite); misalnya daerah hutan yang seharusnya berwarna hijau, pada
citra warna akan tampak berwarna merah atau lainnya (tergantung pada band gelombang
yang dipilih. Warna adalah suatu pengenalan unsur yang mungkin dapat sangat bermanfaat,
jika tidak bermanfaat, untuk keperluan dalam kriteria penafsiran
b. Rona Warna (Tone) adalah suatu ukuran dari jumlah relatif sinar yang dipantulkan oleh
suatu obyek dan direkam oleh kertas film hitam dan putih. Dan ini merupakan dasar dari
semua unsur-unsur yang dikenal, kecuali warna. Rona bernuansa hitam-ke-putih pada foto
atau citra pankromatik/hitam-putih. Cetakan foto/citra yang berbeda kemungkinan dapat
juga memberikan warna atau rona yang berbeda walau pada objek yang sama. Tetapi
umumnya, beberapa fenomena akan ditunjukan oleh warna atau rona yang berbeda,
misalnya hutan berona abu-abu gelap, air berona hitam, alang-alang berona abu-abu,
endapan pasir lepas tanpa vegetasi berona putih, batu lempung berona abu-abu gelap, batu
gamping berona putih sampai abu-abu terang.
c. Bentuk (Shape) adalah salah satu unsur/elemen didalam penafsiran geologi, terutama dalam
arti yang lebih luas sangat berarti, karena ekspresi topografi atau relief topografi akan
memberikan pandangan yang lebih luas dalam hubungan masing-masing bentuk dalam
kontek ilmu geologi. Dalam hal ini bentuk sangat penting untuk mengenal bentuk
bentangalam konstruksional seperti kerucut gunungapi, kubah, teras sungai, meander sungai.
Bentuk juga sangat penting untuk membedakan satuan batuan seperti misalnya formasi
batuan yang berbentuk pungggung yang terjal dengan formasi batuan yang berbentuk bukit
yang landai. Pada umumnya banyak kenampakan geologi dapat diidentifikasi terutama dari
bentuknya saja.
d. Pola (Pattern) adalah susunan ruang beberapa objek alam dalam urutan dan susunan
tertentu, misalnya pola belang-belang selang-seling antara punggungan pasir di pantai
e. dengan rawa belakang, pola perkebunan karet yang lurus dan teratur, pola aliran sungai, pola
lingkungan binaan manusia, dan sebagainya.
f. Texture (Tekstur) didefinisikan oleh Colwell (1952, p.358) sebagai frekuensi perubahan
rona warna di dalam gambar / citra dan dihasilkan dari satu agregat dari satu satuan
kenampakan obyek yang masing-masing individunya sulit untuk dipisahkan di atas foto.
Tekstur (Textures) adalah kekasaran suatu objek pada hasil cetakan. Misalnya daerah
padang rumput akan tampak halus dibandingkan dengan hutan heterogen, atau daerah batu
lempung akan tampak lebih halus dibandingkan dengan daerah endapan volkanik, walaupun
mungkin mempunyai rona yang sama.
4
g. Ukuran (Size) adalah dimensi volume objek yang diamati dalam tiga dimensional. Secara
praktis dapat diperkirakan dengan membandingkan terhadap objek yang telah dikenal; atau
dengan membandingkan terhadap peta topografi daerah yang sama (jika tersedia).
Kamera yang digunakan untuk memperoleh foto udara adalah kamera udara (aerial
camera), meskipun kamera lain seperti kamera terestrial, bahkan kamera amatir biasa (misalnya
Haselblad) yang dipasang pada pesawat udara atau helikopter sudah banyak digunakan untuk
keperluan yang khusus. Beberapa jenis kamera udara yang biasa digunakan adalah: (1) Frame
Camera; (2) Continous Strip Camera; dan (3) Panoramic camera. Dua kamera terakhir biasanya
hanya digunakan dalam pekerjaan survey reconnaissance.
Yang sangat umum digunakan untuk keperluan pemetaan adalah Frame Camera yang
diambil secara vertikal. Komponen-komponen yang ada pada suatu kamera foto udara dapat
dilihat pada gambar 10-1. Kamera ini menghasilkan suatu gambaran permukaan tanah berbentuk
segi empat, umumnya berukuran sekitar 23 cm x 23 cm. Lensa kamera membentuk gambar
obyek yang dipotret pada bidang fokal (Focal plane), diafragma dan shutter mengontrol exposure
sesuai dengan banyaknya sinar yang ada dan kecepatan filmnya, dan penapis (filter) membantu
untuk menembus kabut di atmosfer. Beberapa jenis lensa yang banyak digunakan adalah Bausch
and Lomb Metrogone wide angle, Zeiss Pleogon and Wild normal angle, wide angle dan super
wide angle. Dan hal ini berkaitan dengan panjang fokus dari sistem lensa tersebut.
a. Magasin (Kotak Film) berfungsi untuk menempatkan film, memutar film untuk expose
berikutnya, dan menjadi tempat untuk meratakan film selama pemotretan.
b. Body camera adalah rangka kamera dari suatu potret udara yang merupakan bagian
yang melindungi bagian-bagian dari kamera.
c. Lens cone assembly merupakan susunan lensa-lensa dari suatu suatu kamera yang
disusun sedemikian rupa sehingga cahaya yang masuk melalui filter yang berada
didepan lensa akan difokuskan pada suatu bidang fokus dimana tepat jatuh diatas
bidang film dari kamera.
d. Diafragma terletak diantara susunan elemen lensa yang terdiri atas serangkaian
lembaran logam tipis yang dapat diputar untuk memperlebar atau mempersempit ukuran
bukaannya.
e. Inner cone berfungsi menghubungkan susunan lensa dengan permukaan atas dari pada
cone. Permukaan atas ini dinamakan bidang fokal atau bidang gambar yang memuat
fiducial–marks yang menyatakan sumbu koordinat dari foto yang dihasilkan. Letak
fiducial-marks ini bisa ditepi atau dipojok bidang foto yang juga memuat informasi
tentang ketinggian terbang (altimeter), nomor kamera, fokus, nomor foto, nuvo, dan
waktu pemotretan. Posisi relatif titik fiducial marks dan harga koordinat principal point
serta fokus kamera dinamakan elemen orientasi dalam kamera.
f. Outer cone berfungsi untuk menopang inner cone, memegang mekanisme penggerak,
dan menopang magasin kamera. Sedangkan mekanisme penggerak memungkinkan
gerakan gerakan untuk memutar dan menutup shutter, mengoperasi sistem vakum
kamera untuk membuat film menjadi betul-betul rata selama pemotretan.
5
g. Shutter adalah alat mekanis yang dapat membuka dan menutup secara mekanis,
berfungsi untuk mengatur lama pencahayaan yang masuk kedalam kamera dan biasanya
diatur berdasarkan waktu Umumnya adalah 1/125 detik, 1/60 detik dan seterusnya.
Panjang fokus sebuah lensa diartikan sebagai jarak dari titik utama sekunder ke titik fokus
belakang ketika fokus ditetapkan ke tak terhingga. Titik utama sekunder adalah satu dari “titik
kardinal” yang digunakan sebagai titik acuan pada lensa optik (titik fokus depan dan belakang, titik
nodal primer dan sekunder, dan titik utama primer dan sekunder).
Panjang fokus, atau rentang panjang fokus,biasanya merupakan pertimbangan utama ketika
memilih lensa untuk foto tertentu atau jenis fotografi tertentu. Panjang fokus sebuah lensa
menentukan dua karakteristik yang sangat penting yaitu pembesaran dan sudut pandang.Fokus yang
lebih panjang berhubungan dengan pembesaran lebih tinggi dan sebaliknya. Lensa sudut lebar
dengan fokus pendek mempunyai pembesaran rendah, yang berarti pengguna harus mendekat
secara fisik ke subjek berukuran rata-rata untuk mengisi bingkai.
6
Gambar 4 Panjang fokus kamera
Berbicara tentang tinggi terbang sangat erat kaitan dengan skala. Untuk itu,setelah memilih
panjang fokus kamera dan skala foto rata-rata yang dikehendaki,tinggi terbang rata-rata diatas
permukaan tanah dapat ditetapkan secara otomatissesuai dengan persaman skala :
Sebagai contoh apabila pemotretan diambil pada ketinggian 10.000 feet sedangkan
panjang fokus lensa kamera adalah 6 inch (0.5 feet), maka skala foto adalah: 0.5 / 10.000 =
1 : 20.000
8
Gambar 5 Tinggi terbang pesawat
Ketinggian pesawat udara terhadap permukaan bumi pada saat pemotretan harus
dipertimbangkan dalam pemoretan foto udara hal ini dikarnakan faktor tersebut mempengaruhi
skala foto udara yang dihasilkan. Semakin tinggi pesawat udara, maka akan menghasilkan skala
foto udara yang relative kecil namun cakupan luas, akan tetapi objek yang tampak jadi begitu detail.
Dan jika pemotretan dilakukan dengan ketinggian rata-rata, maka hasil foto udara adalah cakupan
yang luas dan kenampakan objek yang cukup detail pula.
Untuk menentukan tinggi terbang dalam suatu pemotretan udara dapat ditentukan dengan
mengetahui terlebih dahulu ukuran pixel pada sensor, panjang fokus kamera yang digunakan, serta
menentukan resolusi spasial yang diinginkan. Resolusi spasial yang diinginkan untuk pemotretan
tegak ini yaitu 16 mm diharapkan akan mampu memberikan tingkat kejelasan objek secara detail
2.5 Relief Displacement
Pergeseran relief adalah perpindahan atau pergeseran pada posisi fotografis dari suatu
bayangan benda yang disebabkan karena permukaan bumi yang tidak rata atau disebabkan karena
benda tersebut mempunyai ketinggian terhadap suatu datum.
Dengan memperhatikan datum yang ada, maka dapat dikatakan :
- Jika sebuah titik terletak di bawah datum, maka arah pergeserannya ke dalam.
- Jika sebuah titik terletak di atas datum, maka arah pergeserannya ke luar
Perpindahan ini memancar keluar dari Nadir. Perpindahan bantuan disebabkan oleh
geometri perspektif kamera dan medan di berbagai ketinggian.Untuk melihat persamaan yang
terlibat dalam perhitungan perpindahan bantuan menunjukkan bahwa beberapa hubungan umum
yang penting yang terlibat. Hubungan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Tidak ada perpindahan lega Nadir. Jika r adalah nol.
2. Dengan asumsi elevasi datum berada di Nadir, poin di atas datum mengungsi radial jauh
dari Nadir sementara poin di bawah datum mengungsi radial menuju Nadir.
3. Perpindahan bantuan bervariasi secara langsung dengan jarak radial dari Nadir ke objek.
Sebuah elevasi tertentu dua inci dari Nadir akan memiliki setengah perpindahan seperti itu
elevasi yang sama empat inci dari Nadir.
9
4. Perpindahan Topografi bervariasi secara langsung dengan ketinggian obyek.
5. Perpindahan Topografi berbanding terbalik dengan ketinggian terbang dasar objek.
Akibatnya ada sedikit perpindahan topografi jelas pada ruang fotografi.
Pengaruh relief tidak hanya menyebabkan perubahan dalam skala tetapi juga dapat dianggap
sebagai komponen dari perpindahan gambar. Misalkan titik T adalah di atas sebuah bangunan dan
titik B di bagian bawah. Pada peta, kedua titik memiliki X identik, Y koordinat; Namun, pada foto
mereka dicitrakan pada posisi yang berbeda, yaitu di T 'dan B'. Jarak d antara dua titik foto disebut
perpindahan relief karena disebabkan oleh elevasi perbedaan dh antara T dan B.
Besarnya perpindahan relief untuk foto vertikal yang benar dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
dr = rB dh/H = rTdh/(H − dh)
di mana dh adalah perbedaan ketinggian dua titik pada vertikal. Kemudian h ketinggian benda
vertikal.
h = dr H / r.
Arah perpindahan relief adalah radial terhadap titik nadir, independen dari kamera tilt.
Dalam relief displacement daerah yang lebih tinggi akan tampak lebih dekat dengan kamera
akan tampak lebih besar bila dibandingkan dengan daerah yang lebih rendah. Objek yang tinggi
cenderung menjauhi nadir sedangkan objek yang rendah cenderung mendekati nadir
Jadi dalam relief displacement semakin tinggi terbang pada saat pemotretan udara dilakukan
maka relief displacementnya yang dihasilkan semakin kecil sehingga citra satelit diluar angkasa
(H>>>705 km(Ladsat)), namun sebaliknya jika objek yang dipotret semakin tinggi maka relief
displacementnya akan semakin besar pula, hal inilah yang menyebabkan terjadinya variasi
pergesaeran karna relief atau yang dikenal dengan relief displacement
10
2.6 Ikatan Kemuka
Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan
tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri target (rambu ukur,
benang, unting-unting) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara kedua titik
yang diketahui koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap
target di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa diperoleh dari lapangan. Pada metode ini,
pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut.
Bentuk yang digunakan metoda ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut yang diukur
adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut harus
diketahui untuk menentukan bentuk dan besar segitinya.
Cara pengikatan ke muka banyak dilakukan dalam pengukuran titik triangulasi dan
konstruksi . maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek pengukuran pengikatan ke
muka ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran pengikatan ke
muka itu sendiri.
2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit sesuai dengan
prosedur.
3. Agar mahasiswa mengetahui cara menentukan letak / posisi suatu titik di permukaan bumi
yang selanjutnya titik tersebut digunakan sebagai titik pengikat pada pengukuran yang lain.
Misal pemetaan situasi.
Pengukuran pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di
lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri target
(rambu ukur/benang, unting–unting) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut.
11
Rumus Ikatan Kemuka
12
2.7 Penentuan Tinggi Bangunan Menggunakan Ikatan Kemuka
Penentuan posisi vertikal atau ketinggian dari bangunan adalah dengan menggunakan rumus
tan dan rumus beda tinggi . Rumus beda tinggi dingunakan untuk mengetahui beda tinggi dari
setiap titik yang digunakan untuk menghitung atau membidik bangunan yang akan dihitung
ketinggiannya.Rumus tan digunakan untuk mengetahui ketinggian bangunan menggunkan sudut
vertikal dari titik berdiri alat dengan objek yang di bidik atau bangunan tersebut ,untuk menghitung
koordinat bangunannya rumus tan di tambah dengan rumus beda tinggi dan ketemulah koordinat
tinggi bangunan tersebut.
13
h = tan (90°- sudut vertikal dari titik berdiri alat) x jarak horizontal titik berdiri alat dan bangunan.
∆ h = tingi alat-tinggi prisma+ jarak horizontal titik berdiri alat dan dan titik selanjutnya x tan
(90°- sudut vertikal dari titik berdiri alat.
Z = z referensi titik + ∆ h +h.
14
BAB III
PELAKSANAAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain:
a) Praktikum dalam ruangan (pengukuran foto udara)
1. 1 buah foto udara wilayah Kampus ITS Sukolilo
2. 1 buah mika/plastik transparan ukuran 25x25 cm
3. Pena boxy 4 warna
4. Penggaris 30 cm
5. Selotip bening
6. Kaca pembesar (opsional)
b) Praktikum lapangan (pengukuran tinggi bangunan secara langsung di lapangan)
1. 1 unit total Station/ theodolite
2. 2 buah paku paying sebagai patok BM
3. 1 buah jalon
4. 1 buah prisma
5. 1 buah statif
6. 1 buah payung
7. 1 buah roll meter
8. Form ukur
9. Alat tulis
10. Alat hitung
3.2 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum Relief Displacement ini terdiri dari dua sesi, yaitu sesi praktikum di kelas dan sesi
praktikum untuk pengukuran di lapangan. Untuk sesi praktikum di kelas dilaksanakan pada :
15
3. Letakkan mika/plastik transparan di atas foto udara. Rekatkan selotip bening pada ujung-
ujung mika sehingga posisi mika dan foto udara tidak bergeser. Pastikan agar foto udara
tidak terkena selotip. Mika/plastik transparan ini menjadi media tempat menandai objek
yang akan diukur pada foto udara.
4. Tandai keempat titik fiducial mark pada keempat pojok foto udara dengan menggunakan
pena boxy. Selanjutnya, buatlah garis diagonal dari tiap-tiap fiducial mark sehingga saling
berpotongan di satu titik. Titik perpotongan inilah yang dinamakan titik utama foto
(principal point).
5. Selanjutnya, buatlah sumbu-sumbu koordinat X dan Y pada foto udara dengan bantuan
fiducial mark dan garis diagonal yang telah dibuat sebelumnya.
6. Pilihlah 1 objek bangunan pada foto udara yang akan diukur dan dihitung tingginya.
Pastikan objek tersebut terdapat bentuk fisiknya di lapangan untuk keperluan pengukuran
tinggi secara langsung.
7. Dengan menggunakan pena boxy, tandai bagian kaki objek (bagian paling bawah objek).
Tarik garis dari kaki objek ke principal point.
8. Ukur jarak radial dari principal point ke kaki objek menggunakan penggaris. Pengukuran
dilakukan sebanyak jumlah anggota kelompok.
9. Semua hasil pengukuran dicatat dalam tabel.
18
11. Setelah bidik ke BM 1, lakukan bidikan ke titik target yaitu puncak bangunan yang diukur
(bangunan TPB ITS). Catatlah bacaan arah horizontal dan vertikal. Dari bacaan arah
horizontal ke BM 1 dan bacaan horizonal ke puncak bangunan target, bisa dihitung sudut
dalamnya. Data sudut dalam ini digunakan untuk perhitungan jarak dari BM ke titik target.
12. Pengukuran dari masing-masing BM ini dilakukan sebanyak jumlah anggota kelompok.
Lalu kakukan pengolahan data untuk memperoleh tinggi objek.
19
BAB IV
20
4.3 Hasil Perhitungan Relief Displacement
Jarak Jarak
Relief
Ukuran Radial Radial Tinggi
Displacement
ke Kaki Puncak Objek (m)
(mm)
(mm) (mm)
1 70 70.6 0.6 7.053824363
2 70.1 70.7 0.6 7.043847242
3 70.1 70.7 0.6 7.043847242
4 70 70.5 0.5 5.886524823
5 70 70.6 0.6 7.053824363
Rata-
70.04 70.62 0.58 6.816373606
rata
Standar
0.0547723 0.083666 0.044721 0.519825209
Deviasi
21
Untuk perhitungan tinggi objek dari foto udara, dilakukan menggunakan persamaan:
𝒅𝒅𝒅𝒅
h=
𝒓𝒓
dimana: h = tinggi objek hasil ukuran foto udara
d = relief displacement
H = tinggi terbang pesawat
r = jarak radial puncak
22
4.5 Hasil Perhitungan Tinggi Objek (Dari Pengukuran Lapangan)
𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣 𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁 𝐤𝐤𝐤𝐤 𝐁𝐁𝐁𝐁 𝟐𝟐 𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣 𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁 𝐤𝐤𝐤𝐤 𝐂𝐂 𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣𝐣 𝐁𝐁𝐁𝐁 𝟐𝟐 𝐤𝐤𝐤𝐤 𝐂𝐂
= =
𝐬𝐬𝐬𝐬𝐬𝐬(𝛃𝛃𝛃𝛃) 𝐬𝐬𝐬𝐬𝐬𝐬(𝛃𝛃𝛃𝛃) 𝐬𝐬𝐬𝐬𝐬𝐬(𝛃𝛃𝛃𝛃)
Pengukuran
Jarak Horizontal Besar jarak (m)
ke-
1 BM1 - C 28.164
BM2 - C 26.875
24
2 BM1 - C 28.167
BM2 - C 26.879
3 BM1 - C 28.180
BM2 - C 26.889
4 BM1 - C 28.145
BM2 - C 26.857
5 BM1 - C 28.184
BM2 - C 26.894
Pengukuran
Ditinjau dari Tinggi (m)
ke-
1 BM 1 7.666
BM 2 7.681
Rata-rata 7.674
2 BM 1 7.673
BM 2 7.673
Rata-rata 7.673
3 BM 1 7.675
BM 2 7.685
Rata-rata 7.680
4 BM 1 7.664
BM 2 7.661
Rata-rata 7.663
5 BM 1 7.673
BM 2 7.682
25
Rata-rata 7.678
Dari data perhitungan tinggi bangunan ditinjau dari kedua BM kemudian dirata-ratakan maka
diperoleh data akhir ukuran tinggi bangunan sebagai berikut:
Tinggi
Ukuran ke
objek
1 7.674
2 7.673
3 7.680
4 7.663
5 7.678
Rata-rata 7.674
Standar
0.0066337
Deviasi
Tabel 10 Data akhir ukuran tinggi bangunan berdasarkan
pengukuran langsung
4.6 Perbandingan Hasil Perhitungan Tinggi Objek (Dari Foto Udara dan Pengukuran
Lapangan)
26
beberapa sumber kesalahan yang menyebabkan adanya perbedaan antara hasil penentuan
tinggi objek dari foto udara dibandingkan dengan hasil survey lapangan:
1. Pengukuran tinggi objek dari foto udara
- Pada saat melakukan pengukuran dengan penggaris, penggaris yang digunakan bisa
jadi sudah terkikis pada bagian ujungnya sehingga menyebabkan skala dan ketelitian
penggaris berkurang.
- Pada saat melakukan pengukuran dengan penggaris, setiap pengamat memiliki
ketelitian yang berbeda dalam membaca skala terkecil penggaris. Hal tersebut
tentunya akan mempengaruhi data ukuran yang dihasilkan.
- Pada saat melakukan pengukuran pada foto udara, bisa jadi pengamat kurang teliti
dalam menentukan objek yang diukur, sehingga terdapat perbedaan antara hasil
ukuran pengamat satu dan lainnya.
2. Pengukuran dengan survey langsung ke lapangan
- Pada saat melakukan pengukuran langsung di lapangan, kesalahan yang terjadi
biasanya bersumber dari alat, misalnya alat yang belum dikalibrasi atau kesalahan
ketika melakukan centering maupun levelling.
- Pada saat melakukan pengukuran langsung di lapangan, antara pengamat yang satu
dan lainnya kurang teliti dalam membidik objek, sehingga menyebabkan perbedaan
bacaan arah horizontal maupun vertikal.
- Pada saat melakukan pengukuran langsung di lapangan, pengaruh cuaca juga bisa
menyebabkan terjadinya kesalahan, misalnya mengukur pada siang hari saat cuaca
panas bisa menimbulkan refraksi.
- Pada saat mengukur jarak antar BM maupun mengukur tinggi alat menggunakan
rollmeter, penarikan roll meter kurang lurus atau terlalu tegang. Selain itu, bisa jadi
antara pengamat yang satu dan lainnya memiliki perbedaan dalam penaksiran skala
terkecil roll meter, sehingga hasil ukuran pun berbeda.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pengukuran tinggi bangunan pada peta
menggunakan metode “relief displacement”. Setelah dilakukan pengukuran pada peta dilakukan
pengukuran secara langsung terhadap objek menggunakan alat Total Station. Objek yang diambil
kelompok kami adalah tinggi bangunan gedung Tempat Perkuliahan Bersama ( TPB ) ITS.
Hasil dari pengukuran kelompok kami dengan metode “relief displacement“ pada bangunan
gedung Tempat Perkuliahan Bersama ( TPB ) ITS diperoleh tinggi rata – rata yaitu pada pengukuran
secara langsung didapatkan ketinggian 7,67361 meter dan dapat kita ketahui bahwa perbedaan
ketinggiannya adalah 0,85724 meter.
5.2 SARAN
Dalam praktikum ini tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan yang terjadi saat pengukuran
praktikum dilaksanakan. Oleh sebab itu, kami memberikan beberapa saran yang mungkin kedepannya
dapat dijadikan referensi.. Berikut adalah saran – saran dari kami :
1. Penggunaan alat Total Station dengan tepat , perhatikan apakah alat sudah dalam keadaan
centering atau belum.
2. Melakukan pembacaan atau pembidikan objek berulang kali untuk mengurangi kesalahan yang
dapat ditimbulkan.
3. Mencatat semua data yang dibutuhkan dalam bentuk tulisan agar data tersebut tidak hilang.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan
(a) Kegiatan di Kelas
Proses pengukuran jarak radial kaki dan jarak radial puncak pada
foto udara
30
(b) Kegiatan di Lapangan
31
Proses pencatatan data hasil pengukuran pada form ukur
32
Pengukuran jarak antar BM
33
Mika Saat Praktikum
34
Tabel Hasil Pengolahan Data
35
Jarak
Relief
Ukuran Jarak Radial Radial Tinggi Objek
Displacement
ke Kaki (mm) Puncak (m)
(mm)
(mm)
1 7.674046341
2 7.673094662
3 7.680247882
4 7.662925536
5 7.677775211
Rata-rata 7.673617926
Standar
0.0066337
Deviasi
Tabel hasil pengukuran dan pengolahan data tinggi objek di
lapangan
36