UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
SALEMBA
2023
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
SALEMBA
2023
iii
UNIVERSITAS INDONESIA
THESIS
Submitted as a partial fulfillment of requirement for the degree
of Master of Engineering
FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY
PROGRAM PROJECT MANAGEMENT
SPECIALTY
SALEMBA
2022
iv
STATEMENT OF AUTHENTICITY
I declare that this master thesis is one of my own research, and all of
the references either quoted or cited here
have been stated clearly
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Master Teknik pada Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 27 Juni 2023
vii
STATEMENT OF LEGITIMATION
Has been succesfully examined in front of the Examiners and was accepted as part of the
necessary requirement to obtain Magister of Engineering’s Degree in Project Management
Management, Engineering Faculty, University of Indonesia.
BOARD OF EXAMINER
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : June, 27th 2023
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan proposal tesis dengan judul “Pengembangan
Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality Safety Management System
(CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada
Proyek Konstruksi PT X Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)”
dapat diselesaikan. Penulisan proposal tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar Magister Teknik Jurusan Teknik Sipil, Program kekhususan Manajemen Proyek pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada penyusunan proposal tesis ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan semangat dan
dukungannya yang tak terbatas kepada penulis;
2. Bapak Dr. Ir. Wisnu Isvara, M.T., dan Dr. Rossy Armyn Machfudiyanto, S.T.,
M.T., IPM., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam
penyusunan proposal tesis ini;
3. Para Dosen Departemen Teknik Sipil UI, yang telah banyak memberikan ilmu dan
pendidikan karakter selama masa perkuliahan;
4. Rekan-rekan Pasca-sarjana MP dan MK UI tahun ajaran 2020/2021 yang telah
banyak memberikan dukungan serta membantu penulis dalam menyelesaikan tesis
ini; serta
5. Segenap pihak yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
rangka memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas besar ini masih jauh dari kata
sempurna. dan sempurna pada proyek akhir ini. Oleh sebab itu, dengan rasa hormat
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dami
perbaikannya di masa mendatang.
Penulis
x
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia / formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 27 Juni 2022
Yang menyatakan,
ABSTRAK
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan pesatnya
pertumbuhan industri konstruksi adalah dengan selalu memonitor kinerja rekanan pada
proses kerja sama. Ditemukan beberapa kendala yang dominan terjadi dalam penilaian
kinerja rekanan penyedia barang dan jasa. Penelitian ini membahas tentang
pengembangan sistem penilaian pada evaluasi akhir CQSMS untuk meningkatkan
kinerja rekanan penyedia barang dan jasa pada proyek konstruksi PT X menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Melalui pendapat pakar, penelitian ini
memvalidasi 29 kriteria yang terbagi ke dalam 6 kelompok kriteria (X1) Kualitas
Dokumen QHSE Plan, (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity, (X3)
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress, (X4) Komitmen Penanganan &
Penyelesaian Defect, (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE, dan (X6) Dokumen
Pendukung pada evaluasi akhir CQSMS yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan
K3L. Kemudian diketahui bobot penilaian terbesar berada pada kriteria (X4.1) Tindak
Lanjut Perbaikan Temuan sebesar 17%. Model sistem penilaian telah disusun dan
disimulasikan pada 10 sampel penyedia barang dan jasa di PT X dan ditemukan rata-
rata peningkatan nilai sebesar 15% dari hasil penilaian menggunakan model penilaian
terdahulu.
Kata Kunci: Sistem penilaian, evaluasi kinerja penyedia barang dan jasa konstruksi,
Kriteria Evaluasi, Contractor Quality Safety Management System, Analytical Hierarchy
Process
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................168
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 10 Besar Pasar Konstruksi Tahun 2009 dan Tahun 2020............................1
Gambar 1.2 Indeks Tendensi Bisnis Tahun 2019-2017...................................................1
Gambar 1.3 Model Operasional Penelitian....................................................................24
Gambar 2.1 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Proyek.......................................28
Gambar 2.2 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Sinergi...........29
Gambar 2.3 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Penunjukan
Langsung....................................................................................................30
Gambar 2.4 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Tender
Terbatas / Seleksi Terbatas Proyek............................................................32
Gambar 2.5 Alur Proses CSMS.....................................................................................44
Gambar 2.6 Bentuk Struktur Dekomposisi pada AHP..................................................56
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Penelitian................................................................62
Gambar 3.1 Diagaram Alir Penelitian...........................................................................66
Gambar 4.1 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa di PT X......................................87
Gambar 4.2 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS.............88
Gambar 5.1 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS...........136
Gambar 5.2 Identifikasi Kritera Penilaian Berpengaruh pada Proses Pengadaan Barang
dan Jasa Menggunakan CQSMS PT X....................................................141
Gambar 5.3 Model Hirarki Sistem Penilaian pada Evaluasi Akhir CQSMS...............148
Gambar 5.4 Perbandingan Hasil Penilaian Kinerja Vendor Menggunakan Sistem
Penilaian Lama dan Sistem Penilaian Baru..............................................162
xvi
DAFTAR TABEL
Menggunakan CQSMS...................................................................................88
Tabel 4.2 Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS...............89
Tabel 4.3 Tabel Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor....................90
Tabel 4.4 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja
Mutu dan K3L Vendor....................................................................................91
Tabel 4.5 Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar
.........................................................................................................................92
Tabel 4.6 Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor Tervalidasi Pakar. 93
Tabel 4.7 Data Profil Pakar pada Proses Assessment Daftar Kriteria Penilaian Kinerja
Vendor.............................................................................................................94
Tabel 4.8 Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Vendor.......................................................94
Tabel 4.9 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 1 Kelompok Kriteria................96
Tabel 4.10 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1)
Kualitas Dokumen QHSE Plan.......................................................................96
Tabel 4.11 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2)
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity.........................................97
Tabel 4.12 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3)
Impelemtasi QHSE Plan Tahap Work In Progress.........................................97
Tabel 4.13 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5)
Lagging Indicator Kinerja QHSE...................................................................98
Tabel 4.14 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 1 Kelompok Kriteria..............99
Tabel 4.15 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1)
Kualitas Dokumen QHSE Plan.......................................................................99
Tabel 4.16 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2)
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity.......................................100
Tabel 4.17 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3)
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress.....................................100
Tabel 4.18 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5)
Lagging Indicator Kinerja QHSE.................................................................100
Tabel 4.19 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 1 Kelompok Kriteria...........................101
Tabel 4.20 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas
Dokumen QHSE Plan...................................................................................101
Tabel 4.21 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi
QHSE Plan Tahap Pre Job Activity..............................................................101
Tabel 4.22 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi
QHSE Plan Tahap Work In Progress............................................................102
Tabel 4.23 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging
Indicator Kinerja QHSE................................................................................102
xviii
Tabel 5.2 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Kualitas Dokumen
QHSE Plan....................................................................................................148
Tabel 5.3 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Pre Job Activity.........................................................................150
Tabel 5.4 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Work In Progress.......................................................................152
Tabel 5.5 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kriteria Komitmen Penanganan dan
Penyelesaian Defect......................................................................................154
Tabel 5.6 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Lagging Indicator
Kinerja QHSE...............................................................................................154
Tabel 5.7 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Dokumen Pendukung
.......................................................................................................................156
Tabel 5.8 Perbandingan Model Penilaian Kinerja Lama Dan Baru.............................157
Tabel 5.9 Hasil Penilaian Kinerja Vendor Menggunakan Sistem Penilaian Lama dan
Sistem Penilaian Baru...................................................................................159
Tabel 5.10 Perbandingan Hasil Penilaian Kinerja PT E Menggunakan Sistem Penilaian
Lama dan Sistem Penilaian Baru..................................................................160
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1 10 Besar Pasar Konstruksi Tahun 2009 dan Tahun 2020
Overview.
Sumber: Global Construction 2020 an Overview, 2020
Menurut Santoso, 2022 dalam bukunya yang berjudul Kinerja Industri Konstruksi
mengutip data dari Badan Statistik Indonesia, bahwa dimulainya lonjakan jumlah
konstruksi di Indonesia ditandai pada tahun 2015 sebagaimana mengacu pada Gambar
1.2. Pertumbuhan tahun 2015 tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, termasuk
program infrastruktur secara besar-besaran.
Seiring bertambahnya kebutuhan pembangunan pada industri konstruksi,
membuat penyedia jasa konstruksi saling berlomba untuk terus memperbaiki sumber
daya serta fungsi manajemen agar senantiasa dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
melalui kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi
mencapai tujuan bersama (Maulani et al., 2014) . Kumaraswamy dan Mathews dalam
Winarta et al., 2022 menjelaskan bahwa antara kontraktor dan subkontraktor terdapat
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan atau win-win solution. Hal tersebut
dikarenakan mayoritas pekerjaan konstruksi dilakukan oleh subkontraktor, sehingga
secara signifikan kerja sama antara kontraktor dan subkontraktor akan mempengaruhi
biaya, mutu, dan waktu proyek konstruksi.
Sebagai salah satu kontraktor BUMN di Indonesia, PT X senantiasa melakukan
proses pengadaan barang dan jasa dengan memperhatikan dampak dari segala aspek
yang dapat menunjang kinerja perusahaan ke depannya. Dalam melaksanakan proses
pengadaan barang dan jasa, PT X membutuhkan bantuan subkontraktor guna
mendukung penyelesaian proyek-proyek konstruksi yang berada di bawah naungan PT
X. Pemenuhan pasokan insfrastruktur pada PT X dilakukan oleh sebanyak 2205
subkontraktor (Dokumen Monitoring CQSMS QHSE Infrastructure II Division, 2022),
banyaknya jumlah subkontraktor tersebut dikarenakan jumlah proyek konstruksi yang
tengah ditangani oleh PT X dan tersebar di seluruh Indonesia. Para subkontraktor
tersebut dituntut untuk mampu memberikan pelayanan (service level) yang tinggi
kepada PT X. Pelayanan yang baik, didukung oleh kinerja subkontraktor yang baik
dengan penekanan pada beberapa aspek yaitu biaya, waktu, mutu, dan keselamatan
kesehatan kerja.
Berdasarkan TKO PT Pertamina RU III, 2011:1 pada Falenshina, 2012 CSMS
(Contractor Safety Management System) merupakan sistem manajemen untuk
3
dilibatkan dalam proses pengadaan barang dan jasa selanjutnya dan mana subkontraktor
yang tidak direkomendasikan. Adanya evaluasi pada tahap prakualifikasi dan evaluasi
akhir merupakan salah satu cara pengendalian rekanan penyedia barang dan jasa yang
dilakukan oleh PT X. Pengendalian rekanan penyedia barang dan jasa ini merupakan
salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalan proses pengadaan barang dan
jasa. PT X menerapkan CQSMS dalam memonitor segala aktifitas yang dilakukan oleh
rekanannya.
Dalam penilaian kinerja subkontraktor, perlu adanya kriteria dan bobot
perhitungan pada masing-masing kriteria yang telah disusun yang mana akan
berpengaruh pada nilai evaluasi akhir. Kriteria yang digunakan pada evaluasi akhir
harus sesuai dengan aspek yang ditinjau selama proses berlangsung. Oleh karena itu
sinkronisasi evaluasi pada tahap prakualifikasi dengan tahap evaluasi akhir perlu
diperhatikan. Selain itu, skala yang digunakan dalam penilaian perlu disusun guna
mendapatkan model penilaian yang sistematis. Sistem penilaian yang efektif merupakan
kunci dari tepat sasaran pemilihan subkontraktor. Keterlibatan subkontraktor dalam
proses pengadaan barang dan jasa diharapkan dapat memberikan nilai tambah kepada
kontraktor utama supaya efisien, mengurangi risiko, dan mempercepat pekerjaan
(Rohadi, 2018).
Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode
dalam penentuan bobot setiap kriteria penilaian dan Delphi method sebagai metode
pengumpulan data dan validasi pakar. AHP merupakan metode Multcriteria Decesion
Making (MCDM) yang paling sering digunakan baik untuk pengambilan keputusan
ataupun dalam melakukan pembobotan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode
MCDM lainnya adalah AHP dapat untuk menganalisis secara simultan dan terintegrasi
antara kriteria kualitatif dan kuantitatif (UmaDevi et al., 2012) . Model yang diusulkan
pada penelitian ini terdiri dari kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai kinerja
vendor dan bobot dari setiap kriteria serta skala penilaiannya. Penilaian kinerja pada
evaluasi akhir CQSMS ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja mutu
dan K3L penyedia barang dan jasa di PT X untuk mendukung kinerja korporat.
penelitian lainnya terkait topik yang relevan dengan judul penelitian “Pengembangan
Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality Safety Management System
(CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada
Proyek Konstruksi PT X menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)”.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini bervariasi, yaitu dengan metode
Delphi pada validasi pakar dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berikut
adalah pemaparan beberapa peneltian terdahulu yang relevan tersedia pada Tabel 1.1.
Dari hasil studi yang dilakukan penelitian terdahulu masih terfokus hanya pada
penyusunan sistem penilaian kinerja rekanan (vendor) dalam sudut pandang bisnis
proses sebuah perusahaan. Sedangkan dalam proses CQSMS, penelitian terdahulu
masih terfokus dengan penyusunan kriteria pada evaluasi tahap prakualifikasi saja.
Belum adanya penelitian yang terfokus dalam ruang lingkup mutu dan K3L pada
pengembangan sistem penilaian tahap evaluasi akhir CQSMS di dunia konstruksi.
No Judul Penelitian Penulis Tahun Tujuan Penelitian Objek Metode Hasil Penelitian
Model penilaian kinerja vendor TI
Model Penilaian Membuat sebuah dibagi meenjadi dua kategori yaitu
Kinerja Vendor Alfanugrah A. model penilaian Industri
hardware & software dan
Teknologi Hi Usman kinerja vendor Teknologi Kuesioner,
1 2018 pengembangan sistem. Dimana setiap
Informasi Untuk Teknologi Informasi Informasi AHP
model penilaian terdiri dari kriteria,
Usaha Kecil (Usman, 2018) untuk Usaha Kecil (TI)
bobot, skala penilaian, dan skala
Menengah Menengah. tingkatan.
Mendesain sistem
evaluasi kinerja
supplier yang
terintegrasi antar unit,
mendesain sistem
Sistem Penilaian Sistem penilaian dan evaluasi kinerja
segmentasi supplier
dan Evaluasi Brisky supplier yang terintegrasi membantu
berdasarkan nilai
Kinerja Supplier Musyahidah pelaksana pengadaan dalam proses
kinerja yang Industri
2 Terintegrasi pada 2018 AHP pemilihan supplier karena adanya
didapatkan, Konstruksi
Perusahaan (Musyahidah, saringan awal, sehingga waktu untuk
2018)
implementasi sistem
Pembangkitan pemilihan calon supplier akan lebih
evaluasi kinerja
Listrik cepat.
supplier yang
terintegrasi antar unit
pembangkitan dan
sistem segmentasi
supplier.
Designing an Mengembangkan Pemasok dipilih dan diberi peringkat
Integrated AHP Dweiri, dkk. sebuah sistem berdasarkan sub kriteria, analisis
Industri
3 Based Decision 2016 pendukung keputusan AHP sensitivitas menunjukkan dampak
Otomotif
Support System (Dweiri et al., untuk strategi perubahan kriteria utama pada
for Supplier 2016) pemilihan pemasok peringkat pemasok.
7
Merencanakan dan
Pendekatan sistematis untuk
mengimplementasikan
Noor Diana pengembangan kerangka kerja dalam
teknik mudah
Process Safety Abdul Majid, pengelolaan kontraktor berbentuk
terstruktur dari safety Develop,
Management Azmi Mohd prototipe basis data / sistem. CoMS
process sistem implement,
(PSM) for Shariff, (Contractor Management System)
18 2015 manajemen kontraktor Umum and comply
Managing Risza Rusli yang diusulkan, praktis dan mudah
yang praktis dan with the PSM
Contractors in digunaka, berpotensi untuk
komprehensif pada
Process Plant (Abdul Majid dikomersialkan serta digunakan dalam
et al., 2015)
proses industri
industri proses apa pun.
berbasis OSHA CFR
1910.119
13
Assessing The Mengidentifikasi Peningkatan pada proses individual,
Impact of dampak proses mempengaruhi kinerja keselamatan
Processes on The individu dalam secara keseluruhan. Perbaikan dalam
Occupational efektivitas Sistem proses kepemimpinan secara
Fuzzy
Safety And Health Anna Skład Manajemen signifikan berpengaruh pada
Cignitive
19 Management 2019 Keselamatan dan Umum peningkatan kinerja keselamatan. Hal
Maps (FCM)
System’s (Skład, 2019) Kesehatan Kerja (OSH ini membuktikan bahwa di antara
Effectiveness MS). semua proses dalam sistem,
Using The Fuzzy kepemimpinan memiliki dampak
Cognitive Maps positif terbesar pada efektivitasnya.
Approach
Mengembangkan Terdapat enam belas indikator yang
indikator safety dikategorikan menjadi dua bagian:
leading untuk 1) mengukur kinerja keselamatan
pemahaman yang lebih perusahaan, proyek atau kelompok
baik tentang penelitian dan individu;
terkini pada sektor 2) mengidentifikasi potensi kejadian
Jing Xu, konstruksi, serta dan injury yang disebabkan oleh
Clara Multiple
mengidentifikasi masalah organisasi, operasional atau
Cheung, Regression,
Safety Leading indikator safety kognitif dan perilaku.
Patrick Structural
Indicators in leading pada
Manu, Industri Equitation
20 Construction: A 2021 keselamatan
Obuks Konstruksi Modelling,
Systematic konstruksi;
Ejohwomu Delphi
Review menciptakan kerangka
Method
kerja terintegrasi yang
(Xu et al.,
2021)
sesuai dengan struktur
kompleks dan fragmen
industri konstruksi
untuk manajemen
keselamatan yang
proaktif.
14
Menguji pengaruh Tenaga kerja menganggap kontraktor
Ann Marie program keselamatan umum dengan program keselamatan
Flow-Down of Dale, Marco kerja kontraktor umum kerja yang baik memiliki safety
Safety from Barrera, Ryan pada safety climate dan climate yang lebih baik juga.
General Colvin, Jaime safety behaviors Subkontraktor kecil memiliki program
diantara tenaga kerja Hierarchical keselamatan kerja yang sederhana
Contractors to Strickland,
21 Subcontractors Bradley A. 2021 dari subkontraktor Industri Linear Models dengan elemen keselamatan kerja
kecil dan menengah Konstruksi (HLMs) yang lebih sedikit daripada
Working on Evanoff
Commercial subkontraktor besar. Banyak
Construction subkontraktor kecil harus mengadopsi
Projects (Dale et al., 2021) banyak safety policies dan praktik
untuk bekerja dengan kontraktor
umum.
Mengidentifikasi apa Ditemukan bahwa komitmen
dan bagaimana safety organisasi; klien, keterlibatan desainer
Implementing
Jing Xu, Clara leading indikator dapat Delphi Survey, dan kontraktor; pelatihan dan
Safety Leading
Cheung, diterapkan untuk Voting orientasi; safety climate dan
Indicators In
Patrick Manu, meningkatkan Analytic kompetensi adalah hal paling penting
Construction:
Obuks manajemen Industri Hierarchy untuk kinerja keselamatan kerja dalam
22 Toward A 2022
Ejohwomu, keselamatan kerja di Kontruksi Process konstruksi. Dilakukan pendekatan
Proactive
Judy Too industri konstruksi (VAHP), manajemen keselamatan kerja yang
Approach To
Focus Group proaktif sebagai strategi untuk
Safety
(Xu et al., 2022) Discussion mengatasi hambatan operasional dan
Management
organisasi.
15
Sebanyak 21 sistem PSM berikut
kerangka teorinya dipilih.
Selanjutnya, kerangka kerja
komparatif dikembangkan
menggunakan sebelas faktor utama
yang berpengaruh untuk proses
industri; framework and room for
continuous improvement, design
Mengembangkan
Chizaram D. specification, industry adaptability
kerangka komparatif
A Comparative Nwankwo, and applicability, human factors,
yang dapat membantu
Analysis of Stephen C. scope of application, usability in
dalam memilih
Process Safety Theophilus, Qualitative complex systems, safety culture,
Process Safety
23 Management Andrew O. 2020 Umum Approach primary or secondary mode of
Management (PSM)
(PSM) Systems in Arewa application, regulatory enforcement,
yang sesuai dan cocok
The Process competency level, as well as inductive
untuk sektor industri
Industry (Nwankwo et or deductive approach. Setelah
al., 2020) tertentu dalam proses
melakukan analisis komparatif dengan
industrinya
menggunakan faktor-faktor tersebut,
Model Integrated Process Safety
Management System (IPSMS)
menjadi sistem PSM yang paling
sesuai karena membahas hampir
setiap bidang utama mengenai proses
keselamatan kerja.
Tabel 1.2 Penilaian Pada Evaluasi Akhir CQSMS Terkait Kinerja Rekanan Penyedia
Barang dan Jasa di Proyek Konstruksi PT X
Nilai
Nama Evaluasi
No Rekanan Bidang Usaha Nama Pekerjaan
Kinerja
Subkontraktor
1 PT A Pek. Erection Steel Box Girder 60
menengah
Subkontraktor
2 PT B Pek. Lapis Pondasi Agregat Base A 65
menengah
Subkontraktor
3 PT C Pek. Borrow Material Padat 58,75
menengah
Subkontraktor Pek. Pengadaan & Pemasangan
4 PT D 56,25
menengah Guardrail
Subkontraktor
5 PT E Pek. Soil Test Pits 67,5
menengah
Subkontraktor Pek. Timbunan dan Pemadatan
6 PT F 63,75
menengah Granular & Brangkal
Subkontraktor
7 CV G Pek. Timbunan dan Galian Tanah 60,45
menengah
Subkontraktor Pek. Expansion Joint Tipe Strip
8 PT H 67,5
menengah Seal
Subkontraktor
9 PT I Pek. Borepile 57,5
menengah
Subkontraktor
10 PT J Pek. Relokasi Kabel Transportasi 68,75
menengah
Dilakukan analisis terhadap formulir evaluasi kinerja penyedia barang dan jasa PT
X para subkontraktor di atas dan ditemukan bahwa setidaknya ada 8 subkontraktor yang
tidak dapat memenuhi kriteria penilaian “Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect Hasil Pekerjaan”, “Jadwal Pelaksanaan (Progres)”, dan “Waktu pengiriman
Sumber Daya Bahan, Alat, & Pekerja”. Hasil penilaian evaluasi akhir CQSMS
subkontraktor tersebut, kemudian dibandingkan dengan hasil penilaian evaluasi
prakualifikasi CQSMS sebelumnya untuk menemukan gap di antara keduanya. Adanya
20
3 kriteria pada penilaian evaluasi akhir CQSMS yang tidak memiliki korelasi atau tidak
sinkron dengan evaluasi prakualifikasi CQSMS di awal, seperti ditunjukkan dalam
diagram matriks Tabel 1.3.
Selain itu, ditemukan juga tidak konsistennya skala nilai atau besaran skor
penilaian pada masing-masing kriteria saat evaluasi akhir CQSMS seperti pada Tabel
1.4. Identifikasi masalah di atas mengindikasikan bahwa penerpaan model sistem
penilaian pada evaluasi akhir CQSMS di PT X saat ini masih belum efektif. Dampak
dari sistem penilaian pada evaluasi akhir yang buruk akan menyulitkan dalam
memotivasi para penyedia barang dan jasa untuk selalu meningkatkan kemampuannya
(Magdalena et al., 2020). Untuk mengembangkan model sistem penilaian pada evaluasi
21
Tabel 1.3 Matriks Perbandingan Kriteria Penilaian pada Tahap Prakualifikasi CQSMS dan
Evaluasi Akhir CQSMS PT X
KRITERIA PENILAIAN Waktu Komitmen
Sistem Mutu Hasil
CQSMS TAHAP EVALUASI Sistem Jadwal pengiriman Kualitas Penanganan & Komitmen
AKHIR Implementasi Manajemen Pekerjaan / Kualitas
NO KRITERIA PENILAIAN Manajemen Pelaksanaan Sumber Daya Tenaga Penyelesaian Biaya yang
HSE Quality Implementasi Pegawai
CQSMS TAHAP HSE Plan (Progress ) Bahan, Alat Kerja Defect Disepakati
Plan Quality
PRAKUALIFIKASI & Pekerja Hasil Pekerjaan
X6 Dokumen Pendukung
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penentuan dimensi dan biaya proyek akan lebih akurat dengan meninjau aspek
sosial, budaya, eknomi, finansial, legal, teknis, dan administratif yang
komprehensif.
3. Detail desain, terdiri dari kegiatan pendalaman berbagai aspek persoalan,
desain engineering, dan pengembangan, pembuatan jadwal utama dan
anggaran, sertamenentukan perencanaan sumber daya, penyiapan perangkat,
dan penentuan peserta proyek dengan program lelang.
4. Tujuan, yaitu penetapan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci, secara
teknis dan administratif guna memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan
proyek.
5. Pengadaan, yaitu memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan dokumen
perencanaan, aturan teknis, administrasi yang lengkap, dan produk tahapan
detail desain. Dari proses ini, diperoleh penawaran yang kompetitif dari
kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan tranparansi yang baik.
Implementasi, terdiri atas kegiatan, desain engineering yang terperinci,
pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi
dan kontruksi, inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi, dan laporan
proyek penutup. Tujuan akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu,
waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan melakukan proses
perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan, dan pengendalian yang lebih cermat
serta terperinci dari proses sebelumnya. Menurut Destiani, 2021 pengendalian
proyek secara umum meliputi:
a. Pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.
b. Pengendalian organisasi lapangan.
c. Pengendalian tenaga kerja.
d. Pengendalian peralatan dan material.
Pada tahap ini, kontraktor memiliki peran dominan dengan tujuan akhir
tercapainya sasaran proyek dan memperoleh keuntungan maksimal. Peran
pemilik proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai
konsultan pengawas pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam
penyimpangan serta melakukan tindak koreksi yang diperlukan.
29
6. Operasi dan pemeliharaan, terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan
prestasi atau pencapaian akhir proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunan
yang dapat digunakan untuk kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat.
Siklus ini dapat berjalan dengan baik jika adanya usaha dari para pihak yang
terlibat untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dalam biaya, jadwal, dan
sasaran kualitas.
Masing-masing metode pemilihan ini, memiliki alur proses yang berbeda. 3 diantara
6 metode pemilihan, diantaranya melibatkan CQSMS didalam prosesnya.
31
Gambar 2.5 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Sinergi
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020
Pengadaan barang dan jasa melalui sinergi adalah kerjasama atau kolaborasi
antara BUMN, anak perusahaan dan perusahaan terafiliasi dalam penyelenggaraan
pengadaan barang dan jasa dengan mengoptimalkan kemampuan dan keunggulan
BUMN, anak perusahaan dan perusahaan terafiliasi (Prosedur PT X Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa, 2020).
Ketentuan umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui sinergi, antara
lain (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020):
1. Pengguna Barang dan Jasa : SVP Business Unit
2. Tim Pengadaan :
Ketua Tim Pengadaan : PROLOG-M (Procurement & Logistic
Manager)
Anggota Tim Pengadaan : Personil yang berasal dari Business Unit/ Proyek
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
32
Gambar 2.6 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Penunjukan
Langsung
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020
Gambar 2.7 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Tender
Terbatas / Seleksi Terbatas Proyek
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020
Pengadaan barang dan jasa melalui tender/ seleksi terbatas adalah pengadaan
barang dan jasa yang ditawarkan kepada pihak terbatas sekurang-kurangnya (2)
penawaran. (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020).
Ketentuan umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui tender/ seleksi
terbatas, antara lain (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020):
1. Tim Pengadaan :
Ketua Tim Pengadaan : SPLEM/PROLOG-M (Site Procurement Logistic
35
Dari uraian di atas, CQSMS dilibatkan dalam alur proses pengadaan barang dan
jasa PT X. Untuk itu, sebelum melakukan pekerjaan yang akan dikontrakkan kepada
rekanan penyedia barang dan jasa PT X, perlu diidentifikasi terlebih dahulu jenis
pekerjaan dan kapasitas kemampuan dari para penyedia barang dan jasa tersebut.
Bidang usaha penyedia barang dan jasa yang ada di PT X dibedakan menjadi
Perorangan dan Non-Perorangan seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.6 Bidang Usaha Penyedia Barang dan Jasa yang Ada di PT X
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020
No Bidang Usaha Jenis Bidang Usaha
1 Non-Perorangan Subkontraktor, Jasa Sewa Alat, Pemasok
2 Perorangan Mandor, Konsultan, Usaha Mikro dan Kecil, Jasa
Khusus
1. Pemilik Proyek (Owner), betindak sebagai badan atau orang yang mempunyai
gagasan dan berkewajiban membiayai proyek secara keseluruhan.
2. Konsultan Proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab menangkap ide dan
36
Menurut Ervianto (2005), kontraktor merupakan orang atau badan yang menerima
pekerjaan sekaligus melaksanakan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Kontraktor juga melakukan kontrak kerja dengan orang atau perusahaan lain untuk
memasok barang atau menyelesaikan jasa konstruksi seperti dipaparkan oleh Resmal
(2014) dalam Tanuwijaya & Sekarsari, 2018 . Kontraktor bertanggung jawab secara
langsung pada pemilik proyek (owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi
oleh tim pengawas dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim
pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan.
Fahrurrazi (2002) dalam Tanuwijaya & Sekarsari, 2018 menyebutkan
subkontraktor adalah subpelaksana konstruksi yang merupakan mitra kerja perusahaan
yang diikat dengan surat perjanjian pemborong pekerjaan. Dalam definisi lain
disebutkan bahwa subkontraktor adalah sebuah perusahaan konstruksi yang melakukan
kontrak dengan kontraktor utama untuk melakukan beberapa bagian kegiatan pekerjaan
kontaktor utama.
Pada pelaksanaan suatu konstruksi, peran subkontraktor tidak bisa dihilangkan.
Sehingga tanggung jawab dari subkontraktor harus sangat diperhatikan. Subkontraktor
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Subkontraktor yang menyediakan pekerja saja, yaitu subkontraktor yang dalam
melaksanakan pekerjaan bangunan / konstruksi hanya menyediakan tenaga
kerja dan alat kerja konstruksi (traktor, mesin pancang, dan sebagainya),
sedangkan bahan bangunan disediakan oleh perusahaan yang
mensubkontrakkan.
37
Menurut OHSAS 18001:2007 K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu) di tempat kerja. Sedangkan menurut
Occupational Safety Health Administration (OSHA) K3 adalah kepanjangan dari
kesehatan dan keselamatan kerja yang berarti aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
keselamatan manusia dan property baik dalam skala industri ataupun bukan.
Dalam praktiknya, tidak sedikit aspek K3 meliputi Lingkungan juga (K3L) atau
Health, Safety, Environment (HSE) dimana peninjauan aspek lingkungan ditinjau guna
menjamin keberlanjutan (sustainability) dari suatu usaha. Namun, terdapat jenis praktik
suatu usaha untuk mengintegrasikan aspek mutu, lingkungan, dan K3 yang dikenal
dengan Quality, Health, Safety and Environment (QHSE). QHSE adalah suatu sistem
manajemen terintegrasi yang terdiri dari 3 standar internasional, yaitu ISO 9001 (Sistem
Manajemen Mutu), ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan ISO 45001
(Sistem Manajemen K3). Gagasan QHSE ini diadopsi oleh PT X dalam
mengimplementasikan aspek mutu/ kualitas dan K3L.
Untuk quality atau mutu, dijelaskan Suarez (1992), merupakan kesesuaian yang
disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan
standar mutu yang telah ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya.
Sistem manajemen mutu artau Quality Management System adalah suatu komponen
yang saling berhubungan yang menggunakan kebijakan yang sudah ditetapkan untuk
memenuhi tujuan organisasi serta difokuskan pada kebutuhan pelanggan, lingkungan,
efisiensi energi dan sejenisnya (James, 1989). Antara Quality dan HSE management
system, difasilitasi oleh satu wadah yang mengakomodir keduanya, yaitu Contractor
Quality Safety Management System (CQSMS).
Untuk itu, perlu adanya sebuah wadah yang mampu menunjang kesinambungan
pelaksanaan SMK3 yang baik serta efektif. Terciptanya keselamatan, didukung pula
dengan kualitas pekerjaan serta kualitas pekerja yang mumpuni.
Pengendalian penyedia barang dan jasa konstruksi juga merupakan amanat dari
PERMEN PUPR No 10 Tahun 2021 Pasal 1 Ayat 19. Maka dari itu adanya CQSMS
diharapkan dapat menjadi wadah dalam mengelola penyedia barang dan jasa konstruksi
yang bekerja di lingkungan perusahaan agar memperhatikan juga menjaga pelaksanaan
aspek QHSE (Falenshina, 2012). CQSMS sedikit berbeda dengan SMK3 pada
41
umumnya, karena adanya batasan waku pelaksanaan pada kontrak pekerjaan, sehingga
perlu adanya proses ataupun tahapan mulai dari pemilihan kontraktor sampai dengan
evaluasi kinerja dalam rangka penutupan kontrak (Falenshina, 2012).
Kepemimpinan &
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Komitmen
Tujuan Kebijakan
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
& Strategi
Organisasi,
Tanggung jawab,
Sumber daya, ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Standar &
Dokumentasi
Manajemen Risiko ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Perencanaan &
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Prosedur
Pemantauan
implementasi & ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Kinerja
Audit &
Manajemen ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Review HSE
Audit &
Manajemen ✓ X X X ✓
Review Quality
Manajemen HSE ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Manajemen Qualty ✓ X X X ✓
Investigasi Insiden ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Partisipasi Pekerja ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Kompetensi &
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Pelatihan
Evaluasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
IAEA - International
PP No. OSHA 3132 dan
Referensi ILO-OSH HSE GOV UK Atomic Energy
50 tahun 2012 3133
Agency
42
Dari seluruh model sistem penilaian mutu dan K3L, 5 diantaranya merupakan
model yang umum diterapkan pada bidang industri berisiko tinggi. Adapun parameter
yang digunakan dalam mengukur ruang lingkup dari model-model diatas, mengacu pada
HSE Management Guideliness for Working Together in Contract Environment, IOGP
Report No. 423 Tahun 2010 dan aplikasi CQSMS PT X. Ditemukan bahwa model
CQSMS dan EPR (Emergency Planning Response) telah mencakup seluruh parameter
tersebut. Menurut dokumen publikasi IAEA tahun 2017, EPR model digunakan pada
industri berisiko tinggi khususnya nuklir dan radiologi. EPR model juga belum umum
digunakan di Indonesia karena tidak mengacu pada regulasi yang saat ini berjalan di
Indonesia. Atas kebijakan dari PT X, dipilih framework/ model CQSMS yang dirasa
tepat dan fleksibel untuk diaplikasikan pada industri konstruksi.
Proses pengadaan barang dan jasa, erat kaitannya dengan CQSMS karena pada
tahap prakualifikasi penyedia barang dan jasa juga diseleksi sesuai aspek Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti pada Gambar 2.5 terlihat bahwa CQSMS memegang
peranan penting dan akan selalu terkait pada proses pengadaan barang dan jasa.
Tahapan CQSMS dijabarkan sebagai berikut:
1. Risk Assessment (Penilaian Risiko)
Penilaian risiko dilakukan menggunakan metode Risk Assessment Matrix.
Planner proyek melakukan penilaian risiko atas proyek yang disiapkannya. Planner
dapat meminta bantuan dari Fungsi K3 untuk melakukan penilaian risiko. Planner juga
dapat menggunakan bank data tentang pekerjaan-pekerjaan yang dinilai berisiko yang
tersedia di bagian Contract Administration (Falenshina, 2012). Adapun hal-hal yang
mempengaruhi risiko antara lain adalah jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, potensi celaka
karena bahaya di tempat kerja, potensi celaka karena aktivitas subkontraktor, pekerjaan
simultan oleh beberapa subkontraktor, lamanya pekerjaan, serta pengalaman dan
keahlian subkontraktor.
Penilaian risiko dari pekerjaan harus dimasukkan dalam scope of work yang
dibuat oleh planner. Selain penilaian risiko pekerjaan, planner juga memasukkan
persyaratan HSE Plan dan Quality Plan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau
scope of work (SOW) yang dibuat (Falenshina, 2012).
2. Pre-Qualification (Pra-Kualifikasi)
Setelah mendapatkan Kerangka Acuan Kerja dari planner, Bagian Contract
43
Administration mengundang para subkontraktor sesuai bidder list yang telah melalui
tahapan Prakualifikasi CQSMS, dimana daftar subkontraktor lulus prakualifikasi (bank
data) tersebut telah melalui prakualifikasi yang dilakukan oleh Tim CQSMS PT X pada
saat awal implementasi CQSMS. Subkontraktor di luar bidder list dapat juga diundang
mengikuti proses tender, tetapi harus melalui tahap prakualifikasi CQSMS terlebih
dahulu dan dinyatakan lulus evaluasi CQSMS tahap prakualifikasi. Subkontraktor yang
diundang harus memiliki kemampuan K3 sesuai dengan penilaian risiko dari pekerjaan
yang telah ditentukan planner. Proses prakualifikasi dilakukan dengan cara
subkontraktor mengisi jawaban pada aplikasi CQSMS dan melengkapi bukti-bukti
program dan pelaksanaanya. Daftar pertanyaan CQSMS PT X tahap prakualifikasi
tertera pada Tabel 2.3 berikut:
PENGELOLAAN
operasional perusahaan anda
BAHAYA
aspek mutu dan K3 yang dimonitor berdasarkan HSE Plan dan Quality Plan berupa
rencana-rencana kerja termasuk mitigasi dan rekomendasi dalam job safety analysis
juga dari rencana atau sasaran program aspek mutu yang terdapat dalam dokumen
spesifikasi teknis.
Selama tahap Work in Progress, kontraktor melakukan Inspeksi Keselamatan
Kerja (Safety Inspection), Program Keselamatan Kerja (Safety Program): Safety
Meeting, Safety Inspection, Safety Promotion, Safety Communication, Emergency Drills
and Exercise, Incident Investigation.
6. Final Evaluation (Evaluasi Akhir)
Pada akhir kontrak, subkontraktor wajib menyerahkan semua laporan kegiatan
yang berhubungan dengan aspek mutu dan K3 kepada pengawas pelaksana pekerjaan
dari pihak kontraktor, selanjutnya pengawas pelaksana pekerjaan tersebut dapat
meminta masukkan dari bagian QHSE untuk ikut memberikan evaluasi terhadap kinerja
aspek mutu dan keselamatan dari subkontraktor tersebut. Project Manager memasukkan
nilai final evaluation dengan masukan dari QHSE Manager dan SPLE Manager. Hasil
evaluasi akan disimpan di bank data dan akan menjadi bahan pertimbangan apakah
subkontraktor tersebut layak untuk mendapat pekerjaan yang akan datang.
Saat ini penilaian pada evaluasi akhir Contractor Quality Safety Management
System (CQSMS) merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan kinerja mutu
dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa. Menurut Anderson dan Clancy (1991)
dalam Yuwono et al., 2003 persyaratan evaluasi untuk kinerja yang efektif yaitu sebagai
berikut:
1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu
sendiri sesuai perspektif pelanggan
2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang
bersifat customer validated
3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan,
sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif.
Dweiri et al. (2016) dalam Usman, 2018 menyatakan bahwa penilaian atau proses
seleksi penyedia barang dan jasa juga bergantung pada berbagai kriteria, seperti kualitas
produk, harga, pengiriman, ukuran keuangan, dan reputasi. Namun beberapa perusahaan
mungkin memiliki kriteria yang berbeda antara satu dengan lainnya berdasarkan
pengalaman atau tingkat kematangan perusahaan dan kesediaan data. Kriteria yang
dipakai dalam menilai kinerja juga disesuaikan dengan fokus atau Key Performance
Indicator yang ingin dicapai.
bahwa para vendor yang dapat mengikuti proses pengadaan barang dan jasa atau tender
adalah vendor dengan status Rekanan Terdaftar, Rekanan Terseleksi, dan Rekanan
Unggul. Vendor harus dinyatakan lulus seleksi CQSMS tahap pra-kualifikasi untuk
mendapatkan status tersebut. Setelah lulus seleksi dan dapat bekerja, tentunya akan ada
evaluasi terhadap kinerja para vendor. Vendor yang telah menyelesaikan masa kontrak
atau telah menandatangani Berita Acara Serah Terima 1 (BAST-1) maka wajib
dievaluasi oleh PT X menggunakan Form Evaluasi Kinerja Barang dan Jasa sesuai
bidang usahanya. Hasil evaluasi kinerja ini akan direkap setiap 3 bulan sekali, dengan
nilai rerata terakumulasi secara sistem. Nilai rerata ini akan menentukan status vendor
selanjutnya, dengan rincian sebagai berikut (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang
dan Jasa, 2020):
1. Penyedia barang dan jasa yang sebelumnya berstatus Rekanan Terdaftar jika
lulus evaluasi maka akan naik status menjadi Rekanan Terseleksi, begitu pula
sebaliknya jika tidak lulus evaluasi maka statusnya akan turun menjadi
Unverified.
2. Penyedia barang dan jasa yang sebelumnya berstatus Rekanan Terseleksi, jika
lulus evaluasi maka akan naik status menjadi Rekanan Unggul, begitu pula
sebaliknya jika tidak lulus evaluasi maka statusnya akan turun menjadi
Rekanan Terdaftar.
3. Penyedia yang sebelumnya berstatus Rekanan Unggul jika lulus evaluasi maka
akan berstatus Rekanan Unggul dan mendapatkan sertifikat yang berlaku 3
tahun serta tanda bintang emas sesuai nilai evaluasinya. Sedangkan sebaliknya
jika tidak lulus evaluasi maka statusnya akan turun menjadi Rekanan
Terseleksi.
Tabel 2.9 Kriteria Penilaian Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
Sumber: Prosedur PT X Bidang QHSE, 2020
QHSE Plan merupakan suatu rencana sistematis yang tersusun dalam bentuk
program QHSE yang dibuat oleh vendor. Maka dari itu, kualitas dokumen rencana pada
QHSE Plan merupakan hal penting yang setidaknya perlu mencakup perencanaan
Quality dan Safety Operation (Gurning, 2016) . Menurut Liang (2018) dan Mitchell
(2000) dalam Xu et al., 2021 disebutkan bahwa QHSE plan memiliki peran besar dalam
proses pengadaan barang dan jasa serta menanamkan langkah-langkah keselamatan ke
dalam siklus proyek untuk menghindari terjadinya gap antara kinerja mutu dan
keselamatan dengan proses produksi. Alangkah baiknya jika QHSE Plan tersebut dapat
diimplementasikan pada proses pengadaan barang dan jasa dalam siklus proyek.
Beberapa penelitian oleh Aksorn dan Hadikusumo (2013) dan Salas dan Hallowell
(2016) dalam Xu et al., 2021 menunjukkan dampak positif dari pemantauan dan
inspeksi keselamatan serta mutu, pengendalian vendor, pada pre-job activity dan work
in progress untuk mengurangi tingkat kecelakaan atau cedera. Menurut Kongsvik, et al.
(2011), Payne, et al. (2009), Tamim, et al. (2017), Smith & Mobley (2008), dan IOGP
(2018) dalam Selvik et al., 2021 disebutkan bahwa implementasi QHSE Plan dalam
pengadaan barang dan jasa yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidak sesuaian
berupa defect pekerjaan atau insiden seperti cedera, kecelakaan, ataupun kerusakan
lingkungan. Temuan-temuan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lagging indicator,
dimana hal tersebut bersifat reaktif atau fokus pada apa yang sudah terjadi. Temuan
harus diselidiki secara menyeluruh, sehingga perlu adanya rekomendasi tindak korektif
juga perbaikan yang teridentifikasi dengan jelas (Skad, 2019) . Pada tahap ini
diperlukan komitmen dari para vendor untuk tetap bertanggung jawab atas ketidak
sesuaian tersebut. Rekam jejak dari peristiwa serta temuan para vendor akan
berpengaruh pada penilaian kinerjanya. Untuk itu rekam jejak perlu dipertimbangkan
dalam melakukan evaluasi akhir terhadap kinerja vendor. Evaluasi tergantung pada apa
yang menjadi fokus dari kriteria dan indikator, seperti (Selvik et al., 2021) :
• Kemampuan untuk memenuhi sasaran serta kinerja mutu dan
keselamatan
• Fokus kerja dan perbaikan (improvement)
• Efek kuantitatif dari tindakan yang dilakukan
• Checklist level/ sasaran terpenuhi
52
Tabel 2.10 Skala Nilai pada Penilaian Kinerja Rekanan Penyedia Barang Dan Jasa
PT X Eksisting
Sumber: Dokumen Prosedur Bidang Pengadaan Barang Jasa PT X, 2022
No Kriteria Uraian Kriteria Skor Bobot
Memiliki standar sistem manajemen Health Safety Environment
/ HSE (mampu membuat rencana HSE), memiliki personil HSE 100
yang bersertifikat
Memiliki standar sistem manajemen Health Safety Environment
Sistem Manajemen 75
1. / HSE (mampu membuat rencana HSE), tidak memiliki personil 15%
HSE Plan
Tidak memiliki standar sistem manajemen Health Safety
Environment / HSE (mampu membuat rencana HSE), tidak 50
memiliki personil HSE yang bersertifikat
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / APD,
Alat Pelindung Kerja / APK, melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, 100
Resik, Rawat, Rajin)
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / APD,
75
2. Implementasi HSE Alat Pelindung Kerja / APK 15%
Konsisten dan disiplin memakai memakai Alat Pelindung Diri /
50
APD, melaksanakan 5R (Ringkas Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Konsisten dan disiplin melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
25
Rawat, Rajin)
Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu membuat
100
rencana Quality), memiliki personil Quality yang bersertifikat
Sistem Manajemen
3. Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu membuat 10%
Quality Plan 75
rencana Quality), tidak memiliki personil Quality yang
Tidak memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu
50
membuat rencana Quality), tidak memiliki personil Quality yang
Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap KAK,
100
Kecepatan respon terhadap permasalah
Jumlah pilihan skor yang digunakan dalam penilaian adalah berbeda antar kriteria
dan rentang skala adalah kelipatan 25 setiap pilihannya. Untuk 0 adalah skor paling
rendah atau skor minimal dan 100 adalah skor paling tinggi atau skor maksimal.
Selanjutnya setiap kriteria sudah ditentutan bobotnya seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2.11 Bobot Kriteria Penilaian Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
No Kriteria Bobot
Tabel 2.12 Formulir Perhitungan Penilaian Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
Eksisting
No Kriteria Bobot Penilaian Nilai
a b c d e=cxd
1 Sistem Manajemen HSE Plan
2 Implementasi HSE
7 Kualitas Pegawai
Total Nilai ∑
Kinerja sendiri dilaporkan sebagai hasil dari tujuan perusahaan yang dicapai
melalui strategi dan metode yang efektif seperti yang dijelaskan oleh Fairoz, Hirobumi,
& Tanak (2010) dalam Santoso, 2022 . Menurut Mirmousa & Dehnavi, 2016 yang
dikutip dari Elahi dkk. (2010) ketika sebuah organisasi memutuskan untuk bekerja sama
dengan vendor dalam menyediakan kebutuhannya dapat diartikan bahwa kinerja
organisasi akan bergantung pada vendor tersebut, sehingga apabila organisasi salah
dalam memilih vendor maka akan timbul masalah yang sulit diatasi.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan, ukuran,
dan penilaian. Strategi untuk meningkatkan kinerja salah satunya adalah melalui penentuan
tujuan dari setiap unit organisasi (Jayakusumah, 2014). Oleh karena itu, tujuan, ukuran,
serta penilaian ini akan memberi arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya
perilaku kerja secara organisasi maupun individu yang diharapkan oleh PT X terhadap
setiap vendor yang bekerja di bawahnya.
4. Evaluasi
2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan AHP sebagai
metode, dalam penelitian-penelitian tersebut telah diuraikan terkait dengan pengertian
AHP. AHP adalah suatu metode yang dikembangkan oleh Saaty, 1987 yang digunakan
dalam pengambilan keputusan multi kriteria dengan tujuan membantu menyelesaikan
masalah keputusan yang kompleks melalui pengambilan langkah evaluasi secara
subjektif dan objektif, sebagaimana disampaikan oleh Dweiri et al., (2016) dalam
Usman, 2018. Dalam implementasinya, AHP menggunakan hierarki untuk menyusun
keputusan dimana langkah pertamanya yaitu penentuan kriteria. AHP merupakan teori
pengukuran yang tepat digunakan untuk mengatasi permasalahan dengan kriteria
kuantitatif dan intangible (UmaDevi et al., 2012) . Penelitian yang dilakukan oleh
Kumar et al., (2009) menguraikan bahwa evaluasi atau penilaian dan pemilihan vendor
termasuk dalam masalah Multiple Criteria Decesion Making (MCDM) yang melibatkan
banyak kriteria dan dalam mengatasi masalah terkait MCDM, metode AHP merupakan
metode yang banyak digunakan karena mudah dalam menangani proses pengambilan
keputusan dengan jumlah kriteria yang banyak (Usman, 2018).
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami, antara lain (Moi, 2015):
1. Decomposition
Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh
menjadi unsur-unsurnya ke dalam bentuk hierarki proses pengambilan
keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Hierarki
masalah yang disusun selanjutnya digunakan untuk membantu proses
pengambilan keputusan dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh
elemen keputusan yang terlibat. Struktur hierarki keputusan tersebut dapat
dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hierarki keputusan
disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan
terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hierarki
keputusan disebut incomplete apabila kondisinya menunjukkan kebalikan
dari hierarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni:
58
D E F G
D 1 3 7 9
E 1/3 1 1/4 1/8
F 1/7 4 1 5
G 1/9 8 1/5 1
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector
method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan
keputusan. Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau
penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria- kriteria yang berada
dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk
mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun
sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Untuk melengkapi
pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka akan diberikan
61
4. Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen
vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya
diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan
pengambilan keputusan. Logical Consistency dilakukan dengan menguji
konsistensi indeks dan rasio.
Hal yang membedakan AHP dengan model-model pengambilan
62
keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Model
AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka
ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan
dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus
mambandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision
maker dapat menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa harus berfikir
apakah persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Penentuan
konsistensi dari matriks itu sendiri didasarkan atas eigen value maximum.
Yang diperoleh dengan rumus (2.1) sebagai berikut:
𝜆 max
CI
−𝑛= .......................................................................................................
𝑛−
1 (2.1)
Keterangan :
matriks
CR=
𝐶I
.......................................................................................................
𝑅𝐼
(2.2)
Keterangan :
CR = Rasio konsistensi
RI = Indeks random
63
Nilai indeks random bisa didapatkan dari Tabel 2.10 berikut ini:
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.48
2.8 Sintesis
Dari uraian studi literatur dan landasan teori yang sudah dibahas di atas, maka
pada awal penelitian ini didapatkan beberapa poin Variabel X (Variabel Bebas) yaitu 6
variabel dalam sistem penilaian pada evaluasi akhir CQSMS untuk meningkatkan
kinerja rekanan penyedia barang dan jasa pada proyek konstruksi PT X. Berikut ini
merupakan sintesis- sintesis dalam kerangka konsep penelitian yang disusun
berdasarkan latar belakang dan studi literatur dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Adanya sistem penilaian yang efektif, membuat vendor yang tidak kompeten dapat
terseleksi (Olanrewaju et al., 2022). Vendor yang kompeten dapat menghasilkan kinerja
mutu dan keselamatan yang baik, sehingga mendukung kontraktor untuk bisa terus
meningkatkan kinerja proyeknya.
X6 Dokumen Pendukung
1. Menghasilkan Barang dan Jasa yang tepat kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi, dan penyedia;
3. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan Tabel 3.1 dan jenis pernyataan penelitian yang digunakan, maka
metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan jenis pertanyaan
“Bagaimana” adalah menggunakan metode studi kasus. Sedangkan untuk menjawab
pertanyaan “Apa” dalam suatu penelitian ialah menggunakan metode survei. Sehingga
untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka strategi penelitan yang
diambil adalah sebagai berikut:
Tabel 3.17 Strategi Penelitian yang Digunakan pada Penelitian Penulis
No Rumusan Masalah Pertanyaan yang Strategi
Digunakan
1 Bagaimana proses pengadaan Bagaimana (How) Analisis arsip,
barang dan jasa menggunakan kuesioner, validasi
CQSMS di PT X? pakar
QHSE PT X
Pada penelitian ini, penulis melakukan studi kasus pada sample proyek konstruksi
jalan tol PT X. Dari data-data eksisting proyek, hasil dan pengolahan kuesioner, serta
didukung dengan validasi pakar, penulis berharap bisa menjawab pertanyaan penelitian
dan mendapatkan pembuktian dari hipotesis penelitian ini serta menghasilkan output
penelitian berupa model pengembangan sistem penilain pada evaluasi akhir Contractor
Quality Safety Management System (CQSMS).
penelitian yang akan dilakukan. Tahapan penelitian ini bertujuan agar penelitian dapat
dilakukan secara efektif dan efisien serta menghasilkan output yang relevan. Berikut
tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis disajikan pada Gambar 3.1:
sistem penilaian kinerja mutu dan K3L khususnya CQSMS yang diterapkan
di beberapa negara secara umum, serta teori mengenai metode Delphi dan
MCDM (Multi Criteria Decision Making) terkhusus AHP (Analytical
Hierarchy Process).
2) Identifikasi masalah
Pada tahap awal identifikasi masalah, penulis melakukan kajian literatur
terkait penerapan CQSMS dan penilaian kinerja vendor khususnya aspek
mutu dan K3L dengan mengangkat studi kasus di PT X.
3) Rumusan masalah
Pada tahap awal perumusan masalah, penulis menyusun pertanyaan penelitian
yang didasarkan pada hasil identifikasi masalah dengan mengangkat studi
kasus di PT X.
4) Tujuan penelitian
Pada tahap awal tujuan penelitian, penulis menyusun tujuan serta output yang
ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan guna menjawab pertanyaan
penelitian dengan mengangkat studi kasus di PT X.
B. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari:
1) Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah melalui analisis
arsip, studi literature, dan metode Delphi guna mengumpulkan data awal
terkait variabel/ kriteria dalam tahap evaluasi akhir CQSMS yang dibutuhkan
sebagai bahan penyusunan kuesioner yang akan diberikan kepada pakar,
selanjutnya penyebaran kuesioner yang telah disusun kepada pakar melalui
wawancara terstruktur.
2) Pengolahan data
Pada tahap pengolahan data dilakukan penyajian dan klasifikasi data-data
yang sudah terkumpul untuk memberikan gambaran dalam melakukan
tahapan selanjutnya, yaitu analisis data. Data yang akan diolah adalah data
hasil kuesioner secara terstruktur kepada pakar, yaitu berupa variabel/ kriteria
pada tahap evaluasi akhir CQSMS yang memiliki pengaruh terhadap kinerja
mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa di PT X.
70
3) Analisis data
Pada tahap analisis data dilakukan pengkajian terhadap variabel/ kriteria
kemudian dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP). Metode ini adalah suatu teknik statistik yang mampu memeringkat
alternatif keputusan. Tujuan dari metode ini adalah memilih kriteria yang
terbaik dari beberapa kriteria yang tersedia. Beberapa kriteria akan
dibandingkan satu dengan lainnya hingga tersusun tingkat kepentingannya
lalu dipertimbangkan prioritas dari masing-masing alternatif, manakah yang
dinilai terbaik dan memiliki nilai pembobotan yang lebih besar, berdasarkan tujuan
yang akan dicapai. Variabel/ kriteria yang telah dianalisis selanjutnya
dirangkum dan disusun menjadi rekomendasi model sistem penilaian tahap
evaluasi akhir CQSMS dan dilakukan validasi ke para pakar melalui survei
kuesioner, untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selanjutnya dilakukan uji
penerapan model sistem penilaian tahap evaluasi akhir CQSMS kepada
sample rekanan penyedia barang dan jasa PT X guna melihat apakah
rekomendasi model sistem yang baru telah tepat untuk diimplementasikan.
C. Tahap Akhir
Tahap akhir terdiri dari:
1) Penyusunan kesimpulan dan saran
Pada tahap akhir penyusunan kesimpulan dan saran, dilakukan evaluasi
dengan cara menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan
serta memberikan saran dan rekomendasi untuk pengembangan dan
penelitian selanjutnya.
KRITERIA REFERENSI
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.3) SIA & SIO / Lisensi Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Singh & Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.4) SKA & SKT Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Singh & Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
X3 Implementasi QHSE Tahap Work In Progress
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.1) Safety Induction Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Lingard et al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Lingard et al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.4) Inspeksi QHSE Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja Bidang QHSE PT X, Neamat (2019)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.6) Housekeeping (5R) Bidang QHSE PT X, Neamat (2019)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan Bidang QHSE PT X, Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE Bidang QHSE PT X, Lingard et al.
(2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.10) Laporan QHSE Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
X4
Hasil Pekerjaan
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (accident,
Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Incident, Near miss) Raheem & Hinze (2014)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.3) Frequency Rate Bidang QHSE PT X, Raheem & Hinze
(2014)
(X5.4) Severity Rate Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Bidang QHSE PT X, Raheem & Hinze
(2014)
73
KRITERIA REFERENSI
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan Bidang QHSE PT X, Niu et al. (2023)
X6 Dokumen Pendukung
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Variabel penelitian tersebut dianggap sebagai kriteria yang dinilai dapat mewakili
sifat, perilaku, serta proses yang mempengaruhi kinerja mutu dan K3L vendor. Kriteria
ini mampu membantu proses penilaian vendor untuk mengetahui kinerja mutu dan K3L.
Kriteria ini juga disusun dalam model yang sangat efektif dan mencakup seluruh
tahapan dari CQSMS. Seperti pada Tabel 1.3 terlihat bahwa model sistem penilaian
pada evaluasi akhir CQSMS yang saat ini diterapkan oleh PT X masih belum konsisten
dan kurang relevan dengan aspek yang ditinjau khusus dalam CQSMS itu sendiri.
Dengan dikembangkannya kriteria-kriteria baru ini diharapkan penilaian pada evaluasi
akhir CQSMS dapat terfokus pada aspek mutu dan K3L yang ditinjau pada setiap
tahapan proses CQSMS.
Untuk itu, dilakukan analisis pada kriteria-kriteria tersebut untuk mengetahui
tingkat kepentingan antar kriteria yang diwakilkan dengan bobot dan skala nilai
tertentu. Kemudian akan dilakukan perancangan suatu model sistem penilaian pada
evaluasi akhir CQSMS berupa formulir, agar dapat memberikan kontribusi untuk
meningkatkan kinerja mutu dan K3L pada proyek konstruksi PT X.
Tabel 3.20 Kuesioner Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
3 Selection
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan Dokumen Pengadaan
Pemenang pada tahap Selection CQSMS Barang dan Jasa PT X 2020,
Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
4 Contract Award
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan Dokumen Pengadaan
Pemenang pada tahap Contract Award Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
5 Pre-Job Activity
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada Dokumen Pengadaan
tahap Pre-Job Activity CQSMS Barang dan Jasa PT X 2020,
Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
6 Work In Progress
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada Dokumen Pengadaan
tahap Work In Progress CQSMS Barang dan Jasa PT X 2020,
Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
7 Final Evaluation
- Tahap Selesai ditandai dengan vendor Dokumen Pengadaan
menyelesaikan pekerjaan dan dilakukan Barang dan Jasa PT X 2020,
evaluasi kinerja Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
1 Risk Assessment
- Tidak terdapat tahapan pengadaan barang dan
jasa pada tahap Risk Assessment CQSMS
2 Prequalification
- Terdapat tahapan Surat Pernyataan
Kesanggupan Mematuhi K3LMP dan Evaluasi
Vendor Melalui Aplikasi Vendor Management
pada tahap Prequalification CQSMS
3 Selection
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan
Pemenang pada tahap Selection CQSMS
4 Contract Award
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan
Pemenang pada tahap Contract Award CQSMS
5 Pre-Job Activity
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada tahap
Pre-Job Activity CQSMS
6 Work In Progress
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada tahap
Work In Progress CQSMS
7 Final Evaluation
- Tahap Selesai ditandai dengan vendor
menyelesaikan pekerjaan dan dilakukan evaluasi
kinerja
Tabel 3.22 Kuesioner Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor
Tabel 3.24 Skala Penilaian yang Digunakan dalam Mengisi Kuesioner Responden
Skala Penilaian
1 Kedua kriteria sama penting
3 Kriteria (A) sedikit lebih penting dibanding Kriteria (B)
5 Kriteria (A) lebih penting dibanding Kriteria (B)
7 Kriteria (A) sangat lebih penting dibanding Kriteria (B)
9 Kriteria (A) jauh sangat lebih penting dibanding Kriteria (B)
2,4,6,8 Nilai tengah-tengah
79
Tabel 3.25 Penggalan Kuesioner Validasi Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L
Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS
X6 Dokumen Pendukung
proyek konstruksi PT X.
Uji Konsistensi
Proses tahap uji konsistensi adalah dengan menentukan nilai CI
(Consistency Index). Setelah mendapatkan nilai CI, maka proses berikut
adalah menentukan nilai CR (Consistency Rasio).
Kemudian dilakukakan pembuatan skala nilai dan skala hasil evaluasi untuk
model sistem penilaian berdasarkan hasil analisis dari AHP dan studi literatur.
Setelah itu didapatkan model sistem penilaian baru pada evaluasi akhir CQSMS.
4. BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
88
4.1.1 Studi dan Analisis Arsip Proses Pengadaan Barang dan Jasa PT X
Pada pengumpulan data tahap 1, penulis melakukan pengumpulan data melalui
identifikasi satu persatu tahapan yang tertera pada bagan alur proses pengadaan barang
dan jasa PT X. Untuk bagan alur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa berdasarkan
Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, digunakan sebagai data dasar proses
pelaksanaan CQSMS di PT X. Segmentasi pengadaan barang dan jasa di PT X terbagi
berdasarkan besaran kontrak pekerjaan yang akan dilaksanakan, walaupun pada
dasarnya alur pengadaan barang dan jasa pada setiap segmentasi tersebut adalah sama.
Penulis melakukan penelusuran atas data yang memiliki kaitan dengan aspek QHSE
berupa prosedur, surat pernyataan, formulir, bank data pada aplikasi vendor
management system, dan dokumen pendukung lainnya. Data ini digunakan untuk
mengidentifikasi proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X.
Adapun berikut merupakan bagan alur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
berdasarkan Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X.
Setelah melakukan analisis arsip rangkaian proses pengadaan barang dan jasa di
PT X, penulis kembali mengidentifikasi proses CQSMS yang umum dilakukan di
proyek konstruksi Indonesia. Proses CQSMS di PT X dimulai pada tahap
penandatanganan surat pernyataan kesanggupan mematuhi K3LMP dan berlanjut pada
setiap tahap berikutnya hingga selesai. Proses pengadaan barang dan jasa di PT X
berjalan linier dengan proses CQSMS. Alur proses CQSMS didapat melalui studi
literatur, yang umumnya proses ini telah diterapkan di dunia konstruksi Indonesia.
Sehingga didapatkan bagan alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunaan CQSMS
sebagai berikut:
Surat
Evaluasi vendor
pernyataan BA
melalui aplikasi Vendor bekerja Selesai
kesanggupan penentuan
vendor
mematuhi pemenang
management
K3LMP
1. Prakualifikasi
penyedia barang/ jasa
2. Seleksi penilaian
penyedia barang/ jasa
3. Evaluasi kinerja
penyedia barang/ jasa
Gambar 4.13 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
Sumber: Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020 diolah kembali oleh penulis
Tabel 4.26 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa
Menggunakan CQSMS
N Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Pengalaman Pendidikan
o Bekerja
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3
Tabel 4.27 Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
Jumlah
No Tahap Referensi P1 P2 P3 P4 P5
Ya
1 Risk Assessment
- Tidak terdapat tahapan pengadaan Dokumen Pengadaan
barang dan jasa pada tahap Risk Barang dan Jasa PT X 2020,
Assessment CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Tidak 4
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
2 Prequalification
- Terdapat tahapan Surat
Pernyataan Kesanggupan
Dokumen Pengadaan
Mematuhi K3LMP pada
Barang dan Jasa PT X 2020,
Prequalification CQSMS
Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
- Terdapat tahapan Evaluasi
Pertamina 2021, PERMEN
Vendor Melalui Aplikasi Vendor
PUPR No 10 Tahun 2021
Management pada
Prequalification CQSMS
3 Selection
- Terdapat tahapan Berita Acara Dokumen Pengadaan
Penentuan Pemenang pada Barang dan Jasa PT X 2020,
Selection CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
4 Contract Award
- Terdapat tahapan Berita Acara Dokumen Pengadaan
Penentuan Pemenang pada Barang dan Jasa PT X 2020,
Contract Award CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
5 Pre-Job Activity
- Terdapat tahapan Vendor Dokumen Pengadaan
Bekerja pada Pre-Job Activity Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
91
Jumlah
No Tahap Referensi P1 P2 P3 P4 P5
Ya
6 Work In Progress
- Terdapat tahapan Vendor Dokumen Pengadaan
Bekerja pada Work In Progress Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
7 Final Evaluation
- Tahap Selesai ditandai dengan Dokumen Pengadaan
vendor menyelesaikan pekerjaan Barang dan Jasa PT X 2020,
dan dilakukan evaluasi kinerja Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
Berdasarkan jawaban dari masing – masing pakar yang didapat melalui survei
kuesioner, dapat ditentukan bahwa tahapan dari pengadaan barang dan jasa di PT X
telah teridentifikasi dalam proses CQSMS. Adapun tahap Risk Assessment pada proses
CQSMS yang tidak tercakup dalam bagan alur pengadaan barang dan jasa di PT X. Dari
hasil analisis tersebut didapatkan bahwa bagan alur proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X dapat dterima.
Tabel 4.28 Tabel Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor
Sumber: Data primer pakar, dan diolah kembali oleh Penulis
Kelompok
Kriteria Teridentifikasi
Kriteria
(X1) Kualitas (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE Prequalificatio
Dokumen QHSE (X1.2) HIRADC n
Plan
(X1.3) Sasaran & Program QHSE
(X1.4) Struktur Organisasi
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
(X2) (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan Pre-Job
Implementasi (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja Activity
QHSE Tahap Pre
Job Activity (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
(X2.4) SKA & SKT
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
(X3) (X3.1) Safety Induction Work In
Implementasi (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting Progress
QHSE Tahap
Work In Progress (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X3.4) Inspeksi QHSE
(X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
(X3.6) Housekeeping (5R)
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE
(X4) Komitmen Work In
Penanganan & Progress
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
Penyelesaian
Defect
(X5) Lagging (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk Work In
Indicator Kinerja (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Progress
QHSE Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
(X5) Dokumen Final
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
Pendukung Evaluation
Tabel 4.29 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja
Mutu dan K3L Vendor
N Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Pengalaman Pendidikan
o Bekerja
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3
Tabel 4.30 Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar
N
Kriteria P1 P2 P3 P4 P5 Tanggapan
o
Komitmen menejemen dan Kebijakan
1 Ya Ya Ya Ya Ya
QHSE
2 HIRADC Ya Ya Ya Ya Ya
3 Sasaran & Program QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
P2: Setiap perusahaan
sudah pasti mempunyai
4 Struktur organisasi Ya Tidak Ya Ya Ya
struktur organsasinya
masing-masing
5 Rencana tanggap darurat Ya Ya Ya Ya Ya
6 Inspection Test Plan / ITP Ya Ya Ya Ya Ya
Metode pelaksanaan / Method
7 Ya Ya Ya Ya Ya
statement
8 Laporan pemeriksaan kesehatan Ya Ya Ya Ya Ya
9 Jaminan kesehatan tenaga kerja Ya Ya Ya Ya Ya
10 SIA & SIO / Lisensi Ya Ya Ya Ya Ya
11 SKA & SKT Ya Ya Ya Ya Ya
Sertifikat material (millsheet, factory
12 Ya Ya Ya Ya Ya
test, dll)
13 Safety Induction Ya Ya Ya Ya Ya
14 Safety talk & Tool box meeting Ya Ya Ya Ya Ya
Izin kerja & CSA (Construction Safety
15 Ya Ya Ya Ya Ya
Analysis)
16 Inspeksi QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
Alat pelindung diri & Alat pelindung
17 Ya Ya Ya Ya Ya
kerja
18 Housekeeping (5R) Ya Ya Ya Ya Ya
94
N
Kriteria P1 P2 P3 P4 P5 Tanggapan
o
Penggunaan material ramah P2: Menyesuaikan
19 Ya Tidak Ya Ya Ya
lingkungan pekerjaan di lapangan
20 Simulasi tanggap darurat Ya Ya Ya Ya Ya
21 Rapat koordinasi QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
22 Laporan QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
23 Tindak lanjut perbaikan temuan Ya Ya Ya Ya Ya
24 Laporan Non-Conformance produk Ya Ya Ya Ya Ya
Laporan Kejadian Kecelakaan
25 Ya Ya Ya Ya Ya
(Accident, Incident, Near miss)
26 FR (Frequancy Rate) Ya Ya Ya Ya Ya
27 SR (Severity Rate) Ya Ya Ya Ya Ya
28 Laporan Kerusakan lingkungan Ya Ya Ya Ya Ya
29 Nilai rata-rata evaluasi triwulan Ya Ya Ya Ya Ya
Jumlah Jawaban
No Indikator Penilaian Hasil
Ya Tidak
Kualitas Dokumen QHSE Plan
1 Komitmen menejemen dan Kebijakan QHSE 5 0 Berpengaruh
2 HIRADC 5 0 Berpengaruh
3 Sasaran & Program QHSE 5 0 Berpengaruh
4 Struktur organisasi 4 1 Berpengaruh
5 Rencana tanggap darurat 5 0 Berpengaruh
6 Inspection Test Plan / ITP 5 0 Berpengaruh
7 Metode pelaksanaan / Method statement 5 0 Berpengaruh
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
8 Laporan pemeriksaan kesehatan 5 0 Berpengaruh
9 Jaminan kesehatan tenaga kerja 5 0 Berpengaruh
10 SIA & SIO / Lisensi 5 0 Berpengaruh
11 SKA & SKT 5 0 Berpengaruh
12 Sertifikat material (millsheet, factory test, dll) 5 0 Berpengaruh
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress
13 Sertifikat material (millsheet, factory test, dll) 5 0 Berpengaruh
14 Safety Induction 5 0 Berpengaruh
15 Safety talk & Tool box meeting 5 0 Berpengaruh
16 Izin kerja & CSA (Construction Safety Analysis) 5 0 Berpengaruh
17 Inspeksi QHSE 5 0 Berpengaruh
18 Alat pelindung diri & Alat pelindung kerja 5 0 Berpengaruh
95
Jumlah Jawaban
No Indikator Penilaian Hasil
Ya Tidak
19 Housekeeping (5R) 5 0 Berpengaruh
20 Penggunaan material ramah lingkungan 4 1 Berpengaruh
21 Simulasi tanggap darurat 5 0 Berpengaruh
22 Rapat koordinasi QHSE 5 0 Berpengaruh
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
23 Tindak lanjut perbaikan temuan 5 0 Berpengaruh
Lagging Indicator Kinerja QHSE
24 Non-Conformance produk 5 0 Berpengaruh
Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident,
25 Berpengaruh
Incident, Near miss) 5 0
26 FR (Frequancy Rate) 5 0 Berpengaruh
27 SR (Severity Rate) 5 0 Berpengaruh
28 Laporan Kerusakan lingkungan 5 0 Berpengaruh
Dokumen Pendukung
29 Nilai rata-rata evaluasi triwulan 5 0 Berpengaruh
Berdasarkan nilai modus dari hasil validasi pakar tersebut dapat ditentukan
apakah kriteria penilaian kinerja mutu dan K3L vendor yang telah diidentifikasi, dapat
dipertahankan atau dieliminasi. Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa seluruh
kriteria penilaian dapat dipertahankan.
Tabel 4.32 Data Profil Pakar pada Proses Assessment Daftar Kriteria Penilaian
Kinerja Vendor
No Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Bekerja Pengalaman Pendidikan
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3
QHSE Plan, (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity, (X3) Implementasi
QHSE Plan Tahap Work In Progress, (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect, (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE, (X6) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan.
Putaran kedua dilakukan pada tingkat kriteria, seperti dalam tabel berikut ini.
NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
1 X5.1 - X5.2 0,143 0,200 0,250 0,500 1,000 0,324
2 X5.1 - X5.3 0,200 0,333 1,000 1,000 4,000 0,768
3 X5.1 - X5.4 0,250 0,333 1,000 1,000 4,000 0,803
4 X5.1 - X5.5 3,000 5,000 5,000 2,000 6,000 3,898
5 X5.2 - X5.3 4,000 4,000 3,000 4,000 4,000 3,776
6 X5.2 - X5.4 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000
7 X5.2 - X5.5 5,000 6,000 5,000 5,000 8,000 5,697
8 X5.3 - X5.4 1,000 3,000 3,000 3,000 1,000 1,933
9 X5.3 - X5.5 4,000 5,000 5,000 4,000 4,000 4,373
10 X5.4 - X5.5 4,000 4,000 5,000 4,000 4,000 4,183
Berdasarkan prinsip AHP sebagaimana dijelaskan pada sub bab 2.7, merupakan
suatu teori tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari
perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu. Perbandingan-perbandingan ini
dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar. Dalam hakikatnya AHP
memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan
ketergantungan diantara kelompok elemen strukturnya. Pada penelitian ini penentuan
bobot kriteria melalui prinsip AHP diperoleh dengan mentabulasikan hasil kuesioner
dalam bentuk matrik perbandingan berpasangan seperti terlihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.45 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas
Dokumen QHSE Plan
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X1
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 JUMLAH
0,089 0,048 0,065 0,046 0,105
X1.1 0,069 0,212 0,634
0,214 0,148 0,277 0,173 0,195
X1.2 0,166 0,119 1,291
103
Tabel 4.46 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi
QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X2
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 JUMLAH
X2.1 0,075 0,043 0,074 0,126 0,073 0,391
X2.2 0,355 0,202 0,149 0,225 0,180 1,111
X2.3 0,191 0,257 0,190 0,152 0,202 0,992
X2.4 0,200 0,302 0,422 0,337 0,368 1,628
X2.5 0,180 0,197 0,165 0,161 0,176 0,879
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000
Tabel 4.47 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi
QHSE Plan Tahap Work In Progress
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X3
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 JUMLAH
X3.1 0,050 0,035 0,053 0,020 0,058 0,055 0,086 0,057 0,026 0,028
0,469
X3.2 0,058 0,040 0,049 0,021 0,063 0,063 0,074 0,057 0,026 0,028
0,480
X3.3 0,266 0,229 0,279 0,250 0,225 0,197 0,147 0,296 0,280 0,259
2,428
X3.4 0,170 0,132 0,078 0,070 0,145 0,086 0,134 0,149 0,184 0,230
1,377
X3.5 0,044 0,032 0,063 0,024 0,051 0,060 0,052 0,071 0,044 0,042
0,483
X3.6 0,038 0,027 0,059 0,034 0,035 0,042 0,042 0,043 0,028 0,032
0,381
X3.7 0,016 0,015 0,052 0,037 0,027 0,028 0,028 0,014 0,023 0,027
0,267
X3.8 0,050 0,040 0,054 0,056 0,041 0,055 0,109 0,057 0,064 0,071
0,597
X3.9 0,050 0,208 0,133 0,213 0,155 0,198 0,159 0,120 0,134 0,116
1,487
X3.10 0,258 0,240 0,180 0,275 0,200 0,217 0,171 0,134 0,191 0,167
2,032
TOTAL
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000
104
Tabel 4.48 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging
Indicator Kinerja QHSE
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X5
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 JUMLAH
X5.1 0,145 0,161 0,122 0,101 0,204 0,732
X5.2 0,448 0,496 0,600 0,502 0,297 2,344
X5.3 0,189 0,131 0,159 0,242 0,228 0,950
X5.4 0,181 0,124 0,082 0,125 0,218 0,731
X5.5 0,037 0,087 0,036 0,030 0,052 0,243
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000
Setelah melakukan normalisasi setiap kolom dan mendapatkan total 1,00 untuk
masing-masing kolom maka tahap keempat adalah penentuan bobot atau nilai prioritas
setiap kriteria. Tabel 4.25 sampai Tabel 4.28 menampilkan jumlah dan bobot untuk
masing-masing kriteria.
Tabel 4.50 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE
Plan
BOBO
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X1 T
LOKAL
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 JUMLAH
X1.1 0,089 0,069 0,048 0,065 0,046 0,212 0,105 0,634 0,091
X1.2 1,291
105
BOBO
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X1 T
LOKAL
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 JUMLAH
0,214 0,166 0,148 0,277 0,173 0,119 0,195 0,184
X1.3 0,193 0,116 0,103 0,081 0,074 0,106 0,080 0,752 0,107
X1.4 0,079 0,035 0,074 0,058 0,057 0,053 0,048 0,403 0,058
X1.5 0,132 0,065 0,095 0,069 0,068 0,046 0,076 0,551 0,079
X1.6 0,111 0,368 0,257 0,287 0,391 0,264 0,282 1,960 0,280
X1.7 0,183 0,182 0,275 0,163 0,192 0,200 0,214 1,409 0,201
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 7,000 1,000
Tabel 4.51 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan
Tahap Pre Job Activity
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X2 BOBOT
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 JUMLAH LOKAL
X2.1 0,075 0,043 0,074 0,126 0,073 0,391 0,078
X2.2 0,355 0,202 0,149 0,225 0,180 1,111 0,222
X2.3 0,191 0,257 0,190 0,152 0,202 0,992 0,198
X2.4 0,200 0,302 0,422 0,337 0,368 1,628 0,326
X2.5 0,180 0,197 0,165 0,161 0,176 0,879 0,176
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,000
Tabel 4.52 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan
Tahap Work In Progress
BOBO
T
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X3
LOKA
L
JUMLA
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10
H
X3.1
0,050 0,035 0,053 0,020 0,058 0,055 0,086 0,057 0,026 0,028 0,469 0,047
X3.2
0,058 0,040 0,049 0,021 0,063 0,063 0,074 0,057 0,026 0,028 0,480 0,048
X3.3
0,266 0,229 0,279 0,250 0,225 0,197 0,147 0,296 0,280 0,259 2,428 0,243
X3.4
0,170 0,132 0,078 0,070 0,145 0,086 0,134 0,149 0,184 0,230 1,377 0,138
X3.5
106
0,044 0,032 0,063 0,024 0,051 0,060 0,052 0,071 0,044 0,042 0,483 0,048
X3.6
0,038 0,027 0,059 0,034 0,035 0,042 0,042 0,043 0,028 0,032 0,381 0,038
X3.7
0,016 0,015 0,052 0,037 0,027 0,028 0,028 0,014 0,023 0,027 0,267 0,027
X3.8
0,050 0,040 0,054 0,056 0,041 0,055 0,109 0,057 0,064 0,071 0,597 0,060
X3.9
0,050 0,208 0,133 0,213 0,155 0,198 0,159 0,120 0,134 0,116 1,487 0,149
X3.10
0,258 0,240 0,180 0,275 0,200 0,217 0,171 0,134 0,191 0,167 2,032 0,203
TOTA
L 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000 1,000
Tabel 4.53 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja
QHSE
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X5 BOBOT
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 JUMLAH LOKAL
X5.1 0,145 0,161 0,122 0,101 0,204 0,732 0,146
X5.2 0,448 0,496 0,600 0,502 0,297 2,344 0,469
X5.3 0,189 0,131 0,159 0,242 0,228 0,950 0,190
X5.4 0,181 0,124 0,082 0,125 0,218 0,731 0,146
X5.5 0,037 0,087 0,036 0,030 0,052 0,243 0,049
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,000
Tabel 4.58 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator
Kinerja QHSE
Hasil menunjukan bahwa nilai CR yang dihasilkan ≤ 0,1 maka rasio konsistensi
dari perhitungan tersebut dapat diterima (konsisten). Dari hasil pembobotan yang
dilakukan dapat dilihat bahwa kelompok kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan Tahap
Work In Progress merupakan kriteria paling penting dengan bobot 0,316 dan kriteria
dengan bobot terendah adalah kriteria (X6) Dokumen Pendukung dengan bobot 0,076.
Pada masing-masing kriteria, diberlakukan hal yang sama. Dengan melakukan pair wise
comparison pada kriteria tersebut, sehingga didapatkan urutan kriteria berdasarkan
besar bobotnya. Untuk kelopok kriteria yang hanya memiliki 1 kriteria, seperti (X4)
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect dan (X6) Dokumen Pendukung tidak
perlu dilakukan pair wise comparison lagi. Hasil lengkap bobot lokal dan ranking setiap
kriteria ditampilkan dalam Tabel 4.34.
109
BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X
Kualitas Dokumen QHSE Plan 9,12% 5
1
X
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity 10,63% 4
2
X
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress 31,63% 1
3
X Komitmen Penanganan dan Penyelesaian Defect
17,01% 3
4 (Tindak Lanjut Perbaikan Temuan)
X
Lagging Indicator Kinerja QHSE 24,03% 2
5
X
Dokumen Pendukung (Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan) 7,58% 6
6
TOTAL 100,00%
Tabel 4.60 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan
BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X1.1 Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE 9,06% 5
X1.2 HIRADC 18,45% 3
X1.3 Sasaran & Program QHSE 10,75% 4
X1.4 Struktur Organisasi 5,75% 7
X1.5 Rencana Tanggap Darurat 7,87% 6
X1.6 Inspection Test Plan / ITP 28,00% 1
X1.7 Metode Pelaksanaan / Method Statement 20,13% 2
TOTAL 100,0%
Tabel 4.61 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X2.
Laporan Pemeriksaan Kesehatan
1 7,82% 5
X2.
Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
2 22,21% 2
X2.
SIA & SIO / Lisensi
3 19,83% 3
X2.
SKA & SKT
4 32,55% 1
X2.
Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
5 17,58% 4
TOTAL 100,00%
110
Tabel 4.62 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress
BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X3.1 Induksi K3L 4,69% 8
X3.2 Safety Talk & Tool Box Meeting 4,80% 7
X3.3 Izin Kerja & CSA (Construction Safety Analysis) 24,28% 1
X3.4 Inspeksi Mutu & K3L 13,77% 4
X3.5 Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja 4,83% 6
X3.6 Housekeeping (5R) 3,81% 9
X3.7 Penggunaan Material Ramah Lingkungan 2,67% 10
X3.8 Simulasi Tanggap Darurat 5,97% 5
X3.9 Rapat Koordinasi Mutu & K3L 14,87% 3
X3.10 Laporan Mutu & K3L 20,32% 2
TOTAL 100,00%
BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X5.
Laporan Non-Conformance Produk 14,64% 3
1
X5.
Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss) 46,87% 1
2
X5.
FR (Frequency Rate) 19,00% 2
3
X5.
SR (Severity Rate) 14,62% 4
4
X5.
Laporan Kerusakan Lingkungan 4,86% 5
5
TOTAL 100,00%
Bobot lokal pada perhitungan diatas diolah kembali untuk mendapatkan bobot global
yang secara general dapat digunakan untuk melakukan penilaian . Bobot global didpat dengan
mengalikan bobot lokal pada putaran pertama dengan bobot lokal pada puitaran kedua.
Berikut ini merupakan rekapitulasi bobot lokal dan bobot global yang digunakan, dapat
dilihat pada Tabel 4.39.
111
Tabel 4.64 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot Lokal dan Bobot Global
Putaran ke-1 Putaran ke-2
Bobot
Kelompok Bobot Bobot Global
Kriteria
Kriteria Lokal Lokal
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE 9% 1%
(X1.2) HIRADC 18% 1%
(X1) Kualitas (X1.3) Sasaran & Program QHSE 11% 1%
Dokumen QHSE 9% (X1.4) Struktur Organisasi 6% 1%
Plan (X1.5) Rencana Tanggap Darurat 8% 1%
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP 28% 3%
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement 20% 2%
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan 8% 1%
(X2)
Implementasi (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja 22% 2%
QHSE Plan 11% (X2.3) SIA & SIO / Lisensi 20% 2%
Tahap Pre Job (X2.4) SKA & SKT 33% 3%
Activity
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) 18% 2%
(X3.1) Safety Induction 5% 1%
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting 5% 1%
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA 24% 8%
(X3) (X3.4) Inspeksi QHSE 14% 4%
Implementasi (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja 5% 2%
QHSE Tahap 32%
Work In (X3.6) Housekeeping (5R) 4% 1%
Progress (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan 3% 1%
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat 6% 2%
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE 15% 5%
(X3.10) Laporan QHSE 20% 6%
(X4) Komitmen
Penanganan &
17% (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan 100% 17%
Penyelesaian
Defect
(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk 15% 4%
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident,
(X5) Lagging 47% 11%
Near miss)
Indicator 24% (X5.3) Frequency Rate 19% 5%
Kinerja QHSE
(X5.4) Severity Rate 15% 4%
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan 5% 1%
(X6) Dokumen
7% (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan 100% 7%
Pendukung
digunakan adalah skala likert 0-100 dengan 5 tingkatan kelipatan 25. Penyusunan skala
ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Musyahidah, 2018 tentang
Sistem Penilaian Dan Evaluasi Kinerja Supplier Terintegrasi Pada Perusahaan
Pembangkitan Listrik dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Usman, 2018
tentang Model Penilaian Kinerja Vendor Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil
Menengah.
Keterangan atau indikator dalam penyusunan skala nilai ini mengacu pada
Aplikasi CQSMS PT X sebelumnya, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen PUPR No 10 (2021). Masukan
ini disesuaikan dengan kebutuhan PT X dan merupakan tolak ukur yang dapat
digunakan PT X dalam mengukur kinerja vendornya.
Dalam Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X (2020) dan Prosedur
Bidang QHSE PT X (2020), dijelaskan cara mengukur variabel berikut. Karena sifatnya
dokumen, pengukuran didasarkan pada kelengkapan aspek yang ditinjau, kelengkapan
klausul, validitas dokumen (dinyatakan dengan tanda tangan pimpinan tertinggi
perusahaan), kemudahan isi dokumen untuk dipahami, jumlah partisipan, jangka waktu
penerapan, serta sosialisasi dokumen.
Dalam Permen PUPR No 10 (2021), dijelaskan contoh format laporan yang
merupakan standar dari pembuatan laporan yang dinilai. Hasil penyusunan skala
penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.40.
Metode Metode pelaksanaan yang dibuat sangat sederhana, hanya berupa uraian
50
Pelaksanaan / pekerjaan dan merujuk pada sumber
X1.7
Method Metode pelaksanaan yang dibuat sangat sederhana, hanya berupa uraian
Statement 25
pekerjaan tanpa merujuk pada sumber
100 Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk seluruh staf dan pekerja
100 Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan safety induction
75 61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety talk & tool box meeting
50 41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety talk & tool box meeting
Safety Talk &
X3.2 Tool Box
Meeting 21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan safety talk & tool box
25
meeting
0 - 20% daeri pekerja dan staf yang diberikan safety talk & tool box
0
meeting
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
117
75 Nilai 5R 61 - 80%
50 Nilai 5R 41 - 60%
Housekeepin
X3.6
g (5R)
25 Nilai 5R 21 - 40%
0 Nilai 5R 0 - 20%
Rapat 100 Aktif mengikuti rapat kordinasi QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat
X3.9 Koordinasi
QHSE 75 Sering mengikuti rapat koordinasi QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat
119
SR (Severity
X5.4 50 Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam interval waktu 6 bulanan
Rate)*
Catatan yang diberikan kepada setiap vendor disesuaikan dengan nilai akhir
kinerja yang didapatkan. Adapun rincian penjelasan dari setiap catatan adalah sebagai
berikut (Usman, 2018):
1. Dipertahankan, catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala nilai >
75 - 100 yang dapat dipastikan merupakan nilai tertinggi bagi vendor yang
memiliki kinerja terbaik dan sesuai dengan setiap kriteria yang dinilai. Vendor
dengan catatan dipertahankan menjadi vendor yang layak untuk dijadikan
prioritas dalam proses pengadaan selanjutnya dan diharapkan dapat tetap
mempertahankan kinerjanya.
2. Ditingkatkan, catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala nilai >
50 – 75 dimana vendor dengan hasil akhir dalam skala tersebut merupakan
tingkat tertinggi kedua dengan kinerja baik. Vendor dengan catatan ditingkatkan
menjadi vendor yang dapat diandalkan hanya saja perlu perbaikan dan
peningkatan dalam kinerjanya agar lebih baik.
3. Dipantau, Catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala nilai > 25 –
50 dimana vendor ini dikatakan memiliki kinerja yang cukup sehingga perlu
dilakukan pemantauan terhadap kinerja kedepannya. Vendor dengan catatan
dipantau menjadi vendor yang berada ditengah antara kinerja baik dan buruk
sehingga perlu dipantau untuk memastikan kinerjanya.
4. Diputus atau blacklist, catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala
nilai 0 - 25 yang dapat dipastikan merupakan nilai terendah bagi vendor yang
memiliki kinerja terburuk. Vendor dengan catatan diputus atau blacklist ini
merupakan vendor yang tidak akan lagi dijadikan sebagai penyedia dalam
pengadaan karena memiliki kinerja yang sangat buruk.
Setelah penyusunan skala nilai dan skala hasil evaluasi akhir, kemudian
dilakukan wawancara yang melibatkan lima orang pakar dari PT X untuk proses
validasi.
123
Tabel 4.67 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Model Penilaian Kinerja pada
Evaluasi Akhir CQSMS
No Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Pengalaman Pendidikan
Bekerja
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3
Tabel 4.68 Validasi Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan
Komitmen dan Kebijakan QHSE jelas,
100 disosialisasikan, dan ditandatangani oleh pimpinan
tertinggi perusahaan
Komitmen & Kebijakan QHSE dibuat dalam
bahasa yang mudah dipahami, tetapi tidak
Komitmen 75
disosialisasikan dan tidak ditandatangani oleh
Menejemen dan pimpinan tertinggi perusahaan
X1.1 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Kebijakan Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak lengkap,
QHSE tetapi isinya mudah dipahami, disosialisasikan,
50
dan ditandatangani oleh pimpinan tertinggi
perusahaan
Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak lengkap,
25
isinya tidak mudah dipahami, tidak
124
75 Nilai 5R 61 - 80%
50 Nilai 5R 41 - 60%
Housekeeping
X3.6 1% Ya Ya Ya Ya Ya
(5R)
25 Nilai 5R 21 - 40%
0 Nilai 5R 0 - 20%
Nilai Rata-rata
X6.1 Evaluasi 75 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 61 - 80 7% Ya Ya Ya Ya Ya
Triwulan
Pengalaman
No Kode Jabatan Instansi
Kerja
1 P1 QHSE Manager Project Y PT X 6 Tahun
2 P2 Project Manager Project Y PT X 11 Tahun
4.3.2 Analisis Hasil Assessment Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi CQSMS
Setelah melakukan assessment pada 10 sample vendor, maka selanjutnya adalah
proses perhitungan nilai akhir setiap vendor. Angka ini merupaan jumlah dari masing-
masing hasil perhitungan nilai yang diberikan dikalikan bobot lokal dan bobot global.
Nilai akhir dari masing-masing sample vendor dapat dilihat pada Tabel 4.45.
Tabel 4.70 Rekapitulasi Nilai Akhir Penilaian Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi
CQSMS
N Nama Jumlah
Nama Pekerjaan Keterangan Catatan
o Vendor Nilai
134
Berdasarkan hasil perhitungan nilai akhir kinerja 10 sample vendor dari sample
Project Y PT X seperti yang terlihat pada Tabel 4.40, maka didapatkan hasil bahwa
seluruh vendor mendapatkan nilai yang berada dalam keterangan skala “Kinerja Baik”
dan dengan catatan “Ditingkatkan”.
135
5. BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai temuan yang didapat dan dianalisis secara lebih
mendetail dengan kajian literatur dan pembahasan secara komprehensif. Adapun
temuan dan pembahasan yang dilakukan merupakan hasil yang didapatkan pada Bab 4
dengan menjawab keempat research question pada penelitian ini, yaitu:
1. RQ 1: Bagaimana proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di
PT X?
2. RQ 2: Apa saja variabel pada tahap evaluasi akhir CQSMS yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L konstruksi rekanan penyedia barang
dan jasa di PT X?
3. RQ 3: Bagaimana cara mengembangkan sistem penilaian pada tahap evaluasi
akhir CQSMS untuk meningkatkan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia
barang dan jasa di PT X?
Validasi pakar yang dilakukan melalui wawancara dan survei kuesioner. Tahap
wawancara dan survei kuesioner pakar adalah proses mendapatkan opini dari pihak
yang memiliki keahlian dan berpengalaman terkait dengan bidang yang dimaksudkan
serta direkomendasikan dan berpengalaman. Dari hasil wawancara tersebut, dapat
divalidasi alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X yang
dapat dilihat pada Gambar 5.1
Dari hasil validasi pakar terhadap alur proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X dibagi menjadi 2 Fase dan 7 Tahap yaitu :
Administration Phase
1. Risk Assessment
2. Prequalification
3. Selection
4. Contract Award
Implementation Phase
5. Pre-Job Activity
6. Work In Progress
7. Final Evaluation
Temuan ini secara umum sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Basri, 2017 tentang Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS)
Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektivitasnya Terhadap Kinerja Safety
Kontraktor Di PT Vale Indonesia. Dijelaskan bahwa adanya 7 langkah dalam proses
pelaksaan CSMS sesuai PT Vale Indonesia CSMS Guideline (2013), yakni: (1) Pra-
kualifikasi, (2) Persiapan kontrak, (3) Pemilihan kontraktor, (4) Penetapan pemenang
kontrak, (5) Orientasi dan pelatihan, (6) Mengelola pekerjaan, (7) Evaluasi berkala.
Dijelaskan juga dalam penelitian Wardhani (2022) tentang Implementation of
Contractor Safety Management System as a Requirement for Partners at a
Petrochemical Company, dimana penelitian ini menemukan 6 tahapan dari CSMS yaitu:
(1) Identification and Risk Assessment, (2) Prequalification, (3) Selection, (4) Initial
Work Stage, (5) Assessment Phase during Work in Progress, (6) Final Job Assessment
Stage.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalina & Larasati (2020) tentang The
Implementation of Contractor Management System to Prevent Work Accidents at Coal
137
Gambar 5.14 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
139
Vendor dengan status minimal “Rekanan Terdaftar” dan nilai evaluasi prakualifikasi
CQSMS awal minimal 51, tentunya memiliki penawaran harga terendah juga
pertimbangan poin-poin yang menguntungkan bagi PT X, akan memiliki peluang lebih
besar untuk terpilih (Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020).
Tahap ini merupakan bagian dari tahap selection pada proses CQSMS. Setelah PT X
menentukan pemenang, PT X menerbitkan berita acara pemenang. Tidak lama setelah
itu, akan terbit Surat Perintah Kerja atau Kontrak Kerja atas nama PT X dengan vendor
terpilih (Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020). Tahap ini
merupakan bagian dari tahap contract award pada proses CQSMS.
4. Tahap Vendor Bekerja
Vendor akan resmi bekerja setelah penandatangan perjanjian kontrak antara
kedua belah pihak. Perjanjian tersebut menandai dimulainya vendor memenuhi
kebutuhan dari PT X. Dalam bekerja, vendor harus memastikan bahwa apa yang
ditawarkan serta dijanjikan kepada PT X pada proses prakualifikasi akan terpenuhi.
Tidak hanya terpenuhi, vendor juga harus menunjukan kinerja yang baik. Untuk itu
perlu adanya komitmen dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku di lingkungan
PT X dan lingkungan kerja itu sendiri. Pada tahap awal vendor bekerja, PT X akan
membuka komunikasi awal dengan vendor untuk memastikan aspek-aspek QHSE telah
dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum pelaksanaan pekerjaan. Pada
tahap ini PT X akan memastikan kelengkapan Izin kerja, kondisi kesehatan pekerja,
kondisi alat, kondisi material yang akan digunakan, kondisi tempat bekerja, dll.
(Falenshina, 2012). Tahap ini merupakan bagian dari tahap pre-job activity pada proses
CQSMS
Setelah tahap pre-job activity dan vendor mulai bekerja, fungsi pengadaan
barang dan jasa akan selalu memonitor progress pekerjaan vendor, sedangkan fungsi
QHSE akan selalu memonitor vendor bekerja dengan mengutamakan keselamatan kerja
dan konstruksi. Selain memonitor vendornya, PT X akan melakukan evaluasi
pertengahan progress. Evaluasi terhadap kinerja vendor ini dilakukan ketika vendor
sudah menyelesaikan 50% progresnya. Evaluasi dilakukan oleh fungsi pengadaan
barang dan jasa juga fungsi QHSE dalam satu format penilaian, maka dari itu terkait
evaluasi ini diperlukan sinergi antar keduanya agar kinerja vendor dapat dievaluasi
secara selektif (Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020). Dalam
141
aspek QHSE PT X juga harus selalu memastikan bahwa vendornya rutin melaksanakan
Safety Program, baik yang dilakukan dalam lingkup internal perusahaan vendor,
ataupun program yang diadakan oleh PT X. Tahap ini merupakan bagian dari tahap
work in progress pada proses CQSMS.
5. Tahap selesai
Setelah vendor selesai mengerjakan kewajibannya, PT X akan melakukan
pengecekan pada pekerjaan dan memastikan tidak ada yang tertinggal satupun. Berita
acara serah terima pekerjaan tahap 1 akan terbit setelah PT X secara resmi menyatakan
pekerjaan sudah selesai. Pada tahap ini, PT X tidak hanya melakukan pengecekan
terhadap pekerjaan selesai, juga melakukan evaluasi akhir guna menilai kinerja
vendornya selama bekerja. Evaluasi akhir terhadap kinerja vendor ini dilakukan ketika
vendor sudah menyelesaikan 100% progresnya. PT X juga mempertimbangkan serta
meninjau secara berkala program keselamatan vendornya, kebijakan dan prosedur,
termasuk informasi standar keselamatan, dan meminta agar dilakukan pembaharuan bila
dibutuhkan (American Petroleum Institute, 2004) . Tahap ini merupakan bagian dari
tahap final evaluation pada proses CQSMS.
6. Dokumen pendukung evaluasi vendor
Dalam proses evaluasi kinerja vendor PT X, diperlukan 3 dokumen evaluasi
yang selanjutnya akan menjadi masukan atau tinjauan ulang untuk pertimbangan proses
prakualifikasi di masa mendatang, yaitu: dokumen evaluasi prakualifikasi pengadaan
barang dan jasa, dokumen evaluasi seleksi penilaian pengadaan barang dan jasa, serta
dokumen evaluasi kinerja penyedia barang dan jasa.
5.2. Kriteria Penilaian yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Mutu dan K3L
Vendor
Pada RQ2, output yang diharapkan yaitu berupa variabel dalam bentuk kriteria
penilaian kinerja vendor yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L vendor
tervalidasi pakar. Adapun pada proses ini penulis terlebih dahulu melakukan identifikasi
kriteria melalui metode Delphi dengan wawancara dan survei kuesioner serta masukan
alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X.
Didapatkan 29 kriteria penilaian yang dikelompokkan menjadi 6 kriteria utama:
1. (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan
2. (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
142
Surat Evaluasi
pernyataan vendor melalui BA penentuan Selesai
Vendor bekerja
kesanggupan aplikasi pemenang
mematuhi vendor
1. Prakualifikasi
penyedia barang/ jasa
2. Seleksi penilaian
penyedia barang/ jasa
3. Evaluasi kinerja
penyedia barang/ jasa
(X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress (X6) Dokumen Pendukung
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan (X3.1) Safety Induction (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
(X1.2) HIRADC (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X1.3) Sasaran & Program QHSE (X2.3) SIA & SIO / Lisensi (X3.3) Ijin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X1.4) Struktur Organisasi (X2.4) SKA & SKT (X3.4) Inspeksi QHSE
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat (X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP (X3.6) Housekeeping (5R)
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE
Gambar 5.15 Identifikasi Kritera Penilaian Berpengaruh pada Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS PT X
145
Bobot
Kelompok Kriteria Kriteria
Global
Bobot
Kelompok Kriteria Kriteria
Global
Tabel 5.1 menunjukan besar tingkat kepentingan kriteria yang telah disusun
berdasarkan rankingnya. Tingkat kepentingan kriteria tersebut dapat dikatakan bobot,
didapatkan dari hasil pair wise comparison antara kriteria satu dengan yang lainnya.
Assessment pada tingkat kepentingan kriteria dilakukan oleh 5 orang pakar lalu diuji
hingga mengahsilkan bobot pada masing-masing kriterianya. Besar bobot tersebut
dikatakan valid jika hasil uji menggunakan metode AHP menyatakan bahwa jawaban
konsisten. Semakin besar bobotnya, maka semakin berpengaruh juga kriteria tersebut
terhadap kinerja mutu dan K3L.
Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan bobot global yang merupakan hasil dari
perkalian antara bobot lokal kriteria dengan bobot lokal kelompok kriterianya. Bobot
global digunakan untuk menentukan nilai dari hasil penilaian kinerja vendor. Penyusunan
ranking dilakukan guna mengetahui urutan kriteria yang memiliki pengaruh paling besar
terhadap kinerja mutu dan K3L vendor. Pada peringkat 1 terdapat (X4.1) Tindak Lanjut
Perbaikan Temuan dengan bobot 17%. Pentingnya komitmen untuk melakukan tindak
lanjut perbaikan temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh
Pheng & Teo (2004) komitmen sebagai salah satu elemen yang akan mencerminkan
ukuran kinerja Total Quality Management perusahaan konstruksi. Chin & Choi (2003)
menemukan bahwa komitmen manajemen adalah faktor terpenting untuk keberhasilan
implementasi ISO9000. Arditi & Gunaydin (1997) pada penelitiannya tentang Total
Quality Management In The Construction Process mengemukakan bahwa komitmen
untuk melakukan tindak lanjut perbaikan temuan harus dibarengi dengan pemahaman
menyeluruh tentang Total Quality Management. Dijelaskannya, komitmen ini dibuktikan
melalui tindakan. Maka dari itu, tidak lanjut perbaikan temuan diperlukan untuk
menunjang keberlangsungan proses Total Quality Management dimana proses tersebut
terangkum dalam CQSMS.
Peringkat 2 terdapat (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident,
150
Near miss) dengan bobot 11%. Laporan Kejadian Kecelakaan digunakan untuk
menyelidiki apa yang terjadi dan semoga dapat membantu mencegah kecelakaan kerja
yang sama terjadi di masa depan. Pentingnya laporan kejadian kecelakaan ini sejalan
dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Ale et al. (2008) . Laporan kejadian
kecelakaan di proyek konstruksi hilir oil and gas di Malaysia berkontribusi untuk
melindungi kesejahteraan pekerja dan pelestarian lingkungan. Adapun penelitian yang
dilakukan Pan et al. (2022) dengan judul Identification Of Accident-Injury Type And
Bodypart Factors From Construction Accident Reports: A Graph-Based Deep Learning
Framework tentang pengembangan pelaporan kejadian kecelakaan berbasis Artificial
Intelligence (AI) menunjukkan bahwa pentingnya pelaporan kejadian kecelakaan ini.
Peringkat 3 terdapat (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA dengan
bobot 8%. Izin kerja diperlukan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang akan dilakukan,
potensi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan, dan tindakan
pencegahan atau pengendaliannya. Izin kerja juga biasanya dilengkapi dengan dokumen
pendukung seperti contractor safety analysis (CSA) dan tool box checklist. Pentingnya
Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA ini sejalan dengan penelitian terdahulu
yang dikemukakan oleh Matete et al. (2016). Stakeholder menyadari adanya persyaratan
izin untuk bekerja, maka pentingnya peningkatan pada aspek Health & Safety guna
mengakomodir izin kerja yang diminta. Dikemukakan juga oleh
Kpamma & Adjei-Kumi (2013)
, persetujuan dan pentingnya izin dalam proses konstruksi dibutuhkan guna
menghindari keterlambatan dan ketidakpastian proyek.
Temuan untuk intensitas kepentingan kriteria penilaian kinerja vendor ini,
didapatkan hirarki dari sistem penilaian ini. Pada Level I, terdapat Overall Objectives
yang pada penelitian ini berupa kinerja mutu dan K3L. Pada Level II, terdapat Group of
Criteria yang pada penelitian ini berupa (X1), (X2), (X3), dan seterusnya. Pada Level III,
terdapat Criteria yang pada penelitian ini berupa (X1.1), (X1.2), (X1.3), dan seterusnya.
Terakhir Level IV, terdapat Alternatives yang pada penelitian ini berupa nama-nama
vendor yang menjadi alternatif pemilihan keputusan (Saaty, 1987) . Gambar 5.3
menunjukan hirarki tersebut.
151
Gambar 5.16 Model Hirarki Sistem Penilaian pada Evaluasi Akhir CQSMS
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
pimpinan tertinggi perusahaan
Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak
lengkap, isinya tidak mudah dipahami, tidak
25
disosialisasikan, dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan tertinggi perusahaan
Tidak ada Komitmen dan Kebijakan QHSE
0
secara tertulis
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap
100 pekerjaan, mencakup aspek keselamatan,
kesehatan, lingkungan, dan publik
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap
75 pekerjaan, minimal mencakup aspek
keselamatan dan kesehatan
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada
X1.2 HIRADC 1%
50 sebagian pekerjaan, minimal mencakup aspek -
keselamatan dan kesehatan
Ada HIRADC yang diidentifikasi hanya untuk
25 pekerjaan berisiko tinggi saja, minimal
mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
Tidak ada identifikasi bahaya, penilaian risiko,
0
pengendalian dan peluang HSE (HIRADC)
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
100
yang terukur, dan disosialisasikan
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
75
yang terukur, tetapi tidak disosialisasikan
Sasaran & Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
X1.3 Program 50 tetapi tidak ada ukuran parameternya, dan 1%
QHSE -
disosialisasikan
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
25 tetapi tidak ada ukuran parameternya, dan
tidak disosialisasikan
0 Tidak ada sasaran dan program QHSE
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan
100
penanggung jawab QHSE, dan disosialisasikan
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan
75 penanggung jawab QHSE, tetapi tidak
disosialisasikan
Struktur Ada struktur organisasi, tidak terdapat
X1.4 1%
Organisasi 50 penanggung jawab QHSE, tetapi -
disosialisasikan
Ada struktur organisasi, tidak terdapat
25 penanggung jawab QHSE, dan tidak
disosialisasikan
0 Tidak ada struktur organisasi
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya
berisi: Informasi kondisi darurat, Sarana dan
prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur
100
tindakan darurat, Prosedur koordinasi, Nomer
Rencana telpon penting, Rencana pemulihan atau
X1.5 Tanggap disebutkan mengacu pada prosedur tanggap 1%
Darurat darurat Pemberi Kerja (PT X) -
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya
berisi: Informasi kondisi darurat, Sarana dan
75 prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur
tindakan darurat, Prosedur koordinasi, Nomer
153
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
telpon penting, tetapi tidak mencakup rencana
pemulihannya
Ada rencana tanggap darurat, tetapi isinya
50 tidak lengkap atau tidak sesuai dengan konteks
jenis dan lokasi pekerjaan
Ada rencana tanggap darurat namun hanya
25
disampaikan secara lisan
0 Tidak ada rencana tanggap darurat
Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan
100
rujukan lengkap
Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan
75
Inspection rujukan minimal sesuai spesifikasi
X1.6 Test Plan / Ada ITP tetapi hanya sebagian pekerjaan 3%
50 -
ITP diidentifikasi
Ada ITP tetapi tidak dilakukan identifikasi
25
terhadap pekerjaan
0 Tidak ada Rencana Inspeksi dan Tes (ITP)
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci,
dengan dokumentasi, dan merujuk pada
100
sumber, disertai dengan perhitungan teknis,
jika diperlukan
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci, dan
Metode 75 merujuk pada sumber, disertai dengan
Pelaksanaan / perhitungan teknis, jika diperlukan
X1.7 Metode pelaksanaan yang dibuat sangat 2%
Method -
Statement 50 sederhana, hanya berupa uraian pekerjaan dan
merujuk pada sumber
Metode pelaksanaan yang dibuat sangat
25 sederhana, hanya berupa uraian pekerjaan
tanpa merujuk pada sumber
0 Tidak ada metode pelaksanaan
Tabel 5.73 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Pre Job Activity
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
75
sebagian staf dan pekerja
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
50
Tenaga Kerja seluruh staf
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
25
sebagian staf saja
0 Tidak tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja
Seluruh peralatan kerja dan operator
100 dilengkapi dengan SIA dan SIO yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh peralatan kerja
dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
75
yang valid (sesuai dengan regulasi yang
berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh peralatan kerja
SIA & SIO / dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
X2.3 50 2%
Lisensi yang valid (sesuai dengan regulasi yang -
berlaku)
Setidaknya 25 % dari seluruh peralatan kerja
dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
25
yang valid (sesuai dengan regulasi yang
berlaku)
Tidak ada peralatan kerja dan operator yang
0 dilengkapi dengan SIA dan SIO yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA
100 dan SKT yang valid (sesuai dengan regulasi
yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh tenaga kerja
75 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh tenaga kerja
X2.4 SKA & SKT 50 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid 3%
(sesuai dengan regulasi yang berlaku) -
Setidaknya 25% dari seluruh tenaga kerja
25 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Tidak ada tenaga kerja yang dilengkapi
0 dengan SKA dan SKT yang valid (sesuai
dengan regulasi yang berlaku)
Lebih dari 80% material dilengkapi dengan
100 sertifikat material (mill sheet, factory test,
hasil uji lab, certificate of origin, dll)
61 - 80% dari material dilengkapi dengan
75 sertifikat material (mill sheet, factory test,
Sertifikat hasil uji lab, certificate of origin, dll)
Material 41 - 60% dari material dilengkapi dengan
X2.5 (millsheet, 50 sertifikat material (mill sheet, factory test, 2%
factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll) -
dll) 21 - 40% dari material dilengkapi dengan
25 sertifikat material (mill sheet, factory test,
hasil uji lab, certificate of origin, dll)
0 - 20% dari material dilengkapi dengan
0 sertifikat material (mill sheet, factory test,
hasil uji lab, certificate of origin, dll)
155
Tabel 5.74 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Work In Progress
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Tidak pernah mendapat memo/ teguran/
100 peringatan terkait pelanggaran terhadap
pemakaian APD & APK
Pernah mendapat memo/ teguran/peringatan
75 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD
& APK (kurang dari 1x per 1 bulan)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
50 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD
Alat & APK (lebih dari 1x per 1 bulan)
Pelindung Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
X3.5 Diri & Alat terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD 2%
Pelindung -
& APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
25
Kerja pelanggaran APD tidak menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan LTI (kehilangan jam
kerja)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD
& APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
0
pelanggaran APD menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan LTI (kehilangan jam
kerja)
100 Nilai 5R > 80%
75 Nilai 5R 61 - 80%
Housekeeping
X3.6 50 Nilai 5R 41 - 60% 1%
(5R) -
25 Nilai 5R 21 - 40%
0 Nilai 5R 0 - 20%
Seluruh pekerjaan atau program menggunakan
100
material ramah lingkungan
Setidaknya 75% pekerjaan atau program
75
Penggunaan menggunakan material ramah lingkungan
Material Setidaknya 50% pekerjaan atau program
X3.7 50 1%
Ramah menggunakan material ramah lingkungan -
Lingkungan Setidaknya 25% pekerjaan atau program
25
menggunakan material ramah lingkungan
Tidak ada pekerjaan atau program penggunaan
0
material ramah lingkungan
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
100 yang lain (kantor), serta rutin mengikuti
simulasi tanggap darurat yang dilakukan oleh
proyek
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
75 simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
Simulasi
yang lain (kantor)
X3.8 Tanggap 2%
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal) -
Darurat
50 simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
yang lain (kantor) walaupun tidak rutin
Memiliki program (jadwal) simulasi tanggap
25 darurat di tempat kerjanya yang lain (kantor)
tetapi belum terlaksana
Tdak memiliki program (jadwal) simulasi
0
tanggap darurat
X3.9 Rapat Aktif mengikuti rapat kordinasi QHSE sesuai 5%
100
Koordinasi jadwal/ undangan rapat -
QHSE Sering mengikuti rapat koordinasi QHSE
75
sesuai jadwal/ undangan rapat
50 Jarang mengikuti rapat koordinasi QHSE
sesuai jadwal/ undangan rapat
157
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Hanya 1 kali mengikuti rapat koordinasi
25
QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat
Tidak pernah mengikuti rapat koordinasi
0
QHSE
Menyampaikan laporan QHSE secara rutin
100
dan tepat waktu
Menyampaikan laporan QHSE secara rutin
75
Laporan tetapi sering terlambat
X3.10 6%
QHSE 50 Laporan QHSE dibuat tetapi tidak rutin -
25 Laporan QHSE jarang dibuat
0 Tidak pernah membuat laporan QHSE
Tabel 5.75 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kriteria Komitmen Penanganan dan
Penyelesaian Defect
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Tabel 5.76 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Lagging Indicator Kinerja
QHSE
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Tabel 5.77 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Dokumen Pendukung
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
159
a b c d e f g=exf
X6 Dokumen Pendukung
100 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah > 81
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 61 -
75
80
Nilai Rata-
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 41 -
X6.1 rata Evaluasi 50 7%
60 -
Triwulan
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 25 -
25
40
0 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah < 25
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
utama, mampu koordinasi & komunikasi dengan tim
proyek (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
4. Kualitas Tenaga Kerja (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
Memiliki Tenaga Kerja yang terampil, bersertifikat (X2.4) SKA & SKT
keterampilan
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
5. Implementasi HSE Implementasi QHSE Tahap Work In Progress
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / (X3.1) Safety Induction
APD, Alat Pelindung Kerja / APK, melaksanakan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
6. Mutu Hasil Pekerjaan / Implementasi Quality (X3.4) Inspeksi QHSE
Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap X3 (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
KAK, Kecepatan respon terhadap permasalah
(X3.6) Housekeeping (5R)
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE
7. Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
Hasil Pekerjaan
X4
Penanganan cepat dan tepat sasaran (kualitas sesuai
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
persyaratan)
8. Jadwal Pelaksanaan (Progress)
Lebih cepat/ lambat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan
9. Waktu pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat
& Pekerja
Lebih cepat/lambat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan
10. Komitmen Biaya yang Disepakati
Biaya sesuai dengan yang disepakati & ditetapkan
dalam kontrak (di luar adendum pekerjaan tambah
volume atau item)
Lagging Indicator Kinerja QHSE
(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident,
X5 Incident, Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
Dokumen Pendukung
X6
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
Pada Tabel 5.8 untuk penilaian (1) Sistem Manajemen HSE Plan dan (2) Sistem
Manajemen Quality Plan digabung menjadi kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan,
karena dokumen yang dinilai pada bagian ini mengandung aspek tinjauan QHSE Plan.
Untuk kriteria penilaian (3) Kualitas Pegawai dan (4) Kualitas Tenaga Kerja digabung
161
menjadi kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity, karena dokumen
yang dinilai pada bagian ini mengandung aspek tinjauan Pre Job Activity. Untuk kriteria
penilaian (5) Implementasi HSE dan (6) Mutu Hasil Pekerjaan / Implementasi Quality
digabung menjadi kriteria (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress, karena
dokumen yang dinilai pada bagian ini mengandung aspek tinjauan Work In Progress.
Untuk kriteria penilaian (7) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect Hasil
Pekerjaan diadopsi menjadi kriteria (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect,
dengan merubah penyebutan tidak menggunakan “Hasil Pekerjaan” karena Defect tidak
hanya terjadi pada hasil pekerjaan saja. Untuk kriteria penilaian (8) Jadwal Pelaksanaan
(Progress), (9) Waktu pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat & Pekerja, dan (10)
Komitmen Biaya yang Disepakati, dieliminasi karena penilaian tidak terfokus pada
asopek QHSE. Untuk kriteria penilaian (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE, dan (X6)
Dokumen Pendukung ditambahkan berdasarkan hasil validasi pakar karena perlu adanya
ukur pada pengukuran aspek Lagging Indicator QHSE, tidak hanya Leading Indicatornya
saja. Dokumen Pendukung juga diperlukan sebagai penunjang atau masukan bagi
panilaian yang dilakukan di masa depan.
Berdasarkan hasil assessment tingkat kepentingan kriteria yang telah dikonversi
dalam bentuk formulir penilaian, penulis kemudian bersama Pakar 1 (Site QHSE
Manager) dan Pakar 2 (Project Manager) melakukan assessment ulang terhadap kinerja
vendor pada evaluasi CQSMS. Dimana bobot global tersebut menjadi pengali dari nilai
yang diberikan. Jumlah bobot global adalah 100% menandakan bobot yang diberikan
pada masing-masing kriteria sudah sesuai. Untuk proses penilaian pada tahap evaluasi
akhir CQSMS dilakukan sekali di akhir pekerjaan dengan mengevaluasi secara runut
setiap tahapan dalam 1 proses penilaian. Adapun evaluasi triwulan, merupakan evaluasi
yang dilakukan by sistem, diluar evaluasi CQSMS, mengacu pada keseluruhan aspek,
tidak hanya terfokus pada mutu dan K3L. Evaluasi triwulan ini dilakukan oleh para
manager setiap fungsi dan evaluasi CQSMS dilakukan oleh project manager. Temuan
pengembangan sistem penilaian kinerja vendor pada evaluasi CQSMS diperlihatkan pada
Tabel 5.9.
162
Tabel 5.79 Hasil Penilaian Kinerja Vendor Menggunakan Sistem Penilaian Lama dan
Sistem Penilaian Baru
Nilai
N Nama Nilai Peningkatan
Nama Pekerjaan Lam Keterangan Catatan
o Vendor Baru Nilai
a
Pek. Erection Steel Box Kinerja
1 PT A 60 72,23 12,23 Ditingkatkan
Girder Baik
Pek. Lapis Pondasi Kinerja
2 PT B 65 73,37 8,37 Ditingkatkan
Agregat Base A Baik
Pek. Borrow Material Kinerja
3 PT C 58,75 71,41 12,66 Ditingkatkan
Padat Baik
Pek. Pengadaan & Kinerja
4 PT D 56,25 64,23 7,98 Ditingkatkan
Pemasangan Guardrail Baik
Kinerja
5 PT E Pek. Soil Test Pits 67,5 72,93 5,43 Ditingkatkan
Baik
Pek. Timbunan dan
Kinerja
6 PT F Pemadatan Granular & 63,75 71,76 8,01 Ditingkatkan
Baik
Brangkal
Pek. Timbunan dan Kinerja
7 CV G 60,45 73,84 13,39 Ditingkatkan
Galian Tanah Baik
Pek. Expansion Joint Kinerja
8 PT H 67,5 74,34 6,84 Ditingkatkan
Tipe Strip Seal Baik
Kinerja
9 PT I Pek. Borepile 57,5 71,31 13,81 Ditingkatkan
Baik
Pek. Relokasi Kabel Kinerja
10 PT J 68,75 74,18 5,43 Ditingkatkan
Transportasi Baik
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai pada 10 vendor
yang dinilai. Adapun peningkatan terbesar terjadi pada vendor PT I sebesar 13,81 poin
dari nilai awal 57,5 menjadi 71,31 dan yang terkecil terjadi pada vendor PT E sebesar
5,43 poin dari nilai awal 67,5 menjadi 72,93 juga vendor PT J sebesar 5,43 poin dari nilai
awal 68,75 menjadi 74,18.
Pada PT E yang mengalami penigkatan nilai terbesar, diketahui nilai tertinggi ada
pada kriteria (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan sebesar 12,76, (X3.3) Izin Kerja &
Contractor Safety Analysis / CSA sebesar 5,76, dan (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan
(Accident, Incident, Near miss) sebesar 5,63. Pada (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan
Temuan, diketahui bahwa besar nilai sebelumnya adalah 2,5 dan berubah menjadi 12,76.
Hal ini dikarenakan oleh berubahnya bobot pegali dan skala penilaian yang digunakan.
Pada (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA, ditemukan bahwa hasil
penilaian baru adalah sebesar 5,76. Serta pada (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan
(Accident, Incident, Near miss), ditemukan bahwa hasil penilaian baru adalah sebesar
5,6. Hal ini dikarenakan kriteria pada model penilaian baru lebih spesifik dan terfokus
serta adanya krirteria baru yang ditambahkan untuk lebih menggali potensi baik lain yang
163
dimiliki PT E.
MODEL PENILAIAN KINERJA LAMA Nilai MODEL PENILAIAN KINERJA BARU Nilai
7. Komitmen Penanganan & Penyelesaian Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect Hasil Pekerjaan Defect
2,5 X4
Penanganan cepat dan tepat sasaran (kualitas (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
sesuai persyaratan) 12,76
8. Jadwal Pelaksanaan (Progress)
Lebih cepat/ lambat dari rencana yang 1,25
disepakati dan ditetapkan
9. Waktu pengiriman Sumber Daya
Bahan, Alat & Pekerja
2,5
Lebih cepat/lambat dari rencana yang
disepakati dan ditetapkan
10. Komitmen Biaya yang Disepakati
Biaya sesuai dengan yang disepakati & 10
ditetapkan dalam kontrak (di luar adendum
pekerjaan tambah volume atau item)
Lagging Indicator Kinerja QHSE
Oleh karena itu perbandingan yang dilakukan penulis dengan melihat adanya
potensi peningkatan pada penilaian kinerja vendor dan sebanyak 9 dari 10 vendor
dinyatakan lulus evaluasi akhir CQSMS sebagai hasil dari simulasi pengembangan sistem
penilaian baru.
6. BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Didapatkan bagan alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS
terdiri dari 2 Fase dan 7 Tahap yaitu :
Administration Phase
1. Risk Assessment
2. Prequalification
Memuat: a. Tahap evaluasi surat pernyataan kesanggupan
166
2. Terdapat 29 kriteria tervalidasi yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L
rekanan penyedia barang dan jasa pada Proyek PT X, yaitu;
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
(X1.2) HIRADC
(X1.3) Sasaran & Program QHSE
(X1.4) Struktur Organisasi
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
(X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
(X2.3) SIA & SIO / Lisensi
(X2.4) SKA & SKT
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
(X3.1) Safety Induction
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X3.4) Inspeksi QHSE
(X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
167
CQSMS ini dapat dikembangkan lebih lanjut lagi dengan objek dan aspek kinerja
yang berbeda
3. Penelitian ini hanya berskala organisasional, tidak berskala industri sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam melakukan generalisasi hasil penelitian.
Seandainya memungkinkan dilakukan dalam skala industrial, penelitian lain
diharapkan mempertimbangkan untuk melakukan penelitian dalam skala yang
lebih luas.
4. Metode pengolahan serta analisis data dapat menggunakan metode Multiple
Criteria Decision Making lainnya.
5. Produk pengembangan sistem penilaian dapat dikembangkan lebih jauh lagi
dengan hasil berupa petunjuk teknis pengisian.
6. Penelitian dapat digunakan sebagai sistem penilaian kinerja vendor pada evaluasi
akhir CQSMS di PT X.
171
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, N. D., Mohd Shariff, A., & Rusli, R. (2015). Process Safety Management (PSM) for
Managing Contractors in Process Plant. Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 37, 82–
90. https://doi.org/10.1016/J.JLP.2015.06.014
Abu Oda, M. M. A., Tayeh, B. A., Alhammadi, S. A., & Abu Aisheh, Y. I. (2022). Key Indicators
for Evaluating The Performance of Construction Companies from The Perspective of
Owners and Consultants. Results in Engineering, 15, 100596.
https://doi.org/10.1016/J.RINENG.2022.100596
Ale, B. J. M., Bellamy, L. J., Baksteen, H., Damen, M., Goossens, L. H. J., Hale, A. R., Mud, M.,
Oh, J., Papazoglou, I. A., & Whiston, J. Y. (2008). Accidents in The Construction Industry
in The Netherlands: An Analysis of Accident Reports Using Storybuilder. Reliability
Engineering & System Safety, 93(10), 1523–1533.
https://doi.org/10.1016/J.RESS.2007.09.004
Ali, H. A. E. M., Al-Sulaihi, I. A., & Al-Gahtani, K. S. (2013). Indicators for Measuring
Performance of Building Construction Companies in Kingdom of Saudi Arabia. Journal of
King Saud University - Engineering Sciences, 25(2), 125–134.
https://doi.org/10.1016/J.JKSUES.2012.03.002
Amalina, N. N., & Larasati, H. E. (2020). The Implementation of Contractor Safety Management
System to Prevent Work Accidents at Coal Mining Company. The Indonesian Journal Of
Occupational Safety and Health, 9(3), 338. https://doi.org/10.20473/ijosh.v9i3.2020.338-
348
American Petroleum Institute. (2004). Contractor Safety Management for Oil and Gas Drilling
and Production Operations.
Amil, M. A. Bin. (2009). Supplier Performance Assessment Tool in Automotive Industry Using
Multivariate Analysis. Universiti Teknologi Malaysia.
Aplikasi CQSMS PT X. (2020).
Aplikasi Vendor Management System PT X. (2020).
Arditi, D., & Gunaydin, H. M. (1997). Total Quality Management in The Construction Process.
International Journal of Project Management, 15(4), 235–243.
https://doi.org/10.1016/S0263-7863(96)00076-2
Army, S. (2012). Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) Tahap Prakualifikasi
172
Dweiri, F., Kumar, S., Khan, S. A., & Jain, V. (2016). Designing an integrated AHP based
decision support system for supplier selection in automotive industry. Expert Systems with
Applications, 62, 273–283. https://doi.org/10.1016/j.eswa.2016.06.030
Elibal, K., & Özceylan, E. (2022). Comparing Industry 4.0 Maturity Models in The Perspective of
TQM Principles Using Fuzzy MCDM Methods. Technological Forecasting and Social
Change, 175, 121379. https://doi.org/10.1016/J.TECHFORE.2021.121379
El-khalek, H. A., Aziz, R. F., & Morgan, E. S. (2019). Identification of Construction
Subcontractor Prequalification Evaluation Criteria and Their Impact on Project Success.
Alexandria Engineering Journal, 58(1), 217–223. https://doi.org/10.1016/j.aej.2018.11.010
Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). ANDI.
Fajriani, D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mutu pada Proyek
Konstruksi di Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala.
Falenshina, N. (2012). Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) Terhadap
Kontraktor Project TA Unit CD III PT. PERTAMINA RU III Palembang. Universitas
Indonesia.
Galankashi, M. R., Hisjam, M., & Helmi, S. A. (2016). Agile Supplier Selection: A Fuzzy
Analytic Hierarchy Process (FAHP) Approach. International Conference on Industrial
Engineering and Operations Management, 1033–1040.
Gray, C. F., & Larson, E. W. (2011). Project Management: The Managerial Process (4th ed.).
McGraw-Hill/Irwin.
Gurning, C. S. I. (2016). Fire Risk Assessment for Safety Plan on KMP Port Link 3 Through Fire
Dynamic Simulator. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ibrahim. (2020). Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) pada Proyek Konstruksi Gedung (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung
DPRD Sleman, Yogyakarta). Universitas Islam Indonesia.
ISO 14001:2015 Sistem Manajemen Lingkungan.
ISO 45001:2018 Sistem Manajemen K3.
ISO 9001 2915 Sistem Manajemen Mutu.
James, B. C. (1989). Quality Management for Health Care Delivery. Hospital Research and
Educational Trust.
Jaya, B. I. P. (2013). Studi Mengenai Hubungan Antara Penerapan Green Construction Terhadap
Kinerja Mutu Proyek Konstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Atma Jaya
174
Yogyakarta.
Jayakusumah, I. (2014). Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Perusahaan Pada PT. TASPEN (Persero) KCU Bandung. STIE Ekuitas.
Khasani, R. R. (2013). Evaluasi Kepuasan Pelanggan Terhadap Kinerja Manajemen Proyek
Kontraktor Besar Bangunan Gedung. Universitas Diponegoro.
Kpamma, E. Z., & Adjei-Kumi, T. (2013, July). Construction Permits and Flow of Projects Within
The Sunyani Municipality, Ghana. International Group for Lean Construction 21 (IGLC
21).
Kumar, R., Padhi, S. S., & Sarkar, A. (2019). Supplier Selection of an Indian Heavy Locomotive
Manufacturer: An Integrated Approach Using Taguchi Loss Function, TOPSIS, and AHP.
IIMB Management Review, 31(1), 78–90. https://doi.org/10.1016/j.iimb.2018.08.008
Kumar, S., Kumar, S., & Barman, A. G. (2018). Supplier Selection Using Fuzzy TOPSIS Multi
Criteria Model for a Small Scale Steel Manufacturing Unit. Procedia Computer Science,
133, 905–912. https://doi.org/10.1016/j.procs.2018.07.097
Lingard, H., Hallowell, M., Salas, R., & Pirzadeh, P. (2017). Leading or Lagging? Temporal
Analysis of Safety Indicators on a Large Infrastructure Construction Project. Safety Science,
91, 206–220. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2016.08.020
Matete, R., Emuze, F., & Smallwood, J. (2016). Exploring Perceived Implementation Issues of
The Permit-To-Work Requirement of The Construction Regulations in South Africa.
Journal of Construction, 9(2), 14–23.
Maulani, F., Suraji, A., & Istijono, B. (2014). Analisis Struktur Rantai Pasok Kontruksi Pada
Pekerjaan Jembatan. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 10(2), 1–8.
https://doi.org/10.25077/jrs.10.2.1-8.2014
Mirmousa, S., & Dehnavi, H. D. (2016). Development of Criteria of Selecting the Supplier by
Using the Fuzzy DEMATEL Method. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 230, 281–
289. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.09.036
Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Raja Grafindo Persada .
Mohsen Alawag, A., Salah Alaloul, W., Liew, M. S., Ali Musarat, M., Baarimah, A. O., Saad, S.,
& Ammad, S. (2022). Critical Success Factors Influencing Total Quality Management in
Industrialised Building System: Implementation and Benefits in Construction Projects. Ain
Shams Engineering Journal. https://doi.org/10.1016/J.ASEJ.2022.101877
Moi, F. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Untuk
175
Pheng, L. S., & Teo, J. A. (2004). Implementing Total Quality Management in Construction
Firms. Journal of Management in Engineering, 20(1), 8–15.
https://doi.org/10.1061/(ASCE)0742-597X(2004)20:1(8)
Podgórski, D. (2015). Measuring Operational Performance of OSH Management System – A
Demonstration of AHP-based Selection of Leading Key Performance Indicators. Safety
Science, 73, 146–166. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2014.11.018
Project Management Institute. (2017). A Guide to The Project Management Body of Knowledge
(PMBOK Guide) (6th ed.). Project Management Institute, Inc.
Putri, L. A., & Hadi, C. (2014). Perbedaan Kinerja Keselamatan Ditinjau dari Tingkat Persepsi
Risiko Pada Pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha. Jurnal Psikologi Industri Dan
Organisasi, 3(1), 204–209.
Raheem, A. A., & Hinze, J. W. (2014). Disparity Between Construction Safety Standards: A
Global Analysis. Safety Science, 70, 276–287. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2014.06.012
Rajesh, G., & Malliga, P. (2013). Supplier Selection Based on AHP QFD Methodology. Procedia
Engineering, 64, 1283–1292. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2013.09.209
Rohadi, S. (2018). Kajian Kriteria Pemilihan Subkontraktor pada Jasa Konstruksi dengan
Menggunakan Analytical Network Process (ANP) - Benefit Cost Risk. Universitas Gadjah
Mada.
Saaty, R. W. (1987). The Analytic Hierarchy Process-What it is and How it is Used. 9(5), 161–
176.
Santoso, R. (2022). Kinerja Industri Jasa Konstruksi . Media Sains Indonesia.
Sari, T. O. (2017). Identifikasi Hazard pada Pekerja Kontraktor Sipil dengan Metode CSMS di PT.
X Pasuruan. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 6(1), 88–96.
Schulman, P. R. (2020). Organizational Structure and Safety Culture: Conceptual and Practical
Challenges. Safety Science, 126. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2020.104669
Selvik, J. T., Bansal, S., & Abrahamsen, E. B. (2021). On The Use of Criteria Based on The
SMART Acronym to Assess Quality of Performance Indicators for Safety Management in
Process industries. Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 70, 104392.
https://doi.org/10.1016/J.JLP.2021.104392
Shanmugam, K., & Abdul Razak, M. (2021). Assessment on Process Safety Management
Implementation Maturity Among Major Hazard Installations in Malaysia. Process Safety
and Environmental Protection, 149, 485–496. https://doi.org/10.1016/J.PSEP.2020.11.013
177
Singh, A., & Misra, S. C. (2021). Safety Performance & Evaluation Framework in Indian
Construction Industry. Safety Science, 134. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2020.105023
Skład, A. (2019). Assessing The Impact of Processes on The Occupational Safety and Health
Management System’s Effectiveness Using The Fuzzy Cognitive Maps Approach. Safety
Science, 117, 71–80. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2019.03.021
Suarez, J. G. (1992). Three Experts on Quality Management: Philip B. Crosby, W. Edwards
Deming, Joseph M. Juran.
Subarkah, R. (2020). Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Kapabilitas Jejaring Usaha
Terhadap Kinerja Usaha (Studi Kasus Café Di Jl. Ir. H. Djuanda Dago, Bandung).
Universitas Komputer Indonesia.
Sufren, & Nathanael, Y. (2014). Belajar Otodidak SPSS: Pasti Bisa. PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Tanuwijaya, E., & Sekarsari, J. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kontraktor
Utama Dalam Pemilihan Subkontraktor pada Pelaksanaan Poyek Konstruksi. Jurnal Mitra
Teknik Sipil, 1(2), 111–121.
Tong, L., Pu, Z., Chen, K., & Yi, J. (2020). Sustainable Maintenance Supplier Performance
Evaluation Based on an Extend Fuzzy PROMETHEE II Approach in Petrochemical
Industry. Journal of Cleaner Production, 273. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122771
UmaDevi, K., Elango, C., & Rajesh, R. (2012). Vendor Selection Using AHP. Procedia
Engineering, 38, 1946–1949. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2012.06.237
Usman, A. A. H. (2018). Model Penilaian Kinerja Vendor Teknologi Informasi Untuk Usaha
Kecil Menengah. Universitas Islam Indonesia.
Versteeg, K., Bigelow, P., Dale, A. M., & Chaurasia, A. (2019). Utilizing Construction Safety
Leading and Lagging Indicators to Measure Project Safety Performance: A Case Study.
Safety Science, 120, 411–421. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2019.06.035
Wardhani, Y. D. K. (2022). Implementation of Contractor Safety Management System as a
Requirement for Partners at a Petrochemical Company. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 11(1), 1–11. https://doi.org/10.20473/ijosh.v11i1.2022.1-
11
Wardiyanto, B. (2012). Kebijakan E-Procurement. PT. Revka Petra Media.
Wheelwright, S. C., & Makridakis, S. (1980). Forecasting Methods for Management (3rd ed.).
John Wiley & Sons.
178
Winarta, R. H., Putra, C. W., & Nugraha, P. (2022). Survei Faktor-Faktor Utama yang
Mempengaruhi Hubungan Kontraktor dan Subkontraktor pada Proyek Konstruksi di
Surabaya dan Sekitarnya. Dimensi Pratama Teknik Sipil, 11(1), 136–143.
Xu, J., Cheung, C., Manu, P., & Ejohwomu, O. (2021). Safety Leading Indicators in Construction:
A Systematic Review. Safety Science, 139, 105250.
https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2021.105250
Xu, J., Cheung, C., Manu, P., Ejohwomu, O., & Too, J. (2022). Implementing Safety Leading
Indicators in Construction: Toward a Proactive Approach to Safety Management. Safety
Science, 157, 105929. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2022.105929
Yin, R. K. (1984). Case Study Research: Design and Methods. Sage Publications.
Yuwono, S., Sukarno, E., & Ichsan, M. (2003). Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Scorecard : Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Gramedia Pustaka Utama.