Anda di halaman 1dari 197

1

UNIVERSITAS INDONESIA

Pengembangan Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality


Safety Management System (CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja
Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada Proyek Konstruksi PT X
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

TESIS

GHEA GARDITA ZORAYA VIEDRA


1906433202

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
SALEMBA
2023
ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Pengembangan Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality


Safety Management System (CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja
Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada Proyek Konstruksi PT X
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik

GHEA GARDITA ZORAYA VIEDRA


1906433202

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
SALEMBA
2023
iii

UNIVERSITAS INDONESIA

Development of Assessment System on Contractor Quality Safety


Management System (CQSMS) Evaluation to Improve Vendor
Performance at Construction Project of PT X Using Analytical
Hierarchy Process (AHP) Method

THESIS
Submitted as a partial fulfillment of requirement for the degree
of Master of Engineering

GHEA GARDITA ZORAYA VIEDRA


1906433202

FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY
PROGRAM PROJECT MANAGEMENT
SPECIALTY
SALEMBA
2022
iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Ghea Gardita Zoraya Viedra


NPM : 1906433202
Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Juni 2023


v

STATEMENT OF AUTHENTICITY

I declare that this master thesis is one of my own research, and all of
the references either quoted or cited here
have been stated clearly

Name : Ghea Gardita Zoraya Viedra


Student ID : 1906433202
Signature :

Date : June, 27th 2023


vi

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :


Nama : Ghea Gardita Zoraya Viedra
NPM : 1906433202
Program Studi : Teknik Sipil, Manajemen Proyek
Judul Tesis : Pengembangan Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor
Quality Safety Management System (CQSMS) untuk
Meningkatkan Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa
pada Proyek Konstruksi PT X Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Master Teknik pada Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Ir. Wisnu Isvara, M.T. (………………….)

Pembimbing II : Dr. Rossy Armyn Machfudiyanto, S.T., M.T., IPM (………………….)

Penguji I : Fadhilah Muslim, S.T., M.Sc., Ph.D., DIC (………………….)

Penguji II : Leni Sagita Riantini, S.T., M.T., Ph.D. (………………….)

Penguji III : Dr. Ayu Herzanita Yufrizal, S.T., M.T. (………………….)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 27 Juni 2023
vii

STATEMENT OF LEGITIMATION

This thesis submitted by :


Name : Ghea Gardita Zoraya Viedra
Student ID : 1906433202
Study Program : Civil Engineering, Project Management
Title : Development of Assessment System on Contrator Quality
Safety Management System (CQSMS) Evaluation to
Improve Vendor Performance at Construction Project of
PT
X Using Analytical Hierarchy Process (AHP) Method

Has been succesfully examined in front of the Examiners and was accepted as part of the
necessary requirement to obtain Magister of Engineering’s Degree in Project Management
Management, Engineering Faculty, University of Indonesia.

BOARD OF EXAMINER

Advisor I : Dr. Ir. Wisnu Isvara, M.T. (………………….)

Advisor II : Dr. Rossy Armyn Machfudiyanto, S.T., M.T., IPM (………………….)

Examiner I : Fadhilah Muslim, S.T., M.Sc., Ph.D., DIC (………………….)

Examiner II : Leni Sagita Riantini, S.T., M.T., Ph.D. (………………….)

Examiner III : Dr. Ayu Herzanita Yufrizal, S.T., M.T. (………………….)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : June, 27th 2023
viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan proposal tesis dengan judul “Pengembangan
Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality Safety Management System
(CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada
Proyek Konstruksi PT X Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)”
dapat diselesaikan. Penulisan proposal tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar Magister Teknik Jurusan Teknik Sipil, Program kekhususan Manajemen Proyek pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada penyusunan proposal tesis ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan semangat dan
dukungannya yang tak terbatas kepada penulis;
2. Bapak Dr. Ir. Wisnu Isvara, M.T., dan Dr. Rossy Armyn Machfudiyanto, S.T.,
M.T., IPM., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam
penyusunan proposal tesis ini;
3. Para Dosen Departemen Teknik Sipil UI, yang telah banyak memberikan ilmu dan
pendidikan karakter selama masa perkuliahan;
4. Rekan-rekan Pasca-sarjana MP dan MK UI tahun ajaran 2020/2021 yang telah
banyak memberikan dukungan serta membantu penulis dalam menyelesaikan tesis
ini; serta
5. Segenap pihak yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
rangka memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas besar ini masih jauh dari kata
sempurna. dan sempurna pada proyek akhir ini. Oleh sebab itu, dengan rasa hormat
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dami
perbaikannya di masa mendatang.

Depok, 27 Juni 2023


ix

Penulis
x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS


AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ghea Gardita Zoraya Viedra


NPM 1906433202
Program Studi : Manajemen
Proyek Departemen : Teknik
Sipil Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-exclusive Royalty – Free Right) atas
karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengembangan Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality Safety


Management System (CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja Rekanan Penyedia
Barang dan Jasa pada Proyek Konstruksi PT X Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia / formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 27 Juni 2022
Yang menyatakan,

(Ghea Gardita Zoraya Viedra)


xi

ABSTRAK

Nama : Ghea Gardita Zoraya Viedra


Program Studi : Teknik Sipil, Manajemen Proyek
Judul : Pengembangan Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality
Safety Management System (CQSMS) untuk Meningkatkan
Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada Proyek
Konstruksi PT X Menggunakan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP)

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan pesatnya
pertumbuhan industri konstruksi adalah dengan selalu memonitor kinerja rekanan pada
proses kerja sama. Ditemukan beberapa kendala yang dominan terjadi dalam penilaian
kinerja rekanan penyedia barang dan jasa. Penelitian ini membahas tentang
pengembangan sistem penilaian pada evaluasi akhir CQSMS untuk meningkatkan
kinerja rekanan penyedia barang dan jasa pada proyek konstruksi PT X menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Melalui pendapat pakar, penelitian ini
memvalidasi 29 kriteria yang terbagi ke dalam 6 kelompok kriteria (X1) Kualitas
Dokumen QHSE Plan, (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity, (X3)
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress, (X4) Komitmen Penanganan &
Penyelesaian Defect, (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE, dan (X6) Dokumen
Pendukung pada evaluasi akhir CQSMS yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan
K3L. Kemudian diketahui bobot penilaian terbesar berada pada kriteria (X4.1) Tindak
Lanjut Perbaikan Temuan sebesar 17%. Model sistem penilaian telah disusun dan
disimulasikan pada 10 sampel penyedia barang dan jasa di PT X dan ditemukan rata-
rata peningkatan nilai sebesar 15% dari hasil penilaian menggunakan model penilaian
terdahulu.

Kata Kunci: Sistem penilaian, evaluasi kinerja penyedia barang dan jasa konstruksi,
Kriteria Evaluasi, Contractor Quality Safety Management System, Analytical Hierarchy
Process
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................................iv


STATEMENT OF AUTHENTICITY...........................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................vi
STATEMENT OF LEGITIMATION.........................................................................vii
KATA PENGANTAR..................................................................................................viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................................ix
ABSTRAK........................................................................................................................x
DAFTAR ISI...................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xvii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................................4
1.2.1 State of the Art...............................................................................................4
1.2.2 Keterbaruan Penelitian (Novelty).................................................................5
1.3 Identifikasi Masalah..............................................................................................18
1.4 Pertanyaan Penelitian...........................................................................................22
1.5 Tujuan Penelitian..................................................................................................22
1.6 Batasan Penelitian.................................................................................................22
1.7 Manfaat Penelitian................................................................................................23
1.8 Model Operasional Penelitian..............................................................................23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................25


2.1 Proyek Konstruksi.................................................................................................25
2.2 Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa...........................................................27
2.2.1 Hubungan Kontraktor dengan Subkontraktor.........................................33
2.3 Contractor Quality and Safety Management System (CQSMS)..........................35
2.3.1 ISO 9001:2015..............................................................................................37
2.3.2 ISO 14001:2015............................................................................................37
2.3.3 ISO 45001:2018............................................................................................37
2.3.4 PP No. 50 Tahun 2012.................................................................................37
2.3.5 PERMEN PUPR No 10 Tahun 2021..........................................................38
2.3.6 Framework CQSMS....................................................................................39
2.4 Sistem Penilaian Evaluasi Kinerja.......................................................................45
2.4.1 Sistem Penilaian Eksisting..........................................................................45
2.4.2 Kriteria Evaluasi Kinerja Eksisting..........................................................46
2.4.3 Skala Nilai....................................................................................................50
2.5 Kinerja Rekanan...................................................................................................52
2.5.1 Kinerja Mutu...............................................................................................53
2.5.2 Kinerja K3L.................................................................................................54
2.6 Delphi Method........................................................................................................54
2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP).....................................................................55
2.8 Sintesis....................................................................................................................61
2.9 Hipotesis Penelitian...............................................................................................62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................63


3.1 Strategi Penelitian.................................................................................................63
3.2 Proses Penelitian....................................................................................................65
3.3 Variabel Penelitian................................................................................................68
3.4 Instrumen Penelitian.............................................................................................71
3.5 Metode Pengumpulan Data..................................................................................81
3.5.1 Jenis Data.....................................................................................................81
3.5.2 Sumber Data................................................................................................82
3.6 Analisis Data..........................................................................................................83

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA.....................................86


4.1 Pengumpulan Data dan Analisis Data Tahap I..................................................86
4.1.1 Studi dan Analisis Arsip Proses Pengadaan Barang dan Jasa PT X......86
4.1.2 Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS.......88
4.2. Pengumpulan dan Analisis Data Tahap 2..........................................................90
4.2.1. Identifikasi Kriteria Penilaian Kinerja Vendor........................................90
4.2.2 Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Vendor..................................91
4.2.3. Assessment Intensitas Kepentingan Kriteria.............................................94
4.2.4. Analisis Proses Hirarki / Analytical Hierarchy Process (AHP)...............99
4.2.5. Pembuatan Skala Penilaian dan Skala Hasil Evaluasi Akhir................110
4.2.6. Validasi Model Penilaian Kinerja pada Evaluasi Akhir CQSMS.........121
4.3. Pengumpulan dan Analisis Data Tahap 3........................................................131
4.3.1 Assessment Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi CQSMS...................131
4.3.2 Analisis Hasil Assessment Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi CQSMS
......................................................................................................................132

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN.................................................................134


5.1. Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS di PT X..........134
5.2. Kriteria Penilaian yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Mutu dan K3L
Vendor .................................................................................................................139
5.3. Intensitas Kepentingan Kriteria Penilaian Kinerja Vendor..........................145
5.4. Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Vendor pada Evaluasi CQSMS..148

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................163


6.1. Kesimpulan.........................................................................................................163
6.2. Saran .................................................................................................................167

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................168
xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 10 Besar Pasar Konstruksi Tahun 2009 dan Tahun 2020............................1
Gambar 1.2 Indeks Tendensi Bisnis Tahun 2019-2017...................................................1
Gambar 1.3 Model Operasional Penelitian....................................................................24
Gambar 2.1 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Proyek.......................................28
Gambar 2.2 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Sinergi...........29
Gambar 2.3 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Penunjukan
Langsung....................................................................................................30
Gambar 2.4 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Tender
Terbatas / Seleksi Terbatas Proyek............................................................32
Gambar 2.5 Alur Proses CSMS.....................................................................................44
Gambar 2.6 Bentuk Struktur Dekomposisi pada AHP..................................................56
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Penelitian................................................................62
Gambar 3.1 Diagaram Alir Penelitian...........................................................................66
Gambar 4.1 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa di PT X......................................87
Gambar 4.2 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS.............88
Gambar 5.1 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS...........136
Gambar 5.2 Identifikasi Kritera Penilaian Berpengaruh pada Proses Pengadaan Barang
dan Jasa Menggunakan CQSMS PT X....................................................141
Gambar 5.3 Model Hirarki Sistem Penilaian pada Evaluasi Akhir CQSMS...............148
Gambar 5.4 Perbandingan Hasil Penilaian Kinerja Vendor Menggunakan Sistem
Penilaian Lama dan Sistem Penilaian Baru..............................................162
xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan..................................................................6


Tabel 1.2 Penilaian Pada Evaluasi Akhir CQSMS Terkait Kinerja Rekanan Penyedia
Barang dan Jasa di Proyek Konstruksi PT X..................................................18
Tabel 1.3 Matriks Perbandingan Kriteria Penilaian pada Tahap Prakualifikasi CQSMS
dan Evaluasi Akhir CQSMS PT X..................................................................20
Tabel 1.4 Penilaian Evaluasi Akhir CQSMS Eksisting..................................................21
Tabel 1.5 Kerangka Konsep Penelitian...........................................................................23
Tabel 2.1 Bidang Usaha Penyedia Barang dan Jasa yang Ada di PT X.........................33
Tabel 2.2 Framework / Model Sistem Penilaian Kinerja Mutu dan K3L.......................39
Tabel 2.3 Pertanyaan CQSMS PT X Tahap Prakualifikasi............................................41
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X............47
Tabel 2.5 Skala Nilai pada Penilaian Kinerja Rekanan Penyedia Barang Dan Jasa PT X
Eksisting..........................................................................................................50
Tabel 2.6 Bobot Kriteria Penilaian Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X..............51
Tabel 2.7 Formulir Perhitungan Penilaian Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
Eksisting..........................................................................................................52
Tabel 2.8 Matriks Perbandingan Berpasangan...............................................................57
Tabel 2.9 Skala penilaian perbandingan berpasangan....................................................58
Tabel 2.10 Nilai Indeks Random (RI)............................................................................61
Tabel 3.1 Strategi Penelitian Menurut Yin, 1984...........................................................63
Tabel 3.2 Strategi Penelitian yang Digunakan pada Penelitian Penulis.........................64
Tabel 3.3 Input, Strategi, dan Output Research Question...............................................64
Tabel 3.4 Variabel Penelitian..........................................................................................69
Tabel 3.5 Kuesioner Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
.........................................................................................................................73
Tabel 3.6 Kuesioner Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu.........................................74
Tabel 3.7 Kuesioner Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor
.........................................................................................................................74
Tabel 3.8 Penggalan Kuesioner Intensitas Kepentingan Kriteria Penilaian Kinerja
Vendor.............................................................................................................76
Tabel 3.9 Skala Penilaian yang Digunakan dalam Mengisi Kuesioner Responden.......77
Tabel 3.10 Penggalan Kuesioner Validasi Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L
Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS............................................................77
Tabel 4.1 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa
xvii

Menggunakan CQSMS...................................................................................88
Tabel 4.2 Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS...............89
Tabel 4.3 Tabel Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor....................90
Tabel 4.4 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja
Mutu dan K3L Vendor....................................................................................91
Tabel 4.5 Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar
.........................................................................................................................92
Tabel 4.6 Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor Tervalidasi Pakar. 93
Tabel 4.7 Data Profil Pakar pada Proses Assessment Daftar Kriteria Penilaian Kinerja
Vendor.............................................................................................................94
Tabel 4.8 Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Vendor.......................................................94
Tabel 4.9 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 1 Kelompok Kriteria................96
Tabel 4.10 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1)
Kualitas Dokumen QHSE Plan.......................................................................96
Tabel 4.11 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2)
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity.........................................97
Tabel 4.12 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3)
Impelemtasi QHSE Plan Tahap Work In Progress.........................................97
Tabel 4.13 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5)
Lagging Indicator Kinerja QHSE...................................................................98
Tabel 4.14 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 1 Kelompok Kriteria..............99
Tabel 4.15 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1)
Kualitas Dokumen QHSE Plan.......................................................................99
Tabel 4.16 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2)
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity.......................................100
Tabel 4.17 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3)
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress.....................................100
Tabel 4.18 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5)
Lagging Indicator Kinerja QHSE.................................................................100
Tabel 4.19 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 1 Kelompok Kriteria...........................101
Tabel 4.20 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas
Dokumen QHSE Plan...................................................................................101
Tabel 4.21 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi
QHSE Plan Tahap Pre Job Activity..............................................................101
Tabel 4.22 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi
QHSE Plan Tahap Work In Progress............................................................102
Tabel 4.23 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging
Indicator Kinerja QHSE................................................................................102
xviii

Tabel 4.24 Nilai Bobot Putaran 1 Kelompok Kriteria..................................................103


Tabel 4.25 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE
Plan...............................................................................................................103
Tabel 4.26 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan
Tahap Pre Job Activity..................................................................................103
Tabel 4.27 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan
Tahap Work In Progress...............................................................................104
Tabel 4.28 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja
QHSE............................................................................................................104
Tabel 4.29 Nilai Uji Consistency Ratio Kelompok Kriteria.........................................105
Tabel 4.30 Nilai Uji Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X1) Kualitas Dokumen
QHSE Plan....................................................................................................105
Tabel 4.31 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan
Tahap Pre Job Activity..................................................................................106
Tabel 4.32 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan
Tahap Work In Progress...............................................................................106
Tabel 4.33 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja
QHSE............................................................................................................106
Tabel 4.34 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 1 Kelompok
Kriteria..........................................................................................................107
Tabel 4.35 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan...............................................107
Tabel 4.36 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity.................108
Tabel 4.37 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress...............108
Tabel 4.38 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE...........................................108
Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot Lokal dan Bobot Global................109
Tabel 4.40 Skala Penilaian............................................................................................110
Tabel 4.41 Skala Hasil Evaluasi Akhir.........................................................................120
Tabel 4.42 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Model Penilaian Kinerja pada
Evaluasi Akhir CQSMS................................................................................121
Tabel 4.43 Validasi Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar.......122
Tabel 4.44 Data Profil Assessor pada Proses Simulasi Penilaian Ulang Menggunakan
Model Sistem Penilaian Kinerja Vendor Baru..............................................132
Tabel 4.45 Rekapitulasi Nilai Akhir Penilaian Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi
CQSMS.........................................................................................................132
Tabel 5.1 Tingkat Kepentingan Kriteria.......................................................................145
xix

Tabel 5.2 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Kualitas Dokumen
QHSE Plan....................................................................................................148
Tabel 5.3 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Pre Job Activity.........................................................................150
Tabel 5.4 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Work In Progress.......................................................................152
Tabel 5.5 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kriteria Komitmen Penanganan dan
Penyelesaian Defect......................................................................................154
Tabel 5.6 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Lagging Indicator
Kinerja QHSE...............................................................................................154
Tabel 5.7 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Dokumen Pendukung
.......................................................................................................................156
Tabel 5.8 Perbandingan Model Penilaian Kinerja Lama Dan Baru.............................157
Tabel 5.9 Hasil Penilaian Kinerja Vendor Menggunakan Sistem Penilaian Lama dan
Sistem Penilaian Baru...................................................................................159
Tabel 5.10 Perbandingan Hasil Penilaian Kinerja PT E Menggunakan Sistem Penilaian
Lama dan Sistem Penilaian Baru..................................................................160
1

1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri konstruksi memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pembangunan dan perkembangan suatu negara, baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Hal ini terlihat dari kontribusinya yang menyumbang sekitar 10%
terhadap produk domestik bruto di dunia (Murie, 2007) . Berikut 10 besar pasar
konstruksi tahun 2009 dan tahun 2020 Berdasarkan Global Construction 2020 an

Gambar 1.1 10 Besar Pasar Konstruksi Tahun 2009 dan Tahun 2020
Overview.
Sumber: Global Construction 2020 an Overview, 2020

Global Construction 2020 an Overview menjelaskan bahwa Negara Indonesia


termasuk kedalam pasar pertumbuhan konstruksi yang cepat dengan berada di posisi 6
pada tahun 2020. Dalam kurun waktu 11 tahun (2009 – 2020), industri konstruksi di
Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat pula.

Gambar 1.2 Indeks Tendensi Bisnis Tahun 2019-2017


Sumber: Badan Statistik Indonesia, 2018 (data diolah kembali oleh Santoso, 2022)
2

Menurut Santoso, 2022 dalam bukunya yang berjudul Kinerja Industri Konstruksi
mengutip data dari Badan Statistik Indonesia, bahwa dimulainya lonjakan jumlah
konstruksi di Indonesia ditandai pada tahun 2015 sebagaimana mengacu pada Gambar
1.2. Pertumbuhan tahun 2015 tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, termasuk
program infrastruktur secara besar-besaran.
Seiring bertambahnya kebutuhan pembangunan pada industri konstruksi,
membuat penyedia jasa konstruksi saling berlomba untuk terus memperbaiki sumber
daya serta fungsi manajemen agar senantiasa dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
melalui kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi
mencapai tujuan bersama (Maulani et al., 2014) . Kumaraswamy dan Mathews dalam
Winarta et al., 2022 menjelaskan bahwa antara kontraktor dan subkontraktor terdapat
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan atau win-win solution. Hal tersebut
dikarenakan mayoritas pekerjaan konstruksi dilakukan oleh subkontraktor, sehingga
secara signifikan kerja sama antara kontraktor dan subkontraktor akan mempengaruhi
biaya, mutu, dan waktu proyek konstruksi.
Sebagai salah satu kontraktor BUMN di Indonesia, PT X senantiasa melakukan
proses pengadaan barang dan jasa dengan memperhatikan dampak dari segala aspek
yang dapat menunjang kinerja perusahaan ke depannya. Dalam melaksanakan proses
pengadaan barang dan jasa, PT X membutuhkan bantuan subkontraktor guna
mendukung penyelesaian proyek-proyek konstruksi yang berada di bawah naungan PT
X. Pemenuhan pasokan insfrastruktur pada PT X dilakukan oleh sebanyak 2205
subkontraktor (Dokumen Monitoring CQSMS QHSE Infrastructure II Division, 2022),
banyaknya jumlah subkontraktor tersebut dikarenakan jumlah proyek konstruksi yang
tengah ditangani oleh PT X dan tersebar di seluruh Indonesia. Para subkontraktor
tersebut dituntut untuk mampu memberikan pelayanan (service level) yang tinggi
kepada PT X. Pelayanan yang baik, didukung oleh kinerja subkontraktor yang baik
dengan penekanan pada beberapa aspek yaitu biaya, waktu, mutu, dan keselamatan
kesehatan kerja.
Berdasarkan TKO PT Pertamina RU III, 2011:1 pada Falenshina, 2012 CSMS
(Contractor Safety Management System) merupakan sistem manajemen untuk
3

mengelola kontraktor dan subkontraktor yang bekerja di lingkungan perusahaan agar


memperhatikan aspek K3LL dan menjaga pelaksanaan K3LL tersebut di dalam proses
kerja agar terhindar dari potensi kecelakaan dan risiko yang dapat merugikan
perusahaan. Dalam lingkungan PT X, CSMS lebih umum disebut sebagai CQSMS
(Contractor Quality Safety Management System) dengan gagasan tidak memisahkan
antara aspek kualitas dan keselamatan kerja (Dokumen Prosedur PT X Bidang QHSE,
2020). CQSMS bertujuan mencegah dan mengurangi potensi kecelakaan kerja
kontraktor dan subkontraktor serta menciptakan tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif sesuai target (Basri, 2017). CQSMS dapat memfasilitasi gap antara kontraktor
dan subkontraktor, serta kontraktor lainnya yang bekerja dalam suatu pekerjaan
(Army, 2012)
. CQSMS juga berperan dalam meningkatkan kinerja K3L di tempat kerja dengan
membantu kontraktor dan subkontraktor dalam administrasi SMK3 yang efektif
(Falenshina, 2012). Dari beberapa tujuan pelaksanaan CQSMS tersebut, didapat bahwa
sasaran CQSMS adalah kinerja mutu dan K3L.
Kinerja mutu digambarkan sebagai semua aktivitas dari keseluruhan fungsi
manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, sasaran, dan tanggung jawab serta
mengimplementasikannya menggunakan perencanaan mutu dan peningkatan mutu
(Jaya, 2013). Kinerja K3L dapat mengacu pada perilaku individu yang terkait dengan
keselamatan atau dapat disebut dengan perilaku keselamatan, serta hasil keselamatan di
sebuah organisasi, seperti jumlah cedera atau kecelakaan kerja per tahun
(Christian et al., 2009)
. Menurut Wu, 2008 dalam Nevhage & Lindahl, 2008 kinerja keselamatan
mencakup organisasi dan sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja, peralatan,
tindakan keselamatan, jumlah kecelakaan, pelatihan, evaluasi sistem manajemen
keselamatan kesehatan kerja, investigasi kecelakaan, dan implementasi sistem
manajemen keselamatan kesehatan kerja. Dari gambaran tersebut, diperlukan sikap
selektif para kontraktor dalam memilih subkontraktor sebagai rekan kerja agar
tercapainya kinerja mutu dan K3L yang telah disusun.
Para subkontraktor yang dinyatakan lulus pada tahap prakualifikasi akan
berkontrak dengan PT X dan melaksanakan aktifitas pra-kerja sebelum akhirnya dapat
melaksanakan pekerjaan di lapangan. PT X wajib mengevaluasi hasil pekerjaan dari
para subkontraktor yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Dari evaluasi akhir
tersebut, PT X dapat menentukan dan menilai mana subkontraktor yang tepat untuk
4

dilibatkan dalam proses pengadaan barang dan jasa selanjutnya dan mana subkontraktor
yang tidak direkomendasikan. Adanya evaluasi pada tahap prakualifikasi dan evaluasi
akhir merupakan salah satu cara pengendalian rekanan penyedia barang dan jasa yang
dilakukan oleh PT X. Pengendalian rekanan penyedia barang dan jasa ini merupakan
salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalan proses pengadaan barang dan
jasa. PT X menerapkan CQSMS dalam memonitor segala aktifitas yang dilakukan oleh
rekanannya.
Dalam penilaian kinerja subkontraktor, perlu adanya kriteria dan bobot
perhitungan pada masing-masing kriteria yang telah disusun yang mana akan
berpengaruh pada nilai evaluasi akhir. Kriteria yang digunakan pada evaluasi akhir
harus sesuai dengan aspek yang ditinjau selama proses berlangsung. Oleh karena itu
sinkronisasi evaluasi pada tahap prakualifikasi dengan tahap evaluasi akhir perlu
diperhatikan. Selain itu, skala yang digunakan dalam penilaian perlu disusun guna
mendapatkan model penilaian yang sistematis. Sistem penilaian yang efektif merupakan
kunci dari tepat sasaran pemilihan subkontraktor. Keterlibatan subkontraktor dalam
proses pengadaan barang dan jasa diharapkan dapat memberikan nilai tambah kepada
kontraktor utama supaya efisien, mengurangi risiko, dan mempercepat pekerjaan
(Rohadi, 2018).
Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode
dalam penentuan bobot setiap kriteria penilaian dan Delphi method sebagai metode
pengumpulan data dan validasi pakar. AHP merupakan metode Multcriteria Decesion
Making (MCDM) yang paling sering digunakan baik untuk pengambilan keputusan
ataupun dalam melakukan pembobotan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode
MCDM lainnya adalah AHP dapat untuk menganalisis secara simultan dan terintegrasi
antara kriteria kualitatif dan kuantitatif (UmaDevi et al., 2012) . Model yang diusulkan
pada penelitian ini terdiri dari kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai kinerja
vendor dan bobot dari setiap kriteria serta skala penilaiannya. Penilaian kinerja pada
evaluasi akhir CQSMS ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja mutu
dan K3L penyedia barang dan jasa di PT X untuk mendukung kinerja korporat.

1.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan


1.2.1 State of the Art
Penulis melakukan pengkajian terhadap penelitian yang bersumber dari jurnal dan
5

penelitian lainnya terkait topik yang relevan dengan judul penelitian “Pengembangan
Sistem Penilaian pada Evaluasi Contractor Quality Safety Management System
(CQSMS) untuk Meningkatkan Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa pada
Proyek Konstruksi PT X menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)”.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini bervariasi, yaitu dengan metode
Delphi pada validasi pakar dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berikut
adalah pemaparan beberapa peneltian terdahulu yang relevan tersedia pada Tabel 1.1.
Dari hasil studi yang dilakukan penelitian terdahulu masih terfokus hanya pada
penyusunan sistem penilaian kinerja rekanan (vendor) dalam sudut pandang bisnis
proses sebuah perusahaan. Sedangkan dalam proses CQSMS, penelitian terdahulu
masih terfokus dengan penyusunan kriteria pada evaluasi tahap prakualifikasi saja.
Belum adanya penelitian yang terfokus dalam ruang lingkup mutu dan K3L pada
pengembangan sistem penilaian tahap evaluasi akhir CQSMS di dunia konstruksi.

1.2.2 Keterbaruan Penelitian (Novelty)


Studi didasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Konsep utama penelitian ini adalah pengembangan sistem penilaian pada tahap evaluasi
akhir CQSMS (Contractor Quality Safety Management System). Penilaian tersebut hanya
terkait pada aspek mutu dan K3L sesuai dengan fokus utama daripada CQSMS itu sendiri.
Keterbaruan pada penelitian ini terletak pada sistem penilaian serta kriteria dan bobot
yang digunakan dalam menilai kinerja rekanan penyedia barang dan jasa khususnya
pada tahap evaluasi akhir CQSMS (Contractor Quality Safety Management System)
pada proyek konstruksi PT X.
6

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Judul Penelitian Penulis Tahun Tujuan Penelitian Objek Metode Hasil Penelitian
Model penilaian kinerja vendor TI
Model Penilaian Membuat sebuah dibagi meenjadi dua kategori yaitu
Kinerja Vendor Alfanugrah A. model penilaian Industri
hardware & software dan
Teknologi Hi Usman kinerja vendor Teknologi Kuesioner,
1 2018 pengembangan sistem. Dimana setiap
Informasi Untuk Teknologi Informasi Informasi AHP
model penilaian terdiri dari kriteria,
Usaha Kecil (Usman, 2018) untuk Usaha Kecil (TI)
bobot, skala penilaian, dan skala
Menengah Menengah. tingkatan.
Mendesain sistem
evaluasi kinerja
supplier yang
terintegrasi antar unit,
mendesain sistem
Sistem Penilaian Sistem penilaian dan evaluasi kinerja
segmentasi supplier
dan Evaluasi Brisky supplier yang terintegrasi membantu
berdasarkan nilai
Kinerja Supplier Musyahidah pelaksana pengadaan dalam proses
kinerja yang Industri
2 Terintegrasi pada 2018 AHP pemilihan supplier karena adanya
didapatkan, Konstruksi
Perusahaan (Musyahidah, saringan awal, sehingga waktu untuk
2018)
implementasi sistem
Pembangkitan pemilihan calon supplier akan lebih
evaluasi kinerja
Listrik cepat.
supplier yang
terintegrasi antar unit
pembangkitan dan
sistem segmentasi
supplier.
Designing an Mengembangkan Pemasok dipilih dan diberi peringkat
Integrated AHP Dweiri, dkk. sebuah sistem berdasarkan sub kriteria, analisis
Industri
3 Based Decision 2016 pendukung keputusan AHP sensitivitas menunjukkan dampak
Otomotif
Support System (Dweiri et al., untuk strategi perubahan kriteria utama pada
for Supplier 2016) pemilihan pemasok peringkat pemasok.
7

Selection in dan melakukan


Automotive analisis sentivitas
Industry untuk
memeriksa kekuatan
vendor.
An Analysis of
IT/IS
Outsourcing Menangani masalah
bagaimana UKM Industri Sebuah model evaluasi yang dapat
Provider Chang, dkk.
harus menilai dan Teknologi digunakan pihak UKM untuk
4 Selection for 2012 Delphi, AHP
(Chang et al., memilih vendor untuk Informasi membantu evaluasi kinerja penyedia
Small and
2012) outsourcing yang akan (TI) outsourcing TI.
Medium Sized
Enterprises in mereka lakukan.
Taiwan
Mengembangkan
Development of Mirmousa dan kriteria dan Sebuah model dengan kriteria
Criteria of Dehghan menyediakan sebuah Universitas Algoritma keuangan yang stabil memiliki
Selecting the model untuk menguji Azal Islam CSFF, Fuzzy dampak yang paling besar dalam
5 Supplier by 2016
(Mirmousa & hubungan dan dampak Yazd Dematel pemilihan pemasok yang optimal dan
Using the Fuzzy Dehnavi, 2016) terkait pemilihan keamanan adalah yang paling rendah.
Dematel Method pemasok.
Supplier Mengembangkan Model terintegrasi dengan metode
Selection of an Rajnish model yang canggih taguchi loss function, AHP, dan
Indian Heavy Kumar, untuk pemilihan TOPSIS dapat diterapkan dalam
Locomotive Sidhartha S. supplier dengan evaluasi dan pemilihan supplier agar
Taguchi Loss
Manufacturer: An Padhi, mengintegrasian tiga lebih objektif. Dengan taguchi loss
Industri Function,
6 Integrated Ashutosh 2018 metode (taguchi loss function penilaian kerugian bisa lebih
Manufaktur TOPSIS, and
Approach Using Sarkar function, AHP, dan objektif, dengan AHP dapat
AHP
Taguchi Loss TOPSIS) guna mempertimbangkan pencarian bobot
Function, (R. Kumar et mengurangi kriteria, dan dengan TOPSIS dapat
TOPSIS, and al., 2019) subjektivitas dalam ditentukan supplier terbaik dengan
AHP penilaian supplier. lebih objektif.
7 Supplier Mohd Azril 2009 Mendesain alat dan Industri Multivariate Penerapan Multivariat analisis dalam
Performance Bin Amil sistem penilaian Otomotif Analysis perancangan alat dan sistem penilaian
Assessment Tool sebagai pendekatan dan evaluasi kinerja supplier dapat
in Automotive (Amil, 2009) umum untuk menguntungkan dan membantu
8
Industry Using mengukur kinerja supplier mempertahankan kinerjanya.

Multivariate supplier di industri


Analysis otomotif
menggunakan analisis
multivariat serta
memberikan tolak
ukur untuk
peningkatan kinerja
supplier.
Didapatkan nilai CSI sebesar 70,61%,
Mengidentifikasi dan
Evaluasi dan skor rata- rata tingkat kepuasan
membuat Instrument
Kepuasan Customer sebesar 3,53 (skala 1-5).
pengukuran evaluasi
Pelanggan satisfaction Dengan metode IPA diketahui
Riqi Radian kepuasan pelanggan
Terhadap Kinerja index (CSI), variabel kinerja manajemen proyek
Khasani terhadap kinerja Industri
8 Manajemen 2013 analisis gap, yang menjadi prioritas utama untuk
manajemen proyek Konstruksi
Proyek Importance ditingkatkan kinerjanya. Disimpulkan
(Khasani, 2013) kontraktor besar
Kontraktor Besar performance bahwa pelanggan konstruksi telah
(grade 6-7) bangunan
Bangunan analysis (IPA) merasa puas terhadap kinerja
gedung di kota
Gedung manajemen proyek kontraktor besar
Semarang.
bangunan gedung.
Mengidentifikasi hal-
hal yang tidak pasti
Supplier
Sanjay Kumar, dalam pemilihan Model yang diusulkan ini dapat
Selection Using
Saurabh pemasok digunakan dalam berbagai masalah
Fuzzy TOPSIS
Kumar, Asim menggunakan model MCDM seperti pemilihan lokasi,
Multi criteria Industri Fuzzy-
9 Gopal Barman 2018 TOPSIS terintegrasi organisasi proyek, kegiatan promosi
Model for a Manufaktur TOPSIS
untuk pengambilan dan pengembangan produk baru
Small Scale Steel
(S. Kumar et al., keputusan multi- ketika data yang dapat diakses tidak
Manufacturing
2018) kriteria (MCDM) tepat, tidak akurat, dan tidak pasti.
Unit
sehingga didapatkan
satu keputusan.
Establishment of Mengetahui
Pre-qualification AbdulLateef pentingnya kriteria 5 kriteria prakualifikasi utama adalah
Olanrewaju, Average tanggal penyelesaian yang
Criteria for The prakualifikasi Industri
Ms Zhi Xun 2022 Importance diharapkan, kapasitas/stabilitas
10 Selection subkontraktor di Konstruksi
Bong, Index (AII) keuangan subkontraktor, catatan
Subcontractors by Malaysia.
9

kesehatan dan keselamatan, kinerja


10

The Prime Christopher Subkontraktor sebelumnya, dan harga


Constructors for Preece tender & kutipan yang diajukan.
Building Projects
(Olanrewaju et
al., 2022)
Kategori dikelompokkan dalam (7)
Mengidentifikasi, kelompok: Biaya; Kualitas;
Hesham A. Kemampuan Teknis; Kemampuan
Identification of El- khalek, menganalisis, dan
memprioritaskan Manajemen; Kesehatan dan
Construction Remon
kriteria yang paling Keamanan; Reputasi; dan Waktu.
Subcontractor F. Aziz ,
penting. Kriteria yang Cross- Lima kriteria ditentukan sebagai yang
Prequalification Enas S.
11
Evaluation Morgan
2019 mempengaruhi proses Industri tabulation paling berpengaruh: Pengiriman
pemilihan Konstruksi analysis bahan yang tepat waktu; Kegagalan
Criteria and Their
subkontraktor untuk menyelesaikan kontrak karena
Impact on Project (El-khalek et
al., 2019) menggunakan masalah keuangan; kesulitan
Success
pendekatan analisis Subkontraktor
statistik. dalam penggantian; Reputasi; dan
harga tender.
Konsistensi internal dari skala yang
digunakan diterima sebagai reliabel.
Temuan analisis peringkat
Mengembangkan menunjukkan bahwa; dari 36 KPI, 13
Measuring Befrin Neval kerangka kerja yang diantaranya memiliki “Tinggi”, 19
Managerial Bingol, Gul praktis dan sistematis diantaranya memiliki “Tinggi-
Polat Reliability of Sedang”, 3 diantaranya memiliki
12 Capability of 2017 bagi kontraktor umum Industri preference
Subcontractors untuk mengukur Konstruksi “Sedang”, dan 1 di antaranya
(Bingol & ranking data memiliki “Sedang-Rendah”. 4 KPI,
Using a KPI kemampuan
Polat, 2017) yang nilai indeks kepentingan
Model manajerial
subkontraktor. relatifnya lebih rendah dari 0,60,
dibuang untuk meningkatkan
efektivitas kerangka pengukuran
kinerja yang dikembangkan.
11

Walaupun kriteria dan bobot diubah,


Sustainable evaluasi kinerja pemasok B4 selalu di
Maintenance Merumuskan kerangka poosisi yang terdepan, terbukti bahwa
Supplier Lizhong kriteria evaluasi metode yang digunakan adalah
Performance Tong, kinerja baru untuk kuat dan stabil untuk penentuan
Evaluation Based Zhongmin Pu, menilai kinerja Fuzzy seluruh bobot dan kriteria. Hasil
Industri
13 on an Extend Ke Chen, 2020 pemasok yang PROMETHEE perbandingan antara metode fuzzy
Petrokimia
Fuzzy Jiajia Yi dirumuskan dari II PROMETHEE II dan fuzzy TOPSIS
PROMETHEE II metode fuzzy adalah metode yang diusulkan lebih
(Tong et al.,
Approach in 2020) PROMETHEE II yang efektif dan stabil, karena semua
Petrochemical diperluas. alternatif dibandingkan sepenuhnya
Industry dengan menghitung deviasi nilai
kriteria.
Mengidentifikasi
Peringkat akhir pemasok diperoleh
pemasok yang
dengan mengalikan skor individu
memiliki dampak
pemasok untuk kriteria dengan bobot
terbesar pada
Supplier Selection relatif kriteria. Pendekatan
pencapaian/tujuan
Based on AHP G. Rajesha, Industri menggunakan AHP dan QFD dapat
2013 yang ditetapkan serta AHP, QFD
14 QFD P. Malliga Manufaktur diadaptasi dalam sistem penilaian ini,
evaluasi pemasok dan
Methodology pemasok dievaluasi dan dibandingkan
(Rajesh & membandingkan satu
satu sama lain menggunakan AHP,
Malliga, 2013) sama lain
dan QFD memberikan bobot
menggunakan AHP
pentingnya evaluasi kriteria.
untuk membuat seleksi
yang optimal.
Masoud Didapat 4 kategori kinerja; virtual
Menyarankan model
Agile Supplier Rahiminezhad terintegrasi untuk enterprise, market sensitivity, process
2016 Industri AHP, QFD
Selection: A Galankashi, menilai pemasok dari integration dan network based
Muhammad Manufaktur supply. 12 tindakan terkait sebagai
Fuzzy Analytic perusahaan industri
15
Hierarchy Process Hisjam, Syed manufaktur. subtitusi untuk manajemen proyek
Ahmad Helmi tangkas.
(FAHP)
Approach
(Galankashi et
al., 2016)
12
Melakukan Maturity model dari Schumacher dkk.
perbandingan untuk (2016) memiliki skor tertinggi di
maturity model antara model yang dibandingkan.
Comparing Industri 4.0 dalam Diantara tujuh kriteria utama, kriteria
Industry 4.0 Kerem Elibal, konteks Total fokus pelanggan memiliki pengaruh
Maturity Models Eren Ozceylan Manajemen Mutu paling besar dan kriteria manajemen
in The Perspective (TQM) Umum/ hubungan memiliki pengaruh paling
16 2022 Fuzzy, MCDM
Of TQM Industri 4.0 sedikit. pendekatan baru yang
Principles Using (Elibal & Özceylan, 2022) menggunakan prinsip-prinsip TQM
Fuzzy MCDM dapat menjadi pedoman untuk
Methods pengembang maturity model yang
memungkinkan model lebih efektif
dalam perspektif manajemen mutu.

Katelyn Menguji hubungan


Utilizing Versteeg, antara indikator safety
Construction Philip leading dan safety Ada beberapa catatan terjadinya
Safety Leading Bigelowa, lagging pada tingkat injury dalam dataset dari seluruh
and Lagging Ann Marie perusahaan Statistical proyek. Temuan dari univariate
17 Indicators to Dale, Ashok 2019 menggunakan data Industri analysis models menunjukkan hubugan antara
Measure Project Chaurasia administrasi Konstruksi site inspections dan toolbox talks yang
Safety perusahaan baik menghasilkan rendahnya injuries
Performance: A dan first aid injuries.
Case Study (Versteeg et al., 2019)

Merencanakan dan
Pendekatan sistematis untuk
mengimplementasikan
Noor Diana pengembangan kerangka kerja dalam
teknik mudah
Process Safety Abdul Majid, pengelolaan kontraktor berbentuk
terstruktur dari safety Develop,
Management Azmi Mohd prototipe basis data / sistem. CoMS
process sistem implement,
(PSM) for Shariff, (Contractor Management System)
18 2015 manajemen kontraktor Umum and comply
Managing Risza Rusli yang diusulkan, praktis dan mudah
yang praktis dan with the PSM
Contractors in digunaka, berpotensi untuk
komprehensif pada
Process Plant (Abdul Majid dikomersialkan serta digunakan dalam
et al., 2015)
proses industri
industri proses apa pun.
berbasis OSHA CFR
1910.119
13
Assessing The Mengidentifikasi Peningkatan pada proses individual,
Impact of dampak proses mempengaruhi kinerja keselamatan
Processes on The individu dalam secara keseluruhan. Perbaikan dalam
Occupational efektivitas Sistem proses kepemimpinan secara
Fuzzy
Safety And Health Anna Skład Manajemen signifikan berpengaruh pada
Cignitive
19 Management 2019 Keselamatan dan Umum peningkatan kinerja keselamatan. Hal
Maps (FCM)
System’s (Skład, 2019) Kesehatan Kerja (OSH ini membuktikan bahwa di antara
Effectiveness MS). semua proses dalam sistem,
Using The Fuzzy kepemimpinan memiliki dampak
Cognitive Maps positif terbesar pada efektivitasnya.
Approach
Mengembangkan Terdapat enam belas indikator yang
indikator safety dikategorikan menjadi dua bagian:
leading untuk 1) mengukur kinerja keselamatan
pemahaman yang lebih perusahaan, proyek atau kelompok
baik tentang penelitian dan individu;
terkini pada sektor 2) mengidentifikasi potensi kejadian
Jing Xu, konstruksi, serta dan injury yang disebabkan oleh
Clara Multiple
mengidentifikasi masalah organisasi, operasional atau
Cheung, Regression,
Safety Leading indikator safety kognitif dan perilaku.
Patrick Structural
Indicators in leading pada
Manu, Industri Equitation
20 Construction: A 2021 keselamatan
Obuks Konstruksi Modelling,
Systematic konstruksi;
Ejohwomu Delphi
Review menciptakan kerangka
Method
kerja terintegrasi yang
(Xu et al.,
2021)
sesuai dengan struktur
kompleks dan fragmen
industri konstruksi
untuk manajemen
keselamatan yang
proaktif.
14
Menguji pengaruh Tenaga kerja menganggap kontraktor
Ann Marie program keselamatan umum dengan program keselamatan
Flow-Down of Dale, Marco kerja kontraktor umum kerja yang baik memiliki safety
Safety from Barrera, Ryan pada safety climate dan climate yang lebih baik juga.
General Colvin, Jaime safety behaviors Subkontraktor kecil memiliki program
diantara tenaga kerja Hierarchical keselamatan kerja yang sederhana
Contractors to Strickland,
21 Subcontractors Bradley A. 2021 dari subkontraktor Industri Linear Models dengan elemen keselamatan kerja
kecil dan menengah Konstruksi (HLMs) yang lebih sedikit daripada
Working on Evanoff
Commercial subkontraktor besar. Banyak
Construction subkontraktor kecil harus mengadopsi
Projects (Dale et al., 2021) banyak safety policies dan praktik
untuk bekerja dengan kontraktor
umum.
Mengidentifikasi apa Ditemukan bahwa komitmen
dan bagaimana safety organisasi; klien, keterlibatan desainer
Implementing
Jing Xu, Clara leading indikator dapat Delphi Survey, dan kontraktor; pelatihan dan
Safety Leading
Cheung, diterapkan untuk Voting orientasi; safety climate dan
Indicators In
Patrick Manu, meningkatkan Analytic kompetensi adalah hal paling penting
Construction:
Obuks manajemen Industri Hierarchy untuk kinerja keselamatan kerja dalam
22 Toward A 2022
Ejohwomu, keselamatan kerja di Kontruksi Process konstruksi. Dilakukan pendekatan
Proactive
Judy Too industri konstruksi (VAHP), manajemen keselamatan kerja yang
Approach To
Focus Group proaktif sebagai strategi untuk
Safety
(Xu et al., 2022) Discussion mengatasi hambatan operasional dan
Management
organisasi.
15
Sebanyak 21 sistem PSM berikut
kerangka teorinya dipilih.
Selanjutnya, kerangka kerja
komparatif dikembangkan
menggunakan sebelas faktor utama
yang berpengaruh untuk proses
industri; framework and room for
continuous improvement, design
Mengembangkan
Chizaram D. specification, industry adaptability
kerangka komparatif
A Comparative Nwankwo, and applicability, human factors,
yang dapat membantu
Analysis of Stephen C. scope of application, usability in
dalam memilih
Process Safety Theophilus, Qualitative complex systems, safety culture,
Process Safety
23 Management Andrew O. 2020 Umum Approach primary or secondary mode of
Management (PSM)
(PSM) Systems in Arewa application, regulatory enforcement,
yang sesuai dan cocok
The Process competency level, as well as inductive
untuk sektor industri
Industry (Nwankwo et or deductive approach. Setelah
al., 2020) tertentu dalam proses
melakukan analisis komparatif dengan
industrinya
menggunakan faktor-faktor tersebut,
Model Integrated Process Safety
Management System (IPSMS)
menjadi sistem PSM yang paling
sesuai karena membahas hampir
setiap bidang utama mengenai proses
keselamatan kerja.

Semua kriteria SMART harus


On The Use of
Jon Tømmerås dipenuhi untuk tercapainya kinerja
Criteria Based on
Selvik, Surbhi Penggunaan kriteria keselamatan kerja yang mumpuni.
The SMART
Bansal, Eirik SMART untuk Ditemukan bahwa kriteria 'M'
Acronym to
Bjorheim mempertimbangkan (measurability) dalam
Assess Quality of Discussion
24 Abrahamsen 2021 dan menilai kualitas Umum penilaian kualitas tidak begitu
Performance Method
kinerja keselamatan berpengaruh, sehingga dapat
Indicators for
kerja dalam proses digunakan kriteria STAR sebagai
Safety (Selvik et al., 2021) industri kunci utama tercapainya kinerja
Management in
keselamatan kerja. Seperti sudah
Process Industries
diterapkan pada beberapa organisasi.
16

Kumaran Nilai capaian prestasi dan maturity


Assessment on
Shanmugam, model kemudian digunakan
Process Safety
Musab Abdul Mengukur capaian untuk penilaian kematangan
Management
Razak implementasi PSM implementasi PSM pada major
Implementation Industi Discussion
25 2021 serta, pengembangan hazard installation (MHI) di
Maturity Among Kimia
maturity model dari Malaysia. 40% MHI di Malaysia
Major Hazard
safety2021)
(Shanmugam & Abdul Razak, process. menampilkan kematangan
Installations in
implementasi PSM masih di bawah
Malaysia
standar dari maturity level.
Mengidentifikasi KPI Adanya KPI terbukti bermanfaat
Hany Abd
Indicators for yang dapat sebagai langkah awal dalam
Elshakour M.
Measuring diimplementasikan mengembangkan sistem keselamatan
Ali, Ibrahim A.
Performance of oleh perushaan Kuesioner, kerja dan menjadi benchmark untuk
Al-Sulaihi,
Building konstruksi Industri Statistical meningkatkan kinerja perusahaan
26 Khalid S. Al- 2013
Construction dalam mengukur Konstruksi Analysis konstruksi di Arab Saudi. Indikator
Gahtani
Companies in kinerja di tingkat kinerja seperti kepuasan pelanggan
Kingdom of Saudi perusahaan di Arab eksternal, keamanan, efisiensi bisnis,
Arabia (Ali et al., 2013) Saudi dan efektivitas perencanaan
digunakan sebagai KPI.
Aawag Mohsen Mengidentifikasi dan Faktor pengelompokan yang paling
Alawag, memberi meyusun penting adalah kepemimpinan.
Critical Success Wesam Salah peringkat faktor-faktor Terlepas dari
Factors Alaloul, M.S. penentu keberhasilan mengidentifikasi faktor kritis, semua
Influencing Total Liew, yang mempengaruhi faktor yang berkontribusi membentuk
Quality Muhammad TQM dalam proyek pengaruh yang signifikan terhadap
Management in Ali Musarat, konstruksi Industri Kuesioner, kinerja yang sukses. Studi ini
27 Industrialised Abdullah O. 2022 industrialized building Konstruksi Statistical mengembangkan kerangka kerja
Building System: Baarimah, system IBS Malaysia Analysis konseptual berdasarkan faktor-faktor
Implementation Syed Saad, penting teratas yang akan membantu
and Benefits in Syed Ammad pemangku kepentingan untuk masuk
Construction sebelum menerapkan TQM dalam
Projects (Mohsen proyek konstruksi IBS.
Alawag et al.,
2022)
28 Key Indicators for Momen M.A. 2022 Menentukan indikator Industri Kuesioner, Indikator terpenting untuk
Evaluating The Abu Oda, untuk mengevaluasi Konstruksi Statistical mengevaluasi kinerja perusahaan
Performance of Bassam A. kinerja perusahaan Analysis konstruksi di Jalur Gaza adalah,
17
waktu yang dibutuhkan untuk
Tayeh, S.A. pekerjaan konstruksi, kepatuhan
Construction Alhammadi, terhadap spesifikasi teknis, kualitas
Companies from Yazan I. Abu konstruksi dari pekerjaan, waktu penyelesaian semua
The Perspective Aisheh perspektif pemilik dan pekerjaan proyek, kualitas yang dapat
of Owners and konsultan diterima, biaya keseluruhan, jadwal
Consultants (Abu Oda et al., desain / gambar kerja, pemahaman
2022) pekerjaan, biaya pekerjaan konstruksi,
dan ketersediaan sistem kendali mutu.
Implementasi implementasi CSMS di PT Vale
Contractor Safety Indonesia sudah memadai,
Management ditunjukkan dengan semua data
System (CSMS) indikator pada kuisioner yang positif
Mengkaji dan
Dan Faktor- yakni pengorganisasian, koordinasi,
Sudirman menganalisis Kuesioner,
Faktor Yang Industri pelaksanaan, pemantauan dan
Basri implementasi CSMS Statistical
29 Berhubungan 2017 Konstruksi evaluasi. Implementasi CSMS efektif,
serta efektifitasnya di Analysis
Dengan (Basri, 2017)
ditunjukkan dengan semua data
PT Vale Indonesia
Efektivitasnya indikator pada kuisioner yang positif
Terhadap Kinerja yakni kinerja safety leading dan
Safety Kontraktor lagging, efek implementasi CSMS
Di PT Vale yang memperbaiki kinerja safety
Indonesia tersebut dan relatif sesuai target.
30 Analisis Ibrahim 2020 Mengetahui tingkat Industri Check-list 1. Tingkat penerapan Sistem
Penerapan Sistem penerapan, faktor Konstruksi Kuesioner, Manajemen Keselamatan dan
Manajemen (Ibrahim, 2020) penyebab tidak Statistical Kesehatan Kerja (SMK3) pada
Keselamatan dan terpenuhinya Analysis proyek Pembangunan Gedung
Kesehatan Kerja penerapan dan DPRD Sleman yang dilaksanakan
(SMK3) pada pelaksanaan, serta oleh perusahaan (PT. ATP) adalah
Proyek respon untuk pencapaian penerapan
Konstruksi melakukan perbaikan/ (Memuaskan) dengan nilai
Gedung (Studi improvement dalam persentase penerapan sesuai
Kasus: Proyek upaya melakukan sebesar 89,76% dan temuan tidak
Pembangunan pemenuhan penerapan sesuain sebesar 10,24% (Kategori
Gedung DPRD pada Sistem Minor).
Sleman, Manajemen 2. Faktor penyebab tidak terpenuhnya
Yogyakarta) Keselamatan dan penerapan adalah tidak adanya
Kesehatan Kerja dokumen perosedur dan format
18
khusus terhadap perubahan-
perubahan dilapangan yang
impilkasinya terhadap K3,
diantaranya merupakan kurangnya
pendokumentasian dan pelatihan
bagi tenaga kerja, dimana terdapat
ketidak kosistenan dalam
melakukan pemenuhan persyaratan
dan acuan lainnya.
3. Tindakan respon dan perbaikan/
improvemnt yang dapat dilakukan
(SMK3)
adalah dengan membuat prosedur
dan format khusus terkait adanya
perubahanperubahan yang
implikasinya terhadap K3,
melakukan pendokumentasian
penerapan prosedur dengan sistem
informasi yang baru serta
melakuakan pelatihan penyegaran
bagi para tenga kerja dalam upya
melakukan pencgahan kecelakan
kerja dan pemenuhan penerpan
SMK3 sesuai dengan peraturan
perndang-undanngan.
19

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan penilaian pada evaluasi akhir CQSMS terkait kinerja mutu dan K3L
rekanan penyedia barang dan jasa, dalam sebuah proyek konstruksi Jalan Tol PT X
ditemukan setidaknya 10 subkontraktor yang memiliki nilai evaluasi akhir CQSMS di
bawah ambang batas yang ditentukan yaitu 71,25, dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Sebelumnya, para subkontraktor ini telah dinyatakan lulus evaluasi tahap prakualifikasi CQSMS.
Setelah melalui tahap prakualifikasi dan selesai melaksanakan pekerjaan, dilakukan evaluasi akhir
CQSMS. Hasil daripada evaluasi akhir tersebut menunjukkan adanya gap pada proses
administrasi dengan implementasi CQSMS.

Tabel 1.2 Penilaian Pada Evaluasi Akhir CQSMS Terkait Kinerja Rekanan Penyedia
Barang dan Jasa di Proyek Konstruksi PT X
Nilai
Nama Evaluasi
No Rekanan Bidang Usaha Nama Pekerjaan
Kinerja
Subkontraktor
1 PT A Pek. Erection Steel Box Girder 60
menengah
Subkontraktor
2 PT B Pek. Lapis Pondasi Agregat Base A 65
menengah
Subkontraktor
3 PT C Pek. Borrow Material Padat 58,75
menengah
Subkontraktor Pek. Pengadaan & Pemasangan
4 PT D 56,25
menengah Guardrail
Subkontraktor
5 PT E Pek. Soil Test Pits 67,5
menengah
Subkontraktor Pek. Timbunan dan Pemadatan
6 PT F 63,75
menengah Granular & Brangkal
Subkontraktor
7 CV G Pek. Timbunan dan Galian Tanah 60,45
menengah
Subkontraktor Pek. Expansion Joint Tipe Strip
8 PT H 67,5
menengah Seal
Subkontraktor
9 PT I Pek. Borepile 57,5
menengah
Subkontraktor
10 PT J Pek. Relokasi Kabel Transportasi 68,75
menengah

Dilakukan analisis terhadap formulir evaluasi kinerja penyedia barang dan jasa PT
X para subkontraktor di atas dan ditemukan bahwa setidaknya ada 8 subkontraktor yang
tidak dapat memenuhi kriteria penilaian “Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect Hasil Pekerjaan”, “Jadwal Pelaksanaan (Progres)”, dan “Waktu pengiriman
Sumber Daya Bahan, Alat, & Pekerja”. Hasil penilaian evaluasi akhir CQSMS
subkontraktor tersebut, kemudian dibandingkan dengan hasil penilaian evaluasi
prakualifikasi CQSMS sebelumnya untuk menemukan gap di antara keduanya. Adanya
20

3 kriteria pada penilaian evaluasi akhir CQSMS yang tidak memiliki korelasi atau tidak
sinkron dengan evaluasi prakualifikasi CQSMS di awal, seperti ditunjukkan dalam
diagram matriks Tabel 1.3.

Kolom Tabel 1.3 menunjukkan kriteria penilaian kinerja tahap Prakualifikasi


CQSMS, yaitu: (1) Komitmen Manajemen, (2) Pembinaan Subkon, (3) Prosedur, (4)
Peralatan, dan (5) Identyifikasi & Pengelolaan Biaya. Row Tabel 1.3 menunjukan
kriteria penilaian kinerja tahap Evaluasi CQSMS, yaitu: (1) Sistem Manajemen HSE
Plan, (2) Implementasi HSE, (3) Sistem Manajemen Quality Plan, (4) Mutu Hasil
Pekerjaan/ Implementasi Quality Plan, (5) Jadwal Pelaksanaan Progress, (6) Waktu
Pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat, & Pekerja, (7) Kualitas Pegawai, (8) Kualitas
Tenaga Kerja, (9) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect Hasil Pekerjaan, (10)
Komitmen Biaya yang Disepakati. Dimulai dengan membandingan kriteria yang ada
pada penilaian kinerja tahap Prakualifikasi CQSMS tetapi tidak ditemukan pada
penilaian kinerja tahap Evaluasi CQSMS. Sebagai contoh, untuk pertanyaan penilaian
kinerja tahap Prakualifikasi CQSMS no 1a. Apakah perusahaan anda mempunyai
kebijakan QHSE?, jawaban dari pertanyaan ini dapat dievaluasi kembali pada penilaian
kinerja tahap Evaluasi CQSMS tercakup dalam aspek (1) Sistem Manajemen HSE Plan,
(2) Implementasi HSE, (3) Sistem Manajemen Quality Plan, (4) Mutu Hasil Pekerjaan/
Implementasi Quality Plan.

Ditemukan bahwa kriteria (5) Jadwal Pelaksanaan Progress, (6) Waktu


Pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat, & Pekerja, dan (10) Komitmen Biaya yang
Disepakati pada penilaian kinerja tahap Evaluasi CQSMS merupakan aspek dari kinerja
waktu dan biaya (Abu Oda et al., 2022), sehingga kriteria tersebut tidak memiliki
korelasi dalam penilaian prakualifikasi CQSMS yang terfokus pada kinerja mutu dan
K3L.

Selain itu, ditemukan juga tidak konsistennya skala nilai atau besaran skor
penilaian pada masing-masing kriteria saat evaluasi akhir CQSMS seperti pada Tabel
1.4. Identifikasi masalah di atas mengindikasikan bahwa penerpaan model sistem
penilaian pada evaluasi akhir CQSMS di PT X saat ini masih belum efektif. Dampak
dari sistem penilaian pada evaluasi akhir yang buruk akan menyulitkan dalam
memotivasi para penyedia barang dan jasa untuk selalu meningkatkan kemampuannya
(Magdalena et al., 2020). Untuk mengembangkan model sistem penilaian pada evaluasi
21

akhir CQSMS di PT X, maka perlu untuk mengidentifikasi proses pengadaan barang


dan jasa menggunakan CQSMS di PT X serta faktor apa saja yang memiliki pengaruh
terhadap kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa di PT X.
22

Tabel 1.3 Matriks Perbandingan Kriteria Penilaian pada Tahap Prakualifikasi CQSMS dan
Evaluasi Akhir CQSMS PT X
KRITERIA PENILAIAN Waktu Komitmen
Sistem Mutu Hasil
CQSMS TAHAP EVALUASI Sistem Jadwal pengiriman Kualitas Penanganan & Komitmen
AKHIR Implementasi Manajemen Pekerjaan / Kualitas
NO KRITERIA PENILAIAN Manajemen Pelaksanaan Sumber Daya Tenaga Penyelesaian Biaya yang
HSE Quality Implementasi Pegawai
CQSMS TAHAP HSE Plan (Progress ) Bahan, Alat Kerja Defect Disepakati
Plan Quality
PRAKUALIFIKASI & Pekerja Hasil Pekerjaan

Apakah Perusahaan Anda mempunyai


a X X X X
kebijakan QHSE
Apakah kebijakan QHSE tersebut sudah
b disosialisasikan & dipahami oleh seluruh X X X X
pekerja
Apakah kebijakan QHSE tersebut ditanda
c X X X X
tangani pimpinan tertinggi

Apakah kebijakan QHSE yang ada di-review


d X X X X
secara berkala/dimutakhirkan sesuai kondisi
internal & eksternal yang ada di Perusahaan
Apakah Perusahaan saudara mempunyai
e X X
KOMITMEN organisasi HSE
1
MANAJEMEN Apakah perusahaan Anda memiliki program
f X X X X
inspeksi manajemen QHSE
Apakah hasil temuan inspeksi manajemen
g X X
QHSE selalu ditindaklanjuti
Apakah dalam setiap rapat manajemen
h X X
aspek QHSE selalu dibahas

i Apakah perusahaan anda menyelenggarakan X X


rapat-rapat rutin tentang QHSE
Apakah perusahaan anda memiliki program
j X X X X
kapanye QHSE
Apakah perusahaan Anda melaksanakan
k X X
audit QHSE pada setiap pekerjaan

Apakah Perusahaan Anda mempunyai


a X X X X
program pembelajaran / Pelatihan QHSE
Apakah perusahaan Anda pernah mengikuti
b program pelatihan pertolongan pertama pada X X X X
kecelakaan P3K
Apakah Perusahaan anda mempunyai
PEMBINAAN c X X X X
2 program orientasi HSE bagi karyawan baru
SUBKON
Apakah Perusahaan anda melakukan
d pemeriksaan kesehatan terhadap calon X X X X
pekerja
Apakah Perusahaan anda melakukan
e pemeriksaan kesehatan pekerja secara X X X X
berkala

Apakah perusahaan anda mempunyai


a X X
prosedur keadaan darurat
Apakah perusahaan anda telah melakukan
b X X
simulasi tanggap darurat
Apakah perusahaan anda memiliki Prosedur
c Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan X X
(PPPK)
Apakah perusahaan anda mempunyai
d X X
prosedur investigasi kecelakaan HSE
Apakah perusahaan anda mempunyai
e Standard Operational Procedure (SOP) X X
semua peralatan
Apakah perusahaan anda mempunyai
prosedur yang mensyaratkan pemenuhan
f aspek QHSE terhadap penyediaan dan X X X X
penggunaan berbagai material kebutuhan
operasi
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur
penanganan, pengangkutan, dan
g X X X X
penyimpanan Bahan Berbahaya dan
3 PROSEDUR Beracun (B3)
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur
h penanganan limbah padat, limbah cair, dan X X X X
emisi
Apakah perusahaan anda mempunyai
i X X X X
program gerakan hidup sehat

j Apakah perusahaan anda memiliki prosedur / X X


peraturan pencegahan kecelakaan lalu lintas
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur /
k peraturan larangan pemakaian obat-obatan X X
terlarang dan minuman keras
Apakah perusahaan anda melakukan
l pencatatan insiden dan kecelakaan kerja X X
yang terjadi
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur
m terkait pembuatan Rencana Mutu X X
Pelaksanaan Pekerjaan
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur
n atau aturan terkait pencatatan X X X
ketidaksesuaian mutu pekerjaan

Apakah perusahaan anda selalu memeriksa


a dan mensertifikasi secara rutin semua X X
peralatan operasional
Apakah perusahaan anda memiliki ketentuan
b yang mengatur Penggunaan dan Penyediaan X X
Alat Pelindung Diri (APD)
Apakah anda memiliki alat ukur terkait
c X X X X
4 PERALATAN pekerjaan di lapangan
Apakah perusahaan anda memiliki peralatan
d pencegahan dan penanggulangan X X X X
pencemaran di darat dan di perairan

Apakah perusahaan anda memiliki perlatan


e X X
pencegahan dan penanggulangan kebakaran
serta penanganan kecelakaan kerja

Apakah perusahaan anda mengidentifikasi


IDENTIFIKASI DAN
dan menganalisa setiap potensi bahaya dan
5 PENGELOLAAN a X
risiko yang terkait dengan aktifitas
BAHAYA
operasional perusahaan anda
23

Tabel 1.4 Penilaian Evaluasi Akhir CQSMS Eksisting


Sumber: Dokumen Prosedur Bidang Pengadaan Barang Jasa PT X, diolah kembali oleh Penulis, 2022
No Kriteria Uraian Kriteria Skor Bobot
Memiliki standar sistem manajemen Health Safety Environment
/ HSE (mampu membuat rencana HSE), memiliki personil HSE 100
yang bersertifikat
Memiliki standar sistem manajemen Health Safety Environment
Sistem Manajemen 75
1. / HSE (mampu membuat rencana HSE), tidak memiliki personil 15%
HSE Plan
Tidak memiliki standar sistem manajemen Health Safety
Environment / HSE (mampu membuat rencana HSE), tidak 50
memiliki personil HSE yang bersertifikat
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / APD,
Alat Pelindung Kerja / APK, melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, 100
Resik, Rawat, Rajin)
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / APD,
75
2. Implementasi HSE Alat Pelindung Kerja / APK 15%
Konsisten dan disiplin memakai memakai Alat Pelindung Diri /
50
APD, melaksanakan 5R (Ringkas Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Konsisten dan disiplin melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
25
Rawat, Rajin)

Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu membuat


100
rencana Quality), memiliki personil Quality yang bersertifikat
Sistem Manajemen
3. Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu membuat 10%
Quality Plan 75
rencana Quality), tidak memiliki personil Quality yang
Tidak memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu
50
membuat rencana Quality), tidak memiliki personil Quality yang

Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap KAK,


100
Kecepatan respon terhadap permasalah

Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap KAK 75


Mutu Hasil Pekerjaan
Hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dengan defect list ≤
4. / Implementasi 50 10%
5% (dari) nilai pekerjaan
Quality
Hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dengan defect list 5 <
25
x ≤ 10% nilai pekerjaan
Hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dengan defect list >
0
10% nilai pekerjaan
Lebih cepat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan /
100
Ahead Progress
Jadwal Pelaksanaan Sesuai dengan rencana yang disepakati dan ditetapkan / On
5. 75 10%
(Progress ) Progress
Terlambat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan / Delay
50
Progress
Waktu pengiriman Lebih cepat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan 100
6. Sumber Daya Bahan, Sesuai dengan rencana yang disepakati dan ditetapkan 75 10%
Alat & Pekerja Terlambat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan 50
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli utama, mampu
100
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli madya, mampu
75
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
7. Kualitas Pegawai 10%
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli muda, mampu
50
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
Memiliki Pegawai yang ahli & tidak bersertifikat ahli, mampu
25
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
Memiliki Tenaga Kerja yang terampil, bersertifikat
100
keterampilan
Kualitas Tenaga Memiliki Tenaga Kerja yang terampil, tidak bersertifikat
8. 75 5%
Kerja keterampilan
Memiliki Tenaga Kerja tidak terampil, tidak bersertifikat
50
bersertifikat keterampilan
Penanganan cepat dan tepat sasaran (kualitas sesuai
100
Komitmen persyaratan)
Penanganan & Penanganan lambat dan tepat sasaran (kualitas sesuai
9. 75 5%
Penyelesaian Defect persyaratan)
Hasil Pekerjaan Penanganan cepat dan tidak tepat sasaran (kualitas tidak sesuai
50
persyaratan)
Biaya sesuai dengan yang disepakati & ditetapkan dalam
100
Komitmen Biaya yang kontrak (di luar adendum pekerjaan tambah volume atau item)
10. 10%
Disepakati
Biaya lebih besar dari yang disepakati & ditetapkan dalam
50
kontrak (di luar adendum pekerjaan tambah volume atau item)
24

1.4 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan paparan latar belakang serta identifikasi masalah sebelumnya, maka
rumusan masalah yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X?
2. Apa saja variabel pada tahap evaluasi akhir CQSMS yang memiliki pengaruh
terhadap kinerja mutu dan K3L konstruksi rekanan penyedia barang dan jasa di
PT X?
3. Bagaimana cara mengembangkan sistem penilaian pada tahap evaluasi akhir
CQSMS untuk meningkatkan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang
dan jasa di PT X?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan
CQSMS di PT X saat ini.
2. Mengidentifikasi variabel pada tahap evaluasi akhir CQSMS yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa di
PT X.
3. Menghasilkan rekomendasi pengembangan sistem penilaian pada tahap
evaluasi akhir CQSMS untuk meningkatkan kinerja mutu dan K3L rekanan
penyedia barang dan jasa di PT X.

1.6 Batasan Penelitian


Batasan permasalahan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di lingkungan PT X dan studi kasus pada
penelitian ini terjadi di Perusahaan Jasa Konstruksi BUMN (PT X).
2. Penelitian ini dilakukan pada proses pengadaan barang dan jasa menggunakan
CQSMS pada tahap evaluasi akhir.
3. Rekanan penyedia barang dan jasa dimaksud adalah vendor bidang usaha
subkontraktor yang bekerja di bawah naungan PT X.
4. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada proses CQSMS yang terfokus pada
aspek mutu dan K3L.
5. Perspektif penelitian ini diarahkan dari sisi kontraktor dengan melihat
25

pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X.

1.7 Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaaat kepada beberapa pihak
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi penulis, sebagai sarana pembelajaran untuk mengembangkan ilmu serta
penerapannya selama mengikuti jenjang Pendidikan S2.
2. Bagi umum, bermanfaat untuk badan atau perorangan yang berkecimpung di
dunia konstruksi terutama bagi pelaksana jasa konstruksi khususnya PT X pada
saat melakukan proses pengadaan barang dan jasa serta penilaian pada tahap
evaluasi akhir CQSMS.
3. Bagi kampus, dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan
acuan bagi civitas akademika dan dasar untuk pengembangan manajemen
proyek lebih lanjut.

1.8 Model Operasional Penelitian


Berdasarkan rencana penelitian, didapatkan kerangka konsep penelitian yang
dapat dilihat pada Tabel 1.5 dan diagram model operasional penelitian yang dapat
dilihat pada Gambar 1.3:
Tabel 1.5 Kerangka Konsep Penelitian

No Pertanyaan Penelitian Jenis Pertanyaan Instrumen Penelitian


Penelitian
1 Bagaimana proses Bagaimana (How) Analisis arsip, kuesioner,
pengadaan barang dan validasi pakar
jasa menggunakan
CQSMS di PT X?

2 Apa saja variabel pada Apa (What) Studi literatur, kuesioner,


tahap evaluasi akhir
validasi pakar
CQSMS yang memiliki
pengaruh terhadap
kinerja mutu dan K3L
rekanan penyedia
barang dan jasa di PT
X?
3 Bagaimana cara Bagaimana (How) Studi literatur, studi kasus,
mengembangkan validasi pakar
sistem penilaian pada
26

tahap evaluasi akhir


CQSMS untuk
meningkatkan kinerja
mutu dan K3L rekanan
penyedia barang dan
jasa di PT X?

X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan

X2 Implementasi QHSE Plan


Tahap Pre-Job Activity

X3 Implementasi QHSE Plan Kinerja Mutu dan K3L


Tahap Work in Progress Pengembangan Sistem
Kerja Rekanan
Penilaian Evaluasi
Penyedia Barang dan
Akhir CQSMS
Jasa PT X
X4 Komitmen Penanganan &
Penyelesaian Defect

X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE

X6 Dokumen Pendukung

Gambar 1.3 Model Operasional Penelitian


27

2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi


Project Management Institute (2017) dalam bukunya yang berjudul A Guide to
The Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) mendefinisikan proyek
sebagai suatu upaya yang bersifat sementara yang dilakukan guna menghasilkan suatu
produk atau jasa yang unik. Umumnya, dalam suatu proyek melibatkan beberapa
instansi, organisasi, atau beberapa orang yang aktivitasnya saling berhubungan. Proyek
memiliki awal dan akhir, yang mana sebuah proyek dikatakan selesai apabila tujuan
awal dari proyek tersebut telah tercapai dan terpenuhi atau dapat pula dikatakan sebuah
proyek selesai apabila salah satu pihak yang terkait dengan proyek menghentikan
kegiatannya. Unsur–unsur yang berulang dalam proyek tidak mengubah karakter dasar
yang unik dari pekerjaan proyek. Karakteristik utama dari sebuah proyek menurut
Gray & Larson, 2011
dalam Benitha, 2019:
1. Memiliki tujuan yang ingin dicapai.
2. Memiliki durasi waktu yang jelas, dimana terdapat waktu mulai dan waktu
selesai.
3. Dibatasi oleh anggaran dan sumber daya yang terbatas.
4. Dapat diurai dengan jelas dan dapat dilaksanakan.
5. Hasil deliverable- nya terukur dan dapat dikuantifikasi.
6. Dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan.
Karakteristik proyek biasanya diilustrasikan dalam bentuk siklus hidup proyek
(project life cycle) yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan pelaksanaan
proyek. Terdapat tahapan kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus proyek
konstruksi, sebagaimana diuraikan berikut ini (Dimyati & Nurjaman, 2014):
1. Kontekstual gagasan, tahapan ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan,
kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya, dan
jadwal proyek.
2. Studi kelayakan, bertujuan untuk mendapatkan keputusan tentang kelanjutan
investasi pada proyek yang akan dilakukan. Informasi dan data dalam
implementasi perencanaan proyek lebih lengkap dari tahap pertama sehingga
28

penentuan dimensi dan biaya proyek akan lebih akurat dengan meninjau aspek
sosial, budaya, eknomi, finansial, legal, teknis, dan administratif yang
komprehensif.
3. Detail desain, terdiri dari kegiatan pendalaman berbagai aspek persoalan,
desain engineering, dan pengembangan, pembuatan jadwal utama dan
anggaran, sertamenentukan perencanaan sumber daya, penyiapan perangkat,
dan penentuan peserta proyek dengan program lelang.
4. Tujuan, yaitu penetapan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci, secara
teknis dan administratif guna memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan
proyek.
5. Pengadaan, yaitu memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan dokumen
perencanaan, aturan teknis, administrasi yang lengkap, dan produk tahapan
detail desain. Dari proses ini, diperoleh penawaran yang kompetitif dari
kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan tranparansi yang baik.
Implementasi, terdiri atas kegiatan, desain engineering yang terperinci,
pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi
dan kontruksi, inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi, dan laporan
proyek penutup. Tujuan akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu,
waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan melakukan proses
perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan, dan pengendalian yang lebih cermat
serta terperinci dari proses sebelumnya. Menurut Destiani, 2021 pengendalian
proyek secara umum meliputi:
a. Pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.
b. Pengendalian organisasi lapangan.
c. Pengendalian tenaga kerja.
d. Pengendalian peralatan dan material.

Pada tahap ini, kontraktor memiliki peran dominan dengan tujuan akhir
tercapainya sasaran proyek dan memperoleh keuntungan maksimal. Peran
pemilik proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai
konsultan pengawas pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam
penyimpangan serta melakukan tindak koreksi yang diperlukan.
29

6. Operasi dan pemeliharaan, terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan
prestasi atau pencapaian akhir proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunan
yang dapat digunakan untuk kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat.
Siklus ini dapat berjalan dengan baik jika adanya usaha dari para pihak yang
terlibat untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dalam biaya, jadwal, dan
sasaran kualitas.

2.2 Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa


Barang / jasa publik didefinisikan sebagai barang yang penggunaannya terkait
dengan kepentingan masyarakat banyak, baik secara berkelompok maupun secara
umum (Wardiyanto, 2012). Menurut Arrowsmith (2004), Bahagia (2006), Christopher
& Schooner (2007) dalam Novitaningrum, 2014 secara prinsip dijarbarkan bahwa
pengadaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa secara transparan,
efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya. Adapun yang
dimaksud dengan barang meliputi peralatan dan bangunan, baik untuk kepentingan
publik maupun privat.
Merujuk pada pemaparan oleh Project Management Institute (2017) dalam
bukunya yang berjudul A Guide to The Project Management Body of Knowledge
(PMBOK Guide), manajemen pengadaan proyek mencakup serangkaian proses yang
diperlukan untuk membeli atau memperoleh produk, layanan, atau hal yang dibutuhkan
organisasi untuk menunjang produktivitasnya. Tujuan dari pengadaan barang dan jasa
adalah memperoleh barang dan jasa dengan harga yang kompetitif, kualitas yang sesuai
dengan spesifikasi, dan dapat diterima pada saat barang dan jasa tersebut dibutuhkan.
Alur proses pengadaan barang dan jasa proyek berdasarkan prosedur PT X adalah
sebagai berikut:
30

Gambar 2.4 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Proyek


Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020

Dalam proses pengadaan barang dan jasa proyek PT X, digunakan 6 metode


pemilihan penyedia barang dan jasa, yakni:
1. Pemilihan penyedia barang dan jasa melalui sinergi
2. Pemilihan penyedia barang dan jasa melalui pembelian langsung
3. Pemilihan penyedia barang dan jasa melalui pengadaan langsung
4. Pemilihan penyedia barang dan jasa melalui peninjukan langsung
5. Pemilihan penyedia barang dan jasa melalui tender/ seleksi terbatas
6. Pemilihan penyedia barang dan jasa melalui kontrak payung

Masing-masing metode pemilihan ini, memiliki alur proses yang berbeda. 3 diantara
6 metode pemilihan, diantaranya melibatkan CQSMS didalam prosesnya.
31

Gambar 2.5 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Sinergi
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020

Pengadaan barang dan jasa melalui sinergi adalah kerjasama atau kolaborasi
antara BUMN, anak perusahaan dan perusahaan terafiliasi dalam penyelenggaraan
pengadaan barang dan jasa dengan mengoptimalkan kemampuan dan keunggulan
BUMN, anak perusahaan dan perusahaan terafiliasi (Prosedur PT X Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa, 2020).
Ketentuan umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui sinergi, antara
lain (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020):
1. Pengguna Barang dan Jasa : SVP Business Unit
2. Tim Pengadaan :
Ketua Tim Pengadaan : PROLOG-M (Procurement & Logistic
Manager)
Anggota Tim Pengadaan : Personil yang berasal dari Business Unit/ Proyek
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
32

3. BUMN, anak perusahaan, perusahaan terafiliasi


4. Vendor Management Sysem (VMS) & Contractor Quality Safety Management
System (CQSMS)

Gambar 2.6 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Penunjukan
Langsung
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020

Pengadaan barang dan jasa melalui penunjukan langsung adalah pengadaan


barang dan jasa yang dilakukan secara langsung dengan menunjuk satu penyedia barang
dan jasa atau penunjukan melalu beauty contest. (Prosedur PT X Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa, 2020).
Ketentuan umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui penunjukan
langsung, antara lain (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020):
1. Project Manager / SVP Business Unit
2. Tim Pengadaan :
Ketua Tim Pengadaan : SPLEM/PROLOG-M (Site Procurement Logistic
33

Equipment Manager / Procurement Logistic Manager)


Anggota Tim Pengadaan : Personil yang berasal dari Proyek/ Business Unit
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
3. Vendor Management Sysem (VMS) & Contractor Quality Safety Management
System (CQSMS)
4. Rekanan PT X :
A. Calon Rekanan PT X
B. Rekanan Terdaftar PT X
C. Rekanan Terseleksi PT X
D. Rekanan Unggul PT X
34

Gambar 2.7 Alur Proses Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Melalui Tender
Terbatas / Seleksi Terbatas Proyek
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020

Pengadaan barang dan jasa melalui tender/ seleksi terbatas adalah pengadaan
barang dan jasa yang ditawarkan kepada pihak terbatas sekurang-kurangnya (2)
penawaran. (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020).

Ketentuan umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui tender/ seleksi
terbatas, antara lain (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020):
1. Tim Pengadaan :
Ketua Tim Pengadaan : SPLEM/PROLOG-M (Site Procurement Logistic
35

Equipment Manager / Procurement Logistic Manager)


Anggota Tim Pengadaan : Personil yang berasal dari Proyek/ Business Unit
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
2. Vendor Management Sysem (VMS) & Contractor Quality Safety Management
System (CQSMS)
3. Rekanan PT X :
A. Calon Rekanan PT X
B. Rekanan Terdaftar PT X
C. Rekanan Terseleksi PT X
D. Rekanan Unggul PT X

Dari uraian di atas, CQSMS dilibatkan dalam alur proses pengadaan barang dan
jasa PT X. Untuk itu, sebelum melakukan pekerjaan yang akan dikontrakkan kepada
rekanan penyedia barang dan jasa PT X, perlu diidentifikasi terlebih dahulu jenis
pekerjaan dan kapasitas kemampuan dari para penyedia barang dan jasa tersebut.
Bidang usaha penyedia barang dan jasa yang ada di PT X dibedakan menjadi
Perorangan dan Non-Perorangan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.6 Bidang Usaha Penyedia Barang dan Jasa yang Ada di PT X
Sumber: Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, 2020
No Bidang Usaha Jenis Bidang Usaha
1 Non-Perorangan Subkontraktor, Jasa Sewa Alat, Pemasok
2 Perorangan Mandor, Konsultan, Usaha Mikro dan Kecil, Jasa
Khusus

2.2.1 Hubungan Kontraktor dengan Subkontraktor


Di masa kini, proyek konstruksi semakin kompleks dan canggih serta melibatkan
penggunaan sumber daya dalam bentuk tenaga manusia, material, peralatan, dan dana
yang jumlahnya bertambah besar. Di dalam suatu proyek konstruksi, terdapat beberapa
pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang terlibat tersebut secara garis besar
dapat dikategorikan atas :

1. Pemilik Proyek (Owner), betindak sebagai badan atau orang yang mempunyai
gagasan dan berkewajiban membiayai proyek secara keseluruhan.
2. Konsultan Proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab menangkap ide dan
36

gagasan dari pemilik proyek melalui manajemen konstruksi, kemudian


melakukan pengelolaan tahap demi tahap sampai ide tersebut terwujud.
Konsultan berfungsi sebagai penasehat terhadap pemilik proyek dan
mewujudkan gagasan tersebut.
3. Pelaksana Proyek (Kontraktor), sebagai pelaksana proyek yang diberikan
oleh pemilik proyek dengan pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
oleh manajemen konstruksi, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan yang telah digariskan, dan mempunyai tanggung jawab dalam
melaksanakan gagasan atau ide menjadi nyata.

Menurut Ervianto (2005), kontraktor merupakan orang atau badan yang menerima
pekerjaan sekaligus melaksanakan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Kontraktor juga melakukan kontrak kerja dengan orang atau perusahaan lain untuk
memasok barang atau menyelesaikan jasa konstruksi seperti dipaparkan oleh Resmal
(2014) dalam Tanuwijaya & Sekarsari, 2018 . Kontraktor bertanggung jawab secara
langsung pada pemilik proyek (owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi
oleh tim pengawas dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim
pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan.
Fahrurrazi (2002) dalam Tanuwijaya & Sekarsari, 2018 menyebutkan
subkontraktor adalah subpelaksana konstruksi yang merupakan mitra kerja perusahaan
yang diikat dengan surat perjanjian pemborong pekerjaan. Dalam definisi lain
disebutkan bahwa subkontraktor adalah sebuah perusahaan konstruksi yang melakukan
kontrak dengan kontraktor utama untuk melakukan beberapa bagian kegiatan pekerjaan
kontaktor utama.
Pada pelaksanaan suatu konstruksi, peran subkontraktor tidak bisa dihilangkan.
Sehingga tanggung jawab dari subkontraktor harus sangat diperhatikan. Subkontraktor
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Subkontraktor yang menyediakan pekerja saja, yaitu subkontraktor yang dalam
melaksanakan pekerjaan bangunan / konstruksi hanya menyediakan tenaga
kerja dan alat kerja konstruksi (traktor, mesin pancang, dan sebagainya),
sedangkan bahan bangunan disediakan oleh perusahaan yang
mensubkontrakkan.
37

2. Subkontraktor yang menyediakan pekerja dan material konstruksi, yaitu


subkontraktor yang menerima dan melaksanakan sebagian / seluruh pekerjaan /
proyek konstruksi yang disubkontrakkan secara penuh oleh perusahaan
kontraktor, artinya penyediaan bahan bangunan dan tenaga kerja seluruhnya
adalah tanggung jawab subkontraktor.
Saputra (2017) dalam Tanuwijaya & Sekarsari, 2018 menyatakan hubungan kerja
antara perusahaan kontraktor dan subkontraktor dilaksanakan untuk mengatasi kesulitan
yang muncul di lapangan agar dapat mencapai keberhasilan proyek. Hubungan kerja
kontraktor dan subkontraktor dilaksanakan untuk saling menguntungkan (win-win
solution). Beberapa keuntungan yang didapat adalah meningkatkan hubungan relasi,
mengurangi dan membagi resiko, mengurangi biaya, dan mengurangi sumber daya.
Untuk menunjang keberhasilan suatu proyek konstruksi, dibutuhkan adanya
pengendalian dari segi manajemen pengadaan barang dan jasa, salah satunya adalah
pengendalian pada pemilihan vendor atau subkontraktor yang bekerja. Ada banyak
metode yang digunakan dalam pengendalian vendor atau subkontraktor, salah satunya
adalah Contractor Quality Safety Management System (CQSMS).

2.3 Contractor Quality and Safety Management System (CQSMS)


Menurut Nitya (2010) dalam Sari, 2017 Contractor Safety Management System
(CSMS) adalah suatu program yang ada di setiap perusahaan yang ditujukan kepada
kontraktor/ subkontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan, agar kontraktor/ subkontraktor
dapat bekerja dengan aman sesuai aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
ada di perusahaan tempat mereka bekerja. Dalam UU 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja mengatur tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik
di darat, tanah, air, dan permukaan air, dan udara di wilayah kekuasaan hukum RI.
Adapun UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan secara langsung terkait
‘Kesehatan Kerja’ pada pasal 23:

1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang


optimal

2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit


akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja
38

3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja

Menurut OHSAS 18001:2007 K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu) di tempat kerja. Sedangkan menurut
Occupational Safety Health Administration (OSHA) K3 adalah kepanjangan dari
kesehatan dan keselamatan kerja yang berarti aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
keselamatan manusia dan property baik dalam skala industri ataupun bukan.

Dalam praktiknya, tidak sedikit aspek K3 meliputi Lingkungan juga (K3L) atau
Health, Safety, Environment (HSE) dimana peninjauan aspek lingkungan ditinjau guna
menjamin keberlanjutan (sustainability) dari suatu usaha. Namun, terdapat jenis praktik
suatu usaha untuk mengintegrasikan aspek mutu, lingkungan, dan K3 yang dikenal
dengan Quality, Health, Safety and Environment (QHSE). QHSE adalah suatu sistem
manajemen terintegrasi yang terdiri dari 3 standar internasional, yaitu ISO 9001 (Sistem
Manajemen Mutu), ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan ISO 45001
(Sistem Manajemen K3). Gagasan QHSE ini diadopsi oleh PT X dalam
mengimplementasikan aspek mutu/ kualitas dan K3L.

Untuk quality atau mutu, dijelaskan Suarez (1992), merupakan kesesuaian yang
disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan
standar mutu yang telah ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya.
Sistem manajemen mutu artau Quality Management System adalah suatu komponen
yang saling berhubungan yang menggunakan kebijakan yang sudah ditetapkan untuk
memenuhi tujuan organisasi serta difokuskan pada kebutuhan pelanggan, lingkungan,
efisiensi energi dan sejenisnya (James, 1989). Antara Quality dan HSE management
system, difasilitasi oleh satu wadah yang mengakomodir keduanya, yaitu Contractor
Quality Safety Management System (CQSMS).

Contractor Safety Management System (CSMS) atau dalam lingkungan PT X


lebih dikenal dengan sebutan Contractor Quality Safety Management System (CQSMS).
Dalam gagasan CQSMS ini diadopsi pada 3 regulasi yang berlaku di PT X, yaitu ISO
9001:2015, ISO 1400:2015, ISO 45001:2018, PP No. 50 Tahun 2012 (Dokumen
Prosedur PT X Bidang QHSE, 2020)
39

2.3.1 ISO 9001:2015


ISO 9001 2015 merupakan suatu standar bertaraf internasional untuk Sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu, atau bisa disebut juga sebagai Sertifikasi Sistem Manajemen
Kualitas.

2.3.2 ISO 14001:2015


ISO 14001:2015 merupakan standar bertaraf internasional yang membantu
organisasi mencapai hasil yang diinginkan dari sistem manajemen lingkungannya, yang
memberikan nilai bagi lingkungan, organisasi itu sendiri, dan pihak yang
berkepentingan.

2.3.3 ISO 45001:2018


ISO 45001 tahun 2018 merupakan standar bertaraf internasional yang menetapkan
berbagai persyaratan untuk sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja atau
dikenal dengan SMK3.

2.3.4 PP No. 50 Tahun 2012


PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (Database Peraturan JDIH BPK RI, 2023). Muniz, dkk. (2009) dalam
Handoko, 2014 menyatakan pelaksanaan SMK3 yang baik serta efektif dapat dilihat
dari beberapa aspek kunci seperti:
1. Kebijakan mengenai K3 termasuk didalamnya komitmen perusahaan terhadap
pelaksanaan K3.
2. Insentif bagi karyawan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan K3 yang bertujuan
untuk mempromosikan perilaku sehat dan aman serta melibatkan seluruh pihak
dalam pelaksanaan K3.
3. Pelatihan dan pengembangan keahlian karyawan dibidang K3, komunikasi, dan
transfer informasi tentang lokasi kerja serta cara terbaik untuk mengatasi
terjadinya kecelakaan.
4. Perencanaan (baik perencanaan pencegahan maupun perencanaan darurat).
5. Kontrol dan evaluasi pelaksanaan K3 (baik internal kontrol maupun
benchmarking)
40

Untuk itu, perlu adanya sebuah wadah yang mampu menunjang kesinambungan
pelaksanaan SMK3 yang baik serta efektif. Terciptanya keselamatan, didukung pula
dengan kualitas pekerjaan serta kualitas pekerja yang mumpuni.

2.3.5 PERMEN PUPR No 10 Tahun 2021


Dijelaskan dalam PERMEN PUPR No 10 Tahun 2021 Pasal 15 ayat 1 bahwa
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi dalam RMPK wajib
disusun oleh setiap penyedia jasa pekerjaan konstruksi. Penjaminan serta Pengendalian
Mutu Pekerjaan Konstruksi yang baik dapat tercapai dengan adanya pengendalian pada
penyedia barang dan jasa sebagaimana dijelaskan dalam PERMEN PUPR No 10 Tahun
2021 Pasal 15 ayat 3.

RMPK sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat (PERMEN PUPR No 10


Tahun 2021) :
a. struktur organisasi Penyedia Jasa beserta hubungan kerja antara Pengguna Jasa
dan Subpenyedia Jasa;
b. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
c. gambar dan spesifikasi teknis;
d. tahapan pekerjaan;
e. rencana metode pelaksanaan kerja (work method statement) terdiri atas
komponen metode kerja, tenaga kerja konstruksi, material, alat, dan aspek
Keselamatan Konstruksi;
f. rencana pemeriksaan dan pengujian;
g. pengendalian Subpenyedia Jasa, meliputi kriteria persyaratan pemilihan
Subpenyedia Jasa yang dilakukan oleh Penyedia Jasa pelaksana konstruksi
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa; dan
h. pengendalian pemasok meliputi jenis pekerjaan yang dipasok, jumlah pemasok,
kriteria, dan prosedur pemilihan.

Pengendalian penyedia barang dan jasa konstruksi juga merupakan amanat dari
PERMEN PUPR No 10 Tahun 2021 Pasal 1 Ayat 19. Maka dari itu adanya CQSMS
diharapkan dapat menjadi wadah dalam mengelola penyedia barang dan jasa konstruksi
yang bekerja di lingkungan perusahaan agar memperhatikan juga menjaga pelaksanaan
aspek QHSE (Falenshina, 2012). CQSMS sedikit berbeda dengan SMK3 pada
41

umumnya, karena adanya batasan waku pelaksanaan pada kontrak pekerjaan, sehingga
perlu adanya proses ataupun tahapan mulai dari pemilihan kontraktor sampai dengan
evaluasi kinerja dalam rangka penutupan kontrak (Falenshina, 2012).

2.3.6 Framework CQSMS


Perusahaan yang mengimplementasikan CQSMS dapat melakukan langkah
preventif dan mengendalikan bahaya yang terdapat di lokasi kerja untuk meminimalisir
risiko terjadinya kecelakaan di tempat kerja (Sari, 2017). Apabila bahaya di lingkungan
kerja dapat dicegah dan dikendalikan, maka perusahaan yang menerapkan CQSMS
memiliki tingkat kecelakaan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak
menerapkan CQSMS. Dalam proses industri, selain CQSMS juga terdapat beberapa
framework lain yang dapat menilai kinerja mutu dan K3L, seperti pada Tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.7 Framework / Model Sistem Penilaian Kinerja Mutu dan K3L
Sumber: Nwankwo et al., 2020, diolah kembali oleh Penulis
Model Contractor Quality Emergency Planning
Process Safety ILO PSM COMAH
Safety Management and Response
Management Framework Regulations
Parameter System (CQSMS) (EPR) Model

Industri berisiko Industri berisiko Industri berisiko Industri berisiko


tinggi Migas, tinggi Migas, tinggi Migas, tinggi Migas,
Industri berisiko
Bidang Industri Petrokimia, kecuali Petrokimia, kecuali Petrokimia, kecuali Petrokimia, kecuali
tinggi khusus nuklir
Model nuklir, militer dan nuklir, militer dan nuklir, militer dan nuklir, militer dan
dan radiologi
transportasi selain transportasi selain transportasi selain transportasi selain
pipa pipa pipa pipa

Kepemimpinan &
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Komitmen
Tujuan Kebijakan
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
& Strategi
Organisasi,
Tanggung jawab,
Sumber daya, ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Standar &
Dokumentasi
Manajemen Risiko ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Perencanaan &
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Prosedur
Pemantauan
implementasi & ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Kinerja
Audit &
Manajemen ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Review HSE
Audit &
Manajemen ✓ X X X ✓
Review Quality
Manajemen HSE ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

Manajemen Qualty ✓ X X X ✓

Investigasi Insiden ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Partisipasi Pekerja ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Kompetensi &
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Pelatihan
Evaluasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

IAEA - International
PP No. OSHA 3132 dan
Referensi ILO-OSH HSE GOV UK Atomic Energy
50 tahun 2012 3133
Agency
42

Dari seluruh model sistem penilaian mutu dan K3L, 5 diantaranya merupakan
model yang umum diterapkan pada bidang industri berisiko tinggi. Adapun parameter
yang digunakan dalam mengukur ruang lingkup dari model-model diatas, mengacu pada
HSE Management Guideliness for Working Together in Contract Environment, IOGP
Report No. 423 Tahun 2010 dan aplikasi CQSMS PT X. Ditemukan bahwa model
CQSMS dan EPR (Emergency Planning Response) telah mencakup seluruh parameter
tersebut. Menurut dokumen publikasi IAEA tahun 2017, EPR model digunakan pada
industri berisiko tinggi khususnya nuklir dan radiologi. EPR model juga belum umum
digunakan di Indonesia karena tidak mengacu pada regulasi yang saat ini berjalan di
Indonesia. Atas kebijakan dari PT X, dipilih framework/ model CQSMS yang dirasa
tepat dan fleksibel untuk diaplikasikan pada industri konstruksi.
Proses pengadaan barang dan jasa, erat kaitannya dengan CQSMS karena pada
tahap prakualifikasi penyedia barang dan jasa juga diseleksi sesuai aspek Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti pada Gambar 2.5 terlihat bahwa CQSMS memegang
peranan penting dan akan selalu terkait pada proses pengadaan barang dan jasa.
Tahapan CQSMS dijabarkan sebagai berikut:
1. Risk Assessment (Penilaian Risiko)
Penilaian risiko dilakukan menggunakan metode Risk Assessment Matrix.
Planner proyek melakukan penilaian risiko atas proyek yang disiapkannya. Planner
dapat meminta bantuan dari Fungsi K3 untuk melakukan penilaian risiko. Planner juga
dapat menggunakan bank data tentang pekerjaan-pekerjaan yang dinilai berisiko yang
tersedia di bagian Contract Administration (Falenshina, 2012). Adapun hal-hal yang
mempengaruhi risiko antara lain adalah jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, potensi celaka
karena bahaya di tempat kerja, potensi celaka karena aktivitas subkontraktor, pekerjaan
simultan oleh beberapa subkontraktor, lamanya pekerjaan, serta pengalaman dan
keahlian subkontraktor.

Penilaian risiko dari pekerjaan harus dimasukkan dalam scope of work yang
dibuat oleh planner. Selain penilaian risiko pekerjaan, planner juga memasukkan
persyaratan HSE Plan dan Quality Plan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau
scope of work (SOW) yang dibuat (Falenshina, 2012).

2. Pre-Qualification (Pra-Kualifikasi)
Setelah mendapatkan Kerangka Acuan Kerja dari planner, Bagian Contract
43

Administration mengundang para subkontraktor sesuai bidder list yang telah melalui
tahapan Prakualifikasi CQSMS, dimana daftar subkontraktor lulus prakualifikasi (bank
data) tersebut telah melalui prakualifikasi yang dilakukan oleh Tim CQSMS PT X pada
saat awal implementasi CQSMS. Subkontraktor di luar bidder list dapat juga diundang
mengikuti proses tender, tetapi harus melalui tahap prakualifikasi CQSMS terlebih
dahulu dan dinyatakan lulus evaluasi CQSMS tahap prakualifikasi. Subkontraktor yang
diundang harus memiliki kemampuan K3 sesuai dengan penilaian risiko dari pekerjaan
yang telah ditentukan planner. Proses prakualifikasi dilakukan dengan cara
subkontraktor mengisi jawaban pada aplikasi CQSMS dan melengkapi bukti-bukti
program dan pelaksanaanya. Daftar pertanyaan CQSMS PT X tahap prakualifikasi
tertera pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.8 Pertanyaan CQSMS PT X Tahap Prakualifikasi


Sumber : Aplikasi CQSMS PT X, 2022

NO PERTANYAAN CQSMS TAHAP PRAKUALIFIKASI

a Apakah Perusahaan Anda mempunyai kebijakan QHSE


Apakah kebijakan QHSE tersebut sudah disosialisasikan &
b
dipahami oleh seluruh pekerja
Apakah kebijakan QHSE tersebut ditanda tangani pimpinan
c
tertinggi
Apakah kebijakan QHSE yang ada di-review secara
d berkala/dimutakhirkan sesuai kondisi internal & eksternal
yang ada di Perusahaan
e Apakah Perusahaan saudara mempunyai organisasi HSE
KOMITMEN Apakah perusahaan Anda memiliki program inspeksi
1 f
MANAJEMEN manajemen QHSE
Apakah hasil temuan inspeksi manajemen QHSE selalu
g
ditindaklanjuti
Apakah dalam setiap rapat manajemen aspek QHSE selalu
h
dibahas
Apakah perusahaan anda menyelenggarakan rapat-rapat rutin
i
tentang QHSE
j Apakah perusahaan anda memiliki program kapanye QHSE
Apakah perusahaan Anda melaksanakan audit QHSE pada
k
setiap pekerjaan

2 PEMBINAAN Apakah Perusahaan Anda mempunyai program


a
SUBKON pembelajaran / Pelatihan QHSE
Apakah perusahaan Anda pernah mengikuti program
b
pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan P3K
Apakah Perusahaan anda mempunyai program orientasi HSE
c
bagi karyawan baru
d Apakah Perusahaan anda melakukan pemeriksaan kesehatan
44

NO PERTANYAAN CQSMS TAHAP PRAKUALIFIKASI

terhadap calon pekerja


Apakah Perusahaan anda melakukan pemeriksaan kesehatan
e
pekerja secara berkala

Apakah perusahaan anda mempunyai prosedur keadaan


a
darurat
Apakah perusahaan anda telah melakukan simulasi tanggap
b
darurat
Apakah perusahaan anda memiliki Prosedur Pertolongan
c
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)
Apakah perusahaan anda mempunyai prosedur investigasi
d
kecelakaan HSE

e Apakah perusahaan anda mempunyai Standard Operational


Procedure (SOP) semua peralatan

Apakah perusahaan anda mempunyai prosedur yang


f mensyaratkan pemenuhan aspek QHSE terhadap penyediaan
dan penggunaan berbagai material kebutuhan operasi
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur penanganan,
3 PROSEDUR g pengangkutan, dan penyimpanan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
h Apakah perusahaan anda memiliki prosedur penanganan
limbah padat, limbah cair, dan emisi
Apakah perusahaan anda mempunyai program gerakan hidup
i
sehat
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur / peraturan
j
pencegahan kecelakaan lalu lintas
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur / peraturan
k
larangan pemakaian obat-obatan terlarang dan minuman keras
Apakah perusahaan anda melakukan pencatatan insiden dan
l
kecelakaan kerja yang terjadi
Apakah perusahaan anda memiliki prosedur terkait
m
pembuatan Rencana Mutu Pelaksanaan Pekerjaan

n Apakah perusahaan anda memiliki prosedur atau aturan


terkait pencatatan ketidaksesuaian mutu pekerjaan

a Apakah perusahaan anda selalu memeriksa dan mensertifikasi


secara rutin semua peralatan operasional

b Apakah perusahaan anda memiliki ketentuan yang mengatur


Penggunaan dan Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
c Apakah anda memiliki alat ukur terkait pekerjaan di lapangan
4 PERALATAN
d Apakah perusahaan anda memiliki peralatan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran di darat dan di perairan
Apakah perusahaan anda memiliki perlatan pencegahan dan
e penanggulangan kebakaran serta penanganan kecelakaan
kerja

5 IDENTIFIKASI a Apakah perusahaan anda mengidentifikasi dan menganalisa


DAN setiap potensi bahaya dan risiko yang terkait dengan aktifitas
45

NO PERTANYAAN CQSMS TAHAP PRAKUALIFIKASI

PENGELOLAAN
operasional perusahaan anda
BAHAYA

Secara garis besar, tahapan ini dilakukan untuk meneliti kualifikasi


subkontraktor dalam hal K3. Hanya subkontraktor yang memiliki sistem K3 yang baik
yang akan diikutkan di dalam proses tender.
3. Selection (Seleksi)
Proses seleksi dilakukan oleh fungsi pengadaan (Bagian Site Procurement
Logistic Equipment), apabila diperlukan dapat dibentuk panitia pengadaan yang
menjalankan penunjukan langsung, dengan alur seperti pada Gambar 2.3. Tahapan ini
dilakukan untuk memilih subkontraktor terbaik diantara subkontraktor yang mengikuti tender.
Setelah subkontraktor terpilih, diadakan proses Contract Awarding, yaitu pemberian serta penanda
tanganan kontrak pekerjaan.
4. Pre-Job Activity (Pra-Pelaksanaan Pekerjaan)
Setelah penanda tanganan kontrak, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
pra-pelaksanaan pekerjaan. Dalam tahapan ini dilakukan kick of meeting antara
kontraktor dengan pihak subkontraktor untuk melihat gap QHSE plan yang dibuat oleh
kontraktor dalam penawarannya dengan QHSE plan yang telah disiapkan oleh planner.
Ditentukan HSE Plan baru berdasarkan kesepakatan untuk pekerjaan tersebut dan
ditandatangani oleh kedua pihak dari kontraktor dan subkontraktor. Tahapan ini
dilakukan sekaligus untuk membuka komunikasi awal antara petugas lapangan
kontraktor dan petugas lapangan subkontraktor (Falenshina, 2012).
5. Work In Progress (Pelaksanaan Pekerjaan)
Selama pelaksanaan pekerjaan, bagian/fugsi pelaksana pekerjaan dibantu fungsi
K3 harus melakukan pengawasan dan penilaian sementara secara berkala terhadap HSE
Plan dan Quality Plan yang telah disepakati, meskipun kontraktor telah lolos
prakualifikasi dan telah melaksanakan persiapan pekerjaan dengan sangat baik
(Falenshina, 2012).
Setiap penyimpangan yang ditemukan harus segera diperbaiki untuk mencegah
dampak negatif sedini mungkin. Subkontraktor yang lalai atau tidak serius dalam
melakukan pekerjaan harus diberi sanksi dan bila perlu pekerjaan dihentikan atau
pemutusan kontrak. Hal ini akan mempengaruhi kinerja akhir subkontraktor. Materi
46

aspek mutu dan K3 yang dimonitor berdasarkan HSE Plan dan Quality Plan berupa
rencana-rencana kerja termasuk mitigasi dan rekomendasi dalam job safety analysis
juga dari rencana atau sasaran program aspek mutu yang terdapat dalam dokumen
spesifikasi teknis.
Selama tahap Work in Progress, kontraktor melakukan Inspeksi Keselamatan
Kerja (Safety Inspection), Program Keselamatan Kerja (Safety Program): Safety
Meeting, Safety Inspection, Safety Promotion, Safety Communication, Emergency Drills
and Exercise, Incident Investigation.
6. Final Evaluation (Evaluasi Akhir)
Pada akhir kontrak, subkontraktor wajib menyerahkan semua laporan kegiatan
yang berhubungan dengan aspek mutu dan K3 kepada pengawas pelaksana pekerjaan
dari pihak kontraktor, selanjutnya pengawas pelaksana pekerjaan tersebut dapat
meminta masukkan dari bagian QHSE untuk ikut memberikan evaluasi terhadap kinerja
aspek mutu dan keselamatan dari subkontraktor tersebut. Project Manager memasukkan
nilai final evaluation dengan masukan dari QHSE Manager dan SPLE Manager. Hasil
evaluasi akan disimpan di bank data dan akan menjadi bahan pertimbangan apakah
subkontraktor tersebut layak untuk mendapat pekerjaan yang akan datang.

Gambar 2.8 Alur Proses CSMS


Sumber: PT Pertamina, 2021

2.4 Sistem Penilaian Evaluasi Kinerja


47

Saat ini penilaian pada evaluasi akhir Contractor Quality Safety Management
System (CQSMS) merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan kinerja mutu
dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa. Menurut Anderson dan Clancy (1991)
dalam Yuwono et al., 2003 persyaratan evaluasi untuk kinerja yang efektif yaitu sebagai
berikut:
1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu
sendiri sesuai perspektif pelanggan
2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang
bersifat customer validated
3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan,
sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif.

Dweiri et al. (2016) dalam Usman, 2018 menyatakan bahwa penilaian atau proses
seleksi penyedia barang dan jasa juga bergantung pada berbagai kriteria, seperti kualitas
produk, harga, pengiriman, ukuran keuangan, dan reputasi. Namun beberapa perusahaan
mungkin memiliki kriteria yang berbeda antara satu dengan lainnya berdasarkan
pengalaman atau tingkat kematangan perusahaan dan kesediaan data. Kriteria yang
dipakai dalam menilai kinerja juga disesuaikan dengan fokus atau Key Performance
Indicator yang ingin dicapai.

2.4.1 Sistem Penilaian Eksisting


PT X telah melakukan penilaian pada evaluasi akhir Contractor Quality Safety
Management System (CQSMS) dalam menilai kinerja masing-masing vendornya
sebagaimana yang tertuang dalam Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa,
Prosedur PT X Bidang QHSE, serta Surat Keputusan Direksi. Berdasarkan hal tersebut,
rekanan penyedia barang dan jasa telah dinilai secara objektif oleh Site Procurement,
Logistic, and Equipment Manager dengan masukan dari Site Quality, Healthy, Safety,
Environtment Manager serta disetujui oleh Project Manager (Prosedur PT X Bidang
Pengadaan Barang dan Jasa, 2020). Penanggung jawab pelaksanaan dalam penilaian
kinerja vendor pada tahap evaluasi akhir adalah Site Procurement, Logistic, and
Equipment Manager.
Dalam Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2020 dijelaskan
48

bahwa para vendor yang dapat mengikuti proses pengadaan barang dan jasa atau tender
adalah vendor dengan status Rekanan Terdaftar, Rekanan Terseleksi, dan Rekanan
Unggul. Vendor harus dinyatakan lulus seleksi CQSMS tahap pra-kualifikasi untuk
mendapatkan status tersebut. Setelah lulus seleksi dan dapat bekerja, tentunya akan ada
evaluasi terhadap kinerja para vendor. Vendor yang telah menyelesaikan masa kontrak
atau telah menandatangani Berita Acara Serah Terima 1 (BAST-1) maka wajib
dievaluasi oleh PT X menggunakan Form Evaluasi Kinerja Barang dan Jasa sesuai
bidang usahanya. Hasil evaluasi kinerja ini akan direkap setiap 3 bulan sekali, dengan
nilai rerata terakumulasi secara sistem. Nilai rerata ini akan menentukan status vendor
selanjutnya, dengan rincian sebagai berikut (Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang
dan Jasa, 2020):
1. Penyedia barang dan jasa yang sebelumnya berstatus Rekanan Terdaftar jika
lulus evaluasi maka akan naik status menjadi Rekanan Terseleksi, begitu pula
sebaliknya jika tidak lulus evaluasi maka statusnya akan turun menjadi
Unverified.
2. Penyedia barang dan jasa yang sebelumnya berstatus Rekanan Terseleksi, jika
lulus evaluasi maka akan naik status menjadi Rekanan Unggul, begitu pula
sebaliknya jika tidak lulus evaluasi maka statusnya akan turun menjadi
Rekanan Terdaftar.
3. Penyedia yang sebelumnya berstatus Rekanan Unggul jika lulus evaluasi maka
akan berstatus Rekanan Unggul dan mendapatkan sertifikat yang berlaku 3
tahun serta tanda bintang emas sesuai nilai evaluasinya. Sedangkan sebaliknya
jika tidak lulus evaluasi maka statusnya akan turun menjadi Rekanan
Terseleksi.

2.4.2 Kriteria Evaluasi Kinerja Eksisting


Dalam penilaian ini, dilakukan evaluasi terhadap kinerja vendor yang meliputi 10
kriteria, antara lain seperti yang tertera dalam Tabel 2.4.
49

Tabel 2.9 Kriteria Penilaian Kinerja Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
Sumber: Prosedur PT X Bidang QHSE, 2020

NO Kriteria Penilaian CQSMS Tahap NO Kriteria Penilaian CQSMS Tahap


Evaluasi Akhir (Eksisting) Evaluasi Akhir (Eksisting)
1 Sistem Manajemen HSE Plan 6 Waktu Pengiriman Sumber Daya Bahan,
Alat, dan Pekerja
2 Implementasi HSE 7 Kualitas Pegawai
3 Sistem Manajemen Quality Plan 8 Kualitas Tenaga Kerja
4 Implementasi Quality 9 Komitmen Penanganan dan Penyelesaian
Defect Hasil Pekerjaan

5 Jadwal Pelaksanaan (Progress) 10 Komitmen Biaya yang Disepakati

Berikut merupkan penjelasan mengenai masing-masing kriteria (Prosedur PT X


Bidang QHSE, 2020):
1. Sistem Manajemen HSE Plan
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang manajemen dan perencanaan
Health, Safety, Environment (HSE) rekanan penyedia barang dan jasa dalam
proses jaminan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Implementasi HSE
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang konsistensi dan disiplin
memakai Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pelindung Kerja (APK),
melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dalam proses jaminan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
3. Sistem Manajemen Quality Plan
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang standar sistem manajemen
kualitas (mampu membuat rencana quality), memiliki personil quality yang
bersertifikat dalam proses jaminan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
4. Implementasi Quality
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang kepatuhan rekanan penyedia
barang dan jasa terhadap regulasi, kesesuaian terhadap Kerangka Kerja
Acuan (KAK), kecepatan respon terhadap permasalahan dalam proses
jaminan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta hasil pekerjaan sesuai
dengan spesifikasi dengan defect list ≤ 5% (dari) nilai pekerjaan.
50

5. Jadwal Pelaksanaan (Progress)


Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang durasi pekerjaan di lapangan,
apakah pekerjaan tersebut selesai lebih cepat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan (Ahead Progress), sesuai dengan rencana yang disepakati dan
ditetapkan (On Progress), atau terlambat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan (Delay Progress).
6. Waktu Pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat, & Pekerja
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang durasi pengiriman atau
mobilisasi sumber daya bahan, alat, dan pekerja di lapangan, apakah
mobilisasi tersebut selesai lebih cepat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan (Ahead Progress), sesuai dengan rencana yang disepakati dan
ditetapkan (On Progress), atau terlambat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan (Delay Progress).
7. Kualitas Pegawai
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang kemampuan pegawai dalam
berkoordinasi & berkomunikasi dengan tim proyek, serta keahlian pegawai
serta kepemilikan sertifikat ahli utama, ahli madya, ahli muda, ataupun tidak
memiliki sertifikat keahlian.
8. Kualitas Tenaga Kerja
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang keterampilan tenaga kerja
dalam bidang tertentu, dan kepemilikan sertifikat keterampilan bagi setiap
tenaga kerja dalam bidang khusus.
9. Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect Hasil Pekerjaan
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang durasi penanganan defect serta
hasil penanganan defect itu sendiri. Apakah penanganan terhadap defect
dilakukan secara cepat atau lambat dan apakah penanganan terhadap defect
dilakukan tepat sasaran atau tidak.
10. Komitmen Biaya yang Disepakati
Adalah suatu kriteria yang mengukur tentang konsistensi persetujuan besar
biaya yang disepakati & ditetapkan dalam kontrak (diluar addendum
pekerjaan tambah volume atau item).
51

QHSE Plan merupakan suatu rencana sistematis yang tersusun dalam bentuk
program QHSE yang dibuat oleh vendor. Maka dari itu, kualitas dokumen rencana pada
QHSE Plan merupakan hal penting yang setidaknya perlu mencakup perencanaan
Quality dan Safety Operation (Gurning, 2016) . Menurut Liang (2018) dan Mitchell
(2000) dalam Xu et al., 2021 disebutkan bahwa QHSE plan memiliki peran besar dalam
proses pengadaan barang dan jasa serta menanamkan langkah-langkah keselamatan ke
dalam siklus proyek untuk menghindari terjadinya gap antara kinerja mutu dan
keselamatan dengan proses produksi. Alangkah baiknya jika QHSE Plan tersebut dapat
diimplementasikan pada proses pengadaan barang dan jasa dalam siklus proyek.
Beberapa penelitian oleh Aksorn dan Hadikusumo (2013) dan Salas dan Hallowell
(2016) dalam Xu et al., 2021 menunjukkan dampak positif dari pemantauan dan
inspeksi keselamatan serta mutu, pengendalian vendor, pada pre-job activity dan work
in progress untuk mengurangi tingkat kecelakaan atau cedera. Menurut Kongsvik, et al.
(2011), Payne, et al. (2009), Tamim, et al. (2017), Smith & Mobley (2008), dan IOGP
(2018) dalam Selvik et al., 2021 disebutkan bahwa implementasi QHSE Plan dalam
pengadaan barang dan jasa yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidak sesuaian
berupa defect pekerjaan atau insiden seperti cedera, kecelakaan, ataupun kerusakan
lingkungan. Temuan-temuan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lagging indicator,
dimana hal tersebut bersifat reaktif atau fokus pada apa yang sudah terjadi. Temuan
harus diselidiki secara menyeluruh, sehingga perlu adanya rekomendasi tindak korektif
juga perbaikan yang teridentifikasi dengan jelas (Skad, 2019) . Pada tahap ini
diperlukan komitmen dari para vendor untuk tetap bertanggung jawab atas ketidak
sesuaian tersebut. Rekam jejak dari peristiwa serta temuan para vendor akan
berpengaruh pada penilaian kinerjanya. Untuk itu rekam jejak perlu dipertimbangkan
dalam melakukan evaluasi akhir terhadap kinerja vendor. Evaluasi tergantung pada apa
yang menjadi fokus dari kriteria dan indikator, seperti (Selvik et al., 2021) :
• Kemampuan untuk memenuhi sasaran serta kinerja mutu dan
keselamatan
• Fokus kerja dan perbaikan (improvement)
• Efek kuantitatif dari tindakan yang dilakukan
• Checklist level/ sasaran terpenuhi
52

2.4.3 Skala Nilai


Dalam melakukan penilaian terhadap para vendor, telah diberikan uraian pada
masing-masing kriteria penilaian. Hal ini memudahkan pelaksana pengadaan dalam
menentukan skor yang harus diberikan untuk mengevaluasi kinerja para svendor.
Diharapkan dengan panduan ini, evaluasi dapat dilakukan seobjektif mungkin. Skala
yang digunakan adalah skala likert. Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang
umum diguakan dalam suatu kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak
digunakan untuk survei. Saat menanggapi pernyataan dalam skala likert, responden
menentukan tingkat persetujuan terhadap suatu pertanyaan dengan memilih salah satu
pilihan yang sudah disediakan. Umumya disediakan lima pilihan jawaban dengan
format 1 adalah paling buruk, dan lima untuk yang terbaik seperti dikatakan oleh
Kusumawati (2010) dalam Musyahidah (2018) . Berikut merupakan skala nilai pada
penilaian kinerja vendor yang saat ini diterapkan oleh PT X.

Tabel 2.10 Skala Nilai pada Penilaian Kinerja Rekanan Penyedia Barang Dan Jasa
PT X Eksisting
Sumber: Dokumen Prosedur Bidang Pengadaan Barang Jasa PT X, 2022
No Kriteria Uraian Kriteria Skor Bobot
Memiliki standar sistem manajemen Health Safety Environment
/ HSE (mampu membuat rencana HSE), memiliki personil HSE 100
yang bersertifikat
Memiliki standar sistem manajemen Health Safety Environment
Sistem Manajemen 75
1. / HSE (mampu membuat rencana HSE), tidak memiliki personil 15%
HSE Plan
Tidak memiliki standar sistem manajemen Health Safety
Environment / HSE (mampu membuat rencana HSE), tidak 50
memiliki personil HSE yang bersertifikat
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / APD,
Alat Pelindung Kerja / APK, melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, 100
Resik, Rawat, Rajin)
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / APD,
75
2. Implementasi HSE Alat Pelindung Kerja / APK 15%
Konsisten dan disiplin memakai memakai Alat Pelindung Diri /
50
APD, melaksanakan 5R (Ringkas Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Konsisten dan disiplin melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
25
Rawat, Rajin)
Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu membuat
100
rencana Quality), memiliki personil Quality yang bersertifikat
Sistem Manajemen
3. Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu membuat 10%
Quality Plan 75
rencana Quality), tidak memiliki personil Quality yang
Tidak memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu
50
membuat rencana Quality), tidak memiliki personil Quality yang
Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap KAK,
100
Kecepatan respon terhadap permasalah

Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap KAK 75


Mutu Hasil Pekerjaan
Hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dengan defect list ≤
4. / Implementasi 50 10%
5% (dari) nilai pekerjaan
Quality
Hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dengan defect list 5 <
25
x ≤ 10% nilai pekerjaan
Hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dengan defect list >
0
10% nilai pekerjaan
Lebih cepat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan /
100
Ahead Progress
Jadwal Pelaksanaan
5. 10%
(Progress )
53
Lebih cepat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan /
100
Ahead Progress
Jadwal Pelaksanaan Sesuai dengan rencana yang disepakati dan ditetapkan / On
5. 75 10%
(Progress ) Progress
Terlambat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan / Delay
50
Progress
Waktu pengiriman Lebih cepat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan 100
6. Sumber Daya Bahan, Sesuai dengan rencana yang disepakati dan ditetapkan 75 10%
Alat & Pekerja Terlambat dari rencana yang disepakati dan ditetapkan 50
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli utama, mampu
100
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli madya, mampu
75
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
7. Kualitas Pegawai 10%
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli muda, mampu
50
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
Memiliki Pegawai yang ahli & tidak bersertifikat ahli, mampu
25
koordinasi & komunikasi dengan tim proyek
Memiliki Tenaga Kerja yang terampil, bersertifikat
100
keterampilan
Kualitas Tenaga Memiliki Tenaga Kerja yang terampil, tidak bersertifikat
8. 75 5%
Kerja keterampilan
Memiliki Tenaga Kerja tidak terampil, tidak bersertifikat
50
bersertifikat keterampilan
Penanganan cepat dan tepat sasaran (kualitas sesuai
100
Komitmen persyaratan)
Penanganan & Penanganan lambat dan tepat sasaran (kualitas sesuai
9. 75 5%
Penyelesaian Defect persyaratan)
Hasil Pekerjaan Penanganan cepat dan tidak tepat sasaran (kualitas tidak sesuai
50
persyaratan)

Biaya sesuai dengan yang disepakati & ditetapkan dalam


100
Komitmen Biaya yang kontrak (di luar adendum pekerjaan tambah volume atau item)
10. 10%
Disepakati
Biaya lebih besar dari yang disepakati & ditetapkan dalam
50
kontrak (di luar adendum pekerjaan tambah volume atau item)

Jumlah pilihan skor yang digunakan dalam penilaian adalah berbeda antar kriteria
dan rentang skala adalah kelipatan 25 setiap pilihannya. Untuk 0 adalah skor paling
rendah atau skor minimal dan 100 adalah skor paling tinggi atau skor maksimal.
Selanjutnya setiap kriteria sudah ditentutan bobotnya seperti pada Tabel 2.6.

Tabel 2.11 Bobot Kriteria Penilaian Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
No Kriteria Bobot

1 Sistem Manajemen HSE Plan 15%

2 Implementasi HSE 15%

3 Sistem Manajemen Quality Plan 10%

4 Mutu Hasil Pekerjaan / Implementasi Quality 10%

5 Jadwal Pelaksanaan (Progress) 10%

6 Waktu pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat & Pekerja 10%

7 Kualitas Pegawai 10%

8 Kualitas Tenaga Kerja 5%

9 Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect Hasil Pekerjaan 5%

10 Komitmen Biaya yang Disepakati 10%


54

Nilai kinerja dari masing-masing kriteria adalah merupakan perkalian antara


penilaian yang dipilih berdasarkan skala nilai dengan bobot nya. Nilai kinerja ini
dievaluasi pada setiap kontrak pekerjaan yang sudah selesai. Formulir perhitungan
penilaian seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.12 Formulir Perhitungan Penilaian Rekanan Penyedia Barang dan Jasa PT X
Eksisting
No Kriteria Bobot Penilaian Nilai
a b c d e=cxd
1 Sistem Manajemen HSE Plan

2 Implementasi HSE

3 Sistem Manajemen Quality Plan

4 Mutu Hasil Pekerjaan /


Implementasi Quality

5 Jadwal Pelaksanaan (Progress)

6 Waktu pengiriman Sumber Daya


Bahan, Alat & Pekerja

7 Kualitas Pegawai

8 Kualitas Tenaga Kerja

9 Komitmen Penanganan &


Penyelesaian Defect Hasil Pekerjaan

10 Komitmen Biaya yang Disepakati

Total Nilai ∑

2.5 Kinerja Rekanan


Menurut Moeheriono, 2012 kinerja atau performance merupakan suatu
penggambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan
dalam suatu perencanaan strategis suatu organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2013)
dalam Subarkah, 2020, kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan sebagian
atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan
suatu referensi pada sejumlah standar seperti biaya masa lalu yang diproyeksikan
dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan
semacamnya.
55

Kinerja sendiri dilaporkan sebagai hasil dari tujuan perusahaan yang dicapai
melalui strategi dan metode yang efektif seperti yang dijelaskan oleh Fairoz, Hirobumi,
& Tanak (2010) dalam Santoso, 2022 . Menurut Mirmousa & Dehnavi, 2016 yang
dikutip dari Elahi dkk. (2010) ketika sebuah organisasi memutuskan untuk bekerja sama
dengan vendor dalam menyediakan kebutuhannya dapat diartikan bahwa kinerja
organisasi akan bergantung pada vendor tersebut, sehingga apabila organisasi salah
dalam memilih vendor maka akan timbul masalah yang sulit diatasi.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan, ukuran,
dan penilaian. Strategi untuk meningkatkan kinerja salah satunya adalah melalui penentuan
tujuan dari setiap unit organisasi (Jayakusumah, 2014). Oleh karena itu, tujuan, ukuran,
serta penilaian ini akan memberi arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya
perilaku kerja secara organisasi maupun individu yang diharapkan oleh PT X terhadap
setiap vendor yang bekerja di bawahnya.

2.5.1 Kinerja Mutu


Kinerja mutu dapat didefinisikan sebagai prestasi dari mutu atau kualitas produk
dan manajemen yang dapat dicapai oleh para vendor selama suatu jangka waktu
tertentu. Vendor harus memiliki kinerja yang baik agar mampu menciptakan hasil
pekerjaan yang optimal (Fajriani, 2017).
Prinsip Sistem Manajemen Mutu dalam Permen PU Nomor 04/PRT/M/2009
masih mengacu kepada ISO 9001:2008, yang terdiri atas delapan prinsip yaitu
(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia PUPR
:
a) Fokus pelanggan (Customer focus);
b) Kepemimpinan (Leadership);
c) Pelibatan Karyawan (Involvement of people);
d) Pendekatan Proses (Process approach);
e) Pendekatan Sistem pada Manajemen (System approach to management);
f) Perbaikan Berkelanjutan (Continual improvement);
g) Pendekatan fakta pada pengambilan keputusan (Factual Approach to
decision making);
h) Hubungan pemasok yang saling menguntungkan (Mutually beneficial
supplier relationship).
56

Termasuk hubungan kontraktor dengan vendornya, dimana kontraktor harus


mengevaluasi dan memilih vendor berdasarkan kemampuan mereka untuk bekerja
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Hal ini diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai-nilai mutu bagi kedua pihak
(kontraktor dan vendor), optimalisasi pengunaan sumber-sumber daya, serta
meningkatkan fleksibilitas dan ketepatan mutu bersama untuk menanggapi kebutuhan
dan harapan dari owner.

2.5.2 Kinerja K3L

Kinerja keselamatan adalah mutu dari pekerjaan yang berhubungan dengan


keselamatan (Nevhage & Lindahl, 2008) . Eratnya hubungan antara mutu dan
keselamatan, menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tercapainya kinerja
keselamatan dibutuhkan kepatuhan serta pasrtisipasi terhadap keselamatan, untuk itu
kinerja keselamatan juga diartikan sebagai perilaku kerja yang relevan dengan
keselamatan (Putri & Hadi, 2014) . Dalam aspek keselamatan, kontraktor juga perlu
mengidentifikasi serta menyeleksi vendornya guna menghilangkan bahaya dan
mengurangi risiko kerja, terciptanya sarana kerja yang sehat, aman, dan nyaman, serta
tercapainya kompetensi setiap personil.
Maka dari itu kriteria untuk pemilihan dalam proses seleksi, serta evaluasi harus
ditetapkan, salah satunya dengan cara pengembangan sistem penilaian evaluasi akhir
CQSMS (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia PUPR, 2017b).

2.6 Delphi Method


Metode Delphi merupakan suatu proses dalam memperoleh kesepakatan
(konsensus) dari para pakar. Menurut Lewis (1984), teknik Delphi diartikan sebagai
suatu proses untuk mengumpulkan pendapat diantara para pakar tentang fenomea sosial
yang akan mempengaruhi situasi institusi. Tahapan untuk memulai metode Delphi
diantaranya sebagai berikut (Wheelwright & Makridakis, 1980):
1. Eksplorasi pendapat
2. Merangkum pendapat para pakar dan mengomunikasikannya kembali
3. Mencari informasi mengenai alasan para pakar terkait atas pendapat yang
disampaikan
57

4. Evaluasi
2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan AHP sebagai
metode, dalam penelitian-penelitian tersebut telah diuraikan terkait dengan pengertian
AHP. AHP adalah suatu metode yang dikembangkan oleh Saaty, 1987 yang digunakan
dalam pengambilan keputusan multi kriteria dengan tujuan membantu menyelesaikan
masalah keputusan yang kompleks melalui pengambilan langkah evaluasi secara
subjektif dan objektif, sebagaimana disampaikan oleh Dweiri et al., (2016) dalam
Usman, 2018. Dalam implementasinya, AHP menggunakan hierarki untuk menyusun
keputusan dimana langkah pertamanya yaitu penentuan kriteria. AHP merupakan teori
pengukuran yang tepat digunakan untuk mengatasi permasalahan dengan kriteria
kuantitatif dan intangible (UmaDevi et al., 2012) . Penelitian yang dilakukan oleh
Kumar et al., (2009) menguraikan bahwa evaluasi atau penilaian dan pemilihan vendor
termasuk dalam masalah Multiple Criteria Decesion Making (MCDM) yang melibatkan
banyak kriteria dan dalam mengatasi masalah terkait MCDM, metode AHP merupakan
metode yang banyak digunakan karena mudah dalam menangani proses pengambilan
keputusan dengan jumlah kriteria yang banyak (Usman, 2018).
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami, antara lain (Moi, 2015):
1. Decomposition
Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh
menjadi unsur-unsurnya ke dalam bentuk hierarki proses pengambilan
keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Hierarki
masalah yang disusun selanjutnya digunakan untuk membantu proses
pengambilan keputusan dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh
elemen keputusan yang terlibat. Struktur hierarki keputusan tersebut dapat
dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hierarki keputusan
disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan
terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hierarki
keputusan disebut incomplete apabila kondisinya menunjukkan kebalikan
dari hierarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni:
58

Gambar 2.9 Bentuk Struktur Dekomposisi pada AHP


Sumber: Saaty, 1987

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)


Tingkat kedua : Kriteria
Tingkat ketiga : Alternatif

Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot


relatifnya satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap
kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan.
2. Comparative Judgement
Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan tingkatan di atasnya. Comparative Judgement merupakan inti dari
penggunaan AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari
elemen-elemennya.
Pada prinsip Comparative Judgement, penyusunan prioritas dilakukan
sebagai langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria dengan menyusun
perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan
tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan
berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan terdapat sub sistem hirarki
dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, 𝐴1 sampai 𝐴𝑛.
Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam
bentuk matriks n x n, seperti pada Tabel 2.8 di bawah ini :
59

Tabel 2.13 Matriks Perbandingan Berpasangan

Sumber: Saaty, 1987

Nilai 𝑎11, 𝑎22, … 𝑎𝑛𝑛 adalah nilai perbandingan elemen baris 𝐴1


terhadap kolom 𝐴1 yang menyatakan hubungan:
a) Seberapa jauh tingkat kepentingan baris A terhadap kriteria C
dibandingkan dengan kolom 𝐴1
b) Seberapa jauh dominasi baris 𝐴1 terhadap kolom 𝐴1 atau
c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada baris 𝐴1 dibandingkan
dengan kolom 𝐴1

Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk matriks


pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat
tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi
yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah
(equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang
paling tinggi (extreme importance).

Seorang pengambil keputusan akan memberikan penilaian,


mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan sesuatu hal/peristiwa
yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks
berpasangan pada setiap level hirarki. Contoh Pairwise Comparison Matrix
pada suatu level of hierarchy, yaitu:
60

Tabel 2.14 Skala penilaian perbandingan berpasangan


Sumber: Saaty, 1987

D E F G
D 1 3 7 9
E 1/3 1 1/4 1/8
F 1/7 4 1 5
G 1/9 8 1/5 1

Baris 1 kolom 2: Jika D dibandingkan dengan E, maka D sedikit lebih


penting/cukup penting daripada E yaitu sebesar 3. Angka 3 bukan berarti
bahwa D tiga kali lebih besar dari E, tetapi D moderat importance
dibandingkan dengan E, sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1 diisi
dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3.

Baris 1 kolom 3 : Jika D dibandingkan dengan F, maka D sangat


penting daripada F yaitu sebesar 7. Angka 7 bukan berarti bahwa D tujuh
kali lebih besar dari F, tetapi D very strong importance daripada F dengan
nilai judgement sebesar 7. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom 1 diisi dengan
kebalikan dari 7 yaitu 1/7.

Baris 1 kolom 4: Jika D dibandingkan dengan G, maka D mutlak lebih


penting daripada G dengan nilai 9. Angka 9 bukan berarti D sembilan kali
lebih besar dari G, tetapi D extreme importance daripada G dengan nilai
judgement sebesar 9. Sedangkan nilai pada baris 4 kolom 1 diisi dengan
kebalikan dari 9 yaitu 1/9.

3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector
method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan
keputusan. Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau
penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria- kriteria yang berada
dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk
mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun
sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Untuk melengkapi
pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka akan diberikan
61

definisi-definisi mengenai matriks dan vector (Moi, 2015):


a) Matriks
Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau
kompleks, variabel- variabel) yang terdiri dari baris dan kolom dan di
susun persegi panjang. Matriks biasanya terdiri dari m baris dan n kolom
maka matriks tersebut berukuran (ordo) m x n. Matriks dikatakan bujur
sangkar (square matrix) jika m = n. Dan scalar-skalarnya berada di baris
ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks entri.
b) Vektor dari n dimensi
Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen-elemen
yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik
menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector
dengan ordo 1 x n ) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut
vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua
vektor dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan R'.
c) Prioritas, Eigen value, dan Eigen vector
Untuk menentukan nilai dari masing masing pada matrik m x n maka;
Nilai total matriks dalam masing-masing kolom di bandingkan dengan
nilai matriks dan dijumlahkan untuk tiap baris. Total nilai baris dari
matrik hasil perhitungan tersebut dijumlahkan. Untuk mementukan nilai
prioritas adalah dengan membandingkan nilai total baris dalam matrik
tersebut dengan nilai total dari kolom hasil perhitungan tersebut. Untuk
Eigen value didapatkan dari total jumlah dari perkalian nilai prioritas
dalam matrik dibandingkan dengan nilai prioritas tersebut. Eigen value
merupakan total dari nilai eigen dibagi dengan ordo matriks atau n.

4. Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen
vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya
diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan
pengambilan keputusan. Logical Consistency dilakukan dengan menguji
konsistensi indeks dan rasio.
Hal yang membedakan AHP dengan model-model pengambilan
62

keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Model
AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka
ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan
dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus
mambandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision
maker dapat menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa harus berfikir
apakah persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Penentuan
konsistensi dari matriks itu sendiri didasarkan atas eigen value maximum.
Yang diperoleh dengan rumus (2.1) sebagai berikut:

𝜆 max
CI
−𝑛= .......................................................................................................
𝑛−
1 (2.1)
Keterangan :

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

𝜆 max = Nilai eigen terbesar dari

matriks berordo n n = Orde

matriks

Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh


Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR),
yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI). Rasio
Konsistensi dapat dirumuskan pada rumus (2.2) sebagai berikut :

CR=
𝐶I
.......................................................................................................
𝑅𝐼
(2.2)

Keterangan :

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

CR = Rasio konsistensi

RI = Indeks random
63

Nilai indeks random bisa didapatkan dari Tabel 2.10 berikut ini:

Tabel 2.15 Nilai Indeks Random (RI)


Sumber: Saaty, 1987

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.48

Jika matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan


nilai CR lebih kecil dari 0,100 maka ketidakkonsistenan pendapat pengambil
keputusan masih dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang.
Analytic Hierarchy Process dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty
di Universitas Pittsburg di USA. AHP merupakan teori umum pengukuran
yang digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan
berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu (Saaty, 1987).
Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran
aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan (preference),
kepentingan (importance) atau perasaan (likelihood). Di dalam sebuah hirarki
terdapat tujuan utama, kriteria – kriteria, dan alternatif - alternatif yang akan
dibahas.

2.8 Sintesis
Dari uraian studi literatur dan landasan teori yang sudah dibahas di atas, maka
pada awal penelitian ini didapatkan beberapa poin Variabel X (Variabel Bebas) yaitu 6
variabel dalam sistem penilaian pada evaluasi akhir CQSMS untuk meningkatkan
kinerja rekanan penyedia barang dan jasa pada proyek konstruksi PT X. Berikut ini
merupakan sintesis- sintesis dalam kerangka konsep penelitian yang disusun
berdasarkan latar belakang dan studi literatur dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Sistem penilaian yang digunakan kontraktor dalam mengevaluasi kinerja


vendornya perlu mumpuni dan mencakup seluruh proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di atas. Pengembangan terus menerus pada sistem penilaian
harus dilakukan guna mendapatkan model penilaian vendor yang konsisten dan efektif.
64

Adanya sistem penilaian yang efektif, membuat vendor yang tidak kompeten dapat
terseleksi (Olanrewaju et al., 2022). Vendor yang kompeten dapat menghasilkan kinerja
mutu dan keselamatan yang baik, sehingga mendukung kontraktor untuk bisa terus
meningkatkan kinerja proyeknya.

X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan

X2 Implementasi QHSE Plan


Tahap Pre-Job Activity

X3 Implementasi QHSE Plan Kinerja Mutu dan K3L


Tahap Work in Progress Pengembangan Sistem
Kerja Rekanan
Penilaian Evaluasi Penyedia Barang dan
Akhir CQSMS
Jasa PT X
X4 Komitmen Penanganan &
Penyelesaian Defect

X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE

X6 Dokumen Pendukung

Gambar 2.10 Kerangka Konseptual Penelitian

2.9 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah dan sintesis yang sudah dijabarkan diatas, maka
dapat dibuat sebuah hipotesis dari penelitian ini adalah dengan melakukan
pengembangan sistem penilaian pada evaluasi akhir CQSMS rekanan penyedia barang
dan jasa pada proyek konstruksi PT X menggunakan metode AHP, dapat meningkatkan
kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa yang bekerja dibawah naungan
PT X. Adapun sasaran dari PT X yang dapat dicapai dengan pembuktian hipotesis ini,
yaitu:

1. Menghasilkan Barang dan Jasa yang tepat kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi, dan penyedia;

2. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional.


65

3. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Strategi Penelitian


Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi dari penelitian ini dan akan
dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan
penelitian. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan pengembangan sistem penilaian
pada evaluasi akhir CQSMS untuk meningkatkan kinerja mutu dan K3L rekanan
penyedia barang dan jasa PT X.
Bab Metodologi Penelitian ini akan membahas strategi penelitian, proses
penelitian, identifikasi variabel, instrumen penelitian yang digunakan, jenis data yang
dikumpulan, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan datanya. Dalam proses
menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, maka
dibutuhkan sebuah upaya atau strategi penelitian untuk mempermudah penulis dalam
menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Terdapat berbagai jenis strategi penelitian
yang biasa digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Yin, 1984 menyatakan
bahwa strategi atau metode penelitian perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu:
1. Tipe pertanyaan penelitian yang diajukan
2. Luas kontrol yang dimiliki peneliti atas peristiwa perilaku yang akan diteliti
3. Fokusnya terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan dari
peristiwa historis seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.16 Strategi Penelitian Menurut Yin, 1984


Sumber: Yin, 1984
Berfokus
Perlu Kontrol
Macam Bentuk pada
Terhadap Kerjadian
Penelitian Permasalahan Kejadian Saat
Perilaku?
Ini?
Eksperimen How, Why Ya Ya
Deskripsi/Survei Who, What, Where, Tidak Ya
How many, How
much
Analisis Kearsipan Who, What, Where, Tidak Ya/ Tidak
How many, How
much
Historis How, Why Tidak Tidak
Studi Kasus How, Why Tidak Ya
66

Berdasarkan Tabel 3.1 dan jenis pernyataan penelitian yang digunakan, maka
metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan jenis pertanyaan
“Bagaimana” adalah menggunakan metode studi kasus. Sedangkan untuk menjawab
pertanyaan “Apa” dalam suatu penelitian ialah menggunakan metode survei. Sehingga
untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka strategi penelitan yang
diambil adalah sebagai berikut:
Tabel 3.17 Strategi Penelitian yang Digunakan pada Penelitian Penulis
No Rumusan Masalah Pertanyaan yang Strategi
Digunakan
1 Bagaimana proses pengadaan Bagaimana (How) Analisis arsip,
barang dan jasa menggunakan kuesioner, validasi
CQSMS di PT X? pakar

2 Apa saja variabel pada tahap Apa (What) Studi literatur,


evaluasi akhir CQSMS yang kuesioner,
memiliki pengaruh terhadap kinerja validasi pakar
mutu dan K3L rekanan penyedia
barang dan jasa di PT X?
3 Bagaimana cara mengembangkan Bagaimana (How) Studi literatur, studi
sistem penilaian pada tahap kasus,validasi pakar
evaluasi akhir CQSMS untuk
meningkatkan kinerja mutu dan
K3L rekanan penyedia barang dan
jasa di PT X?

Tabel 3.18 Input, Strategi, dan Output Research Question


No Rumusan Masalah Input Strategi Output
1 Bagaimana proses Dokumen Analisis arsip, Alur proses
pengadaan barang dan Prosedur PT X kuesioner, pengadaan
jasa menggunakan Bidang validasi pakar barang dan
CQSMS di PT X? Pengadaan jasa
Barang dan Jasa, menggunakan
serta Bidang CQSMS di
67

QHSE PT X

2 Apa saja variabel pada Kajian literatur Studi literatur, Variabel/


tahap evaluasi akhir dan alur proses kuesioner, krtieria, bobot,
CQSMS yang memiliki pengadaan validasi pakar skala nilai, dan
pengaruh terhadap kinerja barang dan jasa skala hasil
mutu dan K3L rekanan menggunakan penilaian
penyedia barang dan jasa CQSMS di PT X evaluasi akhir
di PT X? CQSMS

3 Bagaimana cara Kajian literatur , Studi literatur, Rekomendasi


mengembangkan sistem variabel/ studi kasus, model sistem
penilaian pada tahap krtieria, bobot, validasi pakar penilaian pada
evaluasi akhir CQSMS skala nilai, dan tahap evaluasi
untuk meningkatkan skala hasil akhir CQSMS
kinerja mutu dan K3L penilaian untuk
rekanan penyedia barang evaluasi akhir meningkatkan
dan jasa di PT X? CQSMS kinerja mutu
dan K3L
rekanan
penyedia
barang dan
jasa

Pada penelitian ini, penulis melakukan studi kasus pada sample proyek konstruksi
jalan tol PT X. Dari data-data eksisting proyek, hasil dan pengolahan kuesioner, serta
didukung dengan validasi pakar, penulis berharap bisa menjawab pertanyaan penelitian
dan mendapatkan pembuktian dari hipotesis penelitian ini serta menghasilkan output
penelitian berupa model pengembangan sistem penilain pada evaluasi akhir Contractor
Quality Safety Management System (CQSMS).

3.2 Proses Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, terlebih dahulu penulis menyusun tahapan
68

penelitian yang akan dilakukan. Tahapan penelitian ini bertujuan agar penelitian dapat
dilakukan secara efektif dan efisien serta menghasilkan output yang relevan. Berikut

tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis disajikan pada Gambar 3.1:

Penjelasan diagram alir penelitian tersebut adalah sebagai berikut:


A. Tahap Awal
Tahapan awal penelitian terdiri dari:
1) Studi literatur
Pada tahap awal studi literatur, untuk membangun kerangka berpikir yang
mendukung pelaksanaan penelitian, penulis mempelajari teori mengenai
69

sistem penilaian kinerja mutu dan K3L khususnya CQSMS yang diterapkan
di beberapa negara secara umum, serta teori mengenai metode Delphi dan
MCDM (Multi Criteria Decision Making) terkhusus AHP (Analytical
Hierarchy Process).
2) Identifikasi masalah
Pada tahap awal identifikasi masalah, penulis melakukan kajian literatur
terkait penerapan CQSMS dan penilaian kinerja vendor khususnya aspek
mutu dan K3L dengan mengangkat studi kasus di PT X.
3) Rumusan masalah
Pada tahap awal perumusan masalah, penulis menyusun pertanyaan penelitian
yang didasarkan pada hasil identifikasi masalah dengan mengangkat studi
kasus di PT X.
4) Tujuan penelitian
Pada tahap awal tujuan penelitian, penulis menyusun tujuan serta output yang
ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan guna menjawab pertanyaan
penelitian dengan mengangkat studi kasus di PT X.
B. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari:
1) Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah melalui analisis
arsip, studi literature, dan metode Delphi guna mengumpulkan data awal
terkait variabel/ kriteria dalam tahap evaluasi akhir CQSMS yang dibutuhkan
sebagai bahan penyusunan kuesioner yang akan diberikan kepada pakar,
selanjutnya penyebaran kuesioner yang telah disusun kepada pakar melalui
wawancara terstruktur.
2) Pengolahan data
Pada tahap pengolahan data dilakukan penyajian dan klasifikasi data-data
yang sudah terkumpul untuk memberikan gambaran dalam melakukan
tahapan selanjutnya, yaitu analisis data. Data yang akan diolah adalah data
hasil kuesioner secara terstruktur kepada pakar, yaitu berupa variabel/ kriteria
pada tahap evaluasi akhir CQSMS yang memiliki pengaruh terhadap kinerja
mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa di PT X.
70

3) Analisis data
Pada tahap analisis data dilakukan pengkajian terhadap variabel/ kriteria
kemudian dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP). Metode ini adalah suatu teknik statistik yang mampu memeringkat
alternatif keputusan. Tujuan dari metode ini adalah memilih kriteria yang
terbaik dari beberapa kriteria yang tersedia. Beberapa kriteria akan
dibandingkan satu dengan lainnya hingga tersusun tingkat kepentingannya
lalu dipertimbangkan prioritas dari masing-masing alternatif, manakah yang
dinilai terbaik dan memiliki nilai pembobotan yang lebih besar, berdasarkan tujuan
yang akan dicapai. Variabel/ kriteria yang telah dianalisis selanjutnya
dirangkum dan disusun menjadi rekomendasi model sistem penilaian tahap
evaluasi akhir CQSMS dan dilakukan validasi ke para pakar melalui survei
kuesioner, untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selanjutnya dilakukan uji
penerapan model sistem penilaian tahap evaluasi akhir CQSMS kepada
sample rekanan penyedia barang dan jasa PT X guna melihat apakah
rekomendasi model sistem yang baru telah tepat untuk diimplementasikan.
C. Tahap Akhir
Tahap akhir terdiri dari:
1) Penyusunan kesimpulan dan saran
Pada tahap akhir penyusunan kesimpulan dan saran, dilakukan evaluasi
dengan cara menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan
serta memberikan saran dan rekomendasi untuk pengembangan dan
penelitian selanjutnya.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai yang dimiliki oleh orang,
obyek, organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Dari
beberapa jenis variabel penelitian yang ada, penulis mengambil 2 (dua) variabel yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel dependen atau variabel terikat (Y). Suatu variabel dikatakan dependen
71

apabila variabel tersebut merupakan variabel terikat yang dipengaruhi atau


menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sebagai fokus dari penelitian ini,
peningkatan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa di lini
konstruksi yang dievaluasi menggunakan sistem penilaian pada evaluasi akhir
CQSMS di PT X.
2. Variabel independen atau variabel bebas (X). Variabel dikatakan independen
disebut juga sebagai variabel bebas atau variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terkait). Jadi, variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi. Sebagai fokus dari penelitian
ini, variabel bebas yang akan dipakai adalah kriteria dari penilaian kinerja
mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa itu sendiri.
 Untuk menjawa RQ 1, variabel yang digunakan merupakan tahapan proses
CQSMS yang terdiri dari: (1) Risk Assessment, (2) Prequalification, (2)
Selection, (3) Contract Award, (4) Pre-Job Activity, (5) Work In Progress,
(6) Final Evaluation.
 Untuk menjawa RQ 2 dan 3, variabel yang digunakan merupakan pendapat
pakar dengan dukungan penelitian terdahulu dan referensi terlampir yang
kemudian akan divalidasi hasil dari validasi pakar yang terdiri dari:

Tabel 3.19 Variabel Penelitian


KRITERIA REFERENSI
X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015),
Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.2) HIRADC Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015),
Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.3) Sasaran & Program QHSE Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015),
Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.4) Struktur Organisasi Bidang QHSE PT X, Schulman (2020)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement Bidang QHSE PT X, Lingard et al.
(2017)
X2 Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
72

KRITERIA REFERENSI
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.3) SIA & SIO / Lisensi Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Singh & Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.4) SKA & SKT Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Singh & Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
X3 Implementasi QHSE Tahap Work In Progress
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.1) Safety Induction Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Lingard et al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Lingard et al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.4) Inspeksi QHSE Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja Bidang QHSE PT X, Neamat (2019)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.6) Housekeeping (5R) Bidang QHSE PT X, Neamat (2019)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan Bidang QHSE PT X, Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE Bidang QHSE PT X, Lingard et al.
(2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X3.10) Laporan QHSE Bidang QHSE PT X, Singh & Misra
(2021)
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
X4
Hasil Pekerjaan
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (accident,
Bidang QHSE PT X, Neamat (2019),
Incident, Near miss) Raheem & Hinze (2014)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.3) Frequency Rate Bidang QHSE PT X, Raheem & Hinze
(2014)
(X5.4) Severity Rate Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Bidang QHSE PT X, Raheem & Hinze
(2014)
73

KRITERIA REFERENSI
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan Bidang QHSE PT X, Niu et al. (2023)
X6 Dokumen Pendukung
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan Bidang QHSE PT X, Podgórski (2015)

Variabel penelitian tersebut dianggap sebagai kriteria yang dinilai dapat mewakili
sifat, perilaku, serta proses yang mempengaruhi kinerja mutu dan K3L vendor. Kriteria
ini mampu membantu proses penilaian vendor untuk mengetahui kinerja mutu dan K3L.
Kriteria ini juga disusun dalam model yang sangat efektif dan mencakup seluruh
tahapan dari CQSMS. Seperti pada Tabel 1.3 terlihat bahwa model sistem penilaian
pada evaluasi akhir CQSMS yang saat ini diterapkan oleh PT X masih belum konsisten
dan kurang relevan dengan aspek yang ditinjau khusus dalam CQSMS itu sendiri.
Dengan dikembangkannya kriteria-kriteria baru ini diharapkan penilaian pada evaluasi
akhir CQSMS dapat terfokus pada aspek mutu dan K3L yang ditinjau pada setiap
tahapan proses CQSMS.
Untuk itu, dilakukan analisis pada kriteria-kriteria tersebut untuk mengetahui
tingkat kepentingan antar kriteria yang diwakilkan dengan bobot dan skala nilai
tertentu. Kemudian akan dilakukan perancangan suatu model sistem penilaian pada
evaluasi akhir CQSMS berupa formulir, agar dapat memberikan kontribusi untuk
meningkatkan kinerja mutu dan K3L pada proyek konstruksi PT X.

3.4 Instrumen Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu model sistem penilaian kinerja mutu
dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa pada Evaluasi CQSMS di PT X. Penelitian
ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat dan disebarkan
melalui teknis wawancara terstruktur kepada pakar secara langsung yang terlihat
pada Tabel 3.5, Tabel 3.6, Tabel 3.7, Tabel 3.8, dan Tabel 3.10. Kuesioner dibuat
sesederhana mungkin, menggunakan kalimat pertanyaan yang sederhana dan mudah
dipahami, serta penggunaan kata-kata yang cermat.
Kuesioner disebarkan kepada 3 – 5 orang pakar dimana pakar dipilih secara
purposive yaitu pemilihan pakar berdasarkan pertimbangan dengan kriteria memiliki
pengetahuan dan kompetensi di bidang QHSE serta berpengalaman minimal 5 tahun di
bidang QHSE. Adapun respon Pakar yang dipilih terdiri dari:
74

1) Quality Safety Healthy Environment yang bertugas di proyek dan


departemen di seluruh PT X dengan kriteria:
a. Pendidikan minimal S1 dalam bidang K3 atau Teknik Sipil
b. Berpengalaman dan kompeten dalam bidang QHSE minimal 5 tahun
c. Paham dan terlibat langsung dalam proses CQSMS PT X
2) Pakar atau akademisi dengan kriteria:
a. Berpengalaman dan kompeten dalam bidang QHSE minimal 10 tahun
b. Pernah terlibat dalam proyek konstruksi pada bidang QHSE

Kuesioner tersebut akan diberikan langsung kepada pakar yang bersangkutan


dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat dan disebarkan melalui
teknis wawancara terstruktur terkait sistem penilaian kinerja mutu dan K3L rekanan
penyedia barang dan jasa pada evaluasi akhir CQSMS di PT X. Selanjutnya, data-data
tersebut akan dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP).

Berikut ini dijabarkan kuesioner yang digunakan sebagai instrumen dalam


penelitian ini:
1. Kuesioner Tahap 1 : Untuk memvalidasi alur proses pengadaan barang dan
jasa menggunakan CQSMS di PT X, dapat dilihat pada Tabel 3.5.
2. Kuesioner Tahap 2 : Untuk mengidentifikasi kriteria pada proses pengadaan
barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X yang memiliki pengaruh
pada kinerja mutu dan K3L vendor, dapat dilihat pada Tabel 3.6.
3. Kuesioner Tahap 3 : Untuk memvalidasi kriteria pada proses pengadaan
barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X yang telah disusun sudah
merepresentasikan pengaruh pada kinerja rekanan penyedia barang dan jasa
di PT X, dapat dilihat pada Tabel. 3.7.
4. Kuesioner Tahap 4 : Untuk mengidentifikasi tingkat kepentingan pada setiap
kriteria menggunakan perbandingan berpasangan. Perbandingan
berpasangan ini dilakukan pada seluruh kelompok kriteria, penggalan
kuesioner ini dapat dilihat pada Tabel 3.8.
5. Kuesioner Tahap 5 : Untuk memvalidasi memvalidasi model sistem
penilaian kinerja vendor pada evaluasi CQSMS di PT X, penggalan
kuesioner ini dapat dilihat pada Tabel 3.10.
75

Tabel 3.20 Kuesioner Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS

Kuesioner Penelitian Tahap 1


Tahapan pengadaan barang dan jasa di PT X yang telah teridentifikasi dalam Jawaban Komentar /
proses CQSMS Saran
No Tahap Referensi Ya Tidak
1 Risk Assessment
- Tidak terdapat tahapan pengadaan barang Dokumen Pengadaan
dan jasa pada tahap Risk Assessment Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
2 Prequalification
- Terdapat tahapan Surat Pernyataan Dokumen Pengadaan
Kesanggupan Mematuhi K3LMP dan Barang dan Jasa PT X 2020,
Evaluasi Vendor Melalui Aplikasi Dokumen CQSMS
Vendor Management pada tahap Pertamina 2021, PERMEN
Prequalification CQSMS PUPR No 10 Tahun 2021

3 Selection
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan Dokumen Pengadaan
Pemenang pada tahap Selection CQSMS Barang dan Jasa PT X 2020,
Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
4 Contract Award
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan Dokumen Pengadaan
Pemenang pada tahap Contract Award Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
5 Pre-Job Activity
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada Dokumen Pengadaan
tahap Pre-Job Activity CQSMS Barang dan Jasa PT X 2020,
Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
6 Work In Progress
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada Dokumen Pengadaan
tahap Work In Progress CQSMS Barang dan Jasa PT X 2020,
Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
7 Final Evaluation
- Tahap Selesai ditandai dengan vendor Dokumen Pengadaan
menyelesaikan pekerjaan dan dilakukan Barang dan Jasa PT X 2020,
evaluasi kinerja Dokumen CQSMS
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021

Tabel 3.21 Kuesioner Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu


Kuesioner Penelitian Tahap 2 Apa saja kriteria penilaian yang berpengaruh pada
No Tahap mutu & K3L dalam penilaian kinerja vendor?
76

1 Risk Assessment
- Tidak terdapat tahapan pengadaan barang dan
jasa pada tahap Risk Assessment CQSMS

2 Prequalification
- Terdapat tahapan Surat Pernyataan
Kesanggupan Mematuhi K3LMP dan Evaluasi
Vendor Melalui Aplikasi Vendor Management
pada tahap Prequalification CQSMS
3 Selection
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan
Pemenang pada tahap Selection CQSMS

4 Contract Award
- Terdapat tahapan Berta Acara Penentuan
Pemenang pada tahap Contract Award CQSMS

5 Pre-Job Activity
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada tahap
Pre-Job Activity CQSMS

6 Work In Progress
- Terdapat tahapan Vendor Bekerja pada tahap
Work In Progress CQSMS

7 Final Evaluation
- Tahap Selesai ditandai dengan vendor
menyelesaikan pekerjaan dan dilakukan evaluasi
kinerja

Tabel 3.22 Kuesioner Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor

Kuesioner Penelitian Tahap 3


Kriteria Berpengaruh Terhadap Jawaban Komentar /
Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor Saran
No Kriteria Referensi Ya Tidak
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Komitmen Menejemen dan
1 Bidang QHSE PT X, Podgórski
Kebijakan QHSE
(2015), Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
2 HIRADC Bidang QHSE PT X, Podgórski
(2015), Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
3 Sasaran & Program QHSE Bidang QHSE PT X, Podgórski
(2015), Niu et al. (2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
4 Struktur Organisasi Bidang QHSE PT X, Schulman
(2020)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
5 Rencana Tanggap Darurat Bidang QHSE PT X, Singh &
Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
6 Inspection Test Plan / ITP Bidang QHSE PT X, Podgórski
(2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Metode Pelaksanaan /
7 Bidang QHSE PT X, Lingard et
Method Statement
al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Laporan Pemeriksaan
8 Bidang QHSE PT X, Singh &
Kesehatan
Misra (2021)
77

Kuesioner Penelitian Tahap 3


Kriteria Berpengaruh Terhadap Jawaban Komentar /
Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor Saran
No Kriteria Referensi Ya Tidak
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Jaminan Kesehatan Tenaga
9 Bidang QHSE PT X, Singh &
Kerja
Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
10 SIA & SIO / Lisensi Bidang QHSE PT X, Neamat
(2019), Singh & Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
11 SKA & SKT Bidang QHSE PT X, Neamat
(2019), Singh & Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Sertifikat Material (millsheet,
12 Bidang QHSE PT X, Singh &
factory test, dll)
Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
13 Induksi K3L Bidang QHSE PT X, Neamat
(2019), Lingard et al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Safety Talk & Tool Box
14 Bidang QHSE PT X, Neamat
Meeting
(2019), Lingard et al. (2017)
Ijin Kerja & CSA Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
15 (Construction Safety Bidang QHSE PT X, Podgórski
Analysis) (2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
16 Inspeksi Mutu & K3L Bidang QHSE PT X, Podgórski
(2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Alat Pelindung Diri & Alat
17 Bidang QHSE PT X, Neamat
Pelindung Kerja
(2019)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
18 Housekeeping (5R) Bidang QHSE PT X, Neamat
(2019)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Penggunaan Material Ramah
19 Bidang QHSE PT X, Niu et al.
Lingkungan
(2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
20 Simulasi Tanggap Darurat Bidang QHSE PT X, Podgórski
(2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Rapat Koordinasi Mutu &
21 Bidang QHSE PT X, Lingard et
K3L
al. (2017)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
22 Laporan Mutu & K3L Bidang QHSE PT X, Singh &
Misra (2021)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Tindak lanjut perbaikan
23 Bidang QHSE PT X, Podgórski
temuan
(2015)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Laporan Non-Conformance
24 Bidang QHSE PT X, Podgórski
Produk
(2015)
Laporan Kejadian Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
25 Kecelakaan (Accident, Bidang QHSE PT X, Neamat
Incident, Near miss) (2019), Raheem & Hinze (2014)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
26 FR (Frequency Rate) Bidang QHSE PT X, Raheem &
Hinze (2014)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
27 SR (Severity Rate) Bidang QHSE PT X, Raheem &
Hinze (2014)
28 Laporan Kerusakan Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
78

Kuesioner Penelitian Tahap 3


Kriteria Berpengaruh Terhadap Jawaban Komentar /
Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor Saran
No Kriteria Referensi Ya Tidak
Bidang QHSE PT X, Niu et al.
Lingkungan
(2023)
Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur
Nilai rata-rata evaluasi
29 Bidang QHSE PT X, Podgórski
triwulan
(2015)
Kuesioner Penelitian Tahap 4 – Intensitas Kepentingan Kritera (AHP)
PAKAR 1
RATING OF IMPORTANCE CRITERIA
NO KODE Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria Alasan
Implementasi QHSE
Kualitas Dokumen
1 X1 - X2 Plan Tahap Pre Job
QHSE Plan
Activity
Implementasi QHSE
Kualitas Dokumen
2 X1 - X3 Tahap Work In
QHSE Plan
Progress
Komitmen
Kualitas Dokumen
3 X1 - X4 Penanganan &
QHSE Plan
Penyelesaian Defect
Kualitas Dokumen Lagging Indicator
4 X1 - X5
QHSE Plan Kinerja QHSE
Kualitas Dokumen Nilai Rata-rata
5 X1 - X6
QHSE Plan Evaluasi Triwulan
Implementasi QHSE Implementasi QHSE
6 X2 - X3 Plan Tahap Pre Job Tahap Work In
Activity Progress
Implementasi QHSE Komitmen
7 X2 - X4 Plan Tahap Pre Job Penanganan &
Activity Penyelesaian Defect
Implementasi QHSE
Lagging Indicator
8 X2 - X5 Plan Tahap Pre Job
Kinerja QHSE
Activity
Implementasi QHSE
Nilai Rata-rata
9 X2 - X6 Plan Tahap Pre Job
Evaluasi Triwulan
Activity
Implementasi QHSE Komitmen
10 X3 - X4 Tahap Work In Penanganan &
Progress Penyelesaian Defect
Implementasi QHSE
Lagging Indicator
11 X3 - X5 Tahap Work In
Kinerja QHSE
Progress
Implementasi QHSE
Nilai Rata-rata
12 X3 - X6 Tahap Work In
Evaluasi Triwulan
Progress
Komitmen
Lagging Indicator
13 X4 - X5 Penanganan &
Kinerja QHSE
Penyelesaian Defect
Komitmen
Nilai Rata-rata
14 X4 - X6 Penanganan &
Evaluasi Triwulan
Penyelesaian Defect
Lagging Indicator Nilai Rata-rata
15 X5 - X6
Kinerja QHSE Evaluasi Triwulan

Tabel 3.23 Penggalan Kuesioner Intensitas Kepentingan Kriteria Penilaian Kinerja


Vendor

Tabel 3.24 Skala Penilaian yang Digunakan dalam Mengisi Kuesioner Responden
Skala Penilaian
1 Kedua kriteria sama penting
3 Kriteria (A) sedikit lebih penting dibanding Kriteria (B)
5 Kriteria (A) lebih penting dibanding Kriteria (B)
7 Kriteria (A) sangat lebih penting dibanding Kriteria (B)
9 Kriteria (A) jauh sangat lebih penting dibanding Kriteria (B)
2,4,6,8 Nilai tengah-tengah
79

Tabel 3.25 Penggalan Kuesioner Validasi Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L
Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS

Kuesioner Penelitian Tahap 5


Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan
(%) 1 2 3 4 5
X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan
100
75
Komitmen
Menejemen 50
X1.1
dan Kebijakan 25
QHSE
0
Sumber:
100
75
50
X1.2 HIRADC
25
0
Sumber:
100
75
Sasaran & 50
X1.3 Program
QHSE 25
0
Sumber:
100
75
Struktur 50
X1.4
Organisasi 25
0
Sumber:
100
75
Rencana 50
X1.5 Tanggap
Darurat 25
0
Sumber:
Inspection 100
X1.6 Test Plan / 75 Ya
ITP 50
80

Kuesioner Penelitian Tahap 5


Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan
(%) 1 2 3 4 5
25
0
Sumber:
100
75
Metode
Pelaksanaan / 50
X1.7
Method 25
Statement
0
Sumber:
X2 Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
100
75
Laporan 50
X2.1 Pemeriksaan
Kesehatan 25
0
Sumber:
100
75
Jaminan 50
X2.2 Kesehatan
Tenaga Kerja 25
0
Sumber:
100
75
SIA & SIO / 50
X2.3
Lisensi 25
0
Sumber:
100
75
50
X2.4 SKA & SKT
25
0
Sumber:
100
Sertifikat 75
Material 50
X2.5 (millsheet,
factory test, 25
dll) 0
Sumber:
X3 Implementasi QHSE PlanTahap Work In Progress
X3.1 Safety 100
81

Kuesioner Penelitian Tahap 5


Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan
(%) 1 2 3 4 5
75
50
Induction 25
0
Sumber:
100
75
Safety Talk & 50
X3.2 Tool Box
Meeting 25
0
Sumber:
100
Ijin Kerja & 75
CSA 50
X3.3 (Construction
Safety 25
Analysis) 0
Sumber:
100
75
Inspeksi 50
X3.4
QHSE 25
0
Sumber:
100
Alat 75
Pelindung Diri 50
X3.5 & Alat
Pelindung 25
Kerja 0
Sumber:
100
75
Housekeeping 50
X3.6
(5R) 25
0
Sumber:
100
75
Penggunaan
Material 50
X3.7
Ramah 25
Lingkungan
0
Sumber:
Simulasi 100
X3.8
Tanggap 75
82

Kuesioner Penelitian Tahap 5


Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan
(%) 1 2 3 4 5
50
25
Darurat 0
Sumber:
100
75
Rapat 50
X3.9 Koordinasi
QHSE 25
0
Sumber:
100
75
Laporan 50
X3.10
QHSE 25
0
Sumber:
X4 Komitmen Penanganan dan Penyelesaian Defect
100
75
Tindak Lanjut 50
X4.1 Perbaikan
Temuan 25
0
Sumber:
X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE
100
75
Laporan Non- 50
X5.1 Conformance
Produk* 25
0
Sumber:
100
Laporan
75
Kejadian
Kecelakaan 50
X5.2
(Accident, 25
Incident, Near
0
miss)*
Sumber:
100
75
FR 50
X5.3 (Frequency
Rate)* 25
0
Sumber:
83

Kuesioner Penelitian Tahap 5


Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor pada Evaluasi Akhir CQSMS
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan
(%) 1 2 3 4 5
100
75
SR (Severity 50
X5.4
Rate)* 25
0
Sumber:
100
75
Laporan
50
X5.5 Kerusakan
Lingkungan* 25
0

X6 Dokumen Pendukung

Nilai Rata-rata 100


X6.1 Evaluasi 75
Triwulan 50
25
0
Sumber:

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif dimana data berupa dokumen prosedur
PT X dan kuantitatif dimana data tersebut terdiri dari angka- angka atau bilangan yang
dapat diolah atau dianalis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistik.

3.5.2 Sumber Data


Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer. Data primer merupakan
data yang menjadi sumber data utama. Adapun teknik pengumpulan data utama dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara survei.
Data primer didapat dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan
cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan hasil perolehan dari jawaban
kuesioner para responden. Adapun untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini
84

dengan tahapan sebagai berikut:


1. Pengumpulan Data RQ1
 Pertama dilakukan analsis arsip untuk mengetahui proses pengadaan
barang dan jasa di PT X. Adapun studi literatur dilakukan untuk
mengidentifikasi proses CQSMS.
 Selanjutnya dilakukan wawancara dan survei terhadap 3-5 orang
pakar untuk memvalidasi alur proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X. Data ini menjadi masukan bagi
proses selanjutnya untuk menjawab RQ 2.
2. Pengumpulan Data RQ2
 Setelah diperoleh alur proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X pada RQ1 maka tahap selanjutnya
akan dilakukan survei kuesioner kepada 3-5 orang pakar yang sama
guna mengidentifikasi variabel/ kriteria yang memiliki pengaruh
pada kinerja mutu dan K3L dalam penilaian kinerja vendor pada
evaluasi akhir CQSMS. Studi literatur juga dilakukan untuk
mengidentifikasi referensi ilmiah atas pendapat yang disampaikan
pakar.
 Setelah variabel/ kriteria disusun, dilakukan survei kuesioner kepada
3-5 orang pakar yang sama untuk memberikan jawaban atas
intensitas kepetingan masing-masing kriteria tersebut.
3. Pengumpulan Data RQ3
 Setelah diperoleh susunan kriteria yang sudah diolah dalam bentuk
formulir penilaian kinerja, dilakukan pengumpulan data hasil uji coba
penilaian terhadap sample vendor di PT X menggunakan model
sistem penilaian baru. Kemudian output dari tahap ini akan
dibandingkan dengan output dari model sistem penilaian awal dan
dianalisis.
 Tahap terakhir adalah menyimpulkan hasil analisis pada pengujian
tersebut yang kemudian hasilnya akan dijadikan rekomendasi agar
adanya pengembangan dalam sistem penilaian pada evaluasi CQSMS
untuk meingkatkan kinerja rekanan penyedia barang dan jasa pada
85

proyek konstruksi PT X.

3.6 Analisis Data


Metode analisis sangat penting untuk mengidentifikasi variabel atau kriteria yang
relevan sehingga didapatkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan. Sebagai input untuk
melakukan analisis tersebut adalah data dan informasi hasil dari kuesioner para
responden atau pakar. Setelah data-data tersebut terkumpul kemudian dilakukan analisis
data secara statistik dengan menggunakan program Microsoft Excel.
1. Analisis Data Tahap 1
Analisis data tahap 1 bertujuan untuk melakukan validasi alur proses
pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS. Analisis data pada pengumpulan
data tahap 1 ini menggunakan Analisis Deskriptif. Analisis data yang digunakan
adalah Analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan ciri
khas dari data yang dikumpulkan sehingga lebih mudah untuk dipahami dalam
bentuk informasi yang ringkas (Sufren & Nathanael, 2014).
2. Analisis Data Tahap 2
Analisis data tahap 2 bertujuan untuk melakukan validasi terkait variabel/
kriteria yang memiliki pengaruh pada kinerja mutu dan K3L dalam penilaian kinerja
vendor pada evaluasi akhir CQSMS. Jika kriteria tersebut dinyatakan berpengaruh
terhadap kinerja mutu dan K3L vendor, maka selanjutnya analisis dilanjutkan pada
analisis tingkat kepentingan kriteria untuk mendapatkan bobot yang sesuai dalam
sistem penilaian. Analisis data tahap 2 pada penelitian ini menggunakan Analisis
Deskriptif.
3. Analisis Data Tahap 3
Analisis data tahap 3 bertujuan untuk mengukur tingkat kepentingan kriteria-
kriteria yang sudah divalidasi pada tahap sebelumnya. Setelah data kuesioner pada
tahap ini dikaji, dilakukan analis menggunakan metode analytical hierarchy process
(AHP) yang didalamnya juga terdiri dari 5 tahapan proses.

 Tabulasi Kuesioner menjadi Matriks


Sebelum menyajikan dalam bentuk matriks, terlebih dahulu disajikan hasil
kuesionernya. Hasil dari kuesioner tersebut selanjutnya ditabulasikan
dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan.
86

 Penggabungan Jawaban Pakar


Setelah mendapatkan matriks perbandingan berpasangan dari para responden
pakar. Maka tahap berikut adalah proses penggabungan. Penggabungan
seluruh jawaban pakar dilakukan menggunakan fungsi GEOMEAN pada
Microsoft Excel.
 Proses Normalisasi Colomn Vector
Normalisasi setiap colomn vector dilakukan dengan membagi setiap
komponen (elemen kolom kriteria) dengan totalnya masing-masing.
 Penentuan Eigen Value dan Eigen Vector
Setelah melakukan normalisasi setiap kolom dan mendapatkan total 1,00
untuk masing-masing kolom maka tahap keempat adalah penentuan vektor
bobot atau nilai prioritas setiap kriteria. Sebelum menentukan bobot, terlebih
dahulu ditentukan total dengan menjumlahkan matriks baris dari setiap
kriteria. Setelah mendapatkan total, maka selanjutnya adalah penentuan
bobot yang didapat dari total masing-masing kriteria dibagi dengan jumlah
kriteria.

 Uji Konsistensi
Proses tahap uji konsistensi adalah dengan menentukan nilai CI
(Consistency Index). Setelah mendapatkan nilai CI, maka proses berikut
adalah menentukan nilai CR (Consistency Rasio).

Kemudian dilakukakan pembuatan skala nilai dan skala hasil evaluasi untuk
model sistem penilaian berdasarkan hasil analisis dari AHP dan studi literatur.
Setelah itu didapatkan model sistem penilaian baru pada evaluasi akhir CQSMS.

4. Analisis Data Tahap 4


Analisis data tahap 4 bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara
output penilaian kinerja rekanan penyedia barang dan jasa PT X menggunakan
model sistem penilaian baru dengan model sistem penilaian awal. Analisis data
tahap 4 pada penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif.

5. Analisis Data Tahap 5


Analisis data tahap 5 bertujuan untuk menyimpulkan hasil simulasi model
sistem penilaian dan mendapatkan pengembangan dalam sistem penilaian pada
87

evaluasi akhir CQSMS. Output yang dihasikan berupa pengembangan sistem


penilaian kinerja vendor pada tahap evaluasi akhir CQSMS dalam bentuk formulir
penilaian. Dengan adanya pengembangan sistem penilaian ini diharapkan dapat
meingkatkan kinerja rekanan penyedia barang dan jasa pada proyek konstruksi PT
X.

4. BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
88

4.1 Pengumpulan Data dan Analisis Data Tahap I


Pengumpulan dan analisis data tahap 1 dilakukan untuk mengetahui jawaban atas
research question pertama (RQ 1), yaitu mengenai proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X. Pengumpulan data tahap I ini dilakukan melalui studi
dan analisis arsip dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X Edisi Mei 2020
yang selanjutnya hasil analisis arsip akan dilakukan validasi pakar melalui wawancara
untuk mengetahui proses aktual pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di
PT X.

4.1.1 Studi dan Analisis Arsip Proses Pengadaan Barang dan Jasa PT X
Pada pengumpulan data tahap 1, penulis melakukan pengumpulan data melalui
identifikasi satu persatu tahapan yang tertera pada bagan alur proses pengadaan barang
dan jasa PT X. Untuk bagan alur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa berdasarkan
Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, digunakan sebagai data dasar proses
pelaksanaan CQSMS di PT X. Segmentasi pengadaan barang dan jasa di PT X terbagi
berdasarkan besaran kontrak pekerjaan yang akan dilaksanakan, walaupun pada
dasarnya alur pengadaan barang dan jasa pada setiap segmentasi tersebut adalah sama.
Penulis melakukan penelusuran atas data yang memiliki kaitan dengan aspek QHSE
berupa prosedur, surat pernyataan, formulir, bank data pada aplikasi vendor
management system, dan dokumen pendukung lainnya. Data ini digunakan untuk
mengidentifikasi proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X.
Adapun berikut merupakan bagan alur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
berdasarkan Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X.

Gambar 4.12 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa di PT X


89

Sumber: Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020

Setelah melakukan analisis arsip rangkaian proses pengadaan barang dan jasa di
PT X, penulis kembali mengidentifikasi proses CQSMS yang umum dilakukan di
proyek konstruksi Indonesia. Proses CQSMS di PT X dimulai pada tahap
penandatanganan surat pernyataan kesanggupan mematuhi K3LMP dan berlanjut pada
setiap tahap berikutnya hingga selesai. Proses pengadaan barang dan jasa di PT X
berjalan linier dengan proses CQSMS. Alur proses CQSMS didapat melalui studi
literatur, yang umumnya proses ini telah diterapkan di dunia konstruksi Indonesia.
Sehingga didapatkan bagan alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunaan CQSMS
sebagai berikut:

FASE ADMINISTRASI FASE IMPLEMENTASI


Contract
Risk Assessment Prequalification Selection Pre-Job Activity Work In Progress Final Evaluation
Award

Surat
Evaluasi vendor
pernyataan BA
melalui aplikasi Vendor bekerja Selesai
kesanggupan penentuan
vendor
mematuhi pemenang
management
K3LMP

1. Prakualifikasi
penyedia barang/ jasa
2. Seleksi penilaian
penyedia barang/ jasa
3. Evaluasi kinerja
penyedia barang/ jasa

Evaluasi kinerja vendor dilakukan


dengan ketentuan:
1. Saat progress vendor telah
mencapai 50%
2. Saat vendor telah menyelesaikan
serah terima tahap 1

Gambar 4.13 Bagan Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
Sumber: Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020 diolah kembali oleh penulis

4.1.2 Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS


Didapatkan jumlah pakar dalam memvalidasi kuesioner ini sebanyak lima orang
pakar. Profil pakar yang didapatkan dari wawancara dan survei kuesioner sebagai
berikut.
90

Tabel 4.26 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa
Menggunakan CQSMS
N Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Pengalaman Pendidikan
o Bekerja
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3

Melalui survei kuesioner secara wawancara, pakar diminta untuk memvalidasi


tahapan pengadaan barang dan jasa di PT X yang telah teridentifikasi dalam proses
CQSMS pada umumnya. Adapun data – data yang divalidasi oleh masing – masing
pakar sebagai berikut:

Tabel 4.27 Validasi Alur Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
Jumlah
No Tahap Referensi P1 P2 P3 P4 P5
Ya
1 Risk Assessment
- Tidak terdapat tahapan pengadaan Dokumen Pengadaan
barang dan jasa pada tahap Risk Barang dan Jasa PT X 2020,
Assessment CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Tidak 4
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
2 Prequalification
- Terdapat tahapan Surat
Pernyataan Kesanggupan
Dokumen Pengadaan
Mematuhi K3LMP pada
Barang dan Jasa PT X 2020,
Prequalification CQSMS
Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
- Terdapat tahapan Evaluasi
Pertamina 2021, PERMEN
Vendor Melalui Aplikasi Vendor
PUPR No 10 Tahun 2021
Management pada
Prequalification CQSMS
3 Selection
- Terdapat tahapan Berita Acara Dokumen Pengadaan
Penentuan Pemenang pada Barang dan Jasa PT X 2020,
Selection CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
4 Contract Award
- Terdapat tahapan Berita Acara Dokumen Pengadaan
Penentuan Pemenang pada Barang dan Jasa PT X 2020,
Contract Award CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
5 Pre-Job Activity
- Terdapat tahapan Vendor Dokumen Pengadaan
Bekerja pada Pre-Job Activity Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
91

Jumlah
No Tahap Referensi P1 P2 P3 P4 P5
Ya
6 Work In Progress
- Terdapat tahapan Vendor Dokumen Pengadaan
Bekerja pada Work In Progress Barang dan Jasa PT X 2020,
CQSMS Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021
7 Final Evaluation
- Tahap Selesai ditandai dengan Dokumen Pengadaan
vendor menyelesaikan pekerjaan Barang dan Jasa PT X 2020,
dan dilakukan evaluasi kinerja Dokumen CQSMS Ya Ya Ya Ya Ya 5
Pertamina 2021, PERMEN
PUPR No 10 Tahun 2021

Berdasarkan jawaban dari masing – masing pakar yang didapat melalui survei
kuesioner, dapat ditentukan bahwa tahapan dari pengadaan barang dan jasa di PT X
telah teridentifikasi dalam proses CQSMS. Adapun tahap Risk Assessment pada proses
CQSMS yang tidak tercakup dalam bagan alur pengadaan barang dan jasa di PT X. Dari
hasil analisis tersebut didapatkan bahwa bagan alur proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X dapat dterima.

4.2. Pengumpulan dan Analisis Data Tahap 2


Pengumpulan data tahap 2 dilakukan untuk mengetahui jawaban atas research
question pertama (RQ 2), yaitu variable yang berpengaruh serta angka pembobotan
terhadap variabel/kriteria penilaian kinerja mutu dan K3L vendor yang telah
teridentifikasi sebelumnya dalam pengumpulan data tahap 1 pada masing – masing
tahapan proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X.

4.2.1. Identifikasi Kriteria Penilaian Kinerja Vendor


Identifikasi proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS dengan
metode Delphi dilakukan melaui survey kuesioner secara wawancara dan menghasilkan
29 kriteria penilaian kinerja mutu dan K3L vendor yang dikelompokkan ke dalam 5
kelompok kriteria penilaian, yaitu Kualitas Dokumen QHSE Plan, Implementasi QHSE
Plan Tahap Pre Job Activity, Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress,
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect, Lagging Indicator Kinerja QHSE, dan
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan. Tabel berikut ini memperlihatkan ke 29 kriteria
penilaian kinerja vendor tersebut.
92

Tabel 4.28 Tabel Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor
Sumber: Data primer pakar, dan diolah kembali oleh Penulis

Kelompok
Kriteria Teridentifikasi
Kriteria
(X1) Kualitas (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE Prequalificatio
Dokumen QHSE (X1.2) HIRADC n
Plan
(X1.3) Sasaran & Program QHSE
(X1.4) Struktur Organisasi
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
(X2) (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan Pre-Job
Implementasi (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja Activity
QHSE Tahap Pre
Job Activity (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
(X2.4) SKA & SKT
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
(X3) (X3.1) Safety Induction Work In
Implementasi (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting Progress
QHSE Tahap
Work In Progress (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X3.4) Inspeksi QHSE
(X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
(X3.6) Housekeeping (5R)
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE
(X4) Komitmen Work In
Penanganan & Progress
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
Penyelesaian
Defect
(X5) Lagging (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk Work In
Indicator Kinerja (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Progress
QHSE Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
(X5) Dokumen Final
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
Pendukung Evaluation

4.2.2 Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Vendor


Dengan menggunakan metode Delphi, didapatkan jumlah pakar dalam
memvalidasi kuesioner ini sebanyak lima orang pakar. Profil pakar yang didapatkan
dari wawancara dan kuesioner sebagai berikut.
93

Tabel 4.29 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja
Mutu dan K3L Vendor
N Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Pengalaman Pendidikan
o Bekerja
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3

Melalui survei kuesioner secara wawancara, pakar diminta untuk memvalidasi


daftar kriteria penilaian kinerja mutu dan K3L vendor. Secara umum hasil dari validasi
dapat diterima, adapula yang tidak diterima oleh masing – masing pakar. Adapun data –
data yang divalidasi oleh masing – masing pakar sebagai berikut:

Tabel 4.30 Validasi Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar
N
Kriteria P1 P2 P3 P4 P5 Tanggapan
o
Komitmen menejemen dan Kebijakan
1 Ya Ya Ya Ya Ya
QHSE
2 HIRADC Ya Ya Ya Ya Ya
3 Sasaran & Program QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
P2: Setiap perusahaan
sudah pasti mempunyai
4 Struktur organisasi Ya Tidak Ya Ya Ya
struktur organsasinya
masing-masing
5 Rencana tanggap darurat Ya Ya Ya Ya Ya
6 Inspection Test Plan / ITP Ya Ya Ya Ya Ya
Metode pelaksanaan / Method
7 Ya Ya Ya Ya Ya
statement
8 Laporan pemeriksaan kesehatan Ya Ya Ya Ya Ya
9 Jaminan kesehatan tenaga kerja Ya Ya Ya Ya Ya
10 SIA & SIO / Lisensi Ya Ya Ya Ya Ya
11 SKA & SKT Ya Ya Ya Ya Ya
Sertifikat material (millsheet, factory
12 Ya Ya Ya Ya Ya
test, dll)
13 Safety Induction Ya Ya Ya Ya Ya
14 Safety talk & Tool box meeting Ya Ya Ya Ya Ya
Izin kerja & CSA (Construction Safety
15 Ya Ya Ya Ya Ya
Analysis)
16 Inspeksi QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
Alat pelindung diri & Alat pelindung
17 Ya Ya Ya Ya Ya
kerja
18 Housekeeping (5R) Ya Ya Ya Ya Ya
94

N
Kriteria P1 P2 P3 P4 P5 Tanggapan
o
Penggunaan material ramah P2: Menyesuaikan
19 Ya Tidak Ya Ya Ya
lingkungan pekerjaan di lapangan
20 Simulasi tanggap darurat Ya Ya Ya Ya Ya
21 Rapat koordinasi QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
22 Laporan QHSE Ya Ya Ya Ya Ya
23 Tindak lanjut perbaikan temuan Ya Ya Ya Ya Ya
24 Laporan Non-Conformance produk Ya Ya Ya Ya Ya
Laporan Kejadian Kecelakaan
25 Ya Ya Ya Ya Ya
(Accident, Incident, Near miss)
26 FR (Frequancy Rate) Ya Ya Ya Ya Ya
27 SR (Severity Rate) Ya Ya Ya Ya Ya
28 Laporan Kerusakan lingkungan Ya Ya Ya Ya Ya
29 Nilai rata-rata evaluasi triwulan Ya Ya Ya Ya Ya

Berdasarkan jawaban dari masing – masing pakar melalui survei kuesioner,


penulis melanjutkan proses analisis dengan mengambil nilai modus antara jawaban “ya”
dan “tidak”. Tabel berikut memperlihatkan hasil tersebut.
Tabel 4.31 Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor Tervalidasi Pakar

Jumlah Jawaban
No Indikator Penilaian Hasil
Ya Tidak
Kualitas Dokumen QHSE Plan
1 Komitmen menejemen dan Kebijakan QHSE 5 0 Berpengaruh
2 HIRADC 5 0 Berpengaruh
3 Sasaran & Program QHSE 5 0 Berpengaruh
4 Struktur organisasi 4 1 Berpengaruh
5 Rencana tanggap darurat 5 0 Berpengaruh
6 Inspection Test Plan / ITP 5 0 Berpengaruh
7 Metode pelaksanaan / Method statement 5 0 Berpengaruh
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
8 Laporan pemeriksaan kesehatan 5 0 Berpengaruh
9 Jaminan kesehatan tenaga kerja 5 0 Berpengaruh
10 SIA & SIO / Lisensi 5 0 Berpengaruh
11 SKA & SKT 5 0 Berpengaruh
12 Sertifikat material (millsheet, factory test, dll) 5 0 Berpengaruh
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress
13 Sertifikat material (millsheet, factory test, dll) 5 0 Berpengaruh
14 Safety Induction 5 0 Berpengaruh
15 Safety talk & Tool box meeting 5 0 Berpengaruh
16 Izin kerja & CSA (Construction Safety Analysis) 5 0 Berpengaruh
17 Inspeksi QHSE 5 0 Berpengaruh
18 Alat pelindung diri & Alat pelindung kerja 5 0 Berpengaruh
95

Jumlah Jawaban
No Indikator Penilaian Hasil
Ya Tidak
19 Housekeeping (5R) 5 0 Berpengaruh
20 Penggunaan material ramah lingkungan 4 1 Berpengaruh
21 Simulasi tanggap darurat 5 0 Berpengaruh
22 Rapat koordinasi QHSE 5 0 Berpengaruh
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
23 Tindak lanjut perbaikan temuan 5 0 Berpengaruh
Lagging Indicator Kinerja QHSE
24 Non-Conformance produk 5 0 Berpengaruh
Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident,
25 Berpengaruh
Incident, Near miss) 5 0
26 FR (Frequancy Rate) 5 0 Berpengaruh
27 SR (Severity Rate) 5 0 Berpengaruh
28 Laporan Kerusakan lingkungan 5 0 Berpengaruh
Dokumen Pendukung
29 Nilai rata-rata evaluasi triwulan 5 0 Berpengaruh

Berdasarkan nilai modus dari hasil validasi pakar tersebut dapat ditentukan
apakah kriteria penilaian kinerja mutu dan K3L vendor yang telah diidentifikasi, dapat
dipertahankan atau dieliminasi. Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa seluruh
kriteria penilaian dapat dipertahankan.

4.2.3. Assessment Intensitas Kepentingan Kriteria


Pengumpulan data untuk mengetahui intensitas kepentingan secara kuantitatif
pada masing – masing kriteria dilakukan melalui survei kuesioner yang ditanyakan
secara wawancara kepada 5 orang pakar dengan data profil pakar sebagai berikut.

Tabel 4.32 Data Profil Pakar pada Proses Assessment Daftar Kriteria Penilaian
Kinerja Vendor
No Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Bekerja Pengalaman Pendidikan
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3

Proses assessment intensitas kepentingan kriteria dilakukan sebanyak 2 putaran.


Putaran pertama dilakukan pada tingkat kelompok kriteria (X1) Kualitas Dokumen
96

QHSE Plan, (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity, (X3) Implementasi
QHSE Plan Tahap Work In Progress, (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect, (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE, (X6) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan.
Putaran kedua dilakukan pada tingkat kriteria, seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.33 Daftar Kriteria Penilaian Kinerja Vendor


Kelompok Kriteria Kriteria
(Putaran 1) (Putaran 2)
(X1) Kualitas Dokumen QHSE (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
Plan (X1.2) HIRADC
(X1.3) Sasaran & Program QHSE
(X1.4) Struktur Organisasi
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
(X2) Implementasi QHSE (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Pre Job Activity (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
(X2.3) SIA & SIO / Lisensi
(X2.4) SKA & SKT
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
(X3) Implementasi QHSE (X3.1) Safety Induction
Tahap Work In Progress (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X3.4) Inspeksi QHSE
(X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
(X3.6) Housekeeping (5R)
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE
(X4) Komitmen Penanganan &
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
Penyelesaian Defect
(X5) Lagging Indicator Kinerja (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk
QHSE (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident,
Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
(X5) Dokumen Pendukung (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan

Proses assessment intensitas kepentingan kriteria dilakukan dengan mengacu pada


tata cara yang telah dijelaskan pada sub bab 3.4. Adapaun berdasarkan hasil assessment
yang telah dilakukan bersama ke 5 pakar, didapatkan hasil intensitas kepentingan
97

kriteria sebagai berikut.


Sebagai contoh pada Tabel 4.10, membandingkan antara kepentingan kriteria (X1)
Kualitas Dokumen QHSE Plan dengan (X2) Implementasi QHSE Tahap Pre Job
Activity. Pakar 1 dan 2 menjawab 1 yang artinya kedua kriteria sama pentingnya, Pakar
3 menjawab 7 yang artinya Kriteria (X1) sangat lebih penting dibanding Kriteria (X2),
Pakar 4 menjawab 1/5 atau 0,2 yang artinya Kriteria (X2) lebih penting dibanding
Kriteria (X1) dan Pakar 5 menjawab 1/4 atau 0,25 yang artinya nilai berada diantara
skala 3 dan 5, Kriteria (X2) sedikit lebih penting dibanding Kriteria (X1), metode ini
mengacu pada Tabel 3.9. Kemudian jawaban dari seluruh pakar digabungkan
menggunakan fungsi Geomean pada microsoft Excel 2013, sehingga didapatkan hasil
pada Tabel 4.9. Berikut ini merupakan Tabel hasil intensitas kepentingan kriteria.

Tabel 4.34 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 1 Kelompok Kriteria

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA


NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
1 X1 - X2 1,000 1,000 7,000 0,200 0,250 0,811
2 X1 - X3 1,000 4,000 0,143 0,143 0,125 0,400
3 X1 - X4 1,000 3,000 0,143 0,111 1,000 0,544
4 X1 - X5 1,000 0,333 0,143 0,333 0,167 0,305
5 X1 - X6 3,000 9,000 0,143 0,500 1,000 1,140
6 X2 - X3 1,000 0,167 3,000 0,333 0,111 0,450
7 X2 - X4 3,000 6,000 0,125 0,111 0,143 0,514
8 X2 - X5 1,000 0,167 0,143 1,000 0,125 0,312
9 X2 - X6 1,000 9,000 5,000 1,000 0,250 1,623
10 X3 - X4 3,000 3,000 1,000 1,000 9,000 2,408
11 X3 - X5 3,000 1,000 1,000 4,000 1,000 1,644
12 X3 - X6 3,000 9,000 5,000 9,000 2,000 4,755
13 X4 - X5 1,000 0,250 1,000 5,000 0,143 0,709
14 X4 - X6 1,000 8,000 5,000 9,000 0,333 2,605
15 X5 - X6 1,000 9,000 5,000 2,000 0,500 2,141

Tabel 4.35 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok


Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA X1


NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
1 X1.1 - X1.2 1,000 0,250 0,200 2,000 0,125 0,416
2 X1.1 - X1.3 4,000 0,167 0,143 2,000 0,111 0,463
3 X1.1 - X1.4 5,000 1,000 1,000 3,000 0,125 1,134
4 X1.1 - X1.5 4,000 0,500 0,250 2,000 0,143 0,678
98

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA X1


NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
5 X1.1 - X1.6 1,000 1,000 3,000 1,000 0,111 0,803
6 X1.1 - X1.7 1,000 0,500 0,500 1,000 0,111 0,488
7 X1.2 - X1.3 1,000 1,000 2,000 3,000 1,000 1,431
8 X1.2 - X1.4 4,000 6,000 5,000 3,000 7,000 4,789
9 X1.2 - X1.5 3,000 3,000 4,000 3,000 1,000 2,551
10 X1.2 - X1.6 0,500 0,500 2,000 0,333 0,111 0,450
11 X1.2 - X1.7 5,000 1,000 1,000 1,000 0,125 0,910
12 X1.3 - X1.4 4,000 2,000 2,000 2,000 0,167 1,398
13 X1.3 - X1.5 3,000 2,000 1,000 1,000 0,250 1,084
14 X1.3 - X1.6 3,000 0,500 0,250 0,250 0,111 0,401
15 X1.3 - X1.7 2,000 0,333 0,500 0,200 0,111 0,375
16 X1.4 - X1.5 1,000 0,200 0,500 0,500 8,000 0,833
17 X1.4 - X1.6 0,250 0,250 0,333 0,143 0,111 0,201
18 X1.4 - X1.7 0,500 0,250 0,250 0,167 0,111 0,225
19 X1.5 - X1.6 0,250 0,200 0,200 0,143 0,111 0,174
20 X1.5 - X1.7 0,500 0,200 0,500 1,000 0,111 0,354
21 X1.6 - X1.7 1,000 2,000 1,000 2,000 1,000 1,320

Tabel 4.36 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok


Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA X2


NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
1 X2.1 - X2.2 0,200 0,333 0,200 0,250 0,125 0,211
2 X2.1 - X2.3 0,250 4,000 0,250 0,333 0,111 0,392
3 X2.1 - X2.4 0,250 4,000 0,200 0,333 0,111 0,375
4 X2.1 - X2.5 0,200 0,250 2,000 1,000 0,125 0,416
5 X2.2 - X2.3 0,333 4,000 4,000 0,500 0,111 0,784
6 X2.2 - X2.4 0,200 4,000 3,000 0,500 0,111 0,668
7 X2.2 - X2.5 1,000 3,000 3,000 1,000 0,125 1,024
8 X2.3 - X2.4 0,333 0,500 1,000 1,000 0,111 0,450
9 X2.3 - X2.5 2,000 0,500 1,000 2,000 1,000 1,149
10 X2.4 - X2.5 5,000 4,000 1,000 2,000 1,000 2,091

Tabel 4.37 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok


Kriteria (X3) Impelemtasi QHSE Plan Tahap Work In Progress

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA X3


NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
1 X3.1 - X3.2 1,000 0,500 1,000 1,000 1,000 0,871
2 X3.1 - X3.3 0,143 0,200 0,125 0,200 0,333 0,189
3 X3.1 - X3.4 0,200 0,333 0,200 1,000 0,167 0,295
4 X3.1 - X3.5 1,000 2,000 1,000 1,000 1,000 1,149
5 X3.1 - X3.6 1,000 2,000 2,000 1,000 1,000 1,320
6 X3.1 - X3.7 4,000 2,000 3,000 3,000 4,000 3,104
99

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA X3


NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
7 X3.1 - X3.8 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
8 X3.1 - X3.9 0,167 0,200 0,200 0,167 0,250 0,194
9 X3.1 - X3.10 0,143 0,167 0,200 0,143 0,200 0,169
10 X3.2 - X3.3 0,143 0,200 0,125 0,143 0,333 0,176
11 X3.2 - X3.4 0,200 0,333 0,200 1,000 0,200 0,306
12 X3.2 - X3.5 1,000 3,000 1,000 1,000 1,000 1,246
13 X3.2 - X3.6 1,000 2,000 2,000 1,000 2,000 1,516
14 X3.2 - X3.7 5,000 3,000 3,000 3,000 1,000 2,667
15 X3.2 - X3.8 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
16 X3.2 - X3.9 0,167 0,200 0,200 0,167 0,250 0,194
17 X3.2 - X3.10 0,143 0,167 0,200 0,143 0,200 0,169
18 X3.3 - X3.4 4,000 6,000 5,000 5,000 1,000 3,594
19 X3.3 - X3.5 3,000 6,000 6,000 8,000 2,000 4,441
20 X3.3 - X3.6 4,000 4,000 6,000 8,000 3,000 4,704
21 X3.3 - X3.7 5,000 6,000 6,000 8,000 3,000 5,335
22 X3.3 - X3.8 5,000 6,000 5,000 5,000 5,000 5,186
23 X3.3 - X3.9 4,000 2,000 4,000 5,000 0,250 2,091
24 X3.3 - X3.10 3,000 2,000 3,000 2,000 0,250 1,552
25 X3.4 - X3.5 4,000 4,000 2,000 1,000 6,000 2,862
26 X3.4 - X3.6 1,000 2,000 3,000 1,000 6,000 2,048
27 X3.4 - X3.7 4,000 4,000 4,000 6,000 7,000 4,852
28 X3.4 - X3.8 1,000 4,000 5,000 1,000 6,000 2,605
29 X3.4 - X3.9 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,380
30 X3.4 - X3.10 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,380
31 X3.5 - X3.6 1,000 3,000 1,000 2,000 1,000 1,431
32 X3.5 - X3.7 2,000 2,000 2,000 3,000 1,000 1,888
33 X3.5 - X3.8 1,000 1,000 1,000 1,000 3,000 1,246
34 X3.5 - X3.9 0,333 0,500 0,333 0,200 0,333 0,326
35 X3.5 - X3.10 0,250 0,333 0,250 0,200 0,250 0,253
36 X3.6 - X3.7 2,000 2,000 1,000 2,000 1,000 1,516
37 X3.6 - X3.8 1,000 1,000 1,000 0,500 0,500 0,758
38 X3.6 - X3.9 0,250 0,200 0,250 0,200 0,167 0,211
39 X3.6 - X3.10 0,200 0,200 0,200 0,200 0,167 0,193
40 X3.7 - X3.8 0,250 0,250 0,200 0,250 0,333 0,253
41 X3.7 - X3.9 0,200 0,167 0,167 0,143 0,200 0,174
42 X3.7 - X3.10 0,167 0,167 0,167 0,143 0,167 0,162
43 X3.8 - X3.9 0,500 0,500 1,000 0,500 0,200 0,478
44 X3.8 - X3.10 0,333 0,500 1,000 0,500 0,167 0,425
45 X3.9 - X3.10 1,000 1,000 0,500 0,333 1,000 0,699

Tabel 4.38 Assessment Intensitas Kepentingan Putaran 2 Kelompok


Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE

INTENSITAS KEPENTINGAN KELOMPOK KRITERIA X5


100

NO KODE P1 P2 P3 P4 P5 GEOMEAN
1 X5.1 - X5.2 0,143 0,200 0,250 0,500 1,000 0,324
2 X5.1 - X5.3 0,200 0,333 1,000 1,000 4,000 0,768
3 X5.1 - X5.4 0,250 0,333 1,000 1,000 4,000 0,803
4 X5.1 - X5.5 3,000 5,000 5,000 2,000 6,000 3,898
5 X5.2 - X5.3 4,000 4,000 3,000 4,000 4,000 3,776
6 X5.2 - X5.4 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000
7 X5.2 - X5.5 5,000 6,000 5,000 5,000 8,000 5,697
8 X5.3 - X5.4 1,000 3,000 3,000 3,000 1,000 1,933
9 X5.3 - X5.5 4,000 5,000 5,000 4,000 4,000 4,373
10 X5.4 - X5.5 4,000 4,000 5,000 4,000 4,000 4,183

4.2.4. Analisis Proses Hirarki / Analytical Hierarchy Process (AHP)

Berdasarkan prinsip AHP sebagaimana dijelaskan pada sub bab 2.7, merupakan
suatu teori tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari
perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu. Perbandingan-perbandingan ini
dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar. Dalam hakikatnya AHP
memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan
ketergantungan diantara kelompok elemen strukturnya. Pada penelitian ini penentuan
bobot kriteria melalui prinsip AHP diperoleh dengan mentabulasikan hasil kuesioner
dalam bentuk matrik perbandingan berpasangan seperti terlihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 4.39 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 1 Kelompok Kriteria


MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN KELOMPOK KRITERIA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
X1 1,000 0,811 0,400 0,544 0,305 1,140
X2 1,234 1,000 0,450 0,514 0,312 1,623
X3 2,502 2,221 1,000 2,408 1,644 4,755
X4 1,838 1,947 0,415 1,000 0,709 2,605
X5 3,277 3,201 0,608 1,411 1,000 2,141
X6 0,877 0,616 0,210 0,384 0,467 1,000
TOTAL 10,728 9,796 3,084 6,261 4,437 13,264

Tabel 4.40 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1)


Kualitas Dokumen QHSE Plan
MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN KELOMPOK KRITERIA X1
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7
X1.1 1,000 0,416 0,463 1,134 0,678 0,803 0,488
X1.2 2,402 1,000 1,431 4,789 2,551 0,450 0,910
101

X1.3 2,162 0,699 1,000 1,398 1,084 0,401 0,375


X1.4 0,882 0,209 0,715 1,000 0,833 0,201 0,225
X1.5 1,476 0,392 0,922 1,201 1,000 0,174 0,354
X1.6 1,246 2,221 2,491 4,967 5,753 1,000 1,320
X1.7 2,048 1,099 2,667 2,825 2,825 0,758 1,000
TOTAL 11,215 6,035 9,690 17,315 14,723 3,787 4,672

Tabel 4.41 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2)


Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
MATRIKS PERBANDINGAN KELOMPOK KRITERIA X2
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5
X2.1 1,000 0,211 0,392 0,375 0,416
X2.2 4,743 1,000 0,784 0,668 1,024
X2.3 2,551 1,275 1,000 0,450 1,149
X2.4 2,667 1,496 2,221 1,000 2,091
X2.5 2,402 0,977 0,871 0,478 1,000
TOTAL 13,363 4,959 5,267 2,972 5,680

Tabel 4.42 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3)


Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress

MATRIKS PERBANDINGAN KELOMPOK KRITERIA X3


X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10
X3.1 1,000 0,871 0,189 0,295 1,149 1,320 3,104 1,000 0,194 0,169
X3.2 1,149 1,000 0,176 0,306 1,246 1,516 2,667 1,000 0,194 0,169
X3.3 5,305 5,674 1,000 3,594 4,441 4,704 5,335 5,186 2,091 1,552
X3.4 3,393 3,272 0,278 1,000 2,862 2,048 4,852 2,605 1,380 1,380
X3.5 0,871 0,803 0,225 0,349 1,000 1,431 1,888 1,246 0,326 0,253
X3.6 0,758 0,660 0,213 0,488 0,699 1,000 1,516 0,758 0,211 0,193
X3.7 0,322 0,375 0,187 0,530 0,530 0,660 1,000 0,253 0,174 0,162
X3.8 1,000 1,000 0,193 0,803 0,803 1,320 3,949 1,000 0,478 0,425
X3.9 1,000 5,144 0,478 3,064 3,064 4,743 5,753 2,091 1,000 0,699
X3.10 5,144 5,933 0,644 3,949 3,949 5,186 6,188 2,352 1,431 1,000
TOTAL 19,941 24,730 3,584 14,377 19,741 23,926 36,250 17,491 7,480 6,000
102

Tabel 4.43 Matriks Perbandingan Berpasangan Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5)


Lagging Indicator Kinerja QHSE
MATRIKS PERBANDINGAN KELOMPOK KRITERIA X5
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5
X5.1 1,000 0,324 0,768 0,803 3,898
X5.2 3,086 1,000 3,776 4,000 5,697
X5.3 1,303 0,265 1,000 1,933 4,373
X5.4 1,246 0,250 0,517 1,000 4,183
X5.5 0,257 0,176 0,229 0,239 1,000
TOTAL 6,891 2,014 6,290 7,975 19,151

Tahap berikutnya adalah proses normalisasi setiap kolom. Normalisasi setiap


kolom dilakukan dengan membagi setiap komponen (elemen kolom kriteria) dengan
1 ,00
totalnya masing-masing. Misalnya (lihat Tabel 4.15) untuk normalisasi kolom
10,728
X1 baris X1. Hasil dari proses normalisasi setiap kolom dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.

Tabel 4.44 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 1 Kelompok Kriteria


MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 JUMLAH
X1 0,093 0,083 0,087 0,069 0,086
0,130 0,547
X2 0,115 0,102 0,082 0,070 0,122
0,146 0,638
X3 0,233 0,227 0,385 0,370 0,358
0,324 1,898
X4 0,171 0,199 0,160 0,160 0,196
0,135 1,021
X5 0,305 0,327 0,225 0,225 0,161
0,197 1,442
X6 0,082 0,063 0,061 0,105 0,075
0,068 0,455
TOTAL
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 6,000

Tabel 4.45 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas
Dokumen QHSE Plan
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X1
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 JUMLAH
0,089 0,048 0,065 0,046 0,105
X1.1 0,069 0,212 0,634
0,214 0,148 0,277 0,173 0,195
X1.2 0,166 0,119 1,291
103

0,193 0,103 0,081 0,074 0,080


X1.3 0,116 0,106 0,752
0,079 0,074 0,058 0,057 0,048
X1.4 0,035 0,053 0,403
0,132 0,095 0,069 0,068 0,076
X1.5 0,065 0,046 0,551
0,111 0,257 0,287 0,391 0,282
X1.6 0,368 0,264 1,960
0,183 0,275 0,163 0,192 0,214
X1.7 0,182 0,200 1,409

TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 7,000

Tabel 4.46 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi
QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X2
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 JUMLAH
X2.1 0,075 0,043 0,074 0,126 0,073 0,391
X2.2 0,355 0,202 0,149 0,225 0,180 1,111
X2.3 0,191 0,257 0,190 0,152 0,202 0,992
X2.4 0,200 0,302 0,422 0,337 0,368 1,628
X2.5 0,180 0,197 0,165 0,161 0,176 0,879
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000

Tabel 4.47 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi
QHSE Plan Tahap Work In Progress
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X3
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 JUMLAH
X3.1 0,050 0,035 0,053 0,020 0,058 0,055 0,086 0,057 0,026 0,028
0,469
X3.2 0,058 0,040 0,049 0,021 0,063 0,063 0,074 0,057 0,026 0,028
0,480
X3.3 0,266 0,229 0,279 0,250 0,225 0,197 0,147 0,296 0,280 0,259
2,428
X3.4 0,170 0,132 0,078 0,070 0,145 0,086 0,134 0,149 0,184 0,230
1,377
X3.5 0,044 0,032 0,063 0,024 0,051 0,060 0,052 0,071 0,044 0,042
0,483
X3.6 0,038 0,027 0,059 0,034 0,035 0,042 0,042 0,043 0,028 0,032
0,381
X3.7 0,016 0,015 0,052 0,037 0,027 0,028 0,028 0,014 0,023 0,027
0,267
X3.8 0,050 0,040 0,054 0,056 0,041 0,055 0,109 0,057 0,064 0,071
0,597
X3.9 0,050 0,208 0,133 0,213 0,155 0,198 0,159 0,120 0,134 0,116
1,487
X3.10 0,258 0,240 0,180 0,275 0,200 0,217 0,171 0,134 0,191 0,167
2,032
TOTAL
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000
104

Tabel 4.48 Matriks Normalisasi Nilai Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging
Indicator Kinerja QHSE
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X5
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 JUMLAH
X5.1 0,145 0,161 0,122 0,101 0,204 0,732
X5.2 0,448 0,496 0,600 0,502 0,297 2,344
X5.3 0,189 0,131 0,159 0,242 0,228 0,950
X5.4 0,181 0,124 0,082 0,125 0,218 0,731
X5.5 0,037 0,087 0,036 0,030 0,052 0,243
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000

Setelah melakukan normalisasi setiap kolom dan mendapatkan total 1,00 untuk
masing-masing kolom maka tahap keempat adalah penentuan bobot atau nilai prioritas
setiap kriteria. Tabel 4.25 sampai Tabel 4.28 menampilkan jumlah dan bobot untuk
masing-masing kriteria.

Tabel 4.49 Nilai Bobot Putaran 1 Kelompok Kriteria


MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA BOBOT
X1 X2 X3 X4 X5 X6 JUMLAH LOKAL

X1 0,093 0,083 0,130 0,069


0,087 0,086 0,547 0,091
X2 0,115 0,102 0,146 0,070
0,082 0,122 0,638 0,106
X3 0,233 0,227 0,324 0,370
0,385 0,358 1,898 0,316
X4 0,171 0,199 0,135 0,160
0,160 0,196 1,021 0,170
X5 0,305 0,327 0,197 0,225
0,225 0,161 1,442 0,240
X6 0,082 0,063 0,068 0,105
0,061 0,075 0,455 0,076
TOTAL
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 6,000 1,000

Tabel 4.50 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE
Plan
BOBO
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X1 T
LOKAL
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 JUMLAH

X1.1 0,089 0,069 0,048 0,065 0,046 0,212 0,105 0,634 0,091
X1.2 1,291
105

BOBO
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X1 T
LOKAL
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 JUMLAH
0,214 0,166 0,148 0,277 0,173 0,119 0,195 0,184

X1.3 0,193 0,116 0,103 0,081 0,074 0,106 0,080 0,752 0,107

X1.4 0,079 0,035 0,074 0,058 0,057 0,053 0,048 0,403 0,058

X1.5 0,132 0,065 0,095 0,069 0,068 0,046 0,076 0,551 0,079

X1.6 0,111 0,368 0,257 0,287 0,391 0,264 0,282 1,960 0,280

X1.7 0,183 0,182 0,275 0,163 0,192 0,200 0,214 1,409 0,201

TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 7,000 1,000

Tabel 4.51 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan
Tahap Pre Job Activity
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X2 BOBOT
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 JUMLAH LOKAL
X2.1 0,075 0,043 0,074 0,126 0,073 0,391 0,078
X2.2 0,355 0,202 0,149 0,225 0,180 1,111 0,222
X2.3 0,191 0,257 0,190 0,152 0,202 0,992 0,198
X2.4 0,200 0,302 0,422 0,337 0,368 1,628 0,326
X2.5 0,180 0,197 0,165 0,161 0,176 0,879 0,176
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,000

Tabel 4.52 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan
Tahap Work In Progress
BOBO
T
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X3
LOKA
L
JUMLA
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10
H
X3.1
0,050 0,035 0,053 0,020 0,058 0,055 0,086 0,057 0,026 0,028 0,469 0,047
X3.2
0,058 0,040 0,049 0,021 0,063 0,063 0,074 0,057 0,026 0,028 0,480 0,048
X3.3
0,266 0,229 0,279 0,250 0,225 0,197 0,147 0,296 0,280 0,259 2,428 0,243
X3.4
0,170 0,132 0,078 0,070 0,145 0,086 0,134 0,149 0,184 0,230 1,377 0,138
X3.5
106

0,044 0,032 0,063 0,024 0,051 0,060 0,052 0,071 0,044 0,042 0,483 0,048
X3.6
0,038 0,027 0,059 0,034 0,035 0,042 0,042 0,043 0,028 0,032 0,381 0,038
X3.7
0,016 0,015 0,052 0,037 0,027 0,028 0,028 0,014 0,023 0,027 0,267 0,027
X3.8
0,050 0,040 0,054 0,056 0,041 0,055 0,109 0,057 0,064 0,071 0,597 0,060
X3.9
0,050 0,208 0,133 0,213 0,155 0,198 0,159 0,120 0,134 0,116 1,487 0,149
X3.10
0,258 0,240 0,180 0,275 0,200 0,217 0,171 0,134 0,191 0,167 2,032 0,203
TOTA
L 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000 1,000

Tabel 4.53 Nilai Bobot Putaran 2 Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja
QHSE
MATRIKS NORMALISASI NILAI KELOMPOK KRITERIA X5 BOBOT
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 JUMLAH LOKAL
X5.1 0,145 0,161 0,122 0,101 0,204 0,732 0,146
X5.2 0,448 0,496 0,600 0,502 0,297 2,344 0,469
X5.3 0,189 0,131 0,159 0,242 0,228 0,950 0,190
X5.4 0,181 0,124 0,082 0,125 0,218 0,731 0,146
X5.5 0,037 0,087 0,036 0,030 0,052 0,243 0,049
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,000

Sebelum menentukan bobot, terlebih dahulu ditentukan jumlah dengan


menjumlahkan matriks baris dari setiap kriteria (kiri ke kanan), untuk kriteria X1
dilakukan penjumlahan 0,093 + 0,083 + 0,130 + 0,087 + 0,069 + 0,089 = 0,547 (lihat
Tabel 4.25). Setelah mendapatkan jumlah, maka selanjutnya adalah penentuan bobot
yang didapat dari total masing-masing kriteria dibagi dengan jumlah kriteria dimana
jumlah kriteria yang digunakan disesuaikan dengan kriteria pada masing-masing
kelompok kriteria, untuk kriteria X1 dengan jumlah 0,547 dibagi 6 dan hasilnya 0,091
(lihat Tabel 4.25). Setelah itu didapatkan bobot lokal sebesar 0,091. Bobot ini akan
diolah lebih lanjut pada penjelasan Tabel 4.39 untuk mendapatkan bobot global.
Selanjutnya dalam tahap uji konsistensi, hal pertama yang dilakukan adalah
mengalikan elemen pada kolom matriks hasil penggabungan lima responden (lihat
Tabel 4.15) dengan nilai bobot yang telah didapatkan (lihat Tabel 4.25). Hasil perkalian
tersebut menghasilkan eigen value yang ditampilkan pada Tabel 4.30. Kemudian hasil
tersebut dijumlahkan dan didapatkan nilai λ Max. Setelah memperoleh nilai λ Max
maka proses berikutnya dalam tahap uji konsistensi adalah dengan menentukan nilai CI
107

(Consistency Index) dengan rumus (2.1). Kemudian, ditentukan nilai CR (Consistency


Ratio) yang didapatkan dengan rumus (2.2). Hasilnya diperlihatkan pada Tabel 4.29.

Tabel 4.54 Nilai Uji Consistency Ratio Kelompok Kriteria

BOBOT EIGEN VALUE


PARAMETER
LOKAL (λ Max)
X1 0,091 0,978 CI 0,03
X2 0,106 1,041 RI 1,24
X3 0,316 0,975 CR 0,02
X4 0,170 1,065
KONSISTEN
X5 0,240 1,066
X6 0,076 1,005 CR <= 0,1 maka
TOTAL 1,000 6,132 Konsisten

Tabel 4.55 Nilai Uji Consistency Ratio Kelompok Kriteria


(X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan

BOBOT EIGEN VALUE


PARAMETER
LOKAL (λ Max)
X1.1 0,091 1,016 CI 0,05
X1.2 0,184 1,113 RI 1,32
X1.3 0,107 1,041 CR 0,04
X1.4 0,058 0,996
KONSISTEN
X1.5 0,079 1,158
X1.6 0,280 1,061
CR <= 0,1 maka
X1.7 0,201 0,940 Konsisten
TOTAL 1,000 7,326
Tabel 4.56 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X2)
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity

BOBOT EIGEN VALUE


PARAMETER
LOKAL (λ Max)
X2.1 0,078 1,046 CI 0,04
X2.2 0,222 1,102 RI 1,12
X2.3 0,198 1,045 CR 0,04
X2.4 0,326 0,967 KONSISTEN
X2.5 0,176 0,999 CR <= 0,1 maka
TOTAL 1,000 5,158 Konsisten

Tabel 4.57 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X3) Implementasi


QHSE Plan Tahap Work In Progress
108

BOBOT EIGEN VALUE


PARAMETER
LOKAL (λ Max)
X3.1 0,047 0,935 CI 0,13
X3.2 0,048 1,186 RI 1,49
X3.3 0,243 0,870 CR 0,09
X3.4 0,138 1,980
KONSISTEN
X3.5 0,048 0,953
X3.6 0,038 0,911
X3.7 0,027 0,968
X3.8 0,060 1,044 CR <= 0,1 maka
X3.9 0,149 1,112 Konsisten
X3.10 0,203 1,219
TOTAL 1,000 11,179

Tabel 4.58 Nilai Consistency Ratio Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator
Kinerja QHSE

BOBOT EIGEN VALUE


PARAMETER
LOKAL (λ Max)
X5.1 0,146 1,009 CI 0,06
X5.2 0,469 0,944 RI 1,12
X5.3 0,190 1,195 CR 0,05
X5.4 0,146 1,166 KONSISTEN
X5.5 0,049 0,930 CR <= 0,1 maka
TOTAL 1,000 5,245 Konsisten

Hasil menunjukan bahwa nilai CR yang dihasilkan ≤ 0,1 maka rasio konsistensi
dari perhitungan tersebut dapat diterima (konsisten). Dari hasil pembobotan yang
dilakukan dapat dilihat bahwa kelompok kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan Tahap
Work In Progress merupakan kriteria paling penting dengan bobot 0,316 dan kriteria
dengan bobot terendah adalah kriteria (X6) Dokumen Pendukung dengan bobot 0,076.
Pada masing-masing kriteria, diberlakukan hal yang sama. Dengan melakukan pair wise
comparison pada kriteria tersebut, sehingga didapatkan urutan kriteria berdasarkan
besar bobotnya. Untuk kelopok kriteria yang hanya memiliki 1 kriteria, seperti (X4)
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect dan (X6) Dokumen Pendukung tidak
perlu dilakukan pair wise comparison lagi. Hasil lengkap bobot lokal dan ranking setiap
kriteria ditampilkan dalam Tabel 4.34.
109

Tabel 4.59 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 1


Kelompok Kriteria

BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X
Kualitas Dokumen QHSE Plan 9,12% 5
1
X
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity 10,63% 4
2
X
Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress 31,63% 1
3
X Komitmen Penanganan dan Penyelesaian Defect
17,01% 3
4 (Tindak Lanjut Perbaikan Temuan)
X
Lagging Indicator Kinerja QHSE 24,03% 2
5
X
Dokumen Pendukung (Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan) 7,58% 6
6
TOTAL 100,00%

Tabel 4.60 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan

BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X1.1 Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE 9,06% 5
X1.2 HIRADC 18,45% 3
X1.3 Sasaran & Program QHSE 10,75% 4
X1.4 Struktur Organisasi 5,75% 7
X1.5 Rencana Tanggap Darurat 7,87% 6
X1.6 Inspection Test Plan / ITP 28,00% 1
X1.7 Metode Pelaksanaan / Method Statement 20,13% 2
TOTAL 100,0%

Tabel 4.61 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity

BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X2.
Laporan Pemeriksaan Kesehatan
1 7,82% 5
X2.
Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
2 22,21% 2
X2.
SIA & SIO / Lisensi
3 19,83% 3
X2.
SKA & SKT
4 32,55% 1
X2.
Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
5 17,58% 4
TOTAL 100,00%
110

Tabel 4.62 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2 Kelompok
Kriteria (X3) Implementasi QHSE Plan Tahap Work In Progress

BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X3.1 Induksi K3L 4,69% 8
X3.2 Safety Talk & Tool Box Meeting 4,80% 7
X3.3 Izin Kerja & CSA (Construction Safety Analysis) 24,28% 1
X3.4 Inspeksi Mutu & K3L 13,77% 4
X3.5 Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja 4,83% 6
X3.6 Housekeeping (5R) 3,81% 9
X3.7 Penggunaan Material Ramah Lingkungan 2,67% 10
X3.8 Simulasi Tanggap Darurat 5,97% 5
X3.9 Rapat Koordinasi Mutu & K3L 14,87% 3
X3.10 Laporan Mutu & K3L 20,32% 2
TOTAL 100,00%

Tabel 4.63 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot dan Ranking Putaran 2


Kelompok Kriteria (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE

BOBOT
NILAI KRITERIA (AHP) RANKING
LOKAL
X5.
Laporan Non-Conformance Produk 14,64% 3
1
X5.
Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss) 46,87% 1
2
X5.
FR (Frequency Rate) 19,00% 2
3
X5.
SR (Severity Rate) 14,62% 4
4
X5.
Laporan Kerusakan Lingkungan 4,86% 5
5
TOTAL 100,00%

Bobot lokal pada perhitungan diatas diolah kembali untuk mendapatkan bobot global
yang secara general dapat digunakan untuk melakukan penilaian . Bobot global didpat dengan
mengalikan bobot lokal pada putaran pertama dengan bobot lokal pada puitaran kedua.
Berikut ini merupakan rekapitulasi bobot lokal dan bobot global yang digunakan, dapat
dilihat pada Tabel 4.39.
111

Tabel 4.64 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Bobot Lokal dan Bobot Global
Putaran ke-1 Putaran ke-2
Bobot
Kelompok Bobot Bobot Global
Kriteria
Kriteria Lokal Lokal
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE 9% 1%
(X1.2) HIRADC 18% 1%
(X1) Kualitas (X1.3) Sasaran & Program QHSE 11% 1%
Dokumen QHSE 9% (X1.4) Struktur Organisasi 6% 1%
Plan (X1.5) Rencana Tanggap Darurat 8% 1%
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP 28% 3%
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement 20% 2%
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan 8% 1%
(X2)
Implementasi (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja 22% 2%
QHSE Plan 11% (X2.3) SIA & SIO / Lisensi 20% 2%
Tahap Pre Job (X2.4) SKA & SKT 33% 3%
Activity
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) 18% 2%
(X3.1) Safety Induction 5% 1%
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting 5% 1%
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA 24% 8%
(X3) (X3.4) Inspeksi QHSE 14% 4%
Implementasi (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja 5% 2%
QHSE Tahap 32%
Work In (X3.6) Housekeeping (5R) 4% 1%
Progress (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan 3% 1%
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat 6% 2%
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE 15% 5%
(X3.10) Laporan QHSE 20% 6%
(X4) Komitmen
Penanganan &
17% (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan 100% 17%
Penyelesaian
Defect
(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk 15% 4%
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident,
(X5) Lagging 47% 11%
Near miss)
Indicator 24% (X5.3) Frequency Rate 19% 5%
Kinerja QHSE
(X5.4) Severity Rate 15% 4%
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan 5% 1%
(X6) Dokumen
7% (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan 100% 7%
Pendukung

4.2.5. Pembuatan Skala Penilaian dan Skala Hasil Evaluasi Akhir


Pembuatan skala penilaian dilakukan dengan mengkaji beberapa kajian pustaka
untuk menentukan pejelasan dari setiap skala penilaian. Kriteria pada Tabel 4.40
didapatkan melalui pendapat pakar yang telah divalidasi. Untuk skala penilaian yang
112

digunakan adalah skala likert 0-100 dengan 5 tingkatan kelipatan 25. Penyusunan skala
ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Musyahidah, 2018 tentang
Sistem Penilaian Dan Evaluasi Kinerja Supplier Terintegrasi Pada Perusahaan
Pembangkitan Listrik dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Usman, 2018
tentang Model Penilaian Kinerja Vendor Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil
Menengah.
Keterangan atau indikator dalam penyusunan skala nilai ini mengacu pada
Aplikasi CQSMS PT X sebelumnya, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen PUPR No 10 (2021). Masukan
ini disesuaikan dengan kebutuhan PT X dan merupakan tolak ukur yang dapat
digunakan PT X dalam mengukur kinerja vendornya.
Dalam Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X (2020) dan Prosedur
Bidang QHSE PT X (2020), dijelaskan cara mengukur variabel berikut. Karena sifatnya
dokumen, pengukuran didasarkan pada kelengkapan aspek yang ditinjau, kelengkapan
klausul, validitas dokumen (dinyatakan dengan tanda tangan pimpinan tertinggi
perusahaan), kemudahan isi dokumen untuk dipahami, jumlah partisipan, jangka waktu
penerapan, serta sosialisasi dokumen.
Dalam Permen PUPR No 10 (2021), dijelaskan contoh format laporan yang
merupakan standar dari pembuatan laporan yang dinilai. Hasil penyusunan skala
penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.40.

Tabel 4.65 Skala Penilaian


Kode Kriteria Skala Keterangan
X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan
Komitmen dan Kebijakan QHSE jelas, disosialisasikan, dan
100
ditandatangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan
Komitmen & Kebijakan QHSE dibuat dalam bahasa yang mudah
75 dipahami, tetapi tidak disosialisasikan dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan tertinggi perusahaan
Komitmen Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak lengkap, tetapi isinya mudah
Menejemen 50 dipahami, disosialisasikan, dan ditandatangani oleh pimpinan tertinggi
X1.1 dan perusahaan
Kebijakan Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak lengkap, isinya tidak mudah
QHSE 25 dipahami, tidak disosialisasikan, dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan tertinggi perusahaan

0 Tidak ada Komitmen dan Kebijakan QHSE secara tertulis

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
113

Kode Kriteria Skala Keterangan


PUPR No 10 (2021)
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap pekerjaan, mencakup
100
aspek keselamatan, kesehatan, lingkungan, dan publik
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap pekerjaan, minimal
75
mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada sebagian pekerjaan, minimal
50
mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
X1.2 HIRADC
Ada HIRADC yang diidentifikasi hanya untuk pekerjaan berisiko tinggi
25
saja, minimal mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
Tidak ada identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian dan
0
peluang HSE (HIRADC)
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE yang terukur, dan
100
disosialisasikan
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE yang terukur, tetapi tidak
75
disosialisasikan
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE tetapi tidak ada ukuran
50
Sasaran & parameternya, dan disosialisasikan
X1.3 Program
QHSE Terdapat sasaran dan program kerja QHSE tetapi tidak ada ukuran
25
parameternya, dan tidak disosialisasikan

0 Tidak ada sasaran dan program QHSE

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan penanggung jawab QHSE,
100
dan disosialisasikan
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan penanggung jawab QHSE,
75
tetapi tidak disosialisasikan
Ada struktur organisasi, tidak terdapat penanggung jawab QHSE, tetapi
50
disosialisasikan
Struktur
X1.4
Organisasi Ada struktur organisasi, tidak terdapat penanggung jawab QHSE, dan
25
tidak disosialisasikan

0 Tidak ada struktur organisasi

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya berisi: Informasi kondisi
darurat, Sarana dan prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
Rencana
darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur tindakan darurat,
X1.5 Tanggap 100
Prosedur koordinasi, Nomer telpon penting, Rencana pemulihan atau
Darurat
disebutkan mengacu pada prosedur tanggap darurat Pemberi Kerja (PT
X)
114

Kode Kriteria Skala Keterangan


Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya berisi: Informasi kondisi
darurat, Sarana dan prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
75 darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur tindakan darurat,
Prosedur koordinasi, Nomer telpon penting, tetapi tidak mencakup
rencana pemulihannya
Ada rencana tanggap darurat, tetapi isinya tidak lengkap atau tidak
50
sesuai dengan konteks jenis dan lokasi pekerjaan

25 Ada rencana tanggap darurat namun hanya disampaikan secara lisan

0 Tidak ada rencana tanggap darurat

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

100 Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan rujukan lengkap

Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan rujukan minimal sesuai


75
spesifikasi

50 Ada ITP tetapi hanya sebagian pekerjaan diidentifikasi


Inspection
X1.6 Test Plan /
ITP 25 Ada ITP tetapi tidak dilakukan identifikasi terhadap pekerjaan

0 Tidak ada Rencana Inspeksi dan Tes (ITP)

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci, dengan dokumentasi, dan
100 merujuk pada sumber, disertai dengan perhitungan teknis, jika
diperlukan
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci, dan merujuk pada sumber,
75
disertai dengan perhitungan teknis, jika diperlukan

Metode Metode pelaksanaan yang dibuat sangat sederhana, hanya berupa uraian
50
Pelaksanaan / pekerjaan dan merujuk pada sumber
X1.7
Method Metode pelaksanaan yang dibuat sangat sederhana, hanya berupa uraian
Statement 25
pekerjaan tanpa merujuk pada sumber

0 Tidak ada metode pelaksanaan

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
X2 Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
Lebih dari 80% pekerja dan staf dilengkapi dengan laporan pemeriksaan
Laporan 100
kesehatan pekerja (MCU)
X2.1 Pemeriksaan
Kesehatan 61% - 80% dari pekerja dan staf dilengkapi dengan laporan pemeriksaan
75
kesehatan pekerja (MCU)
115

Kode Kriteria Skala Keterangan


41% - 60% dari pekerja dan staf dilengkapi dengan laporan pemeriksaan
50
kesehatan pekerja (MCU)
21 - 40 % dari pekerja dan staf dilengkapi dengan laporan pemeriksaan
25
kesehatan pekerja (MCU)
0 - 20 % dari pekerja dan staf dilengkapi dengan laporan pemeriksaan
0
kesehatan pekerja (MCU)
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

100 Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk seluruh staf dan pekerja

Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk sebagian staf dan


75
pekerja

50 Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk seluruh staf


Jaminan
X2.2 Kesehatan
Tenaga Kerja 25 Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk sebagian staf saja

0 Tidak tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Seluruh peralatan kerja dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
100
yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh peralatan kerja dan operator dilengkapi
75
dengan SIA dan SIO yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh peralatan kerja dan operator dilengkapi
50
dengan SIA dan SIO yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
SIA & SIO /
X2.3
Lisensi Setidaknya 25 % dari seluruh peralatan kerja dan operator dilengkapi
25
dengan SIA dan SIO yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Tidak ada peralatan kerja dan operator yang dilengkapi dengan SIA dan
0
SIO yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
100
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA dan
75
SKT yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA dan
X2.4 SKA & SKT 50
SKT yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 25% dari seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA dan
25
SKT yang valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Tidak ada tenaga kerja yang dilengkapi dengan SKA dan SKT yang
0
valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
116

Kode Kriteria Skala Keterangan


Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Lebih dari 80% material dilengkapi dengan sertifikat material (mill
100
sheet, factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll)
61 - 80% dari material dilengkapi dengan sertifikat material (mill sheet,
75
factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll)
41 - 60% dari material dilengkapi dengan sertifikat material (mill sheet,
50
Sertifikat factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll)
Material
X2.5 (millsheet, 21 - 40% dari material dilengkapi dengan sertifikat material (mill sheet,
25
factory test, factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll)
dll) 0 - 20% dari material dilengkapi dengan sertifikat material (mill sheet,
0
factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll)
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

X3 Implementasi QHSE PlanTahap Work In Progress

100 Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan safety induction

75 61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety induction

50 41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety induction


Safety
X3.1
Induction
25 21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan safety induction

0 0 - 20% dari pekerja dan staf yang diberikan safety induction

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan safety talk & tool box
100
meeting

75 61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety talk & tool box meeting

50 41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety talk & tool box meeting
Safety Talk &
X3.2 Tool Box
Meeting 21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan safety talk & tool box
25
meeting
0 - 20% daeri pekerja dan staf yang diberikan safety talk & tool box
0
meeting
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
117

Kode Kriteria Skala Keterangan


Semua pekerjaan dilengkapi dengan Izin Kerja dan setiap pekerjaan
100
risiko tinggi dilampirkan CSA
Semua pekerjaan dilengkapi dengan Izin Kerja, tetapi hanya sebagian
75
pekerjaan risiko tinggi dilampirkan CSA
Izin Kerja & Hanya sebagian pekerjaan dilengkapi dengan Izin Kerja dan pekerjaan
50
CSA risiko tinggi tidak dilampirkan CSA
X3.3 (Construction
Safety 25 Izin Kerja dan CSA dibuat / diajukan tetapi tidak rutin
Analysis)
0 Tidak pernah mengajukan / membuat Izin Kerja dan CSA

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Quality inspection dilakukan sesuai tahapan (incoming, process, dan
finishing), dibuktikan dengan laporan inspeksi dan tindak lanjut
100 perbaikan ; Safety inspection dilakukan terhadap peralatan, unsafe
condition, dan unsafe action, dibuktikan dengan laporan inspeksi dan
tindak lanjut perbaikan
Quality inspection dilakukan sesuai tahapan (incoming, process, dan
finishing), tetapi tindak lanjut perbaikan tidak dilaporkan ; Safety
75
inspection dilakukan terhadap peralatan, unsafe condition, dan unsafe
action, tetapi tindak lanjut perbaikan tidak dilaporkan
Inspeksi
X3.4
QHSE Quality inspection dilakukan, ada laporan inspeksi tetapi tidak lengkap ;
50
Safety inspection dilakukan, ada laporan inspeksi tetapi tidak lengkap
Quality inspection dilakukan, tetapi tidak ada laporan inspeksi ; Safety
25
inspection dilakukan, tetapi tidak ada laporan inspeksi

0 Tidak pernah melakukan quality inspection dan safety inspection

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Tidak pernah mendapat memo/ teguran/ peringatan terkait pelanggaran
100
terhadap pemakaian APD & APK
Pernah mendapat memo/ teguran/peringatan terkait pelanggaran
75
terhadap pemakaian APD & APK (kurang dari 1x per 1 bulan)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan terkait pelanggaran
50
terhadap pemakaian APD & APK (lebih dari 1x per 1 bulan)
Alat
Pelindung Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan terkait pelanggaran
X3.5 Diri & Alat terhadap pemakaian APD & APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
25
Pelindung pelanggaran APD tidak menjadi penyebab terjadinya kecelakaan LTI
Kerja (kehilangan jam kerja)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan terkait pelanggaran
terhadap pemakaian APD & APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
0
pelanggaran APD menjadi penyebab terjadinya kecelakaan LTI
(kehilangan jam kerja)
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
118

Kode Kriteria Skala Keterangan

100 Nilai 5R > 80%

75 Nilai 5R 61 - 80%

50 Nilai 5R 41 - 60%
Housekeepin
X3.6
g (5R)
25 Nilai 5R 21 - 40%

0 Nilai 5R 0 - 20%

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Seluruh pekerjaan atau program menggunakan material ramah
100
lingkungan & lengkap MSDS
Setidaknya 75% pekerjaan atau program menggunakan material ramah
75
lingkungan lengkap MSDS
Setidaknya 50% pekerjaan atau program menggunakan material ramah
Penggunaan 50
lingkungan lengkap MSDS
Material
X3.7
Ramah Setidaknya 25% pekerjaan atau program menggunakan material ramah
Lingkungan 25
lingkungan lengkap MSDS
Tidak ada pekerjaan atau program penggunaan material ramah
0
lingkungan lengkap MSDS
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal) simulasi tanggap darurat
100 di tempat kerjanya yang lain (kantor), serta rutin mengikuti simulasi
tanggap darurat yang dilakukan oleh proyek

Memiliki dan melaksanakan program (jadwal) simulasi tanggap darurat


75
di tempat kerjanya yang lain (kantor)

Simulasi Memiliki dan melaksanakan program (jadwal) simulasi tanggap darurat


50
X3.8 Tanggap di tempat kerjanya yang lain (kantor) walaupun tidak rutin
Darurat Memiliki program (jadwal) simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
25
yang lain (kantor) tetapi belum terlaksana

0 Tdak memiliki program (jadwal) simulasi tanggap darurat

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

Rapat 100 Aktif mengikuti rapat kordinasi QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat
X3.9 Koordinasi
QHSE 75 Sering mengikuti rapat koordinasi QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat
119

Kode Kriteria Skala Keterangan

50 Jarang mengikuti rapat koordinasi QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat

Hanya 1 kali mengikuti rapat koordinasi QHSE sesuai jadwal/ undangan


25
rapat

0 Tidak pernah mengikuti rapat koordinasi QHSE

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

100 Menyampaikan laporan QHSE secara rutin dan tepat waktu

75 Menyampaikan laporan QHSE secara rutin tetapi sering terlambat

50 Laporan QHSE dibuat tetapi tidak rutin


X3.1 Laporan
0 QHSE
25 Laporan QHSE jarang dibuat

0 Tidak pernah membuat laporan QHSE

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
X4 Komitmen Penanganan dan Penyelesaian Defect
Bertanggung jawab penuh dan menindak lanjuti perbaikan terhadap
100
seluruh temuan / defect
Ada respon dan ada tindak lanjut perbaikan terhadap hampir seluruh
75
temuan / defect
Ada respon dan ada tindak lanjut perbaikan terhadap sebagian temuan /
Tindak 50
defect
Lanjut
X4.1
Perbaikan Ada respon namun tidak ditindak lanjuti untuk perbaikan temuan /
Temuan 25
defect
Tidak ada respon dan tidak ada tindak lanjut perbaikan terhadap temuan
0
/ defect
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE
Laporan non-conformance produk yang lengkap disampaikan secara
100
rutin dan tepat waktu

Laporan Laporan non-conformance produk yang lengkap disampaikan secara


75
Non- rutin tetapi sering terlambat
X5.1
Conformance Laporan non-conformance produk tidak dilampirkan dokumentasi
Produk* 50
disampaikan secara tidak rutin
Laporan non-conformance produk tidak dilampirkan dokumentasi dan
25
tidak disampaikan
120

Kode Kriteria Skala Keterangan

0 Tidak membuat laporan non-conformance produk

* Tingkat keparahan dan jumlah laporan non-conformance produk menjadi


pertimbangan
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Laporan kejadian kecelakaan yang lengkap disampaikan secara rutin
100
dan tepat waktu
Laporan kejadian kecelakaan yang lengkap disampaikan secara rutin
75
tetapi sering terlambat
Laporan kejadian kecelakaan setidaknya berisi identitas, kejadian,
Laporan 50
kronologi, dan tindakan yang diambil serta melampirkan dokumentasi
Kejadian
Kecelakaan Laporan kejadian kecelakaan setidaknya berisi identitas, kejadian,
X5.2 25
(Accident, kronologi, dan tindakan yang diambil
Incident,
Near miss)* 0 Tidak membuat laporan Kejadian Kecelakaan

*Tingkat keparahan dan jumlah terjadnya kejadian kecelakaan menjadi


pertimbangan
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

100 Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam interval waktu bulanan

75 Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam interval waktu 3 bulanan

50 Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam interval waktu 6 bulanan


FR
X5.3 (Frequency 25 Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam interval waktu tahunan
Rate)*

0 Perhitungan Frequency Rate tidak pernah dilakukan

* Hasil Perhitungan Frequency Rate menjadi pertimbangan


Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)

100 Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam interval waktu bulanan

75 Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam interval waktu 3 bulanan

SR (Severity
X5.4 50 Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam interval waktu 6 bulanan
Rate)*

25 Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam interval waktu tahunan

0 Perhitungan Severity Rate tidak pernah dilakukan


121

Kode Kriteria Skala Keterangan


* Hasil Perhitungan Severity Rate menjadi pertimbangan
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Membuat dan menyampaikan Laporan Kerusakan Lingkungan secara
100 rutin dan tepat waktu
Membuat dan menyampaikan Laporan Kerusakan Lingkungan secara
75 rutin tetapi sering terlambat
Laporan Kerusakan Lingkungan dibuat secara rutin tetapi tidak
50 disampaikan
Laporan
X5.5 Kerusakan Laporan Kerusakan Lingkungan jarang dibuat dan tidak disampaikan
Lingkungan* 25

Tidak pernah membuat laporan Kerusakan Lingkungan


0
* Tingkat kerusakan lingkungan menjadi pertimbangan
Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
X6 Dokumen Pendukung

100 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah > 81

75 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 61 - 80

50 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 41 - 60


Nilai Rata-
X6.1 rata Evaluasi
Triwulan 25 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 25 - 40

0 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah < 25

Sumber: Praktik Terbaik, Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang Pengadaan


Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Permen
PUPR No 10 (2021)
Selain skala penilaian, terdapat juga skala hasil evaluasi akhir yang akan
digunakan dalam mempermudah PT X dalam pengambilan keputusan terkait nilai akhir
kinerja vendor. Penyusunan skala hasil evaluasi akhir mengacu pada penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Usman, 2018 tentang Model Penilaian Kinerja Vendor
Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil Menengah. Tabel 4.41 adalah bentuk skala
hasil evaluasi akhir yang diusulkan.
Tabel 4.66 Skala Hasil Evaluasi Akhir
Sumber: Usman, 2018
Skala Hasil Evaluasi Akhir
No Skala Keterangan Catatan
1 > 75 - 100 Kinerja Sangat Baik Dipertahankan
122

Skala Hasil Evaluasi Akhir


No Skala Keterangan Catatan
2 > 50 - 75 Kinerja Baik Ditingkatkan
3 > 25 - 50 Kinerja Cukup Dipantau
3 0 - 25 Kinerja Buruk Diputus/ Blacklist

Catatan yang diberikan kepada setiap vendor disesuaikan dengan nilai akhir
kinerja yang didapatkan. Adapun rincian penjelasan dari setiap catatan adalah sebagai
berikut (Usman, 2018):
1. Dipertahankan, catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala nilai >
75 - 100 yang dapat dipastikan merupakan nilai tertinggi bagi vendor yang
memiliki kinerja terbaik dan sesuai dengan setiap kriteria yang dinilai. Vendor
dengan catatan dipertahankan menjadi vendor yang layak untuk dijadikan
prioritas dalam proses pengadaan selanjutnya dan diharapkan dapat tetap
mempertahankan kinerjanya.
2. Ditingkatkan, catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala nilai >
50 – 75 dimana vendor dengan hasil akhir dalam skala tersebut merupakan
tingkat tertinggi kedua dengan kinerja baik. Vendor dengan catatan ditingkatkan
menjadi vendor yang dapat diandalkan hanya saja perlu perbaikan dan
peningkatan dalam kinerjanya agar lebih baik.
3. Dipantau, Catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala nilai > 25 –
50 dimana vendor ini dikatakan memiliki kinerja yang cukup sehingga perlu
dilakukan pemantauan terhadap kinerja kedepannya. Vendor dengan catatan
dipantau menjadi vendor yang berada ditengah antara kinerja baik dan buruk
sehingga perlu dipantau untuk memastikan kinerjanya.
4. Diputus atau blacklist, catatan ini diberikan kepada vendor yang memiliki skala
nilai 0 - 25 yang dapat dipastikan merupakan nilai terendah bagi vendor yang
memiliki kinerja terburuk. Vendor dengan catatan diputus atau blacklist ini
merupakan vendor yang tidak akan lagi dijadikan sebagai penyedia dalam
pengadaan karena memiliki kinerja yang sangat buruk.

Setelah penyusunan skala nilai dan skala hasil evaluasi akhir, kemudian
dilakukan wawancara yang melibatkan lima orang pakar dari PT X untuk proses
validasi.
123

4.2.6. Validasi Model Penilaian Kinerja pada Evaluasi Akhir CQSMS


Model penilaian kinerja pada evaluasi akhir CQSMS ditampilkan dalam bentuk
formulir pada Tabel 4.43 yang berisikan kriteria penilaian, skala penilaian, keterangan/
indikator penilaian dan bobot penilaian. Bobot yang digunakan pada formulir penilaian
ini adalah bobot global yang diperoleh dari Analisis Hirarki Proses (AHP method) pada
penyususnan bobot (Tabel 4.cdcd). Didapatkan jumlah pakar dalam memvalidasi
kuesioner ini sebanyak lima orang pakar. Profil pakar yang didapatkan dari wawancara
dan kuesioner sebagai berikut.

Tabel 4.67 Data Profil Pakar pada Proses Validasi Model Penilaian Kinerja pada
Evaluasi Akhir CQSMS
No Jabatan/ Posisi di Perusahaan/ Proyek Tempat Pengalaman Pendidikan
Bekerja
1 Site QHSE Manager - PT X 6 Tahun S1
2 Project Manager - PT X 11 Tahun S1
3 QHSE Manager Unit Business - PT X 29 Tahun S1
4 QHSE Manager Corporate Office - PT X 30 Tahun S2
5 Lektor Kepala - Institusi Pendidikan 30 Tahun S3

Melalui survei kuesioner secara wawancara, pakar diminta untuk memvalidasi


model penilaian kinerja pada evaluasi akhir CQSMS. Secara umum hasil dari validasi
dapat diterima oleh masing – masing pakar. Adapun data – data yang divalidasi oleh
masing – masing pakar sebagai berikut:

Tabel 4.68 Validasi Model Penilaian Kinerja Mutu dan K3L Vendor oleh Pakar
Bobot Pendapat Pakar
Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan
Komitmen dan Kebijakan QHSE jelas,
100 disosialisasikan, dan ditandatangani oleh pimpinan
tertinggi perusahaan
Komitmen & Kebijakan QHSE dibuat dalam
bahasa yang mudah dipahami, tetapi tidak
Komitmen 75
disosialisasikan dan tidak ditandatangani oleh
Menejemen dan pimpinan tertinggi perusahaan
X1.1 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Kebijakan Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak lengkap,
QHSE tetapi isinya mudah dipahami, disosialisasikan,
50
dan ditandatangani oleh pimpinan tertinggi
perusahaan
Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak lengkap,
25
isinya tidak mudah dipahami, tidak
124

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
disosialisasikan, dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan tertinggi perusahaan
Tidak ada Komitmen dan Kebijakan QHSE secara
0
tertulis
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap
100 pekerjaan, mencakup aspek keselamatan,
kesehatan, lingkungan, dan publik
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap
75 pekerjaan, minimal mencakup aspek keselamatan
dan kesehatan
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada sebagian
50 pekerjaan, minimal mencakup aspek keselamatan
dan kesehatan
X1.2 HIRADC Ada HIRADC yang diidentifikasi hanya untuk 1% Ya Ya Ya Ya Ya
25 pekerjaan berisiko tinggi saja, minimal mencakup
aspek keselamatan dan kesehatan

Tidak ada identifikasi bahaya, penilaian risiko,


0
pengendalian dan peluang HSE (HIRADC)
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE yang
100
terukur, dan disosialisasikan

Terdapat sasaran dan program kerja QHSE yang


75
terukur, tetapi tidak disosialisasikan

Terdapat sasaran dan program kerja QHSE tetapi


50 tidak ada ukuran parameternya, dan
disosialisasikan
Sasaran &
X1.3 Terdapat sasaran dan program kerja QHSE tetapi 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Program QHSE
25 tidak ada ukuran parameternya, dan tidak
disosialisasikan

0 Tidak ada sasaran dan program QHSE

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan
100
penanggung jawab QHSE, dan disosialisasikan

Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan


75 penanggung jawab QHSE, tetapi tidak
disosialisasikan

Ada struktur organisasi, tidak terdapat penanggung


50
jawab QHSE, tetapi disosialisasikan
Struktur
X1.4 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Organisasi
Ada struktur organisasi, tidak terdapat penanggung
25
jawab QHSE, dan tidak disosialisasikan

0 Tidak ada struktur organisasi

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
125

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
Terbaik
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya
berisi: Informasi kondisi darurat, Sarana dan
prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur
100
tindakan darurat, Prosedur koordinasi, Nomer
telpon penting, Rencana pemulihan atau
disebutkan mengacu pada prosedur tanggap
darurat Pemberi Kerja (PT X)
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya
berisi: Informasi kondisi darurat, Sarana dan
prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
75 darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur
tindakan darurat, Prosedur koordinasi, Nomer
Rencana telpon penting, tetapi tidak mencakup rencana
X1.5 Tanggap pemulihannya 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Darurat Ada rencana tanggap darurat, tetapi isinya tidak
50 lengkap atau tidak sesuai dengan konteks jenis dan
lokasi pekerjaan

Ada rencana tanggap darurat namun hanya


25
disampaikan secara lisan

0 Tidak ada rencana tanggap darurat

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan rujukan
100
lengkap

Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan rujukan


75
minimal sesuai spesifikasi

Ada ITP tetapi hanya sebagian pekerjaan


50
diidentifikasi
Inspection Test
X1.6 3% Ya Ya Ya Ya Ya
Plan / ITP Ada ITP tetapi tidak dilakukan identifikasi
25
terhadap pekerjaan

0 Tidak ada Rencana Inspeksi dan Tes (ITP)

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci, dengan
100 dokumentasi, dan merujuk pada sumber, disertai
dengan perhitungan teknis, jika diperlukan
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci, dan
75 merujuk pada sumber, disertai dengan perhitungan
teknis, jika diperlukan
Metode pelaksanaan yang dibuat sangat sederhana,
Metode 50 hanya berupa uraian pekerjaan dan merujuk pada
Pelaksanaan / sumber
X1.7 2% Ya Ya Ya Ya Ya
Method Metode pelaksanaan yang dibuat sangat sederhana,
Statement 25 hanya berupa uraian pekerjaan tanpa merujuk pada
sumber

0 Tidak ada metode pelaksanaan

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
126

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
X2 Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity

Lebih dari 80% pekerja dan staf dilengkapi dengan


100
laporan pemeriksaan kesehatan pekerja (MCU)

61% - 80% dari pekerja dan staf dilengkapi


75 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja
(MCU)
41% - 60% dari pekerja dan staf dilengkapi
50 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja
Laporan (MCU)
X2.1 Pemeriksaan 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Kesehatan 21 - 40 % dari pekerja dan staf dilengkapi dengan
25
laporan pemeriksaan kesehatan pekerja (MCU)

0 - 20 % dari pekerja dan staf dilengkapi dengan


0
laporan pemeriksaan kesehatan pekerja (MCU)
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
100
seluruh staf dan pekerja

Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk


75
sebagian staf dan pekerja

Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk


50
seluruh staf
Jaminan
X2.2 Kesehatan 2% Ya Ya Ya Ya Ya
Tenaga Kerja Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
25
sebagian staf saja

0 Tidak tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Seluruh peralatan kerja dan operator dilengkapi
100 dengan SIA dan SIO yang valid (sesuai dengan
regulasi yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh peralatan kerja dan
75 operator dilengkapi dengan SIA dan SIO yang
valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh peralatan kerja dan
50 operator dilengkapi dengan SIA dan SIO yang
valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
SIA & SIO /
X2.3 Setidaknya 25 % dari seluruh peralatan kerja dan 2% Ya Ya Ya Ya Ya
Lisensi
25 operator dilengkapi dengan SIA dan SIO yang
valid (sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Tidak ada peralatan kerja dan operator yang
0 dilengkapi dengan SIA dan SIO yang valid (sesuai
dengan regulasi yang berlaku)
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA dan
X2.4 SKA & SKT 100 SKT yang valid (sesuai dengan regulasi yang 3% Ya Ya Ya Ya Ya
berlaku)
127

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
Setidaknya 75% dari seluruh tenaga kerja
75 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh tenaga kerja
50 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 25% dari seluruh tenaga kerja
25 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Tidak ada tenaga kerja yang dilengkapi dengan
0 SKA dan SKT yang valid (sesuai dengan regulasi
yang berlaku)
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Lebih dari 80% material dilengkapi dengan
100 sertifikat material (mill sheet, factory test, hasil uji
lab, certificate of origin, dll)
61 - 80% dari material dilengkapi dengan sertifikat
75 material (mill sheet, factory test, hasil uji lab,
certificate of origin, dll)
41 - 60% dari material dilengkapi dengan sertifikat
50 material (mill sheet, factory test, hasil uji lab,
Sertifikat
certificate of origin, dll)
Material
X2.5 21 - 40% dari material dilengkapi dengan sertifikat 2% Ya Ya Ya Ya Ya
(millsheet,
factory test, dll) 25 material (mill sheet, factory test, hasil uji lab,
certificate of origin, dll)
0 - 20% dari material dilengkapi dengan sertifikat
0 material (mill sheet, factory test, hasil uji lab,
certificate of origin, dll)
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
X3 Implementasi QHSE PlanTahap Work In Progress

Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan safety


100
induction

61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety


75
induction

41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety


50
induction
X3.1 Safety Induction 1% Ya Ya Ya Ya Ya
21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan
25
safety induction

0 - 20% dari pekerja dan staf yang diberikan safety


0
induction
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan safety
100
talk & tool box meeting

Safety Talk &


61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety talk
X3.2 Tool Box 75 1% Ya Ya Ya Ya Ya
& tool box meeting
Meeting

41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety talk


50
& tool box meeting
128

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan
25
safety talk & tool box meeting

0 - 20% daeri pekerja dan staf yang diberikan


0
safety talk & tool box meeting
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Semua pekerjaan dilengkapi dengan Izin Kerja dan
100
setiap pekerjaan risiko tinggi dilampirkan CSA

Semua pekerjaan dilengkapi dengan Izin Kerja,


75 tetapi hanya sebagian pekerjaan risiko tinggi
dilampirkan CSA
Hanya sebagian pekerjaan dilengkapi dengan Izin
50 Kerja dan pekerjaan risiko tinggi tidak
Izin Kerja &
dilampirkan CSA
CSA
X3.3 8% Ya Ya Ya Ya Ya
(Construction Izin Kerja dan CSA dibuat / diajukan tetapi tidak
Safety Analysis) 25
rutin

Tidak pernah mengajukan / membuat Izin Kerja


0
dan CSA
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Quality inspection dilakukan sesuai tahapan
(incoming, process, dan finishing), dibuktikan
dengan laporan inspeksi dan tindak lanjut
100 perbaikan ; Safety inspection dilakukan terhadap
peralatan, unsafe condition, dan unsafe action,
dibuktikan dengan laporan inspeksi dan tindak
lanjut perbaikan
Quality inspection dilakukan sesuai tahapan
(incoming, process, dan finishing), tetapi tindak
lanjut perbaikan tidak dilaporkan ; Safety
75
inspection dilakukan terhadap peralatan, unsafe
condition, dan unsafe action, tetapi tindak lanjut
perbaikan tidak dilaporkan
X3.4 Inspeksi QHSE 4% Ya Ya Ya Ya Ya
Quality inspection dilakukan, ada laporan inspeksi
50 tetapi tidak lengkap ; Safety inspection dilakukan,
ada laporan inspeksi tetapi tidak lengkap
Quality inspection dilakukan, tetapi tidak ada
25 laporan inspeksi ; Safety inspection dilakukan,
tetapi tidak ada laporan inspeksi

Tidak pernah melakukan quality inspection dan


0
safety inspection
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Tidak pernah mendapat memo/ teguran/ peringatan
100 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD &
APK
Pernah mendapat memo/ teguran/peringatan
Alat Pelindung 75 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD &
X3.5 Diri & Alat APK (kurang dari 1x per 1 bulan) 2% Ya Ya Ya Ya Ya
Pelindung Kerja
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
50 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD &
APK (lebih dari 1x per 1 bulan)
25 Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
129

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD &
APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
pelanggaran APD tidak menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan LTI (kehilangan jam kerja)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD &
0 APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
pelanggaran APD menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan LTI (kehilangan jam kerja)
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik

100 Nilai 5R > 80%

75 Nilai 5R 61 - 80%

50 Nilai 5R 41 - 60%
Housekeeping
X3.6 1% Ya Ya Ya Ya Ya
(5R)
25 Nilai 5R 21 - 40%

0 Nilai 5R 0 - 20%

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Seluruh pekerjaan atau program menggunakan
100
material ramah lingkungan

Setidaknya 75% pekerjaan atau program


75
menggunakan material ramah lingkungan

Setidaknya 50% pekerjaan atau program


50
menggunakan material ramah lingkungan
Penggunaan
X3.7 Material Ramah 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Lingkungan Setidaknya 25% pekerjaan atau program
25
menggunakan material ramah lingkungan

Tidak ada pekerjaan atau program penggunaan


0
material ramah lingkungan
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya yang
100
lain (kantor), serta rutin mengikuti simulasi
tanggap darurat yang dilakukan oleh proyek
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
Simulasi 75 simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya yang
X3.8 Tanggap lain (kantor) 2% Ya Ya Ya Ya Ya
Darurat
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
50 simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya yang
lain (kantor) walaupun tidak rutin
Memiliki program (jadwal) simulasi tanggap
25 darurat di tempat kerjanya yang lain (kantor) tetapi
belum terlaksana
130

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
Tdak memiliki program (jadwal) simulasi tanggap
0
darurat
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Aktif mengikuti rapat kordinasi QHSE sesuai
100
jadwal/ undangan rapat

Sering mengikuti rapat koordinasi QHSE sesuai


75
jadwal/ undangan rapat

Jarang mengikuti rapat koordinasi QHSE sesuai


50
jadwal/ undangan rapat
Rapat
X3.9 Koordinasi 5% Ya Ya Ya Ya Ya
QHSE Hanya 1 kali mengikuti rapat koordinasi QHSE
25
sesuai jadwal/ undangan rapat

0 Tidak pernah mengikuti rapat koordinasi QHSE

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Menyampaikan laporan QHSE secara rutin dan
100
tepat waktu

Menyampaikan laporan QHSE secara rutin tetapi


75
sering terlambat

50 Laporan QHSE dibuat tetapi tidak rutin

X3.10 Laporan QHSE 6% Ya Ya Ya Ya Ya


25 Laporan QHSE jarang dibuat

0 Tidak pernah membuat laporan QHSE

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
X4 Komitmen Penanganan dan Penyelesaian Defect

Bertanggung jawab penuh dan menindak lanjuti


100
perbaikan terhadap seluruh temuan / defect

Ada respon dan ada tindak lanjut perbaikan


75
terhadap hampir seluruh temuan / defect

Ada respon dan ada tindak lanjut perbaikan


50
Tindak Lanjut terhadap sebagian temuan / defect
X4.1 Perbaikan 17% Ya Ya Ya Ya Ya
Temuan Ada respon namun tidak ditindak lanjuti untuk
25
perbaikan temuan / defect

Tidak ada respon dan tidak ada tindak lanjut


0
perbaikan terhadap temuan / defect

Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT


X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
131

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
Terbaik
X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE

Laporan non-conformance produk yang lengkap


100
disampaikan secara rutin dan tepat waktu

Laporan non-conformance produk yang lengkap


75
disampaikan secara rutin tetapi sering terlambat

Laporan non-conformance produk tidak


50 dilampirkan dokumentasi disampaikan secara
tidak rutin
Laporan Non-
X5.1 Conformance Laporan non-conformance produk tidak 4% Ya Ya Ya Ya Ya
25
Produk* dilampirkan dokumentasi dan tidak disampaikan

0 Tidak membuat laporan non-conformance produk

* Tingkat keparahan dan jumlah laporan non-conformance


produk menjadi pertimbangan
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Laporan kejadian kecelakaan yang lengkap
100
disampaikan secara rutin dan tepat waktu

Laporan kejadian kecelakaan yang lengkap


75
disampaikan secara rutin tetapi sering terlambat

Laporan kejadian kecelakaan setidaknya berisi


50 identitas, kejadian, kronologi, dan tindakan yang
Laporan
diambil serta melampirkan dokumentasi
Kejadian
Kecelakaan Laporan kejadian kecelakaan setidaknya berisi
X5.2 25 identitas, kejadian, kronologi, dan tindakan yang 11% Ya Ya Ya Ya Ya
(Accident,
Incident, Near diambil
miss)*
0 Tidak membuat laporan Kejadian Kecelakaan

*Tingkat keparahan dan jumlah terjadnya kejadian


kecelakaan menjadi pertimbangan
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam
100
interval waktu bulanan

Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam


75
interval waktu 3 bulanan

Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam


50
interval waktu 6 bulanan

FR (Frequency Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam


X5.3 25 5% Ya Ya Ya Ya Ya
Rate)* interval waktu tahunan

Perhitungan Frequency Rate tidak pernah


0
dilakukan

* Hasil Perhitungan Frequency Rate menjadi pertimbangan


Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
132

Bobot Pendapat Pakar


Kode Kriteria Skala Keterangan Global
(%) 1 2 3 4 5
Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam
100
interval waktu bulanan

Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam


75
interval waktu 3 bulanan

Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam


50
interval waktu 6 bulanan

SR (Severity Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam


X5.4 25 4% Ya Ya Ya Ya Ya
Rate)* interval waktu tahunan

0 Perhitungan Severity Rate tidak pernah dilakukan

* Hasil Perhitungan Severity Rate menjadi pertimbangan


Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
Membuat dan menyampaikan Laporan Kerusakan
Lingkungan secara rutin dan tepat waktu
100
Membuat dan menyampaikan Laporan Kerusakan
Lingkungan secara rutin tetapi sering terlambat
75
Laporan Kerusakan Lingkungan dibuat secara
rutin tetapi tidak disampaikan
50
Laporan
X5.5 Kerusakan Laporan Kerusakan Lingkungan jarang dibuat dan 1% Ya Ya Ya Ya Ya
Lingkungan* tidak disampaikan
25
Tidak pernah membuat laporan Kerusakan
Lingkungan
0
* Tingkat kerusakan lingkungan menjadi pertimbangan
Sumber: Permen PUPR No 10 (2021), Aplikasi CQSMS PT
X, Prosedur Bidang Pengadaan Barang dan Jasa PT X
(2020), Prosedur Bidang QHSE PT X (2020), Praktik
Terbaik
X6 Dokumen Pendukung

100 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah > 81

Nilai Rata-rata
X6.1 Evaluasi 75 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 61 - 80 7% Ya Ya Ya Ya Ya
Triwulan

50 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 41 - 60

25 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 25 - 40

0 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah < 25

Sumber: Aplikasi CQSMS PT X, Prosedur Bidang


Pengadaan Barang dan Jasa PT X (2020), Prosedur Bidang
QHSE PT X (2020), Praktik Terbaik
133

4.3. Pengumpulan dan Analisis Data Tahap 3


Pengumpulan data tahap 3 dilakukan untuk mengetahui jawaban atas research
question ke-tiga (RQ 3), yaitu aplikasi model sistem penilaian baru yang telah disusun.
Pengumpulan data tahap 3 ini dilakukan melalui penilaian kinerja vendor menggunakan
model sistem penilaian baru pada proses evaluasi CQSMS. Selanjutnya dilakukan
analisis pada hasil penilaian baru terhadap hasil penilaian yang telah berjalan di PT X.

4.3.1 Assessment Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi CQSMS


Pengumpulan data tahap 3 dilakukan untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja
vendor menggunakan model sistem penilaian baru. Dalam penerapan model sistem
penilaian baru yang telah dihasilkan, assessment ini dilakukan oleh Project Manager
dan Site QHSE Manager, yang diminta melakukan assessment terhadap 10 sample
vendor dengan bidang usaha vendor yang bekerja pada proyek sample penelitian. Proses
pengumpulan data dalam menilai kinerja vendor ini dilakukan melalui formulir
penilaian kinerja vendor dalam sebuah pada proses evaluasi CQSMS. Assessment ini
dilakukan oleh pihak yang bersinggungan langsung dengan sample vendor tersebut yatu
Project Manager Project Y PT X dan Site QHSE Manager Project Y PT X. Data dari
kedua assessor dapat dilihat pada Tabel 4.44.
Tabel 4.69 Data Profil Assessor pada Proses Simulasi Penilaian Ulang Menggunakan
Model Sistem Penilaian Kinerja Vendor Baru

Pengalaman
No Kode Jabatan Instansi
Kerja
1 P1 QHSE Manager Project Y PT X 6 Tahun
2 P2 Project Manager Project Y PT X 11 Tahun

4.3.2 Analisis Hasil Assessment Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi CQSMS
Setelah melakukan assessment pada 10 sample vendor, maka selanjutnya adalah
proses perhitungan nilai akhir setiap vendor. Angka ini merupaan jumlah dari masing-
masing hasil perhitungan nilai yang diberikan dikalikan bobot lokal dan bobot global.
Nilai akhir dari masing-masing sample vendor dapat dilihat pada Tabel 4.45.
Tabel 4.70 Rekapitulasi Nilai Akhir Penilaian Kinerja Vendor pada Proses Evaluasi
CQSMS

N Nama Jumlah
Nama Pekerjaan Keterangan Catatan
o Vendor Nilai
134

1 PT A Pek. Erection Steel Box Girder 72,23 Kinerja Baik Ditingkatkan


Pek. Lapis Pondasi Agregat
2 PT B 73,37 Kinerja Baik Ditingkatkan
Base A
3 PT C Pek. Borrow Material Padat 71,41 Kinerja Baik Ditingkatkan
Pek. Pengadaan & Pemasangan
4 PT D 64,23 Kinerja Baik Ditingkatkan
Guardrail
5 PT E Pek. Soil Test Pits 72,93 Kinerja Baik Ditingkatkan
Pek. Timbunan dan Pemadatan
6 PT F 71,76 Kinerja Baik Ditingkatkan
Granular & Brangkal
Pek. Timbunan dan Galian
7 PT G 73,84 Kinerja Baik Ditingkatkan
Tanah
Pek. Expansion Joint Tipe
8 PT H 74,34 Kinerja Baik Ditingkatkan
Strip Seal
9 PT I Pek. Borepile 71,31 Kinerja Baik Ditingkatkan
Pek. Relokasi Kabel
10 PT J 74,18 Kinerja Baik Ditingkatkan
Transportasi

Berdasarkan hasil perhitungan nilai akhir kinerja 10 sample vendor dari sample
Project Y PT X seperti yang terlihat pada Tabel 4.40, maka didapatkan hasil bahwa
seluruh vendor mendapatkan nilai yang berada dalam keterangan skala “Kinerja Baik”
dan dengan catatan “Ditingkatkan”.
135

5. BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai temuan yang didapat dan dianalisis secara lebih
mendetail dengan kajian literatur dan pembahasan secara komprehensif. Adapun
temuan dan pembahasan yang dilakukan merupakan hasil yang didapatkan pada Bab 4
dengan menjawab keempat research question pada penelitian ini, yaitu:
1. RQ 1: Bagaimana proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di
PT X?
2. RQ 2: Apa saja variabel pada tahap evaluasi akhir CQSMS yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L konstruksi rekanan penyedia barang
dan jasa di PT X?
3. RQ 3: Bagaimana cara mengembangkan sistem penilaian pada tahap evaluasi
akhir CQSMS untuk meningkatkan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia
barang dan jasa di PT X?

5.1. Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS di PT X


Pada RQ 1, output yang diharapkan yaitu berupa alur proses pengadaan barang
dan jasa menggunakan CQSMS di PT X dilakukan analisis arsip terhadap Dokumen
Prosedur PT X dan validasi alur proses pengadaan barang dan jasa di PT X oleh pakar.
136

Validasi pakar yang dilakukan melalui wawancara dan survei kuesioner. Tahap
wawancara dan survei kuesioner pakar adalah proses mendapatkan opini dari pihak
yang memiliki keahlian dan berpengalaman terkait dengan bidang yang dimaksudkan
serta direkomendasikan dan berpengalaman. Dari hasil wawancara tersebut, dapat
divalidasi alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X yang
dapat dilihat pada Gambar 5.1
Dari hasil validasi pakar terhadap alur proses pengadaan barang dan jasa
menggunakan CQSMS di PT X dibagi menjadi 2 Fase dan 7 Tahap yaitu :
 Administration Phase
1. Risk Assessment
2. Prequalification
3. Selection
4. Contract Award
 Implementation Phase
5. Pre-Job Activity
6. Work In Progress
7. Final Evaluation
Temuan ini secara umum sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Basri, 2017 tentang Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS)
Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektivitasnya Terhadap Kinerja Safety
Kontraktor Di PT Vale Indonesia. Dijelaskan bahwa adanya 7 langkah dalam proses
pelaksaan CSMS sesuai PT Vale Indonesia CSMS Guideline (2013), yakni: (1) Pra-
kualifikasi, (2) Persiapan kontrak, (3) Pemilihan kontraktor, (4) Penetapan pemenang
kontrak, (5) Orientasi dan pelatihan, (6) Mengelola pekerjaan, (7) Evaluasi berkala.
Dijelaskan juga dalam penelitian Wardhani (2022) tentang Implementation of
Contractor Safety Management System as a Requirement for Partners at a
Petrochemical Company, dimana penelitian ini menemukan 6 tahapan dari CSMS yaitu:
(1) Identification and Risk Assessment, (2) Prequalification, (3) Selection, (4) Initial
Work Stage, (5) Assessment Phase during Work in Progress, (6) Final Job Assessment
Stage.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalina & Larasati (2020) tentang The
Implementation of Contractor Management System to Prevent Work Accidents at Coal
137

Mining Company, dengan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai


variabelnya, dimana penelitian ini menjelaskan tentang kegiatan CSMS di perusahaan
tambang batu bara telah dilakukan secara rutin dan sistematis dengan 6 tahapan yaitu:
(1) risk assessment, (2) pre-qualification, (3) qualification, (4) pre-work, (5) monitoring
and evaluation.
Perbedaan terjadi pada tahap Contract award atau Penetapan pemenang kontrak,
yang tidak dimuat pada penelitian Wardhani (2022) dan Amalina & Larasati (2020)
Meskipun begitu, penjelasan untuk tahap Contract award atau Penetapan pemenang
kontrak ini tetap dimuat pada seluruh penelitian terdahulu yang ditemukan. Sehingga
temuan proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X ini sudah
sejalan dengan penelitian terdahulu.
138

Gambar 5.14 Alur Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS
139

Berdasarkan Dokumen Prosedur PT X Bidang Pengadaan Barang dan Jasa,


terlihat pada Gambar 5.1 di atas, proses pengadaan barang dan jasa di PT X melibatkan
juga proses CQSMS didalamnya.
1. Tahap evaluasi surat pernyataan kesanggupan
Pada tahap ini vendor-vendor terkait akan diminta mengirimkan surat pernyataan
kesanggupan mematuhi K3LMP yang setidaknya memuat poin tentang kesediaan
melaksanakan semua peraturan/ syarat sistem Manajemen Quality, Health, Safety,
Environment (QHSE) terkait pemenuhan mutu dan pelaksanaan K3L di PT X serta
bersedia menerima konsekuensi pemutusan kontak (hubungan kerja) jika terbukti
melanggar ketetapan atau peraturan tentang QHSE yang telah dibuat PT X atau
peraturan yang berlaku di lingkungan kerja setempat (Dokumen Prosedur QHSE PT X,
2020). Tahap ini merupakan bagian dari tahap prequalification pada proses CQSMS.
2. Tahap evaluasi vendor melalui aplikasi vendor management
Pada aplikasi vendor management terdapat puluhan ribu database vendor PT X
dengan berbagai macam status. Dalam mengevaulasi vendor untuk kepentingan
berkontrak, PT X dapat mengakses satu persatu akun vendor terdaftar. Di dalam akun
tersebut akan terlihat kelengkapan administrasi perusahaan vendor baik dari segi
legalitas maupun QHSE. Dari segi legalitas dapat teridentifikasi kelengkapan akta
perusahaan, Izin usaha, aset perusahaan, neraca serta laporan keuangan perusahaan
(Aplikasi Vendor Management System PT X, 2020). Dari segi QHSE dapat
teridentifikasi komitmen manajemen QHSE perusahaan, pembinaan perusahaan,
prosedur perusahaan, Izin peralatan perusahaan, identifikasi dan pengelolaan bahaya
perusahaan (Aplikasi CQSMS PT X, 2020). Dari hal tersebut, PT X dapat
mengidentifikasi risiko yang bisa saja terjadi di kemudian hari jika sewaktu-waktu
vendornya mendapat teguran atau pinalty dari pihak berwajib karena tidak memiliki Izin
usaha ataupun bekerja tidak sesuai komitmen dan lainnya. Tahap ini juga merupakan
bagian dari tahap prequalification pada proses CQSMS.
3. Tahap Penentuan Pemenang
Pada tahap ini PT X akan memilih serta menentukan pemenang. Vendor yang
terpilih ialah vendor yang dianggap memiliki kredibilitas tinggi. Pemilihan vendor ini
tentunya mempertimbangkan masukan dari hasil evaluasi terkait administrasi kontrak
dan harga penawaran, evaluasi terkait administrasi perusahaan vendor dan CQSMS.
140

Vendor dengan status minimal “Rekanan Terdaftar” dan nilai evaluasi prakualifikasi
CQSMS awal minimal 51, tentunya memiliki penawaran harga terendah juga
pertimbangan poin-poin yang menguntungkan bagi PT X, akan memiliki peluang lebih
besar untuk terpilih (Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020).
Tahap ini merupakan bagian dari tahap selection pada proses CQSMS. Setelah PT X
menentukan pemenang, PT X menerbitkan berita acara pemenang. Tidak lama setelah
itu, akan terbit Surat Perintah Kerja atau Kontrak Kerja atas nama PT X dengan vendor
terpilih (Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020). Tahap ini
merupakan bagian dari tahap contract award pada proses CQSMS.
4. Tahap Vendor Bekerja
Vendor akan resmi bekerja setelah penandatangan perjanjian kontrak antara
kedua belah pihak. Perjanjian tersebut menandai dimulainya vendor memenuhi
kebutuhan dari PT X. Dalam bekerja, vendor harus memastikan bahwa apa yang
ditawarkan serta dijanjikan kepada PT X pada proses prakualifikasi akan terpenuhi.
Tidak hanya terpenuhi, vendor juga harus menunjukan kinerja yang baik. Untuk itu
perlu adanya komitmen dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku di lingkungan
PT X dan lingkungan kerja itu sendiri. Pada tahap awal vendor bekerja, PT X akan
membuka komunikasi awal dengan vendor untuk memastikan aspek-aspek QHSE telah
dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum pelaksanaan pekerjaan. Pada
tahap ini PT X akan memastikan kelengkapan Izin kerja, kondisi kesehatan pekerja,
kondisi alat, kondisi material yang akan digunakan, kondisi tempat bekerja, dll.
(Falenshina, 2012). Tahap ini merupakan bagian dari tahap pre-job activity pada proses
CQSMS
Setelah tahap pre-job activity dan vendor mulai bekerja, fungsi pengadaan
barang dan jasa akan selalu memonitor progress pekerjaan vendor, sedangkan fungsi
QHSE akan selalu memonitor vendor bekerja dengan mengutamakan keselamatan kerja
dan konstruksi. Selain memonitor vendornya, PT X akan melakukan evaluasi
pertengahan progress. Evaluasi terhadap kinerja vendor ini dilakukan ketika vendor
sudah menyelesaikan 50% progresnya. Evaluasi dilakukan oleh fungsi pengadaan
barang dan jasa juga fungsi QHSE dalam satu format penilaian, maka dari itu terkait
evaluasi ini diperlukan sinergi antar keduanya agar kinerja vendor dapat dievaluasi
secara selektif (Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X, 2020). Dalam
141

aspek QHSE PT X juga harus selalu memastikan bahwa vendornya rutin melaksanakan
Safety Program, baik yang dilakukan dalam lingkup internal perusahaan vendor,
ataupun program yang diadakan oleh PT X. Tahap ini merupakan bagian dari tahap
work in progress pada proses CQSMS.
5. Tahap selesai
Setelah vendor selesai mengerjakan kewajibannya, PT X akan melakukan
pengecekan pada pekerjaan dan memastikan tidak ada yang tertinggal satupun. Berita
acara serah terima pekerjaan tahap 1 akan terbit setelah PT X secara resmi menyatakan
pekerjaan sudah selesai. Pada tahap ini, PT X tidak hanya melakukan pengecekan
terhadap pekerjaan selesai, juga melakukan evaluasi akhir guna menilai kinerja
vendornya selama bekerja. Evaluasi akhir terhadap kinerja vendor ini dilakukan ketika
vendor sudah menyelesaikan 100% progresnya. PT X juga mempertimbangkan serta
meninjau secara berkala program keselamatan vendornya, kebijakan dan prosedur,
termasuk informasi standar keselamatan, dan meminta agar dilakukan pembaharuan bila
dibutuhkan (American Petroleum Institute, 2004) . Tahap ini merupakan bagian dari
tahap final evaluation pada proses CQSMS.
6. Dokumen pendukung evaluasi vendor
Dalam proses evaluasi kinerja vendor PT X, diperlukan 3 dokumen evaluasi
yang selanjutnya akan menjadi masukan atau tinjauan ulang untuk pertimbangan proses
prakualifikasi di masa mendatang, yaitu: dokumen evaluasi prakualifikasi pengadaan
barang dan jasa, dokumen evaluasi seleksi penilaian pengadaan barang dan jasa, serta
dokumen evaluasi kinerja penyedia barang dan jasa.

5.2. Kriteria Penilaian yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Mutu dan K3L
Vendor
Pada RQ2, output yang diharapkan yaitu berupa variabel dalam bentuk kriteria
penilaian kinerja vendor yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L vendor
tervalidasi pakar. Adapun pada proses ini penulis terlebih dahulu melakukan identifikasi
kriteria melalui metode Delphi dengan wawancara dan survei kuesioner serta masukan
alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS di PT X.
Didapatkan 29 kriteria penilaian yang dikelompokkan menjadi 6 kriteria utama:
1. (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan
2. (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
142

3. (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress


4. (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
5. (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE
6. (X6) Dokumen Pendukung
Pengelompokkan 29 kriteria penilaian tersebut, terbagi menjadi:
1. Pada proses prequalification CQSMS, didapatkan 7 kriteria penilaian yang
dikelompokkan menjadi (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan. Dari 7 kriteria
tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan studi literatur, divalidasi oleh pakar
dan diperoleh 7 kriteria penilaian.
2. Pada proses pre-job activity CQSMS, didapatkan 5 kriteria penilaian yang
dikelompokkan menjadi (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity.
Dari 5 kriteria tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan studi literatur,
divalidasi oleh pakar dan diperoleh 5 kriteria penilaian.
3. Pada proses work in progress CQSMS, didapatkan 10 kriteria penilaian yang
dikelompokkan menjadi (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress.
Dari 10 kriteria tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan studi literatur,
divalidasi oleh pakar dan diperoleh 10 kriteria penilaian.
4. Pada proses work in progress CQSMS, didapatkan 1 kriteria penilaian yang
dikelompokkan menjadi (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect.
Dari 1 kriteria tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan studi literatur,
divalidasi oleh pakar dan diperoleh 1 kriteria penilaian.
5. Pada proses work in progress CQSMS, didapatkan 5 kriteria penilaian yang
dikelompokkan menjadi (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE. Dari 5 kriteria
tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan studi literatur, divalidasi oleh pakar
dan diperoleh 5 kriteria penilaian.
6. Pada proses terakhir, yaitu final evaluation CQSMS merupakan evaluasi
keseluruhan dari berlangsungnya proses CQSMS. Output yang didapatkan dari
identifikasi tahap ini adalah kriteria (X6) Dokumen Pendukung yang akan
kembali menjadi input bagi proses pengadaan barang dan jasa di masa
mendatang. Dari 1 kriteria penilaian yang dikelompokkan menjadi kriteria
penilaian (X6) Dokumen Pendukung diperoleh dari hasil wawancara dan studi
literatur, divalidasi oleh pakar dan diperoleh 1 kriteria. Sehingga secara
143

keseluruhan terdapat 29 kriteria tervalidasi oleh 5 orang pakar.


144

FASE ADMINISTRASI FASE IMPLEMENTASI


Contract
Risk Assessment Prequalification Selection Pre-Job Activity Work In Progress Final Evaluation
Award

Surat Evaluasi
pernyataan vendor melalui BA penentuan Selesai
Vendor bekerja
kesanggupan aplikasi pemenang
mematuhi vendor

1. Prakualifikasi
penyedia barang/ jasa
2. Seleksi penilaian
penyedia barang/ jasa
3. Evaluasi kinerja
penyedia barang/ jasa

Evaluasi kinerja vendor dilakukan dengan


ketentuan:
1. Saat progress vendor telah mencapai 50%
2. Saat vendor telah menyelesaikan serah terima
tahap 1

(X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress (X6) Dokumen Pendukung
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan (X3.1) Safety Induction (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
(X1.2) HIRADC (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X1.3) Sasaran & Program QHSE (X2.3) SIA & SIO / Lisensi (X3.3) Ijin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X1.4) Struktur Organisasi (X2.4) SKA & SKT (X3.4) Inspeksi QHSE
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat (X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP (X3.6) Housekeeping (5R)
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE

(X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect


(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan

(X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE


(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan

Gambar 5.15 Identifikasi Kritera Penilaian Berpengaruh pada Proses Pengadaan Barang dan Jasa Menggunakan CQSMS PT X
145

Berikut ini adalah daftar 29 kriteria penilaian berdasarkan pengelompokkannya


yang sudah tervalidasi pakar, sepert pada Gambar 5.2. Adapun 1 nama pada variable/
kelompok kriteria X4 yang dirubah dari semula “Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect Hasil Pekerjaan” menjadi “Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect”
dengan alasan bahwa defect tidak hanya terjadi pada hasil pekerjaan.
(X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan
1. (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
2. (X1.2) HIRADC
3. (X1.3) Sasaran & Program QHSE
4. (X1.4) Struktur Organisasi
5. (X1.5) Rencana Tanggap Darurat
6. (X1.6) Inspection Test Plan / ITP
7. (X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
(X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
8. (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
9. (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
10. (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
11. (X2.4) SKA & SKT
12. (X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
(X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress
13. (X3.1) Safety Induction
14. (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
15. (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
16. (X3.4) Inspeksi QHSE
17. (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
18. (X3.6) Housekeeping (5R)
19. (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
20. (X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
21. (X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
22. (X3.10) Laporan QHSE
(X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
23. (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
146

(X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE


24. (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk
25. (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss)
26. (X5.3) Frequency Rate
27. (X5.4) Severity Rate
28. (X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
(X6) Dokumen Pendukung
29. (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
Temuan ini juga sejalan dengan hasil penelitian terdahulu. Berikut ini adalah daftar
jumlah kriteria yang teridentifikasi dalam penelitian terdahulu. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Podgórski (2015) tentang mengukur KPI safety leading, teridentifikasi 10
kriteria yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Neamat (2019) tentang daftar
safety leading dan safety lagging indikator yang umum, teridentifikasi 7 kriteria yang
sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Singh & Misra (2021) tentang kerangka kerja
evaluasi dan kinerja keselamatan, teridentifikasi 7 kriteria yang sama. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Niu et al., 2023 tentang kontribusi indikator safety leading kepada
indikator safety lagging untuk mengukur kinerja keselamatan, teridentifikasi 5 kriteria
yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lingard et al., 2017 tentang analisis
temporal indikator keselamatan pada proyek konstruksi infrastruktur besar, teridentifikasi
4 kriteria yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Raheem & Hinze (2014)
tentang disparitas dari standar keselamatan konstruksi, teridentifikasi 3 kriteria yang
sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Schulman (2020) khusus meneliti tentang
hubungan antara struktur organisasi dan safety culture, teridentifikasi 1 kriteria yang
sama. 10 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Podgórski 2015 adalah:
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
(X1.2) HIRADC
(X1.3) Sasaran & Program QHSE
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
(X3.4) Inspeksi QHSE
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
147

(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk


(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
7 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Neamat (2019) adalah:
(X2.3) SIA & SIO / Lisensi
(X2.4) SKA & SKT
(X3.1) Safety Induction
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X1.5) Rencana Tanggap Darurat
7 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Singh & Misra (2021) adalah:
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
(X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
(X2.3) SIA & SIO / Lisensi
(X2.4) SKA & SKT
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
(X3.10) Laporan QHSE
5 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Niu et al. (2023) adalah:
(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
(X1.2) HIRADC
(X1.3) Sasaran & Program QHSE
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
4 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Lingard et al. (2017) adalah:
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
(X3.1) Safety Induction
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
3 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Raheem & Hinze (2014) adalah:
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
148

(X5.4) Severity Rate


1 kriteria yang terdentifikas dalam penelitian Schulman, (2020) adalah:
(X1.4) Struktur Organisasi

5.3. Intensitas Kepentingan Kriteria Penilaian Kinerja Vendor


Output selanjutnya yang diharapkan dari RQ 2 selain berupa daftar kriteria
penilaian kinerja vendor yaitu tingkat kepentingan dan susunan hirarki pada masing-
masing kriteria. Untuk menghasilkan output tersebut, pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Temuan assessment pada tingkat
kepentingan kriteria didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.71 Tingkat Kepentingan Kriteria

Bobot
Kelompok Kriteria Kriteria
Global

(X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE 1%


(X1.2) HIRADC 1%
(X1) Kualitas (X1.3) Sasaran & Program QHSE 1%
Dokumen QHSE (X1.4) Struktur Organisasi 1%
Plan (X1.5) Rencana Tanggap Darurat 1%
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP 3%
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement 2%
(X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan 1%
(X2) Implementasi (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja 2%
QHSE Plan Tahap (X2.3) SIA & SIO / Lisensi 2%
Pre Job Activity (X2.4) SKA & SKT 3%
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) 2%
(X3.1) Safety Induction 1%
(X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting 1%
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA 8%
(X3.4) Inspeksi QHSE 4%
(X3) Implementasi (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja 2%
QHSE Tahap Work
In Progress (X3.6) Housekeeping (5R) 1%
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan 1%
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat 2%
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE 5%
(X3.10) Laporan QHSE 6%
(X4) Komitmen
Penanganan & (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan 17%
Penyelesaian Defect
(X5) Lagging (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk 4%
Indicator Kinerja (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss) 11%
149

Bobot
Kelompok Kriteria Kriteria
Global

(X5.3) Frequency Rate 5%


(X5.4) Severity Rate 4%
QHSE
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan 1%
(X6) Dokumen
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan 7%
Pendukung

Tabel 5.1 menunjukan besar tingkat kepentingan kriteria yang telah disusun
berdasarkan rankingnya. Tingkat kepentingan kriteria tersebut dapat dikatakan bobot,
didapatkan dari hasil pair wise comparison antara kriteria satu dengan yang lainnya.
Assessment pada tingkat kepentingan kriteria dilakukan oleh 5 orang pakar lalu diuji
hingga mengahsilkan bobot pada masing-masing kriterianya. Besar bobot tersebut
dikatakan valid jika hasil uji menggunakan metode AHP menyatakan bahwa jawaban
konsisten. Semakin besar bobotnya, maka semakin berpengaruh juga kriteria tersebut
terhadap kinerja mutu dan K3L.
Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan bobot global yang merupakan hasil dari
perkalian antara bobot lokal kriteria dengan bobot lokal kelompok kriterianya. Bobot
global digunakan untuk menentukan nilai dari hasil penilaian kinerja vendor. Penyusunan
ranking dilakukan guna mengetahui urutan kriteria yang memiliki pengaruh paling besar
terhadap kinerja mutu dan K3L vendor. Pada peringkat 1 terdapat (X4.1) Tindak Lanjut
Perbaikan Temuan dengan bobot 17%. Pentingnya komitmen untuk melakukan tindak
lanjut perbaikan temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh
Pheng & Teo (2004) komitmen sebagai salah satu elemen yang akan mencerminkan
ukuran kinerja Total Quality Management perusahaan konstruksi. Chin & Choi (2003)
menemukan bahwa komitmen manajemen adalah faktor terpenting untuk keberhasilan
implementasi ISO9000. Arditi & Gunaydin (1997) pada penelitiannya tentang Total
Quality Management In The Construction Process mengemukakan bahwa komitmen
untuk melakukan tindak lanjut perbaikan temuan harus dibarengi dengan pemahaman
menyeluruh tentang Total Quality Management. Dijelaskannya, komitmen ini dibuktikan
melalui tindakan. Maka dari itu, tidak lanjut perbaikan temuan diperlukan untuk
menunjang keberlangsungan proses Total Quality Management dimana proses tersebut
terangkum dalam CQSMS.
Peringkat 2 terdapat (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident,
150

Near miss) dengan bobot 11%. Laporan Kejadian Kecelakaan digunakan untuk
menyelidiki apa yang terjadi dan semoga dapat membantu mencegah kecelakaan kerja
yang sama terjadi di masa depan. Pentingnya laporan kejadian kecelakaan ini sejalan
dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Ale et al. (2008) . Laporan kejadian
kecelakaan di proyek konstruksi hilir oil and gas di Malaysia berkontribusi untuk
melindungi kesejahteraan pekerja dan pelestarian lingkungan. Adapun penelitian yang
dilakukan Pan et al. (2022) dengan judul Identification Of Accident-Injury Type And
Bodypart Factors From Construction Accident Reports: A Graph-Based Deep Learning
Framework tentang pengembangan pelaporan kejadian kecelakaan berbasis Artificial
Intelligence (AI) menunjukkan bahwa pentingnya pelaporan kejadian kecelakaan ini.
Peringkat 3 terdapat (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA dengan
bobot 8%. Izin kerja diperlukan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang akan dilakukan,
potensi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan, dan tindakan
pencegahan atau pengendaliannya. Izin kerja juga biasanya dilengkapi dengan dokumen
pendukung seperti contractor safety analysis (CSA) dan tool box checklist. Pentingnya
Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA ini sejalan dengan penelitian terdahulu
yang dikemukakan oleh Matete et al. (2016). Stakeholder menyadari adanya persyaratan
izin untuk bekerja, maka pentingnya peningkatan pada aspek Health & Safety guna
mengakomodir izin kerja yang diminta. Dikemukakan juga oleh
Kpamma & Adjei-Kumi (2013)
, persetujuan dan pentingnya izin dalam proses konstruksi dibutuhkan guna
menghindari keterlambatan dan ketidakpastian proyek.
Temuan untuk intensitas kepentingan kriteria penilaian kinerja vendor ini,
didapatkan hirarki dari sistem penilaian ini. Pada Level I, terdapat Overall Objectives
yang pada penelitian ini berupa kinerja mutu dan K3L. Pada Level II, terdapat Group of
Criteria yang pada penelitian ini berupa (X1), (X2), (X3), dan seterusnya. Pada Level III,
terdapat Criteria yang pada penelitian ini berupa (X1.1), (X1.2), (X1.3), dan seterusnya.
Terakhir Level IV, terdapat Alternatives yang pada penelitian ini berupa nama-nama
vendor yang menjadi alternatif pemilihan keputusan (Saaty, 1987) . Gambar 5.3
menunjukan hirarki tersebut.
151

Gambar 5.16 Model Hirarki Sistem Penilaian pada Evaluasi Akhir CQSMS

5.4. Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Vendor pada Evaluasi CQSMS


Pada RQ3, output yang didapatkan berupa formulir penilaian dengan sistem
penilaian baru yang diharapkan berkontribusi untuk meningkatkan nilai kinerja vendor
pada evaluasi akhir CQSMS, sehingga tercapainya kinerja mutu dan K3L yang baik.
Berikut ini adalah model formulir tersebut.
Tabel 5.72 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Kualitas Dokumen
QHSE Plan
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf

X1 Kualitas Dokumen QHSE Plan


X1.1 Komitmen Komitmen dan Kebijakan QHSE jelas, 1%
Menejemen 100 disosialisasikan, dan ditandatangani oleh -
dan pimpinan tertinggi perusahaan
Kebijakan Komitmen & Kebijakan QHSE dibuat dalam
QHSE bahasa yang mudah dipahami, tetapi tidak
75
disosialisasikan dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan tertinggi perusahaan
50 Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak
lengkap, tetapi isinya mudah dipahami,
disosialisasikan, dan ditandatangani oleh
152

Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
pimpinan tertinggi perusahaan
Komitmen dan Kebijakan QHSE tidak
lengkap, isinya tidak mudah dipahami, tidak
25
disosialisasikan, dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan tertinggi perusahaan
Tidak ada Komitmen dan Kebijakan QHSE
0
secara tertulis
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap
100 pekerjaan, mencakup aspek keselamatan,
kesehatan, lingkungan, dan publik
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada setiap
75 pekerjaan, minimal mencakup aspek
keselamatan dan kesehatan
Ada HIRADC yang diidentifikasi pada
X1.2 HIRADC 1%
50 sebagian pekerjaan, minimal mencakup aspek -
keselamatan dan kesehatan
Ada HIRADC yang diidentifikasi hanya untuk
25 pekerjaan berisiko tinggi saja, minimal
mencakup aspek keselamatan dan kesehatan
Tidak ada identifikasi bahaya, penilaian risiko,
0
pengendalian dan peluang HSE (HIRADC)
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
100
yang terukur, dan disosialisasikan
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
75
yang terukur, tetapi tidak disosialisasikan
Sasaran & Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
X1.3 Program 50 tetapi tidak ada ukuran parameternya, dan 1%
QHSE -
disosialisasikan
Terdapat sasaran dan program kerja QHSE
25 tetapi tidak ada ukuran parameternya, dan
tidak disosialisasikan
0 Tidak ada sasaran dan program QHSE
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan
100
penanggung jawab QHSE, dan disosialisasikan
Ada struktur organisasi, dilengkapi dengan
75 penanggung jawab QHSE, tetapi tidak
disosialisasikan
Struktur Ada struktur organisasi, tidak terdapat
X1.4 1%
Organisasi 50 penanggung jawab QHSE, tetapi -
disosialisasikan
Ada struktur organisasi, tidak terdapat
25 penanggung jawab QHSE, dan tidak
disosialisasikan
0 Tidak ada struktur organisasi
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya
berisi: Informasi kondisi darurat, Sarana dan
prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur
100
tindakan darurat, Prosedur koordinasi, Nomer
Rencana telpon penting, Rencana pemulihan atau
X1.5 Tanggap disebutkan mengacu pada prosedur tanggap 1%
Darurat darurat Pemberi Kerja (PT X) -
Ada rencana tanggap darurat yang setidaknya
berisi: Informasi kondisi darurat, Sarana dan
75 prasarana tanggap darurat, Organisasi tanggap
darurat, Sistem peringatan/ informasi, Prosedur
tindakan darurat, Prosedur koordinasi, Nomer
153

Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
telpon penting, tetapi tidak mencakup rencana
pemulihannya
Ada rencana tanggap darurat, tetapi isinya
50 tidak lengkap atau tidak sesuai dengan konteks
jenis dan lokasi pekerjaan
Ada rencana tanggap darurat namun hanya
25
disampaikan secara lisan
0 Tidak ada rencana tanggap darurat
Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan
100
rujukan lengkap
Ada ITP untuk setiap pekerjaan dengan
75
Inspection rujukan minimal sesuai spesifikasi
X1.6 Test Plan / Ada ITP tetapi hanya sebagian pekerjaan 3%
50 -
ITP diidentifikasi
Ada ITP tetapi tidak dilakukan identifikasi
25
terhadap pekerjaan
0 Tidak ada Rencana Inspeksi dan Tes (ITP)
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci,
dengan dokumentasi, dan merujuk pada
100
sumber, disertai dengan perhitungan teknis,
jika diperlukan
Ada metode pelaksanaan yang jelas, rinci, dan
Metode 75 merujuk pada sumber, disertai dengan
Pelaksanaan / perhitungan teknis, jika diperlukan
X1.7 Metode pelaksanaan yang dibuat sangat 2%
Method -
Statement 50 sederhana, hanya berupa uraian pekerjaan dan
merujuk pada sumber
Metode pelaksanaan yang dibuat sangat
25 sederhana, hanya berupa uraian pekerjaan
tanpa merujuk pada sumber
0 Tidak ada metode pelaksanaan

Tabel 5.73 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Pre Job Activity
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf

X2 Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity


Lebih dari 80% pekerja dan staf dilengkapi
100 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja
(MCU)
61% - 80% dari pekerja dan staf dilengkapi
75 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja
(MCU)
Laporan 41% - 60% dari pekerja dan staf dilengkapi
X2.1 Pemeriksaan 50 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja 1%
Kesehatan (MCU) -
21 - 40 % dari pekerja dan staf dilengkapi
25 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja
(MCU)
0 - 20 % dari pekerja dan staf dilengkapi
0 dengan laporan pemeriksaan kesehatan pekerja
(MCU)
X2.2 Jaminan 100 Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk 2%
Kesehatan seluruh staf dan pekerja
154

Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
75
sebagian staf dan pekerja
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
50
Tenaga Kerja seluruh staf
Tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja untuk
25
sebagian staf saja
0 Tidak tersedia jaminan kesehatan tenaga kerja
Seluruh peralatan kerja dan operator
100 dilengkapi dengan SIA dan SIO yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh peralatan kerja
dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
75
yang valid (sesuai dengan regulasi yang
berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh peralatan kerja
SIA & SIO / dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
X2.3 50 2%
Lisensi yang valid (sesuai dengan regulasi yang -
berlaku)
Setidaknya 25 % dari seluruh peralatan kerja
dan operator dilengkapi dengan SIA dan SIO
25
yang valid (sesuai dengan regulasi yang
berlaku)
Tidak ada peralatan kerja dan operator yang
0 dilengkapi dengan SIA dan SIO yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Seluruh tenaga kerja dilengkapi dengan SKA
100 dan SKT yang valid (sesuai dengan regulasi
yang berlaku)
Setidaknya 75% dari seluruh tenaga kerja
75 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Setidaknya 50% dari seluruh tenaga kerja
X2.4 SKA & SKT 50 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid 3%
(sesuai dengan regulasi yang berlaku) -
Setidaknya 25% dari seluruh tenaga kerja
25 dilengkapi dengan SKA dan SKT yang valid
(sesuai dengan regulasi yang berlaku)
Tidak ada tenaga kerja yang dilengkapi
0 dengan SKA dan SKT yang valid (sesuai
dengan regulasi yang berlaku)
Lebih dari 80% material dilengkapi dengan
100 sertifikat material (mill sheet, factory test,
hasil uji lab, certificate of origin, dll)
61 - 80% dari material dilengkapi dengan
75 sertifikat material (mill sheet, factory test,
Sertifikat hasil uji lab, certificate of origin, dll)
Material 41 - 60% dari material dilengkapi dengan
X2.5 (millsheet, 50 sertifikat material (mill sheet, factory test, 2%
factory test, hasil uji lab, certificate of origin, dll) -
dll) 21 - 40% dari material dilengkapi dengan
25 sertifikat material (mill sheet, factory test,
hasil uji lab, certificate of origin, dll)
0 - 20% dari material dilengkapi dengan
0 sertifikat material (mill sheet, factory test,
hasil uji lab, certificate of origin, dll)
155

Tabel 5.74 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Implementasi QHSE
Plan Tahap Work In Progress
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf

X3 Implementasi QHSE PlanTahap Work In Progress


Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan
100
safety induction
61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety
75
induction
Safety 41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety
X3.1 50 1%
Induction induction -
21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan
25
safety induction
0 - 20% dari pekerja dan staf yang diberikan
0
safety induction
Lebih dari 80% pekerja dan staf diberikan
100
safety talk & tool box meeting
61 - 80% dari pekerja dan staf diberikan safety
75
talk & tool box meeting
Safety Talk &
41 - 60% dari pekerja dan staf diberikan safety
X3.2 Tool Box 50 1%
talk & tool box meeting -
Meeting
21 - 40% dari pekerja dan staf yang diberikan
25
safety talk & tool box meeting
0 - 20% daeri pekerja dan staf yang diberikan
0
safety talk & tool box meeting
Semua pekerjaan dilengkapi dengan Izin Kerja
100 dan setiap pekerjaan risiko tinggi dilampirkan
CSA
Semua pekerjaan dilengkapi dengan Izin
Izin Kerja & 75 Kerja, tetapi hanya sebagian pekerjaan risiko
CSA tinggi dilampirkan CSA
X3.3 (Construction Hanya sebagian pekerjaan dilengkapi dengan 8%
Safety 50 Izin Kerja dan pekerjaan risiko tinggi tidak -
Analysis) dilampirkan CSA
Izin Kerja dan CSA dibuat / diajukan tetapi
25
tidak rutin
Tidak pernah mengajukan / membuat Izin
0
Kerja dan CSA
Quality inspection dilakukan sesuai tahapan
(incoming, process, dan finishing), dibuktikan
dengan laporan inspeksi dan tindak lanjut
100 perbaikan ; Safety inspection dilakukan
terhadap peralatan, unsafe condition, dan
unsafe action, dibuktikan dengan laporan
inspeksi dan tindak lanjut perbaikan
Quality inspection dilakukan sesuai tahapan
(incoming, process, dan finishing), tetapi
tindak lanjut perbaikan tidak dilaporkan ;
75
Inspeksi Safety inspection dilakukan terhadap
X3.4 4%
QHSE peralatan, unsafe condition, dan unsafe action, -
tetapi tindak lanjut perbaikan tidak dilaporkan
Quality inspection dilakukan, ada laporan
inspeksi tetapi tidak lengkap ; Safety
50
inspection dilakukan, ada laporan inspeksi
tetapi tidak lengkap
Quality inspection dilakukan, tetapi tidak ada
25 laporan inspeksi ; Safety inspection dilakukan,
tetapi tidak ada laporan inspeksi
Tidak pernah melakukan quality inspection
0
dan safety inspection
156

Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Tidak pernah mendapat memo/ teguran/
100 peringatan terkait pelanggaran terhadap
pemakaian APD & APK
Pernah mendapat memo/ teguran/peringatan
75 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD
& APK (kurang dari 1x per 1 bulan)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
50 terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD
Alat & APK (lebih dari 1x per 1 bulan)
Pelindung Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
X3.5 Diri & Alat terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD 2%
Pelindung -
& APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
25
Kerja pelanggaran APD tidak menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan LTI (kehilangan jam
kerja)
Sering mendapat memo/ teguran/ peringatan
terkait pelanggaran terhadap pemakaian APD
& APK (lebih dari 1x per 1 bulan) dan atau
0
pelanggaran APD menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan LTI (kehilangan jam
kerja)
100 Nilai 5R > 80%
75 Nilai 5R 61 - 80%
Housekeeping
X3.6 50 Nilai 5R 41 - 60% 1%
(5R) -
25 Nilai 5R 21 - 40%
0 Nilai 5R 0 - 20%
Seluruh pekerjaan atau program menggunakan
100
material ramah lingkungan
Setidaknya 75% pekerjaan atau program
75
Penggunaan menggunakan material ramah lingkungan
Material Setidaknya 50% pekerjaan atau program
X3.7 50 1%
Ramah menggunakan material ramah lingkungan -
Lingkungan Setidaknya 25% pekerjaan atau program
25
menggunakan material ramah lingkungan
Tidak ada pekerjaan atau program penggunaan
0
material ramah lingkungan
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
100 yang lain (kantor), serta rutin mengikuti
simulasi tanggap darurat yang dilakukan oleh
proyek
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal)
75 simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
Simulasi
yang lain (kantor)
X3.8 Tanggap 2%
Memiliki dan melaksanakan program (jadwal) -
Darurat
50 simulasi tanggap darurat di tempat kerjanya
yang lain (kantor) walaupun tidak rutin
Memiliki program (jadwal) simulasi tanggap
25 darurat di tempat kerjanya yang lain (kantor)
tetapi belum terlaksana
Tdak memiliki program (jadwal) simulasi
0
tanggap darurat
X3.9 Rapat Aktif mengikuti rapat kordinasi QHSE sesuai 5%
100
Koordinasi jadwal/ undangan rapat -
QHSE Sering mengikuti rapat koordinasi QHSE
75
sesuai jadwal/ undangan rapat
50 Jarang mengikuti rapat koordinasi QHSE
sesuai jadwal/ undangan rapat
157

Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf
Hanya 1 kali mengikuti rapat koordinasi
25
QHSE sesuai jadwal/ undangan rapat
Tidak pernah mengikuti rapat koordinasi
0
QHSE
Menyampaikan laporan QHSE secara rutin
100
dan tepat waktu
Menyampaikan laporan QHSE secara rutin
75
Laporan tetapi sering terlambat
X3.10 6%
QHSE 50 Laporan QHSE dibuat tetapi tidak rutin -
25 Laporan QHSE jarang dibuat
0 Tidak pernah membuat laporan QHSE

Tabel 5.75 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kriteria Komitmen Penanganan dan
Penyelesaian Defect
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf

X4 Komitmen Penanganan dan Penyelesaian Defect


Bertanggung jawab penuh dan menindak
100 lanjuti perbaikan terhadap seluruh temuan /
defect
Ada respon dan ada tindak lanjut perbaikan
75
Tindak Lanjut terhadap hampir seluruh temuan / defect
X4.1 Perbaikan Ada respon dan ada tindak lanjut perbaikan 17%
50 -
Temuan terhadap sebagian temuan / defect
Ada respon namun tidak ditindak lanjuti untuk
25
perbaikan temuan / defect
Tidak ada respon dan tidak ada tindak lanjut
0
perbaikan terhadap temuan / defect

Tabel 5.76 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Lagging Indicator Kinerja
QHSE
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf

X5 Lagging Indicator Kinerja QHSE


Laporan non-conformance produk yang
100 lengkap disampaikan secara rutin dan tepat
waktu
Laporan non-conformance produk yang
75 lengkap disampaikan secara rutin tetapi
sering terlambat
Laporan non-conformance produk tidak
Laporan Non-
50 dilampirkan dokumentasi disampaikan secara
X5.1 Conformance 4%
tidak rutin -
Produk*
Laporan non-conformance produk tidak
25 dilampirkan dokumentasi dan tidak
disampaikan
Tidak membuat laporan non-conformance
0
produk
* Tingkat keparahan dan jumlah laporan non-
conformance produk menjadi pertimbangan
158

Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
a b c d e f g=exf

Laporan kejadian kecelakaan yang lengkap


100
disampaikan secara rutin dan tepat waktu
Laporan kejadian kecelakaan yang lengkap
75 disampaikan secara rutin tetapi sering
Laporan terlambat
Kejadian Laporan kejadian kecelakaan setidaknya
Kecelakaan berisi identitas, kejadian, kronologi, dan
X5.2 50 11%
(Accident, tindakan yang diambil serta melampirkan -
Incident, Near dokumentasi
miss)* Laporan kejadian kecelakaan setidaknya
25 berisi identitas, kejadian, kronologi, dan
tindakan yang diambil
0 Tidak membuat laporan Kejadian Kecelakaan
*Jumlah laporan kejadian kecelakaan menjadi
pertimbangan
Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam
100
interval waktu bulanan
Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam
75
interval waktu 3 bulanan
Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam
50
FR (Frequency interval waktu 6 bulanan
X5.3 5%
Rate)* Perhitungan Frequency Rate dilakukan dalam -
25
interval waktu tahunan
Perhitungan Frequency Rate tidak pernah
0
dilakukan
* Hasil Perhitungan Frequency Rate menjadi
pertimbangan
Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam
100
interval waktu bulanan
Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam
75
interval waktu 3 bulanan
Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam
50
SR (Severity interval waktu 6 bulanan
X5.4 4%
Rate)* Perhitungan Severity Rate dilakukan dalam -
25
interval waktu tahunan
Perhitungan Severity Rate tidak pernah
0
dilakukan
* Hasil Perhitungan Severity Rate menjadi
pertimbangan
Membuat dan menyampaikan Laporan
Kerusakan Lingkungan secara rutin dan tepat
100 waktu
Laporan
Membuat dan menyampaikan Laporan
X5.5 Kerusakan 1%
Kerusakan Lingkungan secara rutin tetapi -
Lingkungan*
75 sering terlambat
Laporan Kerusakan Lingkungan dibuat secara
50 rutin tetapi tidak disampaikan
Laporan Kerusakan Lingkungan jarang dibuat
25 dan tidak disampaikan
Tidak pernah membuat laporan Kerusakan
0 Lingkungan
* Tingkat kerusakan lingkungan menjadi pertimbangan

Tabel 5.77 Formulir Evaluasi Akhir CQSMS Kelompok Kriteria Dokumen Pendukung
Bobot
Kode Kriteria Skala Keterangan Nilai Hasil
Global
159

a b c d e f g=exf

X6 Dokumen Pendukung
100 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah > 81
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 61 -
75
80
Nilai Rata-
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 41 -
X6.1 rata Evaluasi 50 7%
60 -
Triwulan
Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah 25 -
25
40
0 Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan adalah < 25

Dari penyusunan model formulir penilaian yang baru, didapatkan adanya


perubahan yang mendasar antara perbandingan model penilaian kinerja yang lama dan
baru. Perubahan tersebut ada pada kriteria yang lebih mendetail pada formulir penilaian
baru, hal ini dimaksudkan penulis agar sasaran dari penilaian ini lebih fokus pada
masing-masing kriterianya. Adapun eleminasi pada 3 kriteria yang digunakan pada model
penilaian kinerja lama, yakni; (8) Jadwal Pelaksanaan (Progress), (9) Waktu pengiriman
Sumber Daya Bahan, Alat & Pekerja, (10) Komitmen Biaya yang Disepakati, hal ini
dimaksudkan penulis agar penilaian fokus pada asopek QHSE. Serta adanya penambahan
2 kriteria kriteria yang ditambahkan pada model penilaian kinerja baru, yakni; (X5)
Lagging Indicator Kinerja QHSE, dan (X6) Dokumen Pendukung, yang didapatkan dari
hasil validasi pakar. Perbandingan model penilaian kinerja lama dan baru dapat dilihat
pada Tabel 5.8

Tabel 5.78 Perbandingan Model Penilaian Kinerja Lama Dan Baru

MODEL PENILAIAN KINERJA LAMA MODEL PENILAIAN KINERJA BARU

1. Sistem Manajemen HSE Plan Kualitas Dokumen QHSE Plan


Memiliki standar sistem manajemen Health Safety (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
Environment / HSE (mampu membuat rencana HSE),
memiliki personil HSE yang bersertifikat (X1.2) HIRADC
2. Sistem Manajemen Quality Plan (X1.3) Sasaran & Program QHSE
X1
Memiliki standar sistem manajemen Quality (mampu (X1.4) Struktur Organisasi
membuat rencana Quality), memiliki personil Quality
yang bersertifikat (X1.5) Rencana Tanggap Darurat
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
3. Kualitas Pegawai X2 Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
160

MODEL PENILAIAN KINERJA LAMA MODEL PENILAIAN KINERJA BARU

Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat ahli (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
utama, mampu koordinasi & komunikasi dengan tim
proyek (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
4. Kualitas Tenaga Kerja (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
Memiliki Tenaga Kerja yang terampil, bersertifikat (X2.4) SKA & SKT
keterampilan
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
5. Implementasi HSE Implementasi QHSE Tahap Work In Progress
Konsisten dan disiplin memakai Alat Pelindung Diri / (X3.1) Safety Induction
APD, Alat Pelindung Kerja / APK, melaksanakan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
6. Mutu Hasil Pekerjaan / Implementasi Quality (X3.4) Inspeksi QHSE
Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian terhadap X3 (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
KAK, Kecepatan respon terhadap permasalah
(X3.6) Housekeeping (5R)
(X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
(X3.10) Laporan QHSE
7. Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
Hasil Pekerjaan
X4
Penanganan cepat dan tepat sasaran (kualitas sesuai
(X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
persyaratan)
8. Jadwal Pelaksanaan (Progress)
Lebih cepat/ lambat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan
9. Waktu pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat
& Pekerja
Lebih cepat/lambat dari rencana yang disepakati dan
ditetapkan
10. Komitmen Biaya yang Disepakati
Biaya sesuai dengan yang disepakati & ditetapkan
dalam kontrak (di luar adendum pekerjaan tambah
volume atau item)
Lagging Indicator Kinerja QHSE
(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident,
X5 Incident, Near miss)
(X5.3) Frequency Rate
(X5.4) Severity Rate
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
Dokumen Pendukung
X6
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan

Pada Tabel 5.8 untuk penilaian (1) Sistem Manajemen HSE Plan dan (2) Sistem
Manajemen Quality Plan digabung menjadi kriteria (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan,
karena dokumen yang dinilai pada bagian ini mengandung aspek tinjauan QHSE Plan.
Untuk kriteria penilaian (3) Kualitas Pegawai dan (4) Kualitas Tenaga Kerja digabung
161

menjadi kriteria (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity, karena dokumen
yang dinilai pada bagian ini mengandung aspek tinjauan Pre Job Activity. Untuk kriteria
penilaian (5) Implementasi HSE dan (6) Mutu Hasil Pekerjaan / Implementasi Quality
digabung menjadi kriteria (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress, karena
dokumen yang dinilai pada bagian ini mengandung aspek tinjauan Work In Progress.
Untuk kriteria penilaian (7) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect Hasil
Pekerjaan diadopsi menjadi kriteria (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect,
dengan merubah penyebutan tidak menggunakan “Hasil Pekerjaan” karena Defect tidak
hanya terjadi pada hasil pekerjaan saja. Untuk kriteria penilaian (8) Jadwal Pelaksanaan
(Progress), (9) Waktu pengiriman Sumber Daya Bahan, Alat & Pekerja, dan (10)
Komitmen Biaya yang Disepakati, dieliminasi karena penilaian tidak terfokus pada
asopek QHSE. Untuk kriteria penilaian (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE, dan (X6)
Dokumen Pendukung ditambahkan berdasarkan hasil validasi pakar karena perlu adanya
ukur pada pengukuran aspek Lagging Indicator QHSE, tidak hanya Leading Indicatornya
saja. Dokumen Pendukung juga diperlukan sebagai penunjang atau masukan bagi
panilaian yang dilakukan di masa depan.
Berdasarkan hasil assessment tingkat kepentingan kriteria yang telah dikonversi
dalam bentuk formulir penilaian, penulis kemudian bersama Pakar 1 (Site QHSE
Manager) dan Pakar 2 (Project Manager) melakukan assessment ulang terhadap kinerja
vendor pada evaluasi CQSMS. Dimana bobot global tersebut menjadi pengali dari nilai
yang diberikan. Jumlah bobot global adalah 100% menandakan bobot yang diberikan
pada masing-masing kriteria sudah sesuai. Untuk proses penilaian pada tahap evaluasi
akhir CQSMS dilakukan sekali di akhir pekerjaan dengan mengevaluasi secara runut
setiap tahapan dalam 1 proses penilaian. Adapun evaluasi triwulan, merupakan evaluasi
yang dilakukan by sistem, diluar evaluasi CQSMS, mengacu pada keseluruhan aspek,
tidak hanya terfokus pada mutu dan K3L. Evaluasi triwulan ini dilakukan oleh para
manager setiap fungsi dan evaluasi CQSMS dilakukan oleh project manager. Temuan
pengembangan sistem penilaian kinerja vendor pada evaluasi CQSMS diperlihatkan pada
Tabel 5.9.
162

Tabel 5.79 Hasil Penilaian Kinerja Vendor Menggunakan Sistem Penilaian Lama dan
Sistem Penilaian Baru
Nilai
N Nama Nilai Peningkatan
Nama Pekerjaan Lam Keterangan Catatan
o Vendor Baru Nilai
a
Pek. Erection Steel Box Kinerja
1 PT A 60 72,23 12,23 Ditingkatkan
Girder Baik
Pek. Lapis Pondasi Kinerja
2 PT B 65 73,37 8,37 Ditingkatkan
Agregat Base A Baik
Pek. Borrow Material Kinerja
3 PT C 58,75 71,41 12,66 Ditingkatkan
Padat Baik
Pek. Pengadaan & Kinerja
4 PT D 56,25 64,23 7,98 Ditingkatkan
Pemasangan Guardrail Baik
Kinerja
5 PT E Pek. Soil Test Pits 67,5 72,93 5,43 Ditingkatkan
Baik
Pek. Timbunan dan
Kinerja
6 PT F Pemadatan Granular & 63,75 71,76 8,01 Ditingkatkan
Baik
Brangkal
Pek. Timbunan dan Kinerja
7 CV G 60,45 73,84 13,39 Ditingkatkan
Galian Tanah Baik
Pek. Expansion Joint Kinerja
8 PT H 67,5 74,34 6,84 Ditingkatkan
Tipe Strip Seal Baik
Kinerja
9 PT I Pek. Borepile 57,5 71,31 13,81 Ditingkatkan
Baik
Pek. Relokasi Kabel Kinerja
10 PT J 68,75 74,18 5,43 Ditingkatkan
Transportasi Baik

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai pada 10 vendor
yang dinilai. Adapun peningkatan terbesar terjadi pada vendor PT I sebesar 13,81 poin
dari nilai awal 57,5 menjadi 71,31 dan yang terkecil terjadi pada vendor PT E sebesar
5,43 poin dari nilai awal 67,5 menjadi 72,93 juga vendor PT J sebesar 5,43 poin dari nilai
awal 68,75 menjadi 74,18.
Pada PT E yang mengalami penigkatan nilai terbesar, diketahui nilai tertinggi ada
pada kriteria (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan sebesar 12,76, (X3.3) Izin Kerja &
Contractor Safety Analysis / CSA sebesar 5,76, dan (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan
(Accident, Incident, Near miss) sebesar 5,63. Pada (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan
Temuan, diketahui bahwa besar nilai sebelumnya adalah 2,5 dan berubah menjadi 12,76.
Hal ini dikarenakan oleh berubahnya bobot pegali dan skala penilaian yang digunakan.
Pada (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA, ditemukan bahwa hasil
penilaian baru adalah sebesar 5,76. Serta pada (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan
(Accident, Incident, Near miss), ditemukan bahwa hasil penilaian baru adalah sebesar
5,6. Hal ini dikarenakan kriteria pada model penilaian baru lebih spesifik dan terfokus
serta adanya krirteria baru yang ditambahkan untuk lebih menggali potensi baik lain yang
163

dimiliki PT E.

Tabel 5.80 Perbandingan Hasil Penilaian Kinerja PT E Menggunakan Sistem Penilaian


Lama dan Sistem Penilaian Baru
MODEL PENILAIAN KINERJA LAMA Nilai MODEL PENILAIAN KINERJA BARU Nilai
1. Sistem Manajemen HSE Plan Kualitas Dokumen QHSE Plan
Memiliki standar sistem manajemen Health (X1.1) Komitmen Menejemen dan
Safety Environment / HSE (mampu membuat 11,25 Kebijakan QHSE 0,83
rencana HSE), memiliki personil HSE yang
bersertifikat (X1.2) HIRADC
1,26
2. Sistem Manajemen Quality Plan (X1.3) Sasaran & Program QHSE
0,74
Memiliki standar sistem manajemen Quality X1
(mampu membuat rencana Quality), memiliki (X1.4) Struktur Organisasi
0,52
personil Quality yang bersertifikat
7,5 (X1.5) Rencana Tanggap Darurat
0,54
(X1.6) Inspection Test Plan / ITP
1,92
(X1.7) Metode Pelaksanaan / Method
Statement 1,84
Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job
3. Kualitas Pegawai
Activity
Memiliki Pegawai yang ahli & bersertifikat
ahli utama, mampu koordinasi & komunikasi 7,5 (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
0,83
dengan tim proyek
(X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
1,77
X2
4. Kualitas Tenaga Kerja (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
1,58
Memiliki Tenaga Kerja yang terampil,
bersertifikat keterampilan 7,5 (X2.4) SKA & SKT
1,73
(X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory
test, dll) 1,40
Implementasi QHSE Tahap Work In
5. Implementasi HSE
Progress
Konsisten dan disiplin memakai Alat
Pelindung Diri / APD, Alat Pelindung Kerja / (X3.1) Safety Induction
1,48
APK, melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, 5
Resik, Rawat, Rajin) (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
1,52
(X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety
Analysis / CSA 5,76
6. Mutu Hasil Pekerjaan / Implementasi
(X3.4) Inspeksi QHSE
Quality 3,27
Kepatuhan terhadap regulasi, Kesesuaian (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat
terhadap KAK, Kecepatan respon terhadap X3 Pelindung Kerja 1,53
permasalah
(X3.6) Housekeeping (5R)
1,20
(X3.7) Penggunaan Material Ramah
5
Lingkungan 0,63
(X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
1,42
(X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
4,70
(X3.10) Laporan QHSE
4,82
164

MODEL PENILAIAN KINERJA LAMA Nilai MODEL PENILAIAN KINERJA BARU Nilai
7. Komitmen Penanganan & Penyelesaian Komitmen Penanganan & Penyelesaian
Defect Hasil Pekerjaan Defect
2,5 X4
Penanganan cepat dan tepat sasaran (kualitas (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
sesuai persyaratan) 12,76
8. Jadwal Pelaksanaan (Progress)
Lebih cepat/ lambat dari rencana yang 1,25
disepakati dan ditetapkan
9. Waktu pengiriman Sumber Daya
Bahan, Alat & Pekerja
2,5
Lebih cepat/lambat dari rencana yang
disepakati dan ditetapkan
10. Komitmen Biaya yang Disepakati
Biaya sesuai dengan yang disepakati & 10
ditetapkan dalam kontrak (di luar adendum
pekerjaan tambah volume atau item)
Lagging Indicator Kinerja QHSE

(X5.1) Laporan Non-Conformance Produk


2,64
(X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan
(Accident, Incident, Near miss) 5,63
X5
(X5.3) Frequency Rate
2,28
(X5.4) Severity Rate
1,75
(X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
1,17
Dokumen Pendukung
X6
(X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
3,79

Selain itu, berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis


sebelumnya dimana pada sebuah sample proyek jalan tol PT X setidaknya terdapat 10
vendor yang dinyatakan lulus prakualifikasi CQSMS tetapi dinyatakan tidak lulus
evaluasi akhir CQSMS. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan penulis, potensi
tersebut dapat diturunkan setelah diimplementasikannya pengembangan sistem penilaian
baru ini. Dengan menerapkan ambang batas kelulusan yang diberlakukan oleh PT X
selama ini yaitu minimal nilai 71,25 didapatkan sebanyak 9 vendor dikategorikan lulus
dengan keterangan “Kinerja Baik” dan catatan “Ditingkatkan”. Adapun 1 vendor dengan
“Kinerja Baik” dan catatan “Ditingkatkan” tetapi dikategorikan tidak lulus karena
mendapatkan nilai dibawah 71,25 yaitu 64,23 meskipun tetap terjadi peningkatan nilai
dari nilai yang sebelumnya.
165

Oleh karena itu perbandingan yang dilakukan penulis dengan melihat adanya
potensi peningkatan pada penilaian kinerja vendor dan sebanyak 9 dari 10 vendor
dinyatakan lulus evaluasi akhir CQSMS sebagai hasil dari simulasi pengembangan sistem
penilaian baru.

6. BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Didapatkan bagan alur proses pengadaan barang dan jasa menggunakan CQSMS
terdiri dari 2 Fase dan 7 Tahap yaitu :
 Administration Phase
1. Risk Assessment
2. Prequalification
Memuat: a. Tahap evaluasi surat pernyataan kesanggupan
166

Memuat: b. Tahap evaluasi vendor melalui aplikasi vendor management


3. Selection
Memuat: a. Tahap Berita Acara penentuan pemenang
4. Contract Award
Memuat: a. Tahap Berita Acara penentuan pemenang
 Implementation Phase
1. Pre-Job Activity
Memuat: a. Tahap vendor bekerja
2. Work In Progress
Memuat: a. Tahap vendor bekerja
3. Final Evaluation
Memuat: a. Tahap penyelesaian pekerjaan

2. Terdapat 29 kriteria tervalidasi yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan K3L
rekanan penyedia barang dan jasa pada Proyek PT X, yaitu;
 (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE
 (X1.2) HIRADC
 (X1.3) Sasaran & Program QHSE
 (X1.4) Struktur Organisasi
 (X1.5) Rencana Tanggap Darurat
 (X1.6) Inspection Test Plan / ITP
 (X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement
 (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan
 (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
 (X2.3) SIA & SIO / Lisensi
 (X2.4) SKA & SKT
 (X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll)
 (X3.1) Safety Induction
 (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting
 (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA
 (X3.4) Inspeksi QHSE
 (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja
167

 (X3.6) Housekeeping (5R)


 (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan
 (X3.8) Simulasi Tanggap Darurat
 (X3.9) Rapat Koordinasi QHSE
 (X3.10) Laporan QHSE
 (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan
 (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk
 (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss)
 (X5.3) Frequency Rate
 (X5.4) Severity Rate
 (X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan
 (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan
3. Dari pengolahan dan pengujian data menggunakan metode AHP, didapatkan bobot
masing-masing kriteria yang secara tidak langsung menunjukan tingkat
kepentingan kriteria-kriteria tersebut, serta digunakan sebagai bobot pengali dalam
melakukan penilaian kinerja pada evaluasi akhir CQSMS. Berikut besar bobot pada
masing-masing kriteria;
 (X1) Kualitas Dokumen QHSE Plan
o (X1.1) Komitmen Menejemen dan Kebijakan QHSE 1%
o (X1.2) HIRADC 1%
o (X1.3) Sasaran & Program QHSE 1%
o (X1.4) Struktur Organisasi 1%
o (X1.5) Rencana Tanggap Darurat 1%
o (X1.6) Inspection Test Plan / ITP 3%
o (X1.7) Metode Pelaksanaan / Method Statement 2%
 (X2) Implementasi QHSE Plan Tahap Pre Job Activity
o (X2.1) Laporan Pemeriksaan Kesehatan 1%
o (X2.2) Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja 2%
o (X2.3) SIA & SIO / Lisensi 2%
o (X2.4) SKA & SKT 3%
o (X2.5) Sertifikat Material (millsheet, factory test, dll) 2%
168

 (X3) Implementasi QHSE Tahap Work In Progress


o (X3.1) Safety Induction 1%
o (X3.2) Safety Talk & Tool Box Meeting 1%
o (X3.3) Izin Kerja & Contractor Safety Analysis / CSA 8%
o (X3.4) Inspeksi QHSE 4%
o (X3.5) Alat Pelindung Diri & Alat Pelindung Kerja 2%
o (X3.6) Housekeeping (5R) 1%
o (X3.7) Penggunaan Material Ramah Lingkungan 1%
o (X3.8) Simulasi Tanggap Darurat 2%
o (X3.9) Rapat Koordinasi QHSE 5%
o (X3.10) Laporan QHSE 6%
 (X4) Komitmen Penanganan & Penyelesaian Defect
o (X4.1) Tindak Lanjut Perbaikan Temuan 17%
 (X5) Lagging Indicator Kinerja QHSE
o (X5.1) Laporan Non-Conformance Produk 4%
o (X5.2) Laporan Kejadian Kecelakaan (Accident, Incident, Near miss) 11%
o (X5.3) Frequency Rate 5%
o (X5.4) Severity Rate 4%
o (X5.5) Laporan Kerusakan Lingkungan 1%
 (X6) Dokumen Pendukung
o (X6.1) Nilai Rata-rata Evaluasi Triwulan 7%

4. Berdasaran pengolahan data menggunakan metode AHP didapatkan hirarki pada


sistem penilaian kinerja ini. Pada Level I, terdapat Overall Objectives yang pada
penelitian ini berupa kinerja mutu dan K3L. Pada Level II, terdapat Group of Criteria yang
pada penelitian ini berupa (X1), (X2), (X3), dan seterusnya. Pada Level III, terdapat
Criteria yang pada penelitian ini berupa (X1.1), (X1.2), (X1.3), dan seterusnya. Terakhir
Level IV, terdapat Alternatives yang pada penelitian ini berupa nama-nama vendor yang
menjadi alternatif pemilihan keputusan.
5. Formulir penilaian kinerja vendor telah disusun menggunakan 29 kriteria
tervalidasi beserta bobot pada masing-masing kriterianya. Adapun skala penilaian
169

menggunakan skala likert 0 – 100 dengan 5 tingkatan skala berkelipatan 25


berdasarkan indikator penilaian yang telah disusun dalam memenuhi kebutuhan PT
X. Skala hasil dari penilaian ini juga telah disusun, yaitu 4 tingkatan skala
berkelipatan 25 dengan keterangan dan catatan pada masing-masing tingkatan.
6. Hasil assessment ulang pada 10 vendor menggunakan simulasi sistem penilaian
kinerja vendor yang baru, didapati adanya potensi peningkatan nilai kinerja vendor
dengan rata-rata peningkatan sebesar 15%. Sebanyak 9 dari 10 vendor dinyatakan
lulus evaluasi akhir CQSMS jika menggunakan ambang batas penilaian yang sama
seperti sebelumnya yakni 71,25, artinya terdapat 1 vendor yang tetap dinyatakan
tidak lulus evaluasi akhir CQSMS meskipun telah mengalami peningkatan nilai.
Hal tersebut menunjukkan adanya potensi peningkatan kinerja mutu dan K3L.
Vendor memiliki potensi baik pada aspek lain yang dapat dipertimbangankan pada
kriteria baru dalam pengembangan sistem penilaian evaluasi CQSMS.

Dari kesimpulan-kesimpulan yang diatas, didapat bahwa hipotesis dapat diterima


dengan melakukan pengembangan sistem penilaian pada evaluasi akhir CQSMS rekanan
penyedia barang dan jasa pada proyek konstruksi PT X menggunakan metode AHP,
dapat meningkatkan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa yang
bekerja dibawah naungan PT X. Hal ini dibuktikan melalui tercapainya sasaran PT X,
yaitu:
1. Dengan peningkatan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa
menghasilkan barang dan jasa yang tepat kualitas, jumlah, waktu, lokasi, dan
penyedia;
2. Dengan peningkatan kinerja mutu dan K3L rekanan penyedia barang dan jasa juga
meningkatkan peran pelaku usaha nasional.
6.2. Saran
Adapun saran dari penelitian ini antara lain:
1. Dalam upaya meningkatkan kinerja rekanan penyedia barang dan jasa d PT X,
diperlukan adanya pengembangan dari kedua belah pihak. Penelitian ini
merupakan satu bentuk upaya pengembangan dari segi sistem penilaian yang ada
di PT X. Perlu adanya upaya dari pihak vendor untuk dapat selalu mengupgrade
kemampuan demi meningkatkan kinerjanya.
2. Penelitian terkait kriteria pada sistem penilaian kinerja vendor tahap evaluasi
170

CQSMS ini dapat dikembangkan lebih lanjut lagi dengan objek dan aspek kinerja
yang berbeda
3. Penelitian ini hanya berskala organisasional, tidak berskala industri sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam melakukan generalisasi hasil penelitian.
Seandainya memungkinkan dilakukan dalam skala industrial, penelitian lain
diharapkan mempertimbangkan untuk melakukan penelitian dalam skala yang
lebih luas.
4. Metode pengolahan serta analisis data dapat menggunakan metode Multiple
Criteria Decision Making lainnya.
5. Produk pengembangan sistem penilaian dapat dikembangkan lebih jauh lagi
dengan hasil berupa petunjuk teknis pengisian.
6. Penelitian dapat digunakan sebagai sistem penilaian kinerja vendor pada evaluasi
akhir CQSMS di PT X.
171

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, N. D., Mohd Shariff, A., & Rusli, R. (2015). Process Safety Management (PSM) for
Managing Contractors in Process Plant. Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 37, 82–
90. https://doi.org/10.1016/J.JLP.2015.06.014
Abu Oda, M. M. A., Tayeh, B. A., Alhammadi, S. A., & Abu Aisheh, Y. I. (2022). Key Indicators
for Evaluating The Performance of Construction Companies from The Perspective of
Owners and Consultants. Results in Engineering, 15, 100596.
https://doi.org/10.1016/J.RINENG.2022.100596
Ale, B. J. M., Bellamy, L. J., Baksteen, H., Damen, M., Goossens, L. H. J., Hale, A. R., Mud, M.,
Oh, J., Papazoglou, I. A., & Whiston, J. Y. (2008). Accidents in The Construction Industry
in The Netherlands: An Analysis of Accident Reports Using Storybuilder. Reliability
Engineering & System Safety, 93(10), 1523–1533.
https://doi.org/10.1016/J.RESS.2007.09.004
Ali, H. A. E. M., Al-Sulaihi, I. A., & Al-Gahtani, K. S. (2013). Indicators for Measuring
Performance of Building Construction Companies in Kingdom of Saudi Arabia. Journal of
King Saud University - Engineering Sciences, 25(2), 125–134.
https://doi.org/10.1016/J.JKSUES.2012.03.002
Amalina, N. N., & Larasati, H. E. (2020). The Implementation of Contractor Safety Management
System to Prevent Work Accidents at Coal Mining Company. The Indonesian Journal Of
Occupational Safety and Health, 9(3), 338. https://doi.org/10.20473/ijosh.v9i3.2020.338-
348
American Petroleum Institute. (2004). Contractor Safety Management for Oil and Gas Drilling
and Production Operations.
Amil, M. A. Bin. (2009). Supplier Performance Assessment Tool in Automotive Industry Using
Multivariate Analysis. Universiti Teknologi Malaysia.
Aplikasi CQSMS PT X. (2020).
Aplikasi Vendor Management System PT X. (2020).
Arditi, D., & Gunaydin, H. M. (1997). Total Quality Management in The Construction Process.
International Journal of Project Management, 15(4), 235–243.
https://doi.org/10.1016/S0263-7863(96)00076-2
Army, S. (2012). Penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) Tahap Prakualifikasi
172

di PT. PAGEO UTAMA Jakarta Selatan.


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia PUPR. (2017a). Modul Pemahaman Sistem
Manajemen Mutu. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia PUPR. (2017b). Modul Pengendalian Pengawasan
pada Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber
Daya Air dan Konstruksi.
Basri, S. (2017). Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Efektivitasnya Terhadap Kinerja Safety Kontraktor di PT. Vale
Indonesia. Universitas Hasanuddin.
Benitha, B. I. M. (2019). Integrasi AHP dan QFD dalam Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi
Pemerintah Kota Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Bingol, B. N., & Polat, G. (2017). Measuring Managerial Capability of Subcontractors Using a
KPI Model. Procedia Engineering, 196, 68–75.
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.07.174
Chang, S. I., Yen, D. C., Ng, C. S. P., & Chang, W. T. (2012). An Analysis of IT/IS Outsourcing
Provider Selection for Small- and Medium-sized Enterprises in Taiwan. Information and
Management, 49(5), 199–209. https://doi.org/10.1016/j.im.2012.03.001
Chin, K. S., & Choi, T. W. (2003). Construction in Hong Kong: Success Factors for ISO9000
Implementation. Journal of Construction Engineering and Management, 129(6), 599–609.
https://doi.org/10.1061/(ASCE)0733-9364(2003)129:6(599)
Christian, M. S., Bradley, J. C., Wallace, J. C., & Burke, M. J. (2009). Workplace Safety: A Meta-
Analysis of the Roles of Person and Situation Factors. Journal of Applied Psychology, 94(5),
1103–1127. https://doi.org/10.1037/a0016172
Dale, A. M., Barrera, M., Colvin, R., Strickland, J., & Evanoff, B. A. (2021). Flow-down of
Safety From General Contractors to Subcontractors Working on Commercial Construction
Projects. Safety Science, 142, 105353. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2021.105353
Destiani, W. P. (2021). Evaluasi Penerapan Building Information Modeling (BIM) pada Proyek
Kontruksi di PT XYZ Dengan Menggunakan Teori Technology Acceptance Model (TAM)
Untuk Meningkatkan Kinerja Proyek. Universitas Indonesia.
Dimyati, H., & Nurjaman, K. (2014). Manajemen Proyek. Pustaka Setia.
Dokumen Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa PT X. (2020).
Dokumen Prosedur Quality Health Safety Environment PT X. (2020).
173

Dweiri, F., Kumar, S., Khan, S. A., & Jain, V. (2016). Designing an integrated AHP based
decision support system for supplier selection in automotive industry. Expert Systems with
Applications, 62, 273–283. https://doi.org/10.1016/j.eswa.2016.06.030
Elibal, K., & Özceylan, E. (2022). Comparing Industry 4.0 Maturity Models in The Perspective of
TQM Principles Using Fuzzy MCDM Methods. Technological Forecasting and Social
Change, 175, 121379. https://doi.org/10.1016/J.TECHFORE.2021.121379
El-khalek, H. A., Aziz, R. F., & Morgan, E. S. (2019). Identification of Construction
Subcontractor Prequalification Evaluation Criteria and Their Impact on Project Success.
Alexandria Engineering Journal, 58(1), 217–223. https://doi.org/10.1016/j.aej.2018.11.010
Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). ANDI.
Fajriani, D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mutu pada Proyek
Konstruksi di Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala.
Falenshina, N. (2012). Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) Terhadap
Kontraktor Project TA Unit CD III PT. PERTAMINA RU III Palembang. Universitas
Indonesia.
Galankashi, M. R., Hisjam, M., & Helmi, S. A. (2016). Agile Supplier Selection: A Fuzzy
Analytic Hierarchy Process (FAHP) Approach. International Conference on Industrial
Engineering and Operations Management, 1033–1040.
Gray, C. F., & Larson, E. W. (2011). Project Management: The Managerial Process (4th ed.).
McGraw-Hill/Irwin.
Gurning, C. S. I. (2016). Fire Risk Assessment for Safety Plan on KMP Port Link 3 Through Fire
Dynamic Simulator. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ibrahim. (2020). Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) pada Proyek Konstruksi Gedung (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung
DPRD Sleman, Yogyakarta). Universitas Islam Indonesia.
ISO 14001:2015 Sistem Manajemen Lingkungan.
ISO 45001:2018 Sistem Manajemen K3.
ISO 9001 2915 Sistem Manajemen Mutu.
James, B. C. (1989). Quality Management for Health Care Delivery. Hospital Research and
Educational Trust.
Jaya, B. I. P. (2013). Studi Mengenai Hubungan Antara Penerapan Green Construction Terhadap
Kinerja Mutu Proyek Konstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Atma Jaya
174

Yogyakarta.
Jayakusumah, I. (2014). Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Perusahaan Pada PT. TASPEN (Persero) KCU Bandung. STIE Ekuitas.
Khasani, R. R. (2013). Evaluasi Kepuasan Pelanggan Terhadap Kinerja Manajemen Proyek
Kontraktor Besar Bangunan Gedung. Universitas Diponegoro.
Kpamma, E. Z., & Adjei-Kumi, T. (2013, July). Construction Permits and Flow of Projects Within
The Sunyani Municipality, Ghana. International Group for Lean Construction 21 (IGLC
21).
Kumar, R., Padhi, S. S., & Sarkar, A. (2019). Supplier Selection of an Indian Heavy Locomotive
Manufacturer: An Integrated Approach Using Taguchi Loss Function, TOPSIS, and AHP.
IIMB Management Review, 31(1), 78–90. https://doi.org/10.1016/j.iimb.2018.08.008
Kumar, S., Kumar, S., & Barman, A. G. (2018). Supplier Selection Using Fuzzy TOPSIS Multi
Criteria Model for a Small Scale Steel Manufacturing Unit. Procedia Computer Science,
133, 905–912. https://doi.org/10.1016/j.procs.2018.07.097
Lingard, H., Hallowell, M., Salas, R., & Pirzadeh, P. (2017). Leading or Lagging? Temporal
Analysis of Safety Indicators on a Large Infrastructure Construction Project. Safety Science,
91, 206–220. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2016.08.020
Matete, R., Emuze, F., & Smallwood, J. (2016). Exploring Perceived Implementation Issues of
The Permit-To-Work Requirement of The Construction Regulations in South Africa.
Journal of Construction, 9(2), 14–23.
Maulani, F., Suraji, A., & Istijono, B. (2014). Analisis Struktur Rantai Pasok Kontruksi Pada
Pekerjaan Jembatan. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 10(2), 1–8.
https://doi.org/10.25077/jrs.10.2.1-8.2014
Mirmousa, S., & Dehnavi, H. D. (2016). Development of Criteria of Selecting the Supplier by
Using the Fuzzy DEMATEL Method. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 230, 281–
289. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.09.036
Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Raja Grafindo Persada .
Mohsen Alawag, A., Salah Alaloul, W., Liew, M. S., Ali Musarat, M., Baarimah, A. O., Saad, S.,
& Ammad, S. (2022). Critical Success Factors Influencing Total Quality Management in
Industrialised Building System: Implementation and Benefits in Construction Projects. Ain
Shams Engineering Journal. https://doi.org/10.1016/J.ASEJ.2022.101877
Moi, F. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Untuk
175

Perjalanan Kuliah (Studi Kasus: Mahasiswa/i Universitas Atma Jaya Yogyakarta).


Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Murie, F. (2007). Building Safety—An International Perspective. International Journal of
Occupational and Environmental Health, 13(1), 5–11.
https://doi.org/10.1179/107735207800244974
Musyahidah, B. (2018). Sistem Penilaian dan Evaluasi Kinerja Supplier Terintegrasi pada
Perusahaan Pembangkitan Listrik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Neamat, S. D. S. (2019). A Comparative Study of Safety Leading and Lagging Indicators
Measuring Project Safety Performance. Advances in Science, Technology and Engineering
Systems, 4(6), 306–312. https://doi.org/10.25046/aj040639
Nevhage, B., & Lindahl, H. (2008). A Conceptual Model, Methodology, and Tool to Evaluate
Safety Performance in an Organization [Lund University]. www.eat.lth.se
Niu, Y., Fan, Y., & Li, Y. (2023). Safety Performance Measurement in Collectivized Oil
Companies in China: Contribution of Leading Indicators to Lagging Indicators. Journal of
Loss Prevention in the Process Industries, 83, 105090.
https://doi.org/10.1016/J.JLP.2023.105090
Novitaningrum, B. D. (2014). Akuntabilitas dan Transparansi Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah Melalui Electronic Procurement (Best Practice di Pemerintah Kota Surabaya).
Kebijakan Dan Manajemen Publik, 2(1). http://www.index.ti.or.id/report/2010/11/09/]
Nwankwo, C. D., Theophilus, S. C., & Arewa, A. O. (2020). A Comparative Analysis of Process
Safety Management (PSM) Systems in The Process Industry. Journal of Loss Prevention in
the Process Industries, 66, 104171. https://doi.org/10.1016/J.JLP.2020.104171
Olanrewaju, A. L., Bong, M. Z. X., & Preece, C. (2022). Establishment of Pre-qualification
Criteria for The Selection of Subcontractors by The Prime Constructors for Building
Projects. Journal of Building Engineering, 45. https://doi.org/10.1016/j.jobe.2021.103644
Pan, X., Zhong, B., Wang, Y., & Shen, L. (2022). Identification of Accident-Injury Type and
Bodypart Factors From Construction Accident Reports: A Graph-based Deep Learning
Framework. Advanced Engineering Informatics, 54, 101752.
https://doi.org/10.1016/J.AEI.2022.101752
Peraturan Menteri PUPR NO. 10 Tahun 2021. (2021).
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. (2012).
176

Pheng, L. S., & Teo, J. A. (2004). Implementing Total Quality Management in Construction
Firms. Journal of Management in Engineering, 20(1), 8–15.
https://doi.org/10.1061/(ASCE)0742-597X(2004)20:1(8)
Podgórski, D. (2015). Measuring Operational Performance of OSH Management System – A
Demonstration of AHP-based Selection of Leading Key Performance Indicators. Safety
Science, 73, 146–166. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2014.11.018
Project Management Institute. (2017). A Guide to The Project Management Body of Knowledge
(PMBOK Guide) (6th ed.). Project Management Institute, Inc.
Putri, L. A., & Hadi, C. (2014). Perbedaan Kinerja Keselamatan Ditinjau dari Tingkat Persepsi
Risiko Pada Pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha. Jurnal Psikologi Industri Dan
Organisasi, 3(1), 204–209.
Raheem, A. A., & Hinze, J. W. (2014). Disparity Between Construction Safety Standards: A
Global Analysis. Safety Science, 70, 276–287. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2014.06.012
Rajesh, G., & Malliga, P. (2013). Supplier Selection Based on AHP QFD Methodology. Procedia
Engineering, 64, 1283–1292. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2013.09.209
Rohadi, S. (2018). Kajian Kriteria Pemilihan Subkontraktor pada Jasa Konstruksi dengan
Menggunakan Analytical Network Process (ANP) - Benefit Cost Risk. Universitas Gadjah
Mada.
Saaty, R. W. (1987). The Analytic Hierarchy Process-What it is and How it is Used. 9(5), 161–
176.
Santoso, R. (2022). Kinerja Industri Jasa Konstruksi . Media Sains Indonesia.
Sari, T. O. (2017). Identifikasi Hazard pada Pekerja Kontraktor Sipil dengan Metode CSMS di PT.
X Pasuruan. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 6(1), 88–96.
Schulman, P. R. (2020). Organizational Structure and Safety Culture: Conceptual and Practical
Challenges. Safety Science, 126. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2020.104669
Selvik, J. T., Bansal, S., & Abrahamsen, E. B. (2021). On The Use of Criteria Based on The
SMART Acronym to Assess Quality of Performance Indicators for Safety Management in
Process industries. Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 70, 104392.
https://doi.org/10.1016/J.JLP.2021.104392
Shanmugam, K., & Abdul Razak, M. (2021). Assessment on Process Safety Management
Implementation Maturity Among Major Hazard Installations in Malaysia. Process Safety
and Environmental Protection, 149, 485–496. https://doi.org/10.1016/J.PSEP.2020.11.013
177

Singh, A., & Misra, S. C. (2021). Safety Performance & Evaluation Framework in Indian
Construction Industry. Safety Science, 134. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2020.105023
Skład, A. (2019). Assessing The Impact of Processes on The Occupational Safety and Health
Management System’s Effectiveness Using The Fuzzy Cognitive Maps Approach. Safety
Science, 117, 71–80. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2019.03.021
Suarez, J. G. (1992). Three Experts on Quality Management: Philip B. Crosby, W. Edwards
Deming, Joseph M. Juran.
Subarkah, R. (2020). Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Kapabilitas Jejaring Usaha
Terhadap Kinerja Usaha (Studi Kasus Café Di Jl. Ir. H. Djuanda Dago, Bandung).
Universitas Komputer Indonesia.
Sufren, & Nathanael, Y. (2014). Belajar Otodidak SPSS: Pasti Bisa. PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Tanuwijaya, E., & Sekarsari, J. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kontraktor
Utama Dalam Pemilihan Subkontraktor pada Pelaksanaan Poyek Konstruksi. Jurnal Mitra
Teknik Sipil, 1(2), 111–121.
Tong, L., Pu, Z., Chen, K., & Yi, J. (2020). Sustainable Maintenance Supplier Performance
Evaluation Based on an Extend Fuzzy PROMETHEE II Approach in Petrochemical
Industry. Journal of Cleaner Production, 273. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122771
UmaDevi, K., Elango, C., & Rajesh, R. (2012). Vendor Selection Using AHP. Procedia
Engineering, 38, 1946–1949. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2012.06.237
Usman, A. A. H. (2018). Model Penilaian Kinerja Vendor Teknologi Informasi Untuk Usaha
Kecil Menengah. Universitas Islam Indonesia.
Versteeg, K., Bigelow, P., Dale, A. M., & Chaurasia, A. (2019). Utilizing Construction Safety
Leading and Lagging Indicators to Measure Project Safety Performance: A Case Study.
Safety Science, 120, 411–421. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2019.06.035
Wardhani, Y. D. K. (2022). Implementation of Contractor Safety Management System as a
Requirement for Partners at a Petrochemical Company. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 11(1), 1–11. https://doi.org/10.20473/ijosh.v11i1.2022.1-
11
Wardiyanto, B. (2012). Kebijakan E-Procurement. PT. Revka Petra Media.
Wheelwright, S. C., & Makridakis, S. (1980). Forecasting Methods for Management (3rd ed.).
John Wiley & Sons.
178

Winarta, R. H., Putra, C. W., & Nugraha, P. (2022). Survei Faktor-Faktor Utama yang
Mempengaruhi Hubungan Kontraktor dan Subkontraktor pada Proyek Konstruksi di
Surabaya dan Sekitarnya. Dimensi Pratama Teknik Sipil, 11(1), 136–143.
Xu, J., Cheung, C., Manu, P., & Ejohwomu, O. (2021). Safety Leading Indicators in Construction:
A Systematic Review. Safety Science, 139, 105250.
https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2021.105250
Xu, J., Cheung, C., Manu, P., Ejohwomu, O., & Too, J. (2022). Implementing Safety Leading
Indicators in Construction: Toward a Proactive Approach to Safety Management. Safety
Science, 157, 105929. https://doi.org/10.1016/J.SSCI.2022.105929
Yin, R. K. (1984). Case Study Research: Design and Methods. Sage Publications.
Yuwono, S., Sukarno, E., & Ichsan, M. (2003). Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Scorecard : Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai