SKRIPSI
Disusun Oleh:
Afrizal Ramadhan Ayuba - 1901475740
Pembimbing Skripsi:
Putri Arumsari, S.T, M.T. – D5661
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
1901475740
Disetujui oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Berkat,
Rahmat, Inayah, Taufik dan Anugerah-Nyalah, Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal penelitian yang berjudul “Analisis Alternatif Metode
Pelaksanaan Erection Pada Konstruksi Jembatan Sentuk 2”. Penelitian ini bermaksud
untuk menjelaskan kepada dosen pembimbing, teman sejurusan, serta dosen-dosen
lain terkait pencapaian yang di dapat dari kegiatan penelitian yang dilakukan.
Penyusunan proposal penelitian dilakukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan pada Universitas Bina Nusantara, Fakultas Teknik, Jurusan
Teknik Sipil. Dengan demikian, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan proposal penelitian ini. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan masukan-masukan serta saran yang bersifat membangun
untuk dapat menyusuan proposal penelitian lebih baik lagi.
iv
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
ABSTRAK
Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi
yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau
standar yang diuji cobakan. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi
merupakan penerapan konsep rekayasa yang berpijak pada keterkaitan antara
persyaratan dalam dokumen pengadaan, keadaan teknis dan ekonomis yang ada di
lapangan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode alternatif erection yang
tepat pada proyek Jembatan Sentuk 2. Dalam penelitian menggunakan data dari
laporan perencanaan awal proyek dan Jurnal-Jurnal, dimana dari data tersebut dapat
menemukan parameter domain di area proyek serta metode-metode erection yang
dipilih sebagai metode alternatif di Jembatan Sentuk 2. Analisis yang dilakukan
berupa analisis rencanan anggaran biaya (RAB) untuk masing-masing metode.
Dengan membandingkan hasil analisis RAB antara metode-metode erection
Jembatan, Sehingga dapat menentukan pilihan metode yang efektif untuk proyek
Jembatan Sentuk 2 berdasarkan segi biaya.
v
ABSTRACT
The Construction method is a series of construction implementation activities
that follow procedures and have been designed in accordance with the knowledge or
standard being tested. Basically construction implementation method is the
application of engineering concept that are based on relationship between the
requirements in procurement document, techinal and economic condition that exist
in field. The purpose of this study are to determine the appropriate alternative
erection method for the Sentuk 2 Bridge project. In this study, using data from the
projects initial planning repots and jounals, from wthich data can fin the domain
parameters in project area and the erection methods selected as method alternative
in Sentuk Bridge 2. The analysis carried out is in form of an analysis of the budge
plan (RAB) for each method. By comparing the results of RAB analysis between
bridge erection methods, so that it can determine the choice of an effective method
for Sentuk 2 Bridge project based on cost terms.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................vii
DAFTAR TABEL........................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
vii
2.8 Harga Satuan Pekerjaan...................................................................................21
2.9.1 Bulldozer..........................................................................................................28
2.9.2 Excavator/Backhoe..........................................................................................30
2.9.5 Compactor........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................45
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Harga Satuan Upah Pekerja Pada Wilayah Kutai Kartanegara.................22
Tabel 2.2 Harga Satuan Sewa Peralatan I Pada Wilayah Kutai Kartanegara.............23
Tabel 2.3 Harga Satuan Sewa Peralatan II Pada Wilayah Kutai Kartanegara............24
Tabel 2.4 Harga Satuan Bahan Pada Wilayah Kutai Kartanegara..............................25
Tabel 2.5 Faktor Efisiensi Alat...................................................................................27
Tabel 2.6 Faktor Efisiensi alat Bulldozer...................................................................29
Tabel 2.7 Fakotr Pisau Bulldozer................................................................................29
Tabel 2.8 Faktor bucket (bucket fill factor) (K) untuk excavator...............................30
Tabel 2.9 Faktor efisiensi Kerja alat Excavator (E)...................................................30
Tabel 2.10 Faktor bucket untuk Wheel loader dan Track loader...............................31
Tabel 2.11 Faktor efisiensi Kerja alat (Fa) Motor Grader.........................................32
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan konstruksi pada suatu proyek terdapat adanya konsep-
konsep metode yang digunakan untuk menghindari kegagalan konstruksi akibat
metode yang digunakan tidak sesuai di lapangan. Dengan begitu memerlukan
metode-metode alternatif pada perencanaan konstruksi yang dapat digunakan sesuai
kondisi di lapangan. Pada penelitian penulis untuk Jembatan Sentuk 2 diperlukan
adanya metode alternatif erection pada konstruksi Jembatan tersebut. Di proyek ini
terdapat sungai di area lokasi proyek dan tanah yang berada di proyek sudah diuji
dengan mendapati nilai uji tanah N-SPT yaitu bersifat lunak berdasarkan nilainya
(Laporan Pekerjaan Analisis dan Design Jembatan Sungai Sentuk 2, PT. LAPI
Ganesthama Consulting). Sehingga diperlukan adanya metode alternatif erection
yang sesuai dengan tidak mengganggu proses pekerjaan walaupun terdapat sungai
dibawah proyek tersebut maupun kondisi tanah seperti itu untuk kelancaran
pelaksanaan konstruksi Jembatan Sentuk 2.
Dari penelitian terdahulu oleh Ismeranto, dkk (2019) yang meneliti metode
pelaksanaan struktur atas Jembatan Tayan yang melewati sungai, dimana penelitian
itu memerlukan metode pelaksanaan yang tepat untuk dapat melakukan konstruksi
tanpa mengkhawatirkan kondisi di bawah Jembatan. Sehingga permasalahan yang
diteliti oleh penulis yaitu menentukan metode alternatif erection yang tepat dari
metode-metode yang ada untuk digunakan pada konstruksi Jembatan Sentuk 2.
Dimana metode tersebut harus sesuai dengan kondisi di lapangan, baik dari kondisi
tanah lapangan maupun terdapat sungai pada area konstruksi tersebut. Dengan tujuan
apabila hal-hal tersebut dapat mengganggu jalannya proyek jembatan yang
dikonstruksi, dengan begitu hal tersebut akan ditelusuri sebagai parameter domain
yang bersifat baik dan buruk untuk kelancaran konstruksi proyek. Oleh karena itu
dengan adanya metode alternatif yang sesuai dapat menghindari permasalahan
tersebut dan pelaksanaan konstruksi jembatan bisa diselesaikan.
2
b. Metode erection alternatif apa yang dapat diaplikasikan untuk konstruksi
Jembatan Sentuk 2?
c. Berapa biaya dari masing-masing alternatif metode erection pada konstruksi
Jembatan Sentuk 2?
d. Metode alternatif erection apa yang paling efisien dalam segi biaya untuk
konstruksi Jembatan Sentuk 2?
3
e. Hasil analisis metode altenatif erection pada Jembatan Sentuk 2 berupa nilai
RAB yang dibandingkan untuk menentukan metode yang tepat.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Selain itu jembatan beton prategang relatif mudah dalam pelaksanaan walaupun
saat di lokasi memerlukan peralatan khusus terutama pada penemapatan girder
utama yang berada di tengah.
b. Jembatan Pelengkung
Jembatan pelengkung adalah alternatif kedua yang diusulkan dan termasuk tipe
jembatan klasik dan sangat artistic seperti gambar 2.2. Penggunaan tipe
pelengkung adalah konsekuensi dengan digunakannya material beton bertulang
konvensional karena momen yang timbul pada tengah gelagar akibat beban akan
jauh lebih kecil. Timbulnya momen yang lebih kecil akan sangat
menguntungkan karena beton tidak kuat dalam menerima tegangan tarik.
Sebaliknya pada balok pelengkung akan timbul gaya normal tekan yang cukup
besar. Hal ini akan diimbangi oleh kekuatan beton yang memang tahan terhadap
tegangan tekan (Sutarja, 2007).
6
c. Jembatan Dengan Sistem Penyokong
Model jembatan dengan sistem penyokong adalah alternatif ketiga untuk tipe
jembatan yang bisa digunakan. Tipe jembatan ini merupakan modifikasi dari
sistem pelengkung. Dalam beberapa literatur model jembatan ini sering juga
disebut sistem “Span Werk” seperti pada gambar 2.3. Pada tipe jembatan ini
elemen struktur tekan berupa batang diagonal dipasang pada jarak tertentu,
sehingga bentang jembatan dapat direduksi. Berdasarkan kondisi topografi,
lapangan (daerah pertemuan tiga sungai), kebutuhan fungsional, ekonomi, dan
pertimbangan pelaksanaan jembatan ini bisa digunakan sebagai alternatif dalam
model jembatan dalam proyek jembatan sentuk 2.
7
2.2.2 Perancangan Jembatan Steel Truss
Menurut Asiyanto (2008) kembatan rangka baja (truss bridge) adalah struktur
jembatan yang terdiri dari rangkaian batang-batang baja yang dihubungkan satu
dengan yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan
dan disalurkan kepada batang-batang baja struktur tersebut, sebagai gaya-gaya tekan
dan tarik yang melalui titik-titik pertemuan batang (titik buhul). Seperti pada gambar
2.4 menunjukkan bagian-bagian konstruksi dari jembatan rangka baja.
8
a. Tiang Sandaran
Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa aman
bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya. Pada jembatan
rangka baja dan jembatan beton, umumnya sandaran dibuat dari pipa galvanis
atau semacamnya.
b. Rangka Jembatan
Rangka jembatan terbuat dari baja profil seperti tipe WF, H dan lain sebagainya.
Sehingga lebih baik dalam menerima beban-beban yang bekerja secara lateral
(beban yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu batang).
c. Lantai Kendaraan
Merupakan lintasan utama yang di lalui kendaraan, lebar jalur kendaraan yang
diperkirakan cukup untuk berpapasan agar jalan kendaraan dapat lebih leluasa.
Pada lapisan ini beban lalu lintas didapat dan diteruskan ke bangunan bawah
jembatan. Lapisan atas lantai kendaraan umumnya adalah beton dan aspal.
d. Gelagar Melintang
Berfungsi untuk menahan beban mati dan beban hidup dari kendaraan yang
melalui jembatan dan menyalurkannya ke rangka utama. Sehingga hubungan
antara rangka utam dengan gelagar melintang selalu dibuat sekaku mungkin
untuk mendapatkan kekakuan jembatan pada arah melintang.
e. Ikatan Angin (Wind Bracing) dan Ikatan Rem
Ikatan angin berfungsi untuk menahan atau melawan gaya yang diakibatkan oleh
angin, baik dari bagian atas maupun bagian bawah jembatan agar membua
jembatan dalam keadaan stabil. Sedangkan ikatan rem berfungsi untuk menahan
saat terjadi gaya rem akibat pengereman kendaraan yang melintas di jembatan.
f. Landasan/Perletakan (Bearing Pad)
Landasan atau perletakan dibuat untuk menerima gaya-gaya dari konstruksi
bangunan atas baik secara horizontal, vertikal, serta lateral dan juga
menyalurkannya ke bangunan dibawahnya. Selain itu dapat mengatasi
perubahan panjang yang diakibatkan perubahan suhu dan untuk memeriksa
kemungkinan rotasi pada perletakkan yang akan menyertai lendutan dari struktur
yang dibebani. Terdapat tiga macam perletakan ialah sendi, rol dan elastomer.
9
g. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi
dari lantai jalan ataupun permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk
dua orang berpapasan dan biasanya berkisar 0,5-1,5 m dan di pasang pada
bagian kanan dan kiri jembatan.
10
c. Pelat Injak
Pelat injak berfungsi untuk menahan hentakan pertama roda kendaraan ketika
akan memasuki awal jembatan. Pelat injak ini sangat berpengaruh pada
pekerjaan bangunan bawah. Karena apabila dalam pelaksanaan pemadatan
kurang sempurna maka akan dapat mengakibatkan penurunan dan plat injak
akan patah.
d. Pilar
Berbeda dengan abutment yang jumlahnya ada 2 dalam satu jembatan. Bentuk
pilar suatu jembatan harus mempertimbangkan pola pergerakan aliran sungai,
sehingga dalam perencanaannya selain pertimbangan dari segi kekuatan juga
memperhitungkan masalah keamnannya. Dalam segi jumlah pun bermacam-
macam tergantung dari jarak bentangan yang tersedia, keadaan sungai dan
keadaan tanah. Fungsi pilar ini yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah.
e. Oprit
Berfungsi untuk menahan kestabilan tanah dikiri dan kanan jembatan agar tidak
terjadi kelongsoran. Oprit berada di belakangn abutment, oleh karena itu dalam
pelaksanaan penimbunan tanah harus dibuat sepadat mungkin.
11
2.4 Metode – Metode erection Girder Pada Jembatan
Metode pelaksanaan proyek konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran
tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan, yang merupakan inti dari seluruh
kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan proyek
konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi
bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan
penerapan konsep rekayasa yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pengadaan, keadaan teknis dan ekonomis yang ada di lapangan (Ketut
Nudja, 2016). Sehingga dalam setiap pelaksanaan konstruksi dibutuhkan inovasi
teknologi berupa metode yang tepat, agar berbagai kegiatan pembangunan dapat
berjalan secara efisien dan efektif.
Berikut adalah beberapa tipe metode alternatif pada pemasangan jembatan
yang umumnya digunakan untuk pelaksanaan konstruksi jembatan (Ketut Nudja,
2016):
a. Metode Counter Weight dan Link Set pada Bangunan Atas Konstruksi
Jembatan
Sistem ini digunakan untuk konstruksi jembatan rangka baja dengan
penggunaan alat angkat baik itu service crane, yang dapat diletakkan diatas
ponton atau konvensional gantry merupakan cara yang umum untuk
mengangkat dan memasang batang per batang baja di posisinya dalam
pelaksanaan gelagar jembatan. Sistem ini biasanya diperlukan ketika diambil
dari konstruksi rangka baja yang belum dipasang ditambah dengan extra
beban, agar erection dengan sistem cantilever dapat dilakukan. Dan
penggunaan link set juga dilakukan untuk menghubungkan satu span rangka
yang telah jadi sebagai konstruksi counter weight bagi konstruksi rangka di
span selanjutnya (Jurnal ITS, Prasetya, dkk, 2015) , sebagaimana seperti
gambar 2.5.
12
Gambar 2.5 Metode Counter Weight dan Link Set
Sumber: Jurnal ITS, Prasetya, dkk, 2015
13
Gambar 2.6 Metode kantilever cast insitu
Sumber: I Ketut Nudja S., 2016
14
2. Alat penggali, seperti excavator, front shovel, backhoe, dragline, clamshell. Alat
berat ini berfungsi untuk mengali tanah dan bebatuan.
13
3. Alat pengangkut material, seperti belt truck dan wagon. Biasanya alat berat ini
untuk mengangkut material lepas, yang dalam jangka waktu dan jarak tempuh
yang lumayan lama dan jauh.
4. Alat pemindahan material, seperti doozer dan loader. Digunakan untuk
memindahkan suatu material ke tempat lainnya.
5. Alat pemadat seperti tamping roller, compactor dan pneumatic tirer roller, yang
digunakan untuk pembuatan jalan.
6. Alat pengolah material, seperti crusher dan concrete mixer truck. Pada kategori
ini berfungsi untuk mengubah suatu material menjadi bentuk yang diinginkan
dalam berlangsungnya proyek.
7. Alat Penempatan akhir material , seperti asphalt paver, motor grader, concrete
spreader dan lain-lain. Berguna untuk menempatkan material ke tempat yang di
tentukan.
b. Klasifikasi berdasarkan operasional alat berat
Klasifikasi alat berat berdasarkan operasionalnya dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain atau tidak dapat digerakkan (statis). Berikut klasifikasi alat
berdasarkan penggeraknya dapat dibagi sebagai berikut:
1. Alat dengan Penggerak, merupakan alat berat dengan menggunakan bagian dari
sebuah mesinnya yang berguna untuk menghasilkan tenaga dari mesin agar
alatnya dapat dikerjakan. Contohnya Crawler Crane.
2. Alat statis merupakan jenis alat berat berdasarkan operasional secara statis yang
biasanya digunakan pada beberapa alat. Berguna untuk memindahkan sebuah
tanah atau bahan material lainnya dalam jumlah yang banyak, seperti tower
crane, batching plant dan crusher plant.
15
a. Excavator
Excavator adalah alat berat serba guna yang dapat dipergunakan untuk
menggali, memuat dan mengangkat material. Alat ini dapat juga dipakai untuk
memecah batu, mencabut tanggul, membongkar aspat dan lain-lain, namun tak
dapat digunakan untuk jarak yang jauh. Excavator yang digunakan pada proyek
ialah PC1250.
b. Bulldozer
Bulldozer adalah traktor beroda rantai, serba guna dan memiliki kemampuan
traksi yang besar. Selain itu bulldozer merupakan traktor yang dapat di
pasangkan pisau atau blade di bagian depannya, dengan fungsinya untuk
mendorong atau memotong material yang berada di depan. Sehingga
bulldozer ini digunkan untuk bermacam-macam pekerjaan seperti menggali,
mendorong, menggusur, mengurug dan lain sebagainnya. Effisien untuk
dipakai pada kondisi medan berbukit, hutan dan sebagainya. Bahkan mampu
beroperasi pada tanah kering hingga lembab, dengan jarak pemindahan tanah
masih effisien sampai sejauh 100 meter.
16
Sumber: Buku Manajemen Alat-Alat berat, PT. United Tractor
15
c. Wheel Loader
Wheel loader merupakan alat pemuat beroda karet (ban), penggunaanya
hamper sama dengan dozer shovel. Alat penggerak loader sendiri dapat
diklasifikasi sebagai roda crowler atau ban. Wheel loader yang ban maupun
roda crowler dapat dipakai untuk mengangkat material. Namun berbeda
dengan dozer shovel, materil yang diangkut bagian bawahnya harus memiliki
ketinggian setinggi permukaan bucket dozer. Apabila butuh pengangkatan
yang lebih dalam, diperlukan adanya tambahan ramp. Dengan begitu
perbedannya dengan alat lain terletak pada landasan kerjanya, dan
keuntungannya dapat diguanakn pada pengoperasian yang menuntut
kecepatan dan mobilitas tinggi. Serta tidak diperlukan traksi yang besar
(umumnya material yang dikerjakan dalam keadaan gembur dan tidak berat).
d. Motor Grader
Motor grader digunakan untuk mengupas/stripping, membentuk permukaan,
memotong serta meratakan permukaan tanah, terutama pada tahap-tahap
penyelesaian. Sehingga diperoleh kerataan permukaan dengan tingkat
ketelitian yang lebih baik. Motor grader digunakan juga untuk aplikasi lain
seperti membuat kemiringan pada tanah/badan jalan, membentuk kemiringan
tebing/slope atau membuat saluran air secara sederhana. Dalam
17
pengoperasiannya motor grader menggunakan pisau yang disebut moldboard
yang dapat digerakkan sesuai dengan kebutuhan bentuk permukaan. Panjang
blade biasanya berkisar antara 3 sampai 5 meter.
e. Compactor
Alat ini digunakan untuk memadatkan tanah agar mencapai nilai kepadatan
yang diinginkan, sesuai dengan beban/muatan serta frekuensi lintasan yang
didrerit oleh material yang dipadatkan tadi. Sehingga dengan alat ini, jenis
material seperti pasir, kerikil dan batuan pecah dapat dipadatkan, karena
memberikan tekanan dan getaran terhadap material yang berada dibawahnya.
Pemakaian kelengkapan smooth drum dipakai untuk memadatkan material
yagn bersifat lepas dan kandungan air (moisture content) rendah, atau untuk
pemadatan finishing. Sedangkan kelengkapan pad-foot drum digunakan untuk
material/tanah yang bersifat lunak dengan kandungan air cukup tinggi. Alat
ini mampu memadatkan lapisan berkisar pada kedalaman 7.5-15 cm.
18
f. Dump Truck
Merupakan peralatan utama dalam pekerjaan pemindahan material jarak
menengah sampai jarak jauh (>500 m). Pengisian muatan ke dump truck
dilakukan oleh alat muat, sedangkan untuk pembongkaran muatan dapat
dilaksanakan sendiri.
g. Crane
Crane adalah alat yang umumnya digunakan untuk
mengangkat/memindahkan material dari tempat asal ke tempat lain, dengan
cara mengaitkan material tersebut pada hook yang tergantung di wire rope.
Jarak pemindahannya hanya sejauh radius putar towernya. Dengan diganti
kelengkapan kerjanya alat ini juga dapat dipergunakan untuk menancapkan
tiang pancang(pipe layer), menggali dan memuat (clampshell dan dragline).
Konstruksi bagian atas dapat berputara 360˚ seperti excavator, dengan
jangkauan yang lebih jauh. Selain itu terdapat juga alat mini crane yang di
gunakan pada proyek ini untuk membantu dalam pengoboran dan
pemasangan pondasi bored pile.
19
Gambar 2.13 Crane
Sumber: Buku Manajemen Alat-Alat berat, PT. United Tractor
20
d. Harga satuan pekerjaan = volume x (jumlah bahan + Jumlah upah tenaga
kerja).
19
2.6.2 Perhitungan Volume
Tahapan Perhitungan volume ini dapat dikerjakan berdasarkan dari
gambar-gambar denanh maupun detail, sehingga gambar-gambar tersebut
tidak terdapat ketidakjelasan pada ukuran maupun gambar dan
mempengaruhi perhitungan volume pekerjaan (David Malaiholo, dkk, 2020).
Perhitungan Volume Pekerjaan:
Volume untuk luasan item pekerjaan (m²) = Panjang x Lebar ...........................(2.1)
Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m³) = Panjang x Lebar x Tinggi (2.2)
Volume Panjang item pekerjaan (m) = Panjang / Tinggi ...........................(2.3)
Volume untuk Borongan (ls,unit,buah) = Sesuai Kesepakatan .....................(2.4)
21
Rumus Harga Satuan Pekerjaan Sebagai berikut:
Harga Satuan Pekerjaan=Upah+ Bahan+ Peralatan ............................................(2.5)
Dimana:
Upah = Harga Satuan Upah x Koefisien (Analisa Upah)
Bahan = Harga Satuan Bahan x Koefisien (Analisa Upah)
Alat = Harga Satuan alat x Koefisien (Analisa Alat)
Tabel 2.1 Harga Satuan Upah Pekerja Pada Wilayah Kutai Kartanegara
Satuan Harga Di
No Uraian Pokok Kegiatan Satuan Kabupaten/Kota Keterangan
Kutai Timur (Rp)
A. Upah Pekerja
Pekerja OH 137,800.00
Mandor OH 174,900.00
Tukang Kayu OH 159,000.00
Kepala Tukang Kayu OH 164,300.00
Tukang Batu OH 159,000.00
Kepala Tukang Batu OH 164,300.00
Tukang Besi OH 159,000.00
Kepala Tukang Besi Hari 164,300.00
Tukang Gali Hari 159,000.00
Kepala Tukang Gali Hari 164,300.00
Tukang Las Hari 159,000.00
Kepala Tukang Las Hari 174,900.00
Tukang Bongkar Hari 174,900.00
Mekanik Hari 174,900.00
Pembantu Operator Hari 159,000.00
Operator Hari 174,900.00
22
Tabel 2.2 Harga Satuan Sewa Peralatan I Pada Wilayah Kutai Kartanegara
Satuan Harga di
No. Uraian Pokok Kegiatan Satuan Kabupaten/Kota Kutai Keterangan
Timur
B. Harga Sewa Peralatan
Ashpalt Mixer Plant 150
1 Jam
Hp 10,022,800.00
2 Asphalt finisher 72 Hp Jam 634,800.00
3 Ashpalt Sprayer Jam 99,700.00
4 Bulldozer 100-150 HP Jam 1,091,700.00
Compressor 4000 - 6500
5 Jam
L/M 225,600.00
Concrete Mixer 0.3 - 0,6
6 Jam
M3 115,800.00
7 Crane 10 - 15 Ton Jam 736,300.00
8 Dump Truck 3 - 4 M3 Jam 413,000.00
9 Dump Truck 6 - 8 M3 Jam 448,200.00
10 Excavator 80 - 140 HP Jam 800,700.00
11 Flat Bed Truck 3 - 4 M3 Jam 877,300.00
12 Generator Set Jam 595,300.00
13 Motor Grader > 100 HP Jam 821,900.00
23
Tabel 2.3 Harga Satuan Sewa Peralatan II Pada Wilayah Kutai Kartanegara
Satuan Harga di
No. Uraian Pokok Kegiatan Satuan Kabupaten/Kota Ket.
Kutai Timur
14 Truck Loader 75 - 100 HP Jam 499,600.00
15 Wheel Loader 1.0 - 1.7 M3 Jam 625,500.00
16 Three Whell Roller 6 - 10 T Jam 359,600.00
17 Tandem Roller 6 - 10 T Jam 359,600.00
18 Pneumatic Tire Roller 8-10 T Jam 654,700.00
19 Vibration Roller 5 - 8 T Jam 567,100.00
20 Concrete Vibrator Jam 65,500.00
21 Stone Crusher Jam 1,168,400.00
22 Water Pump 70-100 MM Jam 55,400.00
23 Water Tanker 3000 - 4500 L Jam 590,200.00
24 Tamper Jam 73,500.00
25 Jack Hammer Jam 44,300.00
26 Fulvi Mixer Jam 2,044,700.00
27 Concrete Pump Jam 455,300.00
28 Trailer 20 Ton Jam 711,100.00
29 Pile Driver + Hamme Jam 134,000.00
30 Crane On Track 35 Ton Jam 806,800.00
31 Welding Set Jam 162,200.00
32 Boring Pile Machine Jam 1,414,100.00
33 Asphalt Liquid Mixer Jam 60,400.00
34 Trailler 15 Ton Jam 747,400.00
35 Rock Drill Breaker Jam 101,700.00
36 Cold Milling Jam 2,202,800.00
37 Vibratory Roller 1 Ton Jam 80,600.00
38 Hot Recycler Jam 10,948,500.00
39 Agregat (Chip) Speader Jam 793,700.00
40 Asphalt Distributor Jam 542,900.00
41 Concrete Paver Jam 589,600.00
42 Batching Plant Jam 538,900.00
43 Concrete Breaker Jam 1,237,900.00
44 Asphalt Tanker Jam 821,900.00
45 Cement Tanker Jam 763,500.00
46 Concrete Mixer (350) Jam 115,800.00
47 Vibrating Hammer Jam 67,500.00
48 Truck Mixer (Agitator) Jam 947,800.00
49 Bor Pile Machine Jam 968,900.00
50 Crane On Track 75 - 100 Ton Jam 669,800.00
51 Blending Equipment Jam 423,000.00
52 Asphalt Liquid Mixer Jam 165,200.00
53 Pulvi Mixer Jam 1,223,800.00
54 Screed Paver Jam 415,500.00
24
Tabel 2.4 Harga Satuan Bahan Pada Wilayah Kutai Kartanegara
Satuan Harga Di
N Satua Keteranga
Uraian Pokok Kegiatan Kabupaten/Kota
o n n
Kutai Timur (Rp)
C. Bahan Bangunan
1 Beton Ready Mix
Beton f´c 19,3 Mpa Setara K-
M³ 2,285,800.00
175
Beton f´c 14,5 Mpa Setara K-
M³ 1,775,900.00
225
Beton f´c 21,7 Mpa Setara K-
M³ 3,164,900.00
250
Beton f´c 24 Mpa Setara K-275 M³ 3,282,200.00
Beton f´c 26.4 Mpa Setara K-
M³ 3,399,400.00
300
Beton f´c 31.2 Mpa Setara K-
M³ 3,516,600.00
350
Beton f´c 35.7 Mpa Setara K-
M³ 3,663,100.00
400
Beton Pracetak K-500 M³
2 Timbunan (Lokal) M³ 175,800.00
3 Pasir
Pasir Pasangan (Lokal) M³ 410,300.00
Pasir Beton (Palu) M³ 732,600.00
Pasir Urug (Lokal) M³ 281,300.00
4 Sirtu (Pasir Batu) M³ 542,700.00
5 Tanah Urug/ Timbunan M³ 211,000.00
6 Semen
Semen PC 40 Kg kg 1,823.76
Semen PC 50 Kg kg 1,875.52
Semen Putih 40 Kg kg 6,000.00
Semen Warna kg 5,200.00
D. Bahan Lainnya
1 Agregat
Agregat Halus untuk ATB M³ 504,000.00
Agregat Halus untuk Pondasi M³ 492,300.00
Agregat Kasar untuk ATB M³ 504,000.00
Agregat Kasar untuk Pondasi M³ 492,300.00
Agregat Halus untuk beton M³ 498,200.00
Agregat Kelas A M³ 820,500.00
Agregat Kelas B M³ 703,300.00
Agregat Kelas C M³ 586,100.00
Agregat Kelas S M³ 70,300.00
25
Harga satuan tersebut di dapat dari HSKP dari wilayah Kutai Kartanegara
yang sudah disusun dan dimuat dalam buku pedoman dari harga standar di wilayah
tersebut.
26
b. Efisiensi Alat
Hasil produksi yang sebenarnya dari suatu peralatan yang digunakan bisa
tidak sama dengan hasil perhitungan berdasarkan data kapasitas yang tertulis
pada brosur, karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi proses
produksi (Permen PUPR, 2016). Efektivitas alat bekerja bergantung dari
beberapa hal ialah faktor operator alat, kondisi cuaca, perencanaan dan
pengaturan tata letak, topografi, manajemen Kerja, faktor peralatan dan
pemeliharaan alat. Berikut merupakan faktor kondisi Kerja secara umur yang
berasal dari gabung dari faktor-faktor sebelumnya, faktor tersebut digunakan
sebagai faktor efisiensi Kerja alat yang berada pada Tabel.
c. Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan pada saat penggunaan alat berat akan dipakai pada volume
asumsi dari Jurnal-Jurnal. Dikarenakan pada data perencanaan tidak terdapat
volume actual di lapangan, sehingga dengan mengasumsikan data yang
berada pada Jurnal bisa mendapatkan volum pekerjaan untuk setiap alat yang
akan dihitung kapasitas produksinya. Jurnal
d. Waktu siklus
Dalam pengoperasi alat waktu siklus merupakan waktu yang diperlukan alat
untuk beroperasi pada pekerjaan yang sama secara berulang. Waktu siklus
berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan koefisien alat. Pada proyek ini
waktu siklus tersebut akan diasumsikan dari pada alat mengangkat material
27
hingga berakhirnya pekerjaan tersebut dan kembali lagi untuk
mengulanginya. Jurnal
2.8.1 Bulldozer
Bulldozer pada penelitian ini diasumsikan menggunakan alat bulldozer
Komatsu D63E-12. Data sesuai spesifikast alat bulldozer ini. Produksi per jam dari
bulldozer dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut:
q x 60 x E 3
Q= m /Jam...............................................................................(2.7)
Cm
Dengan:
Q = Produksi alat per jam (m³/ jam)
q = Produksi Persiklus (m³)
Cm = Waktu siklus alat (menit)
E = Efisiensi Kerja alat
Waktu siklus alat yang dibutuhkan untuk suatu bulldozer menyelesaikan
proyek satu siklus (menggusur, mengganti gigi perseneling dan mundur) dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
D D
Cm= + +W (menit) .........................................................................................(2.8)
F R
Dengan:
D = Jarak angkut (m)
F = Kecepatan maju (m/menit)
R = Kecepatan mundur (m/menit)
W = Waktu Perseneleng (menit)
28
b. Waktu yang dibutuhkan untuk ganti perseneleng 0,20 menit dengan tongkat
tunggal dan 0,30 menit dengan tongkat ganda.
27
Sedangkan untuk perhitungan produksi persiklus bulldozer adalah sebagai berikut:
2
Q=L x H x a ..........................................................................................................(2.9)
Dengan:
Q = Produksi persiklus (m³)
L = Lebar sudu/blade (m)
H = Tinggi sudu/blade (m)
a = Faktor sudu/blade
Pada alat bulldozer terdapat faktor alat efisiensinya sendiri, dari faktor alat
efisiensi dari bulldozer dan faktor pisau bulldozer. Berikut faktor efisiensi alat
bulldozer dan pisau bulldozer pada Tabel 2.6 dan 2.7.
29
2.8.2 Excavator/Backhoe
Produksi excavator dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
q x 3600 x E
Q= ....................................................................................................(2.10)
Cm
Dimana:
Q = Produktivitas per jam (m³/Jam)
q = Produktivitas per siklus (m³)
Cm = Waktu gali + (2 x waktu putar) + waktu buang
E = Efisiensi alat
Sedangkan untuk kapasitas bucket excavator dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
1
q=q x K ..............................................................................................................(2.11)
Dimana:
1
q = Kapasitas bucket
K = Faktor bucket yang besarannya tergantung tipe dan keadaan tanah
Selain itu terdapat faktor bucket dan efisiensi Kerja alat untuk excavator,
berikut pada Tabel 2,8 dan 2.9 menujukkan faktor bucket dan efisiensi alat.
Tabel 2.8 Faktor bucket (bucket fill factor) (K) untuk excavator
Faktor
Kondisi Kerja Kondisi Lapangan
Bucket (K)
Mudah Tanah biasa lempung, tanah lembut 1.1 - 1.2
30
2.8.3 Wheel Loader
Produksi wheel loader di dapat dengan menggunakan perumusan sebagai
berikut:
q x 60 x E
Q= ........................................................................................................(2.12)
Ws
Dimana:
Q = Produksi alat per jam (m³/jam)
q = Produksi tiap siklus (m³) = q 1 x k
1
q = Kapasitas Bucket (m³)
K = Faktor bucket
Ws = Waktu Siklus
Dalam mengetahui kapasitas produksi pada wheel loader, diperlukan faktor
bucket untuk alat wheel loader yang digunakan untuk produksi tiap siklusnya. Pada
Tabel 2.10 menujukkan faktor bucket untuk alat wheel loader.
Tabel 2.10 Faktor bucket untuk Wheel loader dan Track loader
Kondisi
Wheel Loader Track Loader
Penumpahan
31
V = Kecepatan rata-rata (km/Jam)
b = lebar pisau efektif (m)
60 = Konversi jam ke menit
T1 = Waktu 1 kali lintasan: ( Lh x 60) / (v x 1000); (menit)
T2 = lain – lain (menit)
n
Ts = Waktu siklus , T s=∑ T n (menit)
n −1
Pemindahan 0,7
Penyebaran (grading) 0,6
Pengalian (trenching) 0,5
2.8.5 Compactor
Produksi kapasitas compactor (alat pemadat) didapatkan dengan penggunaan
perumusan sebagai berikut:
W xV x H x E
Q= ................................................................................................(2.14)
N
Dimana:
Q = Produksi alat per jam (m³/Jam)
V = Kecepatan Kerja (km/jam)
W = Lebar efektif compactor (m)
H = Tebal lapisan pemadatan (antara 0.2 – 0.5 m)
E = Faktor efisiensi Kerja total
N = Jumlah lintasan compactor
32
2.8.6 Dump Truck
Berikut terdapat rumus perhitungan untuk mendapatkan produktivitas alat
pengangkut material dump truck per jam keseluruhan dari jumlah total dump truck
yang mengerjakan, dengan persamaan sebagai berikut.
31
C x 60 x E
Q= .......................................................................................................(2.15)
Cm
Dengan:
Q = Produksi per jam (m³/Jam)
C = Kapasitas dump truck (m³)
Cm = Waktu siklus dump truck (menit)
E = Efesiensi Kerja alat
Produk kapasitas per siklus (C) dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
1
C=n x q x K .........................................................................................................(2.16)
Dengan:
n = Total siklus untuk diperlukan loader untuk memuat material ke dump truck
1
q = Kapasitas bucket dari excavator (m³)
K = Faktor bucket dari alat berat excavator
Perumusan untuk mendapatkan waktu siklus (Cm) dapat dilihat sebagai
berikut:
D D
Cm=n x Cms + + + t 1+t 2 ..........................................................................(2.17)
V1 V2
C1
N= ............................................................................................................(2.18)
q1 x K
Dengan:
n = Total siklus untuk diperlukan loader untuk memuat material ke dump truck
1
C = Kapasitas rata-rata dump truck (m³)
1
q = Kapasitas bucket dari pemuatan (m³)
Cms = Waktu siklus (menit)
K = Faktor bucket pemuat
D = Jarak tempuh angkut dump truck (m)
V1 = Kecepatan laju rata-rata dump truck dalam bermuatan (m/menit)
V2 = Kecepatan laju rata-rata dump truck dalam kosong (m/menit)
t1 = Waktu membuang + waktu stand by sampai ke pembuangan (menit)
t2 = Waktu untuk posisi pengisian dan pemuatan (menit)
33
2.9 Penelitian Terdahulu
Berikut terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait permasalahan yang
berhubungan dengan penelitian penulis, dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
penyusunan proposal ini ialah:
a. Penelitian oleh I Ketut Nudja S. (2016): Perencanaan Metode Pelaksnaaan
Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan Yeh Panahan Di Kabupaten Tabanan.
Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambar kerja dan urutan pelaksanaan
setiap aktivitas yang akan dikerjakan berdasarkan metode yang direncanakan
dengan harapan bermanfaat dalam mengambil setiap keputusan. Berdasarkan
data dan gambar pada Jembatan Tukad Panahan berupa “box girder with post
tension prestressing” dengan system balance cantilever dengan bentuk
memanjang melengkung. Sehingga tiap segmen girdernya akan memiliki
dimensi yang berbeda, oleh karena itu akan dibutuhkan modul perancah yang
berbeda disetiap segmennya untuk melakukan pengocoran. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut maka hasi penelitian untuk bentang antara
pilar dengan abutment digunakan sistem perancah. Sedangkan untuk bentang
antara pilar dengan pilar digunakan sistem formwork traveller, sistem
formwork terdiri dari side, inner, dan diafragma formwork.
b. Penelitian oleh Ismi R., Budiono, dan Damar S. (2016): Metode Konstruksi
Jembatan Prestressed Di tinjau dari Segi Rencana Anggaran Biaya dan
Rencana Waktu Pelaksanaan (Studi kasus Jembatan Rancamaya Proyek Tol
Bocimi (Bogor, Ciawi, Sukabumi)). Tujuan penelitian adalah untuk analisa
studi kasus, yaitu meninjau 2 desain antara desain alternatif 1 yaitu jembatan
3 bentang dengan desain alternatif 2 yaitu jembatan 1 bentang. Ditinjau juga
dari segi rencana anggaran biaya dan rencana waktu pelaksanaan untuk pada
akhirnya dipertimbangkan mana yang lebih effisien dipilih sebagai desain
yang akan digunakan. Penelitian ini untuk menentukan rencana waktu
pelaksanaan menggunakan metode Bar Chart. Hasil analisa, didapat bahwa
dari segi anggaran biaya dapat diketahui bahwa nilai pekerjaan jembatan
alternatif 1 memiliki total anggaran sebesar Rp. 13.412.300.000. Sedangkan
desain alternatif 2 memiliki total anggaran biaya sebesar Rp. 12.677.500.000.
Dengan total anggaran biaya untuk masing-masing desain memiliki selisih
34
anggran biaya sebesar Rp. 734.800.000. Selain itu berdasarkan analisa
rencana waktu
33
pelaksanaan untuk melaksanakan proyek jembatan overpass Rancamaya,
jembatan alternatif 1 membutuhkan waktu selama 353 hari. Sedangkan
jembatan alternatif 2 membutuhkan waktu selama 288 hari. Berdasarkan hasil
analisa anggaran biaya dan rencana waktu pelaksanaan pada studi proyek
Jembatan overpass Rancamaya dapt disimpulkan bahwa desain jembatan
alternatif 2 yang memiliki 1 bentang lebih effisien dibandingkan desain
jembatan alternatif 1 yang memiliki 3 bentang.
c. Penelitian oleh Jianmin Jia, Mohamed Ibrahim, Mohammed Hadi, Wallied
Orabi, dan Yan Xiao (2018): Multi-Criteria Evaluation Framework in
Selection of Accelerated Bridge Construction (ABC) Method. Tujuan
penelitian untuk menyajikan pengembangan kerangka jembatan evaluasi
multi-kriteria terkait pemilihan antara metode konstruksi jembatan ABC
(Accelerated Bridge Construction) dan konstruksi jembatan konvensional.
Metode-metode ini dikembangkan dan di identifikasi untuk memperkirakan
biaya konstruksi, agensi, dan pengguna yang terkait dengan metode
konstruksi. Penilitian ini juga menunjukkan estimasi biaya pengguna,
termasuk yang terkait dengan mobilitas, keandalan, keamanan, dan emisi
menggunakan kombinasi metode prediksi yang diusulkan. Kemudian
membandingkan pengguna return-on-investment dan Technique for Order
Performance by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) dengan pendekatan
evaluasi Multi Criteria Decision Making (MCDM) dalam keputusan memilih
antara metode jembatan ABC dan metode konstruksi jembatan konvensional.
Hasil penilitian dari penggunaan dua pendekatan untuk studi kasus
menujukkan keuntungan dalam menggunakan pendekatan TOPSIS, yang juga
dapat diterapkan dalam proses perencanaan kota.
d. Penelitian oleh Mohammed Marzouk, Hisham Zein El-Dein, dan Moheeb El-
Said (2007): Application of Computer Simulation to Construction of
Incremental Launching Bridges. Tujuan penelitian ini untuk meminimalkan
penggunaan perancah pada konstruksi jembatan dengan menggunakan
metode peluncuran bertahap (incremental launching). Sehingga penelitian ini
menyajikan model simulasi dengan tujuan khusus untuk menangkap
ketidapastian terkait dengan metode konstruksi jembatan. Model tersebut
akan menggambarkan interaksi antara berbagai sumber daya yang digunakan
35
dalam pembangunan jembatan menggunakan teknik peluncuran bertahap
(incremental launching). Dalam penelitian ini menggambarkan dua metode
pelaksanaan (bentuk tunggal dan berbagai macam bentuk) yang digunakan
untuk fabrikasi segmen. Model simulasi yang diusulkan ialah menggunakan
STROBOSCOPE sebagai mesin simulai dan diberi kode oleh Visual Basic
6.0. Sehingga studi kasus aktual ini disajikan untuk penggambaran kapabilitas
model simulasi metode konstruksi jemabatan peluncuran bertahap yang sudah
dikembangkan dan memvalidasi kinerjanya. Dari analisis sensitivitas yang
dilakukan untuk kasus tersebut agar mempelajari dampak dari sumber daya
yang ditetapkan dalam perkiraan durasi fabrikasi segmen dan konstruksi dek
jembatan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa konstruksi dek jembatan
sangat sensitif terhadap material tulangan.
e. Penelitian oleh Moacir Kripka, Victor Yepes, dan Cleovir Jose M. (2019):
Selection of Sustainable Short-Span Bridge Design in Brazil. Tujuan
penelitian ini untuk mempelajari jembatan bentang pendek dengan
mengintegrasikan penilaian lingkungan ke dalam proses pengambilan
keputusan. Dikarenakan biaya jembatan yang tinggi, sehingga perlu adanya
desain rasional dan pemilihan material yang tepat untuk mengurangi dampak
lingkungan dan memperpanjang umur jembatan. Dalam mencapai tujuan
penelitian diusulkan tiga desain jembatan bentang pendek oleh organisasi
publik di Brazil yang sudah dievaluasi yaitu: jembatan beton pracetak,
jembatan beton/baja campuran dan jembatan kayu. Analisis penelitian dengan
mengevaluasi struktur pada tiga desain tersebut berupa aspek kuantitatif
sebagai berikut: biaya konstruksi, perakitan, dan transportasi material, umur
dan dampak lingkungan (diukur dengan potensi pemanasan global). Setelah
di analisis kemudian dilanjutkan dengan pemilihan yang dilakukan dengan
menggunakan dua metode pengambilan keputusan multi-kriteria (proses
hierarki analitik atau AHP dan Viktor). Hasil penelitian yang diperoleh dari
kedua metode tersebut menunjukkan bahwa Jembatan beton/baja campuran
sebagai alternatif yang paling memadai.
f. Penelitian oleh Ismeranto, Safaruddin M. Nuh, dan Syahrudin (2019): Metode
Pelaksanaan Struktur Atas Jembatan TAYAN. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui metode pelaksanaan dalam penggunaan peralatan yang mengacu
36
pada efisien peralatan, mengetahui penjadwalan urutan waktu yang praktis
dan
35
efisien pekerjaan pada pelaksanaannya. Sehingga diperoleh susunan logis
kegiatan struktur atas Jembatan Tayan di Kabupaten Sanggau. Penelitian
dilakukan dengan cara pengambilan data perencanaan Jembatan Sungai
Tayan. Dari hasil pengumpulan data dilanjutkan dengan proses pengolahan
data dengan menggunakan metode pelaksanaan yang tepat. Hasil analisis
data, pada Jembatan I metode pelaksanaan Jembatan simple girder
merupakan metode Balanced Cantilever Erection With Cranes. Jembatan II
pendekat utara/selatan terdapat 2 tipe simple girder dan steel girder. Simple
girder menggunakan metode yang sama dengan Jembatan I, sedangkan
Jembatan tipe steel girder menggunakan metode Balanced Cantilever
Erection With Lifting Frames dan Jembatan II bentang utama pelengkung
baja menerus dengan menggunakan metode full Temporary Support.
g. Penelitian oleh Dwi.D. Pratama dan Tri Joko Wahyu.A. (2013): Analisa
Perbandingan Metode Erection Girder Menggunakan Launcher Girder dan
Temporary Bridge Dari Segi Biaya dan Waktu Pada Jembatan Kali Surabaya
Mojokerto. Tujuan penelitian untuk menentukan metode yang tepat dan
efektif sebagai metode pelaksanaan erection PCI Girder Jembatan Kali
Surabaya. Dalam mencapai tujuan penelitian ini maka dilakukan
pembanding antara metode awal rencana proyek yaitu metode launching
girder, dan metode alternatif yang digunakan sebagai pembanding yaitu
metode temporary bridge. Dari kedua metode tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan untuk metode erection girder, dimana apabila menggunakan
launcher dari segi keamanan lebih baik dari pada erection menggunakan
metode temporary bridge. Oleh karena itu diperlukan tinjauan ulang dengan
membanding antara kedua metode tersebut untuk segi biaya dan waktu. Hasil
dari penelitian yang didapat ialah dari segi biaya metode temporary bridge
dengan crawler crane lebih mahal dibanding metode launcher. Sedangakn
untuk segi waktu, pelaksanaan metode launcher lebih cepat dibanding
metode temporary bridge. Sehingga dipilih metode laucher girder, dimana
dari segi biaya dan waktu dalam hal paling murah dan efektif ialah metode
launcher girder.
h. Penelitian oleh Singgih Fitra Utama, Agnes. H. Patty, dan Armin Naibaho
(2014): Perbadingan Erection Rangka Baja Jembatan Dengan Menggunakan
38
Mast Crane (MC) dan Tower Crane (TC) pada Proyek Jembatan Trisula
Blitar. Tujuan penelitian untuk menentukan perbandingan penggunaan alat
berat diantara Tower Crane dan Mast Crane berdasarkan dari segi biaya dan
waktu. Dengan bentang Jembatan yang berukuran 70 m, ukuran maksimum
panjang MC yang dapat dicapai sebesar 3m dan TC sebesar 40 m. Dari data
laporan harian, mingguan dan bulanan serta laporan perencaan kurva S
selama 18 minggu dibutuhkan untuk dapat mengetahui waktu pelaksanaan
konstruksi. Dari perbedaan penggunaan kedua alat berat ini bisa mengetahui
kekurangan dan keuntungan yang terdapat dari penggunaan alat berat
tersebut yang dilihat dari segi waktu dan biaya. Hasi penelitian yang
dilakukan pada penggunaan MC mengeluarkan biaya sebesar Rp.
739.883.800,00 dengan waktu pelaksanaan sebesar 283, 065 Jam. Sedangkan
penggunaan TC mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.056.436.000,00 dengan
waktu pelaksanaan sebesar 161, 219 Jam. Sehingga disimpulkan bahwa
pengunaan alat berat yang paling murah dalam pelaksaaan pekerjaan
erection rangka baja ialah MC Sebesar Rp. 739.883.800 dan waktu yang
paling cepat dalam pelaksanaannya ialah TC sebesar 161,219 Jam.
i. Penelitian oleh Ali mar’ruf dan Ermanu A. Hakim (2021): Metode Erection
Rangka Jembatan Baja Sisi Bentang Tengah Pada Sungai Dalam. Tujuan
dari penelitian ini ialah untuk menganalisa penggunaan metode erection
dalam pembangunan Jembatan Dondang menggunakan metode kantilever
dengan perancah gelagar baja IWF pada sungai dalam. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui permasalahan pada produktivitas pembangunan
jembatan, dimana area lalu lintas di daerah tersebut padat dikarenakan lalu
lintas tongkang batu bara yang melintasi antar sungai yang dapat
mengganggu pelaksanaan konstruksi jembatan. Selain itu tempat
pembangunan jembatan di daerah yang sungainya dalam, sehingga bisa
memungkinkan terjadinya peristiwa alam seperti pasang surut air sungai.
Berdasarkan hasil analisa perbandingan biaya dan waktu, didapatkan
perancah gelagar baja IWF memiliki efisiensi biaya sebesar Rp. 136.320.000
lebih murah untuk 4 segmen dibandingkan dengan penggunaan gelagar kayu
kelapa. Serta efisiensi waktu pelaksanaan 36 hari lebih cepat dibandingkan
dengan gelagar kayu kelapa.
30
j. Penelitian oleh Ali Mokhtar dan Nanang. E. Sularno (2021): Analisa
Perbandingan Biaya dan Waktu Erection Jembatan Kalirejo dengan Metode
Cantilver dan Perancah. Tujuan dari penelitan untuk dapat menentukan
metode pelaksanaan yang lebih efektif dan efisien pada Jembatan rangka
baja Tipe A-60 yang berlokasi di Kabupaten Banyuwangi. Penilitan
dilakukan studi perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan erection antanar
metode kantilever dan metode perancah. Berdasarkan hasil penelitain metode
pelaksanaan kantilever membutuhkan waktu 3 bulan dengan biaya sebesar
Rp. 819.187.500, Sedangkan metode pelaksanaan perancah membutuhkan
waktu 1.5 bulan dengan biaya sebesar Rp. 690. 187.500. Sehingga
disimpulkan bahwa metode perancah terkbukti lebih efektif dan efisien
dibandingkan metode kantilver. Karena metode pelaksaaan perancah pada
erection di struktur atas Jembatan Kalirejo jauh lebih murah dan cepat
dibandingkan metode kantilever dengan perbedaan nominal sebesar Rp.
129.000.000 dan selisih waktu 1.5 bulan.
38
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Idenfitikasi Masalah
Studi literatur
Pengumpulan Data
39
A
Menentukan Parameter Domain Baik dan Buruk dalam Konstruksi Jembatan Sentuk 2
kan Metode Erection yang tepat berdasarkan segi biaya dari Hasil Analisis pada Perbandingan Nilai RAB antara Metode-me
Selesai
40
Langkah-langkah pada pelaksanaan penelitian yang ditunjukkan diagram alir
penelitian pada Gambar 3.1, berikut adalah penjelasan langkah-langkahnya:
a. Identifikasi Masalah
Merupakan langkah awal penelitian dengan mengidentifikasi permasalahan
terkait metode alternatif erection yang tepat untuk proyek Jembatan Sentuk 2;
b. Studi Literatur
Setelah mengidentifikasi masalah dilanjutkan dengan studi literatur
berdasarkan penelitian terdahulu dan topik yang terkait yang berupa jurnal
dan buku yang memuat dasar teori tentang permasalahan yang diidentifikasi;
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari studi pustakan berupa
Jurnal-jurnal dan laporan data perencanaan Jembatan Sentuk 2;
d. Studi Pustaka
Data studi pustaka berupa data yang diambil dari Jurnal-Jurnal, textbook, dan
dari penelitian terdahulu. Selain itu adapaun data harga satuan pekerjaan yang
diambil dari PUPR (2016). Dari data-data pada Jurnal bisa mendapatkan
metode-metode yang digunakan pada konstruksi Jembatan;
e. Data Survei Proyek
Data survei proyek ini didapat dari laporan pekerjaan analisis dan design
perencanaan Jembatan Sungai Sentuk 2 yang dibuat oleh PT.LAPI
Ganeshama Counsalting dan disetujui oleh PT.Indovisi Sukses Mandiri.
Data-data tersebut berisikan data perencanaan awal konstruksi Jembatan
Sentuk 2 baik dari ukuran struktur hingga prakiraan biaya awal yang
dikeluarkan;
f. Analisa Data Survei dan Data Jurnal
Analisis dan olah data-data pada jurnal dan data survei dari laporan
perencanaan Jembatan sentuk 2, untuk menentukan parameter domain dan
metode-metode erection pada Jembatan. Olah data berdasarka hasil data
survei yang berasal dari laporan pekerjaan analisis dan design Jembantan
Sungai Sentuk 2, yang digunakan untuk menentukan parameter domain.
Setelah itu dari data jurnal memilih metode-metode erection pada Jembatan
yang sesuai dengan kondisi proyek Jembatan Sentuk 2;
41
g. Menentukan Parameter Domain
Parameter domain terdapat yang baik untuk jalannya proyek dan buruk atau
mengganggu jalannya konstruksi. Dalam penentuan parameter domain ini
berdasarkan dari analisis data perencanaan pada laporan pekerjaan analisis
dan design Jembatan Sungai Sentuk. Data tersebut berupa hasil data survei di
lapangan, yang berdasarkan data tersebut dapat menentukan parameter
domain di lingkungan sekitar proyek;
h. Menentukan Metode-metode alternatif erection Pada Jembatan Sentuk 2
Berisikan metode-metode alternatif erection pada Jembatan yang dapat
digunakan sebagai metode untuk pelaksanaan Jembatan Sentuk 2. Dengan
berbasis opsi desain yang ada pada perencanaan awal yaitu steel girder.
Metode-metode ini akan dianalisis dengan nilai hasil RAB dari masing-
masing metode serta membandingkannya pada parameter domain yang
sebelumnya sudah ditentukan;
i. Hasil Analisis RAB pada Metode-metode Erection pada Jembatan Sentuk 2
Hasil dari analisis rencana anggaran biaya (RAB) dari masing-masing metode
erection pada Jembatan Sentuk 2, dapat mengetahui seberapa besar biaya
yang akan dikeluarkan apabila menggunakan metode-metode tersebut
konstruksi Jembatan Sentuk 2;
j. Menentukan Metode Erection yang tepat Berdasarkan segi Biaya
Dari hasil analisi RAB tersebut, kemudian dibandingkan antara metode-
metode alternatif erection pada Jembatan Sentuk 2. Dari hasil perbandingan
tersebut dapat menentukan metode erection yang tepat untuk digunakan pada
Jembatan Sentuk 2 berdasarkan segi biaya dan kondisi dilapangan sesuai
parameter domain;
k. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang akan dibahas berupa hasil analisis metode alternatif
erection yang tepat berdasarkan segi biaya yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi Jembatan Sentuk 2.
42
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui pengamibilan data
survey yang berada pada Laporan pekerjaan analisis dan design Jembatan Sungai
Sentuk 2 yang merupakan data perencanaan awal Jembatan.
41
Selain itu juga mendapatkan data Jurnal-Jurnal ataupun internet mengenai
metode-metode erection yang digunakan pada konstruksi Jembatan di Indonesia.
Dan data juga berupa estimasi /prakiraan biaya satuan serta data lainnya berupa
permasalahan yang terkait pada penelitian.
43
berupa analisa biaya yang dipakai oleh kontraktor dalam menganalisis harga satuan
pekerjaan yang didasarkan dari panduan PUPR dan juga terdapat data-data dari
proyek Jembatan Sentuk 2.
44
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA
45
Pada Gambar 4.1 terlihat gambar Desain Jembatan Sentuk 2 secara umum atau
keseluruhan dimana darii gambar tersebut akan dibuat metode alternatif yang bisa
membuat Jembatan seperti itu dan kondisi lingkungan tidak mempengaruhi Proyek
Jembatan tersebut.
44
Gambar 4.17 Potongan Melintang Jembatan Girder Baja
45
Gambar 4.18 Susunan Bore Pile di Abutment
44
Berikut pada Gambar 4.6 menunjukkan gambar struktur abutment jembatan dan
Gambar 4.7 menunjukkan gambar abutment berupa geometri.
45
4.1.4 Model Balok Diafragma Jembatan
Diafgrama yang digunakan pada Jembatan steel girder sentuk 2 ialah
Diafgragma double L 75x6, sebanyak 10 set yang dipasang setiap 3 m. Elemen
struktur diafragma di desain dengan sistem struktur rangka batang. Dengan profil
dari double L75x6 dengan panjang elemen rangka 1600 mm, tinggi 75 mm, dan lebar
6 mm. Untuk Panjang keseluruhan diafragma sama dengan ukuran bentang bentang
jembatan sebesar 30 m, dengan tinggi balok tersebut 1.7 m. Berikut pada Gambar 4.8
menujukkan gambar elemen rangka diafragma dan Gambar 4.9 menujukkan gambar
balok diafragma pada jembatan.
44
4.2 Parameter Domain Pada Jembatan Sentuk 2
Parameter domain yang dimaksud peneliti ialah area lingkup terhadap
parameter-parameter yang menguntungkan dan merugikan proses jalannya
konstruksi Jembantan di Lapangan. Parameter domain pada Jembatan Sungai Sentuk
2 terbagi atas 2 yaitu yang menguntungkan selama proses jalannya konstruksi dan
yang merugikan. Berikut ialah Parameter domain pada Jembatan Sentuk 2 yang
menguntungkan.
45
4.2.2 Sumber Material yang ada
Berdasarkan data laporan perencanaan Jembatan Sungai Sentuk 2, area
konstruksi Jembatan berada pada area penambangan. Sehingga Material yang
dibutuhkan untuk konstruksi Jembatan dapat cepat tersedia untuk digunakan. Oleh
karena itu dari parameter ini, bisa dikatakan bahwa material –material yang
diperlukan untuk konstruksi Jembatan Sentuk 2 mudah untuk ditemukan dan cepat
untuk menyediakannya. Sehingga bisa mempercepat proses jalannya konstruksi,
karena tanpa perlu menunggu lama dan mengkhawatirkan material yang tidak
tersedia. Selain itu pada dearah kutai kartanegara (Kalimantan Timur) terdapat
tempat-tempat distributor alat bangunan termasuk material baja. Sehingga
perencanaan desain Jembatan menggunakan Jembatan Steel girder dapat dilakukan
dengan metode yang sesuai dalam pemasangan material pada pelaksanaan konstruksi
Jembatan. Salah satu tempat yang menjual material untuk pembangunan ialah UD.
Berkat Jaya yang terletak kota samarinda, Kalimantan Timur (Dari Internet).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arief, dkk (2019) salah satu
faktor pendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung ialah tersedianya
peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan penyediaan alat dan
material di proyek dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan
untuk mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri. Sehingga apabila
penyediaan material yang tidak sesuai kebutuhan dan tidak tepat pada waktu
perencanaan, maka akan membuat produktivitas pekerja menurun karena banyaknya
jam nganggur dan dapat menghambat laju pekerjaan (Arief, dkk, 2019). Oleh karena
itu dengan banyaknya tempat sumber material yang ada bisa menghindari
keterlambatan proyek akibat kekurangan material dan terlambatnya pengiriman
material. Dengan begitu parameter domain ini termasuk penting dan tersedianya
material sesuai pada metode-metode pelaksanaan yang akan digunakan dilapangan.
44
Karena itu tempat tersebut sunyi, sehingga para pekerja dapat melaksanakan
konstruksi jembatan dengan lancar tanpa menkhawatirkan pejalan kaki lalu lalang di
area konstruksi. Jadi area tersebut yang merupakan tempat yang sunyi sangat baik
untuk menjalankan konstruksi Jembatan Sentuk 2, agar proses jalannya tidak
terganggu dengan pejalan-pejalan kaki ataupun orang yang lalu lalang di area
tersebut.
Selain parameter domain yang mengutungkan adapun juga parameter domain
yang merugikan proses jalannya konstruksi Jembatan di Lapangan. Parameter
domain ini bisa dapat menghambat proses konstruksi di Lapangan. Sehingga
parameter domain ini akan dianalisis dan dicocokkan dengan metode konstruksi agar
dapat di meminimalisir hal tersebut di Lapangan. Berikut Parameter domain yang
merugikan pada konstruksi Jembatan Sentuk 2.
45
meminimalisir hal tersebut yang dapat menghambat proses jalannya konstruksi
Jembatan.
44
Gambar 4.24 Nilai N-SPT
45
pelaksanaan konstruksi Jembatan Sentuk 2 yang dimulai dari pembersihan lahan.
Setelah dilakukan data survei di lapangan, maka dilanjutkan dengan pembersihan
lahan. Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan kontruksi Jembatan Sentuk 2
dari pekerjaan persiapan, tanah, pekerjaan struktur bawah dan pekerjaan struktur
atas.
44
yang penting untuk kelancaran pelaksanaan konstruksi. Untuk mobilisasi material
dapat bisa menyiapkan bahan sesuai denga jadwal kebutuhannya. Sedangkan
mobilisasi terhadap tenaga Kerja, agar dapat menyiapkan tenaga Kerja professional
yang diperlukan dalam konstruksi Jembatan pada persiapan awal pelaksanaan
proyek. Selain itu adapun demobilisasi yang bertujuan untuk memindahkan sumber
daya yang tidak diperlukan pada area konstruksi, karena dapat mengganggu alur
pekerjaan di lapangan. Demobilisasi dilakukan setelah pekerjaan perisapan juga,
sehingga dapat mengetahui mana yang dibutuhkan dan yang tidak. Setelah langkah
pekerjaan awal ini dilanjutkan dengan pekerjaan struktur tanah yang dimulai dari
pengoboran untuk pemasangan pondasi Jembatan.
45
balok diafragma beserta pelat Jemabatan. Setelah dari penyelesaian pemasangan
struktur bawah, dilanjutkan dengan pekerjaan struktur atas yang dimulai dari
pemasangan balok diafragma. Balok diafragma pada penelitian ini merupakan balok
diafragma pre-cast yang berbahan rangka baja dengan profil double siku L75. Balok
diafragma kemudian di sambung dengan girder (bentang Jembatan) yang merupakan
girder pre-cast dengan profil 1700x500x18x28. Dan teradapat juga bearing pad
diantara balok diafragma dengan abutment. Setelah penyambungan dan pemasangan
girder pada balok diafragma (erection), kemudian dikarenakan balok diafragma dan
girder termasuk bahan rangka baja maka dilanjutkan dengan di las bagian yang perlu
untuk di las.
Setelah itu pemasangan pelat lantai Jembatan yang sudah di bekisting dan
pemasangan tulangannya. Sehingga hanya tinggal proses pengecoran, setelah pelat
lantai jembatan di cor maka Jembatan sudah selesai hanya tinggal pembuatan aspal
jalan untuk kendaraan dapat melewati jembatan tersebut. Pada proses erection di
pekerjaan struktur atas terdapat 3 metode alternatif yang berbeda, metode-metode
erection ini yang menjadi pembeda dalam penelitian ini.
44
Pada proses erection Jembatan dari penggunaan metode balanced cantilever
tidak memerlukan adanya alat bantu perancah. Sehingga dilanjutkan dengan
pengerjaan erection jembatan steel girder. Pengerjaan ini sesuai dengan metode
balacnced cantilever yang dilakukan dengan perakitan langsung tanpa adanya
perancah melainkan bentang pemberat dan perangkat penghubung. Dengan gelagar
jembatan yang merupakan steel girder maka sudah dirakit terlebih dahulu rangka
jembatan (bentang Jembatan). Setelah rangka jembatan permanen sudah selesai di
rakit, dilanjutkan dengan menyiapkan tempat untuk perletakan penumpu sementara
untuk bentang pemberat. Selanjutnya bentang pemberat dihubungkan dengan
bentang permanen yang sedang dirakit melalui rangka penghubung. Pada saat
pemasangan kantilever dibuat pengikat sementara yang harus dipasang di bagian
bawah batang di setiap ujung batang yang disesuaikan jalurnya. Pengikat silang ini
berguna untuk mengurangi lendutan lateral pada kantiliver akibat beban angin dan
mengimbangi pengait yang diikat pada batang bawah jembatan. Setelah itu dilakukan
pengangkutan/pengangkatan komponen-komponen yang sudah dirakit pada tempat
penumpukkan ke tempat pemasangan (penyambung) perlu dilakukan selama proses
pemasangan dengan kantilever. Pengangkutan dilakukan dengan dua rangka
pengangkat sederhana yang terbuat dari profil baja ringan bersamaan dengan katrol
rantai untuk menjadi kemudahan operasi dan dapat berpindah-pindah sepanjang
bentang selama berlangsungnya pemasangan jembatan.
45
Metode ini terdiri dari pengerjaan superstruktur yang dikerjakan dari segmen
demi segmen pada casting yard yang terletak di belakang salah satu sisi jembatan.
Setiap segmen akan dicor bersambung dengan segmen sebelumnya yang sudah
dikerjakan. Kemudian secara keseluruhan struktur atas jembatan diluncurkan ke
depan sejauh panjang segmen tersebut. Prosedur ini dilakukan secara berulang
hingga jembatan berada di posisi akhir. Pada metode ini dapat dilakukan dengan
adanya penggunaan launching nose yang berfungsi mengurangi momen kantilever.
Sehingga apabila daerah proyek tidak ada penyewaan alat launching nose, maka
metode ini tidak dapat dilakukan. Itulah merupakan salah satu kerugian dari metode
ini, dan selain itu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa alat tersebut cukup mahal.
Berikut merupakan gambar yang menunjukkan cara Kerja metode launching truss.
44
digunakan untuk memakai extra beban yang ditambah pada konstruksi rangka baja
yang belum dipasang, lalu dapat dilanjutkan dengan erection sistem kantilever.
Berdasarkan penelitian oleh papang, dkk (2004) tentang “Perencanaan Biaya
Material Pada Struktur Bagian atas Jembatan Sungai Cimeneng Kabupaten Cilacap”
bahwa metode perakitan Jembatan counter weight dan link set ialah metode perakitan
yang menggunakan bentang pemberat (counter weight) dan perangkat penghubung
(link set) yang menghubung bentang pemberat dengan jembatan yang akan dirakit.
Setelah itu pemasangan jembatan rangka baja dengan metode kantilever yang
menggunakan alat konvesional gantry sebagai alat untuk bentang pemberat dan
perangkan penghubung. Dari penelitian tersebut juga mengatakan perakitan jembatan
dibuat tahap demi tahap dari suatu bentang jembatan rangka baja yang dimulai pada
kepala jembatan menuju ke arah jembatan atau pilar diseberangnya. Alat berat
konvensional gantry ini digunakan sebagai bentang pemberat yang akan memberikan
stabilitas (penyeimbang), dan sesudah pembuatan pemberat baru dilakukan perangkat
penghubung.
Pembuatan bentang pemberat di atas konvensional gantry bisa
menyeimbangkan dalam konstruksi jembatan, karena pada saat menerima beban
dalam posisi kantilever sehingga stabil dan dapat melanjutkan proses erection pada
kontruksi Jembatan. Dan untuk penggunaan sistem link set dilakukan untuk
menghubungkan span rangka yang sudah jadi sebagai konstruksi counter weight bagi
rangka span selantjunya hingga jembatan selesai dibuat. Metode ini dapat digunakan
pada proyek Jembatan Sentuk 2, namun juga terdapat kekuranggannya. Dimana
apabila dengan sistem seperti itu maka pemakaian alat berat untuk mengangkat lebih
banyak. Sehingga bisa dapat menggangu produktivitas pelaksanaan konstruksi di
lapangan. Namun keuntunggannya dengan metode yang tidak mempengaruhi bagian
jembatan yaitu tidak memerlukan alat bantu perancah.
45
yang jika diterapkan pada pelaksanaan konstruksi Jembatan dari RAB. Berikut
merupakan volume pekerjaan dimulai dari pekerjaan persiapan hingga pekerjaan
pemasangan Struktur atas Jembatan (Erection) beserta pemasnagan pelat jembatan.
44
Pekerjaan tanah berdasarkan galian tanah pada struktur bawah, berupa galian tanah
untuk bore pile dan abutment. Berikut merupakan perhitungan volume galian tanah
bore pile dan abutment.
2
Volume Galian Tanah Bore Pile ( d=1000 mm )=π x r x t
22 1 2
¿ x x 1 x 35
7 2
3
¿ 1925 m
Volume galian Tanah Abutment sesuai dengan Gambar 4.7, dimana terdapat
4 luas area yang berbeda-bedat bentuk. Sehingga keselurahan total luas area tersebut
dikalikan dengan lebar jembatan untuk mendapat volume galian tanah untuk
abutment.
Luas area 3 = T1 x Hk
= 0.3 x 4.9 m²
= 1.47 m²
Luas area 4 = ½ (H1 + (H1+H2)) * x
= ½ (1.36 + (1.36 + 2.36) * 0.75
= 1.905 m²
Luas area 2 = T2 x Ht
= 1.15 x 2.7
= 3.105 m²
Luas Total = Luas area 3 + Luas area 4 + Luas area 2
= 1.47 + 1.905 + 3.105
= 6.48 m²
Volume 1 = Luas total x Lebar Jembatan
= 6.48 m² x 11 m
= 71.28 m³
45
= 6 m x 11 m x 1.25 m
= 82.5 m³
Volume Galian Tanah Abutment = Volume 1 + Volume 2
= 71.28 + 82.5
= 153.78 m³
44
= 1925 m³
4.6 Analisis RAB pada Konstruksi Atas Jembatan Sentuk 2 (Erection) Metode
Balanced Cantilever
45
4.7 Analisis RAB Pada Konstruksi Atas Jembatan Sentuk 2 (Erection) Metode
Launching Truss
a
4.8 Analisis RAB Pada Konstruksi Atas Jembatan Sentuk 2 (Erection) Metode
Counter Weight dan Link Set
Pada penentuan antara metode-metode alternatif untuk konstruksi struktur atas
(Erection) dilakukan dengan analisi RAB. Berikut merupakan langkah-langkah
analisis RAB pada proses erection Jembatan Sentuk 2 dengan menggunakan metode
counter weight dan link set.
44
BAB 5 Kesimpulan
45
44
45
DAFTAR PUSTAKA
44
Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan.
Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum: Jakarta.
45
Dundu, K.T. Ariestides., Pokay, J. J. Gerry., Sibi, Mochtar. (2020). Metode
Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Bawah Jembatan Lalow Kabupaten
Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Sipil Statik Volume 8
No. 3. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
El-Dein, Zein Hisham., El-Said, Moheeb., Marzouk, Mohamed. (2007). Application
of Computer Simulation to Construction of Incremental Launching Bridges.
Journal of Civil Engineering and Management Volume 13 No. 1. Faculty of
Engineering. Cairo University, Giza. Egypt.
Ferrari, Manlian Ronland, A. Simanjuntak. (2013). Peran Excavator Terhadap
Kinerja Proyke Konstruksi Rumah Tinggal di Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah
Engineering Vol. 3. Universitas Pelita Harapan. Jakarta.
Hadi, Mohammed., Ibrahim, Mohamed., Jia, Jianmin., Orabi, Wallied., Xiao, Yan.
(2018). Multi-Criteria Evaluation Framework in Selection of Accelerated
Bridge Construction (ABC) Method. Journal Sustainability (MDPI).
Department of Civil and Environmental Engineering. Florida International
University. USA.
Hutomo. P. Prasetya & Mawariza.S. Putri. (2015). Perencanaan Waktu dan Biaya
Proyek Jembatan BLOOTO – PULOREJO, Kota Mojokerto. Jurnal ITS.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Ismeranto., Nuh, M. Safaruddin., Syahrudin. (2019). Metode Pelaksanaan Struktur
Atas Jembatan TAYAN. Program Studi Teknik Sipil. Universitas
Tanjunpura, Pontianak.
Kripka, Moacir., Milani, Jose Cleovir., Yepes, Victor. (2019). Selection of
Sustainable Short-Span Bridge Desing In Brazil. Journal Sustainability
(MDPI). Civil and Environmental Engineering Graduate Program
(PPGEng). University of Passo Fundo. Brazil.
Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat. (2016). Permen PUPR No.
28/PRT/M/2016. Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum.
Malaiholo, David, Kurniawan. M. Adib, dan Wardani, Hana. (2020). Rencana
Anggaran Biaya Perencanaan Pembangunan Struktrur Atas Jembatan Kereta
Api Pada PPI Madiun. Teknologi Bangunan dan Jalur Perkeretapian.
46
Mustholih., Pangestuti, Ayu., Sandy, A. Dhian. (2015). Jembatan Struktur Rangka
Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka Dam Bridge.
BRIDGE Volume 2 No. 2. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Nudja, S. I Ketut. (2016). Perencanaan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan
Atas Jembatan Yeh Panahan Di Kabupaten Tabanan. PADURAKSA, Volume
5 No. 5. Universitas Warmadewa.
Pratama, D. Dwi dan Wahyu, J. Tri. (2013). Analisa Perbandingan Metode Erection
Girder Menggunakan Launcher Girder Dan Temporary Bridge Dari Segi
Biaya dan Waktu Pada Jembatan Kali Surabaya Mojokerto. Jurnal TEKNIK
POMITS Vol.1. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.
PT.LAPI Ganesthama Consulting. (2020). Laporan Design: Pekerjaan Analisis dan
Design Jembatan Sungai Sentuk 2. PT.Indovisi Sukses Mandiri. Kutai
Kartanegara. Kalimantan Timur.
Sastraatmadja, Entang. (1991). Ekonomi Pertanian Indonesia: Masalah, Gagasan, dan
Strategi. Bandung: Penerbit Angkasa.
Supriyadi, Bambang., dan Muntohar, Agus.S. (2007). Jembatan. Beta Offset,
Yogyakarta.
Sutarja, I.N. (2007). Perencanaan Jembatan Balok Pelengkung Beton Betulang
Tukad Yeh Penet di Sangeh. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta.
47