Anda di halaman 1dari 21

PROYEKSI PETA, UTM DAN SISTEM KOORDINAT

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
yang diampu oleh Dr. Ir. H. Iskandar Muda P, M.T.

disusun oleh
Siti Aminah (1805129)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kelancaran sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Proyeksi Peta, UTM dan Sistem
Koordinat” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu saya harap kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 1
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................... 1
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.5 Tujuan ......................................................................................... 2
1.6 Sistematika ................................................................................... 2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 3
BAB 3 METODOLOGI ................................................................................. 4
3.1 Lokasi ........................................................................................... 4
3.2 Waktu ........................................................................................... 4
3.3 Metode ......................................................................................... 4
3.4 Populasi, Sampel dan Sampling Technique ................................. 4
3.5 Data Primer .................................................................................. 5
3.6 Instrumen ..................................................................................... 5
3.7 Teknik analisis ............................................................................. 5
3.8 Kerangka Berfikir......................................................................... 6
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 7
4.1 Proyeksi Peta ................................................................................ 7
4.2 Universal Transverse Mercator (UTM) ..................................... 10
4.3 Sistem koordinat ........................................................................ 13
BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ....................... 15
5.1 Simpulan..................................................................................... 15
5.2 Implikasi ..................................................................................... 15
5.3 Rekomendasi .............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. v

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Zona UTM Indonesia ...............................................................................11

Gambar 2. Sistem Proyeksi Koordinat UTM .............................................................11

Gambar 3. Sistem Koordinat UTM ............................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proyeksi peta terdapat beberapa macam, dilihat dari berbagai kriteria,
diantaranya dilihat dari sipat, bidang, serta kedudukan bidang proyeksi. Dari berbagai
macam kriteria tersebut Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) merupakan
sistem yang digunakan untuk kepentingan pemetaan (proyeksi silinder) dan bersipat
Universal sebagai sistem Pemetaan Nasional, keuntungan dan kerugian sistem UTM,
serta gambaran kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bumi pada proyeksi
UTM dan kemudian untuk melihat serta menghitung suatu proyeksi diperlukan sistem
koordinat.
Berkenaan dengan urgensi pembahasan Proyeksi Peta, UTM, dan Sistem
Koordinat tersebut, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana bagi
para dosen maupun para mahasiswa untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan
konsep keilmuan, berkenaan dengan Proyeksi Peta, sistem UTM dan Sistem
Koordinat baik secara teoritis maupun secara praktis. Oleh sebab itu, penulis menulis
sebuah makalah yang berjudul “Universal Tranversal Mercator (UTM)”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut ;
1. Kurang paham mengenai proyeksi
2. Kurang memahami apa itu UTM (Universal Transversal Mercator)
3. Kurang paham mengenai sistem koordinat.

1.3 Pembatasan Masalah


Pembahasan pada makalah ini akan berfokus kepada pengertian proyeksi,
pengertian dan ketentuan-ketentuan UTM, serta penjelasan mengenai sistem
koordinat.

1
1.4 Rumusan Masalah
Dilihat dari identifikasi masalah maka dirumuskan menjadi beberapa rumusan
masalah, yaitu;
1. Apa yang dimaksud dengan proyeksi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Universal Tranversal Mercator (UTM) ?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem koordinat ?

1.5 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut;
1. Mengetahui apa itu proyeksi.
2. Mengerti apa yang dimaksud dengan Universal Tranversal Mercator
(UTM).
3. Mengetahui apa itu sistem koordinat ?

1.6 Sistematika
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan dan sistematika.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Berisi teori-teori pendukung yang sejalan dengan isi materi dari makalah.
BAB 3 METODOLOGI
Berisi lokasi, waktu, metode, populasi, sample dan sampling technique, data
primer dan sekunder, instrument, teknik analisis, kerangka berfikir, dan
diagram alir.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan dan pemaparan dari rumusan masalah.
BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi yang sejalan dengan isi materi.

2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyeksi


Proyeksi adalah suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai
dimensi tertentu ke dimensi yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan proyeksi
peta yaitu teknik-teknik untuk menggambarkan sebagian atau atau keseluruhan
permukaan tiga dimensi secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua
dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.
Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi dengan :
1. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang terlalu luas.
2. Menggunakan bidang peta berupa bidang datar atau bidang yang dapat ditatarkan
tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan bidang silinder.

2.2 Pengertian Universal Transverse Mercator (UTM)


Sistem proyeksi yang digunakan di Indonesia diantaranya ada sistem proyeksi
Polyeder dan proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM), yang dijadikan
sebagai sistem proyeksi nasional di Indonesia adalah proyeksi UTM karena sistem ini
memiliki tingkat distorsi yang lebih minimum dibanding polyeder yaitu berkisar
antara -40 cm/ 1000 m dan 70cm/ 1000 cm. Selain itu Proyeksi UTM pun memiliki

2.3 Pengertian Sistem Koordinat


Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat
geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis
lingkaran yang menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama
garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran yang tegak
lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude).

3
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Lokasi
Pembuatan makalah ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia

3.2 Waktu
Pembuatan makalah ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2019 – 21
oktober 2019

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah yaitu dengan melakukan
pencarian terhadap berbagai sumber tertulis seperti buku, arsip, majalah,
artikel dan jurnal.
2. Deskriptif Kualitatif
Deskriptif kualitatif merupakan pengumpulan data berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Walaupun kemudian terdapat data yang
berupa angka-angka, maka akan dijelaskan atau dideskripsikan berupa
kata-kata.

3.4 Populasi,Sampel dan Sampling Technique


3.4.1 Populasi
Populasi dari penulisan makalah ini yaitu Buku Teknik Survei dan
Pemetaan jilid 1
3.4.2 Sampel
Berdasarkan populasi sampel dari penulisan makalah ini yaitu Bab
Proyeksi Peta, UTM dan Sistem Koordinat.

4
3.4.3 Sampling Technique
Dalam penulisan makalah ini teknik sampling yang digunakan yaitu
nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Sugiono
(2016, hlm 85) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

3.5 Data Primer dan Data Sekunder


Sumber data dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer ini diperoleh dengan metode studi literatur yang didapat dari
buku Teknik Survei dan Pemetaan jilid1.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada makalah ini diperoleh dengan studi literatur yang
diperoleh dari jurnal, artikel, dan data lainnya sebagai pelengkap data

3.6 Instrumen
Instrumen atau alat yang digunakan ketika penulisan makalah ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Komputer jinjing.
2. Kertas HVS.
3. Buku Teknik Survei dan Pemetaan Jilid1.

3.7 Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah data pada
Bab III Proyeksi Peta, UTM dan Sistem Koordinat.

5
3.8 Kerangka Berpikir

Memahami tujuan, cara dan


pembagian system proyeksi peta

Proyeksi Peta, UTM dan Memahami ketentuan, ciri-ciri


Sistem Koordinat dan alasan UTM dijadikan
sebagai Proyeksi Pemetaan
Nasional serta keuntungan dan
kerugian system UTM

Memahami penggunaan
barometris

6
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Proyeksi Peta


Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan
sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk
bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam
proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik
di muka bumi dan di peta.

4.1.1 Tujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk:


Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat
bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan jarak dan arah
antar titik. Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam
sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk
membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim,
vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang
luas.

4.1.2 Cara proyeksi peta bisa dipilih sebagai:


1. Proyeksi langsung (direct projection): yaitu dari ellipsoid langsung ke bidang
proyeksi.
2. Proyeksi tidak langsung (double projection): yaitu proyeksi yang dilakukan
menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang
proyeksi.
4.1.3 Pembagian Sistem Proyeksi Peta
Pembagian sistem proyeksi peta biasanya dikelompokan
berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
Berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1. Bidang proyeksi yang yang digunakan :


a. Proyeksi azimuthal/zenithal : bidang proyeksi bidang datar.

7
b. Proyeksi kerucut : bidang proyeksi bidang selimut kerucut.
c. Proyeksi silinder : bidang proyeksi bidang selimut silinder.
2. Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi
a. Proyeksi tangen : bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi.
b. Proyeksi secant : bidang proyeksi berpotongan dengan bola bumi.
c. Proyeksi polysuperficial : banyak bidang proyeksi.
3. Posisi sumbu bidang proyeksi terhadap sumbu bumi
a. Proyeksi normal : sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu
bola bumi.
b. Proyeksi miring : sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu
bola bumi.
c. Proyeksi transversal : sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bola
bumi.
Sedangkan berdasarkan pertimbangan intrinsik dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Sifat asli yang dipertahankan
a. Proyeksi ekuivalen : luas daerah dipertahankan, luas pada peta setelah
disesuaikan dengan skala peta sama dengan luas asli pada muka bumi.
b. Proyeksi conform : bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut
pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka bumi.
c. Proyeksi ekuidistan : Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan
skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.
2) Cara penurunan peta:
a) Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
b) Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis.
c) Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi
dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.

8
3) Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan peta skala
besar adalah
a. Distorsi pada peta berada pada batas batas kesalahan grafis.
b. Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan.
c. Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin.
d. Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya.
e. Menggunakan titik-titik kontrol sehingga posisinya segera bisa diplot.

4.1.3 Bidang datum dan bidang proyeksi:


1. Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan
titik-titik yang diketahui koordinatnya (j ,l )
2. Bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan
titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y).

4.1.4 Proyeksi Polyeder


Sistem proyeksi kerucut, normal, tangent dan konform. Proyeksi ini digunakan
untuk daerah 20 x 20 (37 km x 37 km), sehingga bisa memperkecil distorsi.
Proyeksi polyeder di Indonesia digunakan untuk pemetaan topografi dengan
cakupan: 94° 40’ BT - 141° BT, yang dibagi sama tiap 20 atau menjadi 139
bagian, 11° LS - 6° LU, yang dibagi tiap 20 atau menjadi 51 bagian.
Keuntungan proyeksi polyeder yaitu karena perubahan jarak dan sudut pada
satu bagian derajat 20 x 20, sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka
proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar. Kerugian
proyeksi polyeder yaitu untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian
derajat, memerlukan tranformasi koordinat, grid kurang praktis karena
dinyatakan dalam kilometer fiktif, tidak praktis untuk peta skala kecil dengan
cakupan luas dan kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

9
4.2 Universal Transversal Mercator (UTM)
UTM merupakan sistem proyeksi silinder, konform, secant, transversal. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut
meridian standar dengan faktor skala 1.
2. Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT
dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.
3. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.
4. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS

4.2.1 sifat-sifat khusus yaitu :


1) Proyeksi Transverse Mecator dengan lebar zone ,
2) Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridian sentral dari tiap zone,
3) Sumbu kedua (absis/ X) : equator,
4) Satuan : meter
5) Absis semu (T) :500.000 meter padqa meridian sentral,
6) Ordinat semu (U) : 0 meter di equator untuk belahan bumi bagian utara
dan 10.000.000 meter di equator untuk bagian belahan bumi bagian
selatan,
7) Faktor skala : 0,9996 (pada meridian sentral),
8) Penomoran zone : dimulai dengan zone 1 dari BB s.d BB, Tzone 2
dari s.d , dan seterusnya sampai zone yaitu dari BB s.d BT,
9) Batas lintang : LU dan dengan lebar lintang untuk masing-masing zone
adalah , kecuali untuk bagian lintang x yaitu ,
10) Penomoran bagian derajat lintang : dimulai dari notasi C, D, E, F, sampai
X (notasi huruf I dan O tidak digunakan).

10
Gambar 1. Zona UTM Indonesia

Gambar 2. Sistem Proyeksi Koordinat UTM


4.2.2 Ketentuan UTM :
1. Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang
disebut meridian standar dengan faktor skala 1.
2. Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke
180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah
sendiri.
3. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.
4. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.

4.2.3 Ciri Proyeksi UTM


Ciri proyeksi UTM adalah :
a) Proyeksi bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi cakupan
garis meridian dengan lebar yang disebut zone.

11
b) Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada bidang
tengah poyeksi.
c) Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di tengah
bidang proyeksi.
d) Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis
proyeksi pada butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis
pembentukan gridn bukan hasil dari garis Bujur atau Lintang Ellipshoide
(kecuali garis Meridian Pusat dan Equator)
e) Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di Meridian
Pusat = , atau garis arah meridian yang melalui titik luar Meridian Pusat
tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta yang disebut Konvegerensi
Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu tampilan simpangan ini dapat
diabaikan karena kecil.

4.2.4 UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional


Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang
digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan
alasan mengapa sistem UTM dipakai :
a. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis khatulistiwa
atau garis lintang equator dari barat sampai ke timur yang relative
seimbang.
b. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/ Silinder
Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi
mnimal).
c. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem
proyeksi Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan luasan
bidang antara dua garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan sebagai
zone.

12
4.2.5 Keuntungan dan Kerugian UTM :
Keuntungan:
a. Proyeksi simetris selebar 6° untuk setiap zone.
b. Transformasi koordinat dari zone ke zone dapat dikerjakan dengan rumus
yang sama untuk setiap zone di seluruh dunia.
c. Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.
Kerugian :
a. Karena pembesaran jarak dan konvergensi meridian, maka unsur ini harus
diperhatikan dalam perhitungan.
b. Walaupun satu derajat bagian meliputi daerah luas akan tetapi masih
dibutuhkan hitungan-hitungan pemindahan bagian derajat, menjadi tidak
praktis.
c. Konvergensi meridian pada jarak 15 km maksimum dapat mencapai lebih
kurang 150 meter.

4.2.6 Pembagian zona dalam koordinat UTM secara global


Zona 1 pada koordinat UTM dimulai dari 1800 BB-1740BB, kemudian
dilanjutkan dengan zona 2 yang dimulai dari 1740 BB-1680 BB, zona 3 dimulai
dari 1680 BB-1620 BB, dst sedangkan untuk batas lintang dibagi berdasarkan
nilai 8 derajat. Untuk Indonesia yang berada pada posisi 900BT - 1440BT dan
110LS - 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu zona 46 – 54.

4.3 Sistem Koordinat


Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat
geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis
lingkaran yang menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama
garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Nilai nol derajat garis meridian
melalui kota Greenwich di kota inggris. Adalah 0 derajat sampai dengan 180 derajat
Bujur Barat. Nilai garis meridian dari Greenwich ke arah timur dikenal dengan nama
bujur timur yang besarnya adalah 0 derajat sampai dengan 180 derajat Bujur Timur.

13
Garis-garis lingkaran yang tegak lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama
garis lintang (latitude). Nilai nol derajat garis lintang memotong di tengah garis
meridian yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan dikenal dengan
nama garis ekuator atau garis katulistiwa. Nilai garis lintang dari ekuator ke kutub
utara dikenal dengan istilah lintang utara yang besarnya dari 0 derajat sampai dengan
90 derajat Lintang Utara. Nilai garis lintang dari ekuator ke kutub Selatan dikenal
dengan istilah Lintang Selatan yang besarnya dari 0 derajat sampai dengan 90 derajat
Lintang Selatan.

Gambar 3. Sistem Koordinat UTM

14
BAB 5
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Proyeksi adalah suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai
dimensi tertentu ke dimensi yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan proyeksi
peta yaitu teknik-teknik untuk menggambarkan sebagian atau atau keseluruhan
permukaan tiga dimensi secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua
dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.
Sistem proyeksi yang digunakan di Indonesia diantaranya ada sistem proyeksi
Polyeder dan proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM), yang dijadikan
sebagai sistem proyeksi nasional di Indonesia adalah proyeksi UTM karena sistem ini
memiliki tingkat distorsi yang lebih minimum dibanding polyeder yaitu berkisar
antara -40 cm/ 1000 m dan 70cm/ 1000 cm. UTM banyak digunakan, dan di
Indonesia sistem Proyeksi UTM digunakan sebagai sistem Pemetaan Nasional karena
memiliki nilai distorsi yang minimum, kondisi geografi Indonesia, serta
pertimbangan kepentingan teknis.
Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat
geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis
lingkaran yang menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama
garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran yang tegak
lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude).

5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil dari bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan implikasi
sebagai berikut:
1. Dapat memahami tujuan, cara dan pembagian system pada proyeksi peta.
2. Dapat memahami ketentuan, ciri-ciri, alasan UTM dijadikan sebagai system
Proyeksi Pemetaan Sosial seta keu ntungan dan kerugian dari system UTM.
3. Dapat memahami system koordinat bentuk permukaan bumi.

15
5.3 Rekomendasi
Mahasiswa hendaknya belajar memahami serta banyak membaca khususnya
mengenai materi proyeksi peta, UTM dan sistem koordinat, agar mendapatkan
pemahaman yang lebih dari apa yang dijelaskan oleh dosen. Dalam pembuatan peta
harus dilengkapi dengan komponen yangvharus ada pada peta, untuk mempermudah
pembaca dalam membaca suatu peta tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alatuji. (2019). Pengertian UTM. Diakses oktober 2019 melalui


https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/408/utm-
universal-transverse-mercator

Gymnastiar, Muhammad Faris (2014), Diakses oktober 2019 melalui :


http://muhammadfarisgymnastiar.blogspot.com/2014/03/tugas-
iii.html

Indonesia, gis (2011) Siistem Proyeksi UTM . Diakses oktober 2019 melalui :
http://gis-indonesia.blogspot.com/2011/05/sistem- proyeksi-
koordinat-utm-universal.html

Purwaamijaya, Iskandar Muda (2008 ) Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta:


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

iv

Anda mungkin juga menyukai