Disusun Oleh :
Hadyan Muhammad Akbar 23-2017-094
Kelas : A
Dosen : Moh. Abdul Basyid. Ir., MT
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Geodesi………...........…………………………………………………………...2
2.2 Pertanahan…………………….…………………………………………………2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..ii
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Di era pemerintahan negara pada saat ini perkembangan ilmu sudah jauh lebh maju dengan
berbagai perkembangan yang ada, khususnya pada ilmu Geodesi. Seiring berkembanganya ilmu
geodesi tersebut, peraturan perundang-undangan juga semakin ditingkatkan kualitas dan
keelektabilitasannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatkannya makalah ini adalah untuk membuktikan bahwa Geodesi memiliki
peran dalam pertanahan negara di era pembangunan, juga sebagai syarat lulus dalam matakuliah
pertanahan.
Sistematika penulisan yang ditulis dalam makalah ini yakni diawali dengan latar belakang
penulisan makalah yang berjudul peranan geodesi terhdapa pertanahan kemudian dilanjutkan
dengan dasar teori dan dibahas didalam Bab Pembahasan kemudian diakhiri dengan kesimpulan.
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Geodesi
Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein (δαιω) = membagi,
kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Menurut IAG (International Association Of
Geodesy, 1979), Geodesi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan
perepresentasian dari Bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya
masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu. Sejak zaman dahulu, Ilmu
Geodesi digunakan oleh manusia untuk keperluan navigasi. Kegiatan pemetaan bumi sebagai
bidang ilmu Geodesi telah dimulai sejak banjir sungai nil (2000 SM) oleh kerajaan Mesir Kuno.
Perkembangan Geodesi yang lebih signifikan lagi pada saat manusia mempelajari bentuk bumi &
ukuran bumi lebih dalam oleh tokoh Yunani, Erastotenes yang dikenal sebagai bapak geodesi. Saat
ini, dikarenakan kemajuan teknologi informasi, cakupan ilmu geodesi semakin luas.
2.1 Pertanahan
Agraria merupakan hal-hal yang terkait dengan pembagian, peruntukan, dan pemilikan
lahan. Agraria sering pula disamakan dengan pertanahan. Dalam banyak hal, agraria berhubungan
erat dengan pertanian (dalam pengertian luas, agrikultur), karena pada awalnya, keagrariaan
muncul karena terkait dengan pengolahan lahan.
Agraria bukanlah cabang ilmu, melainkan sekumpulan perangkat yang mengatur aspek
hukum terkait dengan lahan. Geodesi merupakan alat dasar bagi agraria untuk menentukan ukuran
lahan, sedangkan ilmu administrasi dan peraturan hukum merupakan alat pokok dalam keagrariaan.
Surveying, di satu sisi, merupakan dasar pengembangan bidang keilmuan Teknik Geodesi
dan Geomatika, dan, di lain sisi, mendorong bidang keilmuan Teknik Geodesi dan Geomatika
untuk berkontribusi dalam pengembangan kebijakan melalui pembangunan kadaster. Sebagai
sistem informasi terkini dalam bidang pertanahan, kadaster merupakan komponen utama dalam
implementasi kebijakan dan strategi manajemen pertanahan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan (Williamson et al., 2010).
2
Dalam rangka menyiapkan basis kepemerintahan lahan yang baik di Indonesia dan di dunia,
penelitian-penelitian yang dilaksanakan pada Kelompok Keilmuan Surveying dan Kadaster dibagi
menjadi dua tema utama, yaitu manajemen pertanahan dan surveying kadastral serta rekayasa.
Tujuan penelitian pada tema manajemen pertanahan adalah konseptualisasi, mengembangkan, dan
menciptakan metodologi dalam rangka menerapkan kebijakan dan strategi manajemen pertanahan
untuk mencapai tujuan kepemerintahan lahan yang baik dalam lingkup pembangunan
berkelanjutan. Pencapaian tujuan-tujuan tersebut dilaksanakan melalui penelitian-penelitian yang
terkait dengan kebijakan pertanahan, penguasaan lahan, ekonomi pertanahan, dan konsolidasi
lahan pada berbagai level, baik yang bersifat formal maupun informal.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam ilmu geodesi, terdapat salah satu aspek pertanahan yang biasa dikenal dengan istilah
kadastral. Aspek ini mengkaji khusus riset mengenai pertanahan serta rekayasa dalam penyediaan
informasi spasial berupa peta, untuk keperluan penentuan atas hak – hak tanah serta menejemen
informasi pajak bumi dan bangunan. Melalui informasi geospasial kita dapat mengetahui data
penguasaan dam pemilikan tanah di seluruh Indonesia, dapat mengetahui data penggunaan dan
pemanfaatan tanah di seluruh Indonesia, memperoleh korelasi hubungan lokasi seluruh bidang
tanah, dapat mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dalam hal pengembalian batas, dan
berperan sebagai data pendukung dalam penetapan lahan terlantar.
Data informasi spasial berasal dari pengukuran dan pemetaan terhadap bidang tanah yang
bersangkutan, seringkali menggunakan metode penginderaan jauh dan pemetaan digital. Agar
sistem informasi tersebut efektif dan efisien maka lokasi haruslah tereferensi secara seragam atau
memiliki koordinat dengan system referensi tertentu. Dalam hal ini, peran geodesi memberikan
penjelasan menyeloruh mengenai kordinat dan referensi koordinat.
4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ilmu Geodesi dapat diikutsertakan kedalam hal pertanahan, meninjau dari kebutuhan
pendataan yang sistematik dan lengkap pada bidang tanah dengan perhitungan yang akurat dapat
dilakukan oleh seorang geodetik, bukan pendataan hak milik saja yang dapat didata dari kombinasi
ilmu geodesi dan ilmu pertanahan, melainkan pendataan pemanfaatan wilayah, pajak bumi,
informasi situasi wilayah dan masih banyak lagi. Maka dari itu, pentingnya ilmu pertanahan di
bidang Geodesi mengenai pendataan wilayah demi kerapihan dan kemudahan dalam mendapatkan
informasi yang ada.
5
DAFTAR PUSTAKA
ii