Anda di halaman 1dari 21

Departemen Teknik Geomatika

FTSPK-ITS
RM184948
PENGINDERAAN JAUH TERAPAN
KELAS A

Nama Mahasiswa:
Ghinaa Goniyyah Zalsabilla Viedra
NRP Mahasiswa:
03311840000089
Departemen Teknik Geomatika
FTSPK-ITS

OUTLINE

01 Pendahuluan Metodologi
03
02 Tinjauan Pustaka Hasil & Analisa
04
05 Kesimpulan
Departemen Teknik Geomatika
FTSPK-ITS
Penginderaan Jauh diimplementasikan untuk memperoleh informasi tanpa kontak
langsung dengan objek/fenomena yang diamati. Dalam hal ini, objek yang diamati
bisa mencakup wilayah daratan, perairan, maupun atmosfer. Pengimplementasian
penginderaan jauh untuk perairan salah satunya adalah untuk pemantauan kualitas
air dengan parameter konsentrasi klorofil-A dan TSS (Total Suspended Sediment).
TSS dan klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas perairan,
dimana kualitas perairan yang baik ditandai dengan konsentrasi TSS yang rendah
dan konsentrasi Chl-A yang tinggi sebagai indikator kesuburan perairan. Faktor–
faktor tersebut (TSS dan Chl-A), mengubah karakteristik pantulan atau pancaran suhu
air yang dapat diukur dan dideteksi menggunakan teknik penginderaan jauh.
PENDAHULUAN
Departemen Teknik Geomatika

TINJAUAN PUSTAKA
FTSPK-ITS

01 Klorofil-A TSS (Total Suspended Sediment) 02


• Produktivitas perairan yang tinggi menandakan • TSS merupakan zat padat berdiameter > 1 µm yang
kesuburan suatu perairan dengan melihat jumlah tersuspensi dalam air; dapat berupa pasir, lumpur,
produktivitas primer yang dihasilkan pada perairan dan tanah liat atau jasad renik.
tersebut untuk menghasilkan fitoplankton. Bagian • Keberadaan material padatan tersuspensi ini dapat
terpenting dari pigmen fotosintesis yang dikandung oleh mengganggu penetrasi cahaya yang masuk ke dalam
fitoplankton adalah klorofil-a (Chl-a). Sebaran Chl-a
perairan yang berakibat terganggunya proses
sangat bergantung pada kondisi oseanografis suatu
fotosintesis pada biota tumbuhan laut.
perairan.
• TSS berbanding lurus dengan turbidity (kekeruhan)
• Di laut, sebaran konsentrasi Chl-a lebih tinggi pada
perairan pantai dan pesisir, sedangkan di perairan lepas dan berbanding terbalik dengan transparancy
pantai konsentrasi Chl-a lebih rendah. (kejernihan).
• Chl-a menyerap sinyal pada kanal biru dan merah, • Untuk mengestimasi TSS dari data penginderaan jauh
sedangkan pantulan maskimum terjadi pada kanal hijau. sangat dipengaruhi oleh: akurasi algoritma koreksi
• Untuk mengestimasi Chl-a dari data penginderaan jauh atmosfer dan algoritma model yang digunakan.
sangat dipengaruhi oleh: akurasi algoritma koreksi
atmosfer dan algoritma model yang digunakan.
Departemen Teknik Geomatika
FTSPK-ITS
Satelit Landsat 8 memiliki dua sensor yaitu Operational Land Imager (OLI) dan
Thermal Infrared Sensor (TIRS) dimana kedua sensor tersebut menyediakan
cakupan dari daratan dan perairan dengan resolusi spasial 30 meter (Visible, NIR,
03 Landsat 8 SWIR), 100 meter (Thermal) dan 15 meter (Pankromatik).
Untuk saat ini, citra Landsat 8 yang dilepas ke publik baru Level 1T. Untuk
memperoleh citra Landsat 8 Level 2 dan 3 berlaku on demand atau kita harus
melakukan order terlebih dahulu melalui http://earthexplorer.usgs.gov/ dan
http://espa.cr.usgs.gov/.
TINJAUAN
PUSTAKA
Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS

Region of Interest

Data yang digunakan Software yang digunakan


Citra Landsat 8 C1 Level 2 WRS
Path/Row 123/65; cloud cover ≤ 7%;
tanggal akuisisi 18-09-2019

Pulau Panaitan,
Kab. Banten
Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
Citra Landsat 8 FTSPK-ITS
OLI/TIRS C1 Level 2

Layer stacking Diagram Alir Pengerjaan


Kuantifikasi menggunakan Band Math:
dibagi 10000 untuk mendapatkan 𝜌𝑏𝑜𝑎(𝜆)

Band Math: 𝜌𝑏𝑜𝑎(𝜆)/𝜋


NDWI (B3-B5)/(B3+B5)
untuk memperoleh Rrs(𝜆)

Algoritma model: Chl-a (Jaelani, 2015) Algoritma model: TSS (Laili, 2015)

Masking dengan NDWI

Subset by ROI

Analisis & Layouting


Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS
Langkah-Langkah Pengerjaan: Peta Konsentrasi Chl-a

1. Masukkan citra Landsat 8 C1 Level 2 band 1-7 di ENVI. 2) Citra Landsat 8 Level 2 sudah terkoreksi atmosferik
Lakukan layerstacking untuk menggabungkan semua namun hasilnya masih dalam DN. Lakukan
band. kuantifikasi DN/10000 untuk mendapatkan 𝜌𝑏𝑜𝑎(𝜆).

Statistik citra sebelum Statistik citra setelah


kuantifikasi kuantifikasi
Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS
Langkah-Langkah Pengerjaan: Peta Konsentrasi Chl-a

3. Untuk mendapatkan nilai reflektan yang sama dengan 4) melakukan perhitungan NDWI untuk mengidentifikasi
reflektan in-situ, maka reflektan yang telah terkoresi dari objek perairan yang ada pada citra.
efek atmosfer, dibagi dengan 𝝅 untuk mendapatkan
Rrs(λ) (satuan 𝑠𝑟 −1).

Definisikan B1 untuk masing-


masing band dengan cara pilih
map variable to input file
Hasil NDWI
Statistik Rrs (λ)
Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS
Langkah-Langkah Pengerjaan: Peta Konsentrasi Chl-a

5. Membuat band untuk masking 6) Melakukan perhitungan Klorofil-a menggunakan algoritma Jaelani,
area dengan ketentuan (NDWI > 0 = 2015 yaitu: Log (Chl-a)= -0.9889(Rrs4/Rrs5)+0.3619
Water) sehingga algoritma yang
digunakan adalah (b1 le 0)*0 + (b1 gt
0)*1. definisikan b1 dengan NDWI.
B4 = Rrs B4; B5 = Rrs B5 B1 = hasil algoritma model awal

Hasil masking area


Hasil dari algoritma Chl-a
Jaelani, 2015
Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS
Langkah-Langkah Pengerjaan: Peta Konsentrasi Chl-a

7. Lakukan pemisahan data pada hasil Chl-a dengan 8) Selanjutnya lakukan analisis menggunakan
menggunakan band masking NDWI sebagai software SNAP. Masukkan hasil subset Chl-a, atur
masking/subset nya. Gunakan algoritma B1*B2 dimana color ramp dan lakukan analisis nilai konsentrasi
B1 adalah band hasil Chl-a dan B2 adalahband masking Chl-a. Selanjutnya lakukan layouting di ArcGIS.
NDWI. Selanjutnya lakukan Subset by ROI.

Hasil masking Chl-a


Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS
Langkah-Langkah Pengerjaan: Peta Konsentrasi TSS

1. Lakukan Langkah 1-5 seperti pada Langkah pengerjaan 2. Lakukan pemisahan data pada hasil TSS dengan
peta konsentrasi Chl-a. Selanjutnya melakukan menggunakan band masking NDWI sebagai
perhitungan TSS menggunakan algoritma Laili, 2015 masking/subset nya. Gunakan algoritma B1*B2
yaitu: dimana B1 adalah band hasil Chl-a dan B2
adalahband masking NDWI. Selanjutnya lakukan
Subset by ROI.

Hasil dari
algoritma TSS
Laili, 2015

Hasil masking TSS


Departemen Teknik Geomatika

METODOLOGI
FTSPK-ITS
Langkah-Langkah Pengerjaan: Peta Konsentrasi TSS

3) Selanjutnya lakukan analisis menggunakan software SNAP. Masukkan hasil subset TSS, atur color
ramp dan lakukan analisis nilai konsentrasi TSS. Selanjutnya lakukan layouting di ArcGIS.
Departemen Teknik Geomatika

HASIL
FTSPK-ITS

Hasil Peta Konsentrasi Chl-a Perairan Pulau Panaitan Tahun 2019

Histogram
konsentrasi Chl-a

Tabel Nilai konsentrasi Chl-a

Peta Konsentrasi Chl-a Perairan Pulau Panaitan Tahun 2019


(menggunakan algoritma Jaelani, 2015)
Departemen Teknik Geomatika

HASIL
FTSPK-ITS

Hasil Peta Konsentrasi TSS Perairan Pulau Panaitan Tahun 2019

Tabel Nilai konsentrasi TSS

Histogram
Peta Konsentrasi TSS Perairan Pulau Panaitan Tahun 2019 konsentrasi TSS
(menggunakan algoritma Laili, 2015)
Departemen Teknik Geomatika

ANALISA
FTSPK-ITS

Analisa Peta Konsentrasi Chl-a Perairan Pulau Panaitan Tahun 2019

• Berdasarkan visualisasi peta dan analisa histogram,


konsentrasi Chl-a menyebar di sepanjang garis
pantai Pulau Panaitan, namun konsentrasi Chl-a
sangat sedikit di perairan baratdaya dan timur laut
Pulau Panaitan.
• Konsentrasi Chl-a lebih tinggi pada daerah pesisir
(digambarkan dengan warna merah) sedangkan pada
area laut lepas konsentrasi chl-a lebih rendah yang
Tabel Nilai konsentrasi Chl-a digambarkan dengan warna biru tua.
Histogram • Diperoleh rentang nilai konsentrasi Chl-a pada
konsentrasi Chl-a perairan Pulau Panaitan sebesar 0.069 – 0.346 µg/L.
Berdasarkan kriteria status trofik perairan menurut
Carlson & Simpson (1996) maka perairan Pulau
Panaitan termasuk ke dalam status oligotrof, dimana
menurut PerMNLH No. 28 tahun 2009 Oligotrof adalah
status trofik air yang mengandung unsur hara dengan
kadar rendah, status ini menunjukkan kualitas air
masih bersifat alamiah belum tercemar dari sumber
unsur hara N dan P.

Kriteria Status Trofik Perairan Menurut


Carlson & Simpson (1996)
Departemen Teknik Geomatika

ANALISA
FTSPK-ITS

Analisa Peta Konsentrasi TSS Perairan Pulau Panaitan Tahun 2019

• Berdasarkan visualisasi peta dan analisa histogram,


konsentrasi TSS paling tinggi berada di perairan
baratdaya Pulau Panaitan.
• Konsentrasi TSS yang didapatkan memiliki rentang
nilai 12.327 – 18.725 mg/L. Konsentrasi TSS di
daerah pesisir pantai memiliki nilai lebih tinggi
daripada di perairan laut lepas. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh sedimentasi dari
aktifitas manusia seperti limbah rumah tangga dll.
Tabel Nilai konsentrasi Chl-a Konsentrasi TSS yang besar akan mengakibatkan
terjadi kekeruhan did aerah tersebut.
• Pulau Panaitan merupakan Pulau untuk tujuan wisata
bahari. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Laut, disebutkan bahwa baku mutu
TSS untuk wisata bahari adalah 20 mg/L. Dengan
demikian, konsentrasi TSS perairan Pulau
Histogram
Panaitan masih sesuai dengan ambang batas
konsentrasi TSS
pada Baku Mutu No.51 Tahun 2004.

Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari


(Kep. MNLH No. 51 Thn 2004)
Departemen Teknik Geomatika

KESIMPULAN
FTSPK-ITS

Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh kesimpulan:


1. Penginderaan jauh dapat diimplementasikan untuk menganalisis kualitas perairan melalui parameter
konsentrasi chl-a dan TSS (Total Suspended Sediment).
2. Konsentrasi Chl-a lebih tinggi pada daerah pesisir, sedangkan pada area laut lepas konsentrasi chl-a lebih rendah.
3. Rentang nilai konsentrasi Chl-a pada perairan Pulau Panaitan sebesar 0.069 – 0.346 µg/L. Berdasarkan kriteria
status trofik perairan menurut Carlson & Simpson (1996) maka perairan Pulau Panaitan termasuk ke dalam status
oligotrof, yaitu kualitas air masih bersifat alamiah dan belum tercemar.
4. Konsentrasi TSS di daerah pesisir pantai memiliki nilai lebih tinggi daripada di perairan laut lepas.
5. Konsentrasi TSS pada perairan Pulau Panaitan memiliki rentang nilai 12.327 – 18.725 mg/L. Rentang nilai tersebut
masih sesuai dengan ambang batas pada Baku Mutu No.51 Tahun 2004 untuk wisata bahari.
Departemen Teknik Geomatika

SARAN
FTSPK-ITS

Gunakan Algoritma Model


lainnya untuk perhitungan
Chl-a dan TSS sebagai
pembanding

03
01 02
Gunakan sample data in-situ yang
diambil langsung dari lokasi
penelitian sebagai data pembanding
Gunakan metode koreksi atmosfer
lainnya sebagai pembanding, seperti
DOS, 6SV, maupun FLAASH.
Departemen Teknik Geomatika

REFERENSI
FTSPK-ITS

Boangmanalu, Chandra P.S dkk. 2018. Analisis Sebaran TSM (Total Suspended Matter) Menggunakan Citra Landsat 8 di
Perairan Bagian Barat Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Junal MASPARI Juli 2018, 10(2):141-150 .
Indeswari, Luki, dkk. 2018. Pemetaan Sebaran Total Suspended Solid (TSS) Menggunakan Citra Landsat Multitemporal
dan Data In Situ (Studi Kasus:Perairan Muara Sungai Porong, Sidoarjo). JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018).
Irma’atus Sholihah, dkk. 2016. Analisis Sebaran Padatan Tersuspensi dan Transparansi Perairan Menggunakan Landsat
8 (Studi Kasus: Perairan Bintan, Kepulauan Riau). JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016).
Baktiar, Aditya Hafidh, dkk. 2016. Analisis Kesuburan dan Pencemaran Air Berdasarkan Kandungan Klorofil-A dan
Konsentrasi Total Suspended Solid Secara Multitemporal Di Muara Banjir Kanal Timur. Jurnal Geodesi UNDIP
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016.
Jaelani, Lalu Muhamad, dkk. 2015. Pemetaan Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-A dengan Landsat 8 di Danau
Matano dan Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Bogor: Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XX 2015.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.
Departemen Teknik Geomatika

THANKS
FTSPK-ITS

Do you have any


questions?

ghinaagzv@gmail.com
+6282140058466
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai