Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan praktikum mata kuliah Pemetaan II.
Laporan ini membahas tentang bagaimana hasil pengamatan tentang
menggunakan alat pengukuran dan data cara pengambilan dilapangan praktikum
ini dilakukan di Universitas Halu Oleo. Tak lupa kami mengucapkan banyak
terimah kasih kepada dosen pengajar kami dalam melakukan praktek.
Penulis juga menyadari bahwa didalam laporan ini masih banyak kesalahan
atau kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
guna untuk memperbaiki laporan yang sudah kami kerjakan.

Kendari, Juni 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR NILAI

KARTU ASISTENSI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3. Tujuan ..........................................................................................................4
1.4. Alat dan Bahan...............................................................................................4
1.4.1. Theodolit.............................................................................................4
1.4.2. Statif ( Kaki Tiga )...............................................................................5
1.4.3. Rambu Ukur........................................................................................6
1.4.4. Payung.................................................................................................6
1.4.5. Kompas...............................................................................................7
1.4.6. Patok.....................................................................................................7
1.4.7. Roll Meter...........................................................................................8
1.4.8. Alat Penunjang Lainnya......................................................................8
1.5. Tim Pengukur................................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................10


2.1 Ilmu Ukur Tanah...........................................................................................10
2.2 Pemetaan (Surveying)....................................................................................10
2.3. metode tachimetri.........................................................................................11
2.4 Theodolit.......................................................................................................13
2.5 Pengukuran Poligon.......................................................................................14

Laporan Praktikum pemetaan II Kelompok 7 ii


BAB III METODOLOGI PENLITIAN........................................................................17
3.1. Metode Pengambilan Data Jarak..................................................................17
3.2. Metode Pengambilan Data Tinggi................................................................17
3.3. Sistem Pengukuran.......................................................................................17
3.4. Pengukuran Detail........................................................................................19

BAB IV ANLISIS DATA...............................................................................................35


4.1. Perhitungan jarak optis patok utama (Do).....................................................35
4.2. Perhitungan sudut horizontal (∑ β )..............................................................35
4.3. Perhitungan Koreksi Sudut Horizontal(∑k)..................................................35
4.4. Perhitungan Koreksi Sudut...........................................................................36
4.5. Perhitungan sudut horizontal setelah di koreksi............................................36
4.6. Perhitungan Azimuth Patok utama(∝ n¿ ......................................................36
4.7. Perhitungan Jarak Datar (D).........................................................................36
4.8. Perhitungan beda tinggi (ΔH).......................................................................37
4.9. Perhitungan Absis.........................................................................................37
4.10. Perhitungan ordinat.....................................................................................37
4.11. Perhitungan Koreksi Beda Tinggi Patok Utama(∆ H ¿...............................38
4.12. Perhitungan koreksi absis...........................................................................38
4.13. Perhitungan koreksi ordinat........................................................................38
4.14. Perhitungan koordinat X.............................................................................38
4.15. Perhitungan koordinat Y.............................................................................38
4.16. Perhitungan Elevasi Z.................................................................................39
4.17. Perhitungan Kemiringan.............................................................................39

BAB V PENUTUP..........................................................................................................40
5.1. Kesimpulan...............................................................................................40
5.2. Saran.........................................................................................................40

Laporan Praktikum pemetaan II Kelompok 7 iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan
menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya
untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar
bagi beberapa mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan
sebagainya. Salah satu alat yang di gunakan dalam ilmu ukur tanah theodolit.
Dengan menggunakan Theodolit kita dapat mengukur jarak dan sudut, baik sudut
vertical maupun horizontal.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang di
tempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal
untuk di baca. Teleskop tersebut juga di pasang pada piringan kedua dan dapat di
putar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca.
Yang di maksud dengan sudut vertical adalah sudut yang diukur pada
skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang di ukur pada
skala mendatar yang di bentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca
merupakan nilai dimana theodolite itu di tempatkan.
Berdasarkan ketelitian ilmu geodesi terbagi dua macam yaitu:
a) Geodetic surveying yaitu suatu survei yang memperhitungkan ke lengkungan
bumi atau kondisi sebenarnya survei ini digunakan dalam pengukuran daerah
yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar.
b) Plane surveying yaitu suatu survei yang menggambarkan kelengkungan bumi
adalah bidang datar. Plane surveying ini digunakan bidang hitung.
Dalam praktikum ini kita memakai plane surveying (ilmu ukur tanah).
Ilmu ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu ukur tanah (ilmu teknik) dan seni
yang meliputi semua metode untuk pengumpulan data dan pemprosesan informasi
tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi. Plane surveying ini
merupakan posisi titik bumi dan titik yang telah di dapatkan tersebut dapat
disajikan dalam bentuk peta.
Dengan praktikum ini diharapkan Mahasiswa dapat melakukan pemetaan
situasi. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan
untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan lainnya yang
menggunakan peta sebagai acuan.
Seperti kita ketahui bersama bahwa struktur bagian permukaan bumi ini
tidaklah beraturan tetapi cenderung bergelombang melengkung ke bidang peta
yang datar yang diakibatkan karena bumi ini terdiri dari pegunungan, perbukitan,
lembah untuk dapat menggambarkan struktur bagian permukaan bumi ldiperlukan
satu bidang perantara yang sedemikian rupa sehingga perpindahan keadaan itu
dapat dilakukan dengan mudah.
Akan tetapi, dalam membuat peta dengan bidang datar yang ukurannya
relatif kecil jika dibandingkan dengan luas permukaan bumi yaitu tidak melebihi
55 km maka unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan sehingga sistem
proyeksinya menggunakan sistem proyeksi ortogonal.
PETA adalah gambaran permukaan bumi yang di tuangkan dalam bidang
datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu. Peranan peta dalam rangka
pekerjaan rekayasa adalah sangat penting artinya terlebih-lebih untuk proyek
menyangkut daerah luas. Peta topografi yang sesama adalah merupakan peta dasar
yang tersedia agar dapat dilakukan perencanaan serta pembuatan teknisnya
Peta-peta teknisnya dibuat untuk merencanakan lebih lanjut dalam
melakukan pekerjaan teknis seperti pembuatan gedung-gedung, Jalan Raya, rel
kereta api, jembatan dan lain-lain. Kalla dipilih dan disesuaikan besar-kecilnya
nya pekerjaan yang akan dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
a) Apa itu Theodolite?
b) Apa saja perlengkapan yang diperlukan saat pengukuran dengan Theodolite?
c) Bagaimana cara untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan
Theodolite?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum yaitu :
a) Menentukan sudut yang membentuk antara titik yang satu dengan yang lain.
b) Menentukan jarak antara titik yang satu dengan titik yang lain.

c) beda tinggi antara titik yang satu dengan yang lainnya.

d) Menentukan koordinat yang telah ditentukan

e) Menentukan luas area pengukuran


f) Tentukan tinggi titik yang telah ditentuka
g) Menggambarkan profil memanjang hasil pengukuran
h) Menggambarkan peta area penilaian pada pekerjaan pengukuran.
i) Menggambarkan detail dechimetri
j) Menggambarkan peta kontur
k) Mahasiswa dapat mengetahui kesalahannya pada theodelit
l) Mahasiswa dapat menggunakan theodolit

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat praktikum yaitu :
a) Mengetahui apa itu Theodolite
b) Mengetahui apa saja perlengkapan yang diperlukan saat pengukuran dengan
Theodolite.
c) Mengetahui bagaimana cara mengukur dengan menggunakan Theodolite.
1.5 Tempat dan waktu pengukuran
Lokasi : Vokasi UHO
Tanggal : 02 Juni 2021
Hari : Rabu
Waktu : 07.30 –11.30

1.6 Alat dan Bahan

1.6.1. Theodolit

Gambar 1.2. Pesawat Theodolite


Keterangan :
1. Pengarah kasar, berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu
mengarahkan teropong ke target secara kasar.
2. Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat
digerakkan secara vertikal.
3. Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong secara vertikal ke
arah rambu ukur (objek) secara halus.
4. Tempat baterai, berjumlah 4 buah dengan jenis baterai A2.
5. Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan pesawat agar
tidak dapat diputar secara horizontal.
6. Penggerak halus lingkaran horizontal, untuk menggerakkan teropong
horizontal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.
7. Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada pada
titik tengah.
8. Handle, untuk pegangan tangan pada alat.
9. Pengatur fokus lensa okuler, untuk fokus lensa okuler ke objek.
10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal,
dan dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.
11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal dan
horizontal.
12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I berada pada posisi
vertikal.
13. Plat dasar, untuk bertumpunya pesawat theodolite.
14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan sumbu I berimpit
dengan titik berdiri pesawat atau titik tertentu di bumi.
15. Klem pengatur fokus benang, untuk memperjelas benang pada lensa
(benang atas, benang tengah, benang bawah).

1.6.2. Statif ( Kaki Tiga )


Berfungsi sebagai penyangga dengan memutar yang dapat
menyangga alat-alat yang ada di masing-masing ujung runcing agar dapat
masuk ke dalam tanah.

Gambar 1.3. Statif (Kaki Tiga)


1.6.3. Rambu Ukur
Fungsi yang utama dari rambu ukur ini adalah untuk
mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah.

Gambar 1.4. Rambu Ukur

1.6.4. Payung
Payung, berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari
maupun hujankarena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar
matahari.dan jugaapabila lensa teropong basah maka akan mengganggu dalam
pembacaan rambuukur.

Gambar 1.5. Payung


1.6.5. Kompas
Kompas, berfungsi untuk menentukan arah utara dari titik yang diukur.

Gambar 1.6. Kompas

1.6.6. Patok
Patok, berfungsi sebagai suatu tanda dimana kita meletakkan rambu
ukur untuk mengukur suatu titik di lapangan.Terbuat dari kayu dan mempunyai
penampangberbentuk lingkaran atau segi empat dengan panjang kurang lebih
25 cm danujung bawahnya dibuat runcing.

Gambar 1.7. Patok


1.6.7. Roll Meter
Roll meter, berfungsi untuk mengukur jarak antar patok. Pita ukur
terbuat darifiber glass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai untuk
mengukur jarakantara patok yang satu dengan patok yang lain

Gambar 1.8. Rol Meter

1.6.8. Alat Penunjang Lainnya


Alat penunjang lainnya seperti blanko data dan alat tulislainnya guna
menulis hasil pembacaan data yang diperoleh dilapangan, kalkulatoryang
sangat berguna untuk melakukan koreksi atau perhitungan sederhana
di lapangan, catatan lapangan yang dibuat sesuai dengan data dan metode
yangdipergunakan, pengetahuan dasar pengukuran yang sangat membantu
jalannya praktikum.

Gambar 1.9. Alat Penunjang Lainnya


1.5. Tim Pengukur
1. AWAL APRILIANSYAH (P3A1 20 011)
2. ARSEN NIUS ASER TA DIAMPANG (P3A1 20 010)
3. DITON (P3A1 20 015)
4. RUSTIANTI RUSLI (P3A1 20 055)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ilmu Ukur Tanah


Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari
mempelajari cara-cara pengukuran pengukuran yang diperlukan untuk
menyatakan kedudukan titik di permukaan. Ilmu ukur tanah merupakan
bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu geodesi mempunyai 2
maksud dan tujuan yaitu:
a) Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.  
b) Maksud praktis yaitu ilmu yang aitu ilmu yang mempelajar penggambaran
dari mempelajar penggambaran dari sebagian besar atau sebagian besar
atau sebagian sebagian kecil permukaan bumi yang dinamakan peta.
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari
ilmu geodesi, maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara
melakukan pengukuran diatas  permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak
beraturan, karena adanya gunung dan lembah yang curam.
Untuk memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak beraturan
tersebut maka dibuatlah suatu bidang perantara.Bidang perantara tersebut
adalah datar. Meski permukaan bumi itu lengkung tapi kita anggap datar
karena permukaan bumi yang akan diukur itu tidak punya satuan yang lebih
panjang dari 50 Km, biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan
kereta api, bendungan, saluran air, jembatan dan lain sebagainya.

2.2. Pemetaan (Surveying)


Pengertian pemetaan secara harfiah menurut kamus besar Bahasa
Indonesia (1987 : 859) adalah suatu proses, cara, perbuatan membuat peta,
kegiatan pemotretan yang dilakukan melalui udara dimana dalam kegiatan
tersebut bertujuan meningkatkan hasil pencitraan yang baik tentang suatu
daerah. (Yusuf, et. al, 1957 : 452).
Pengertian lain tentang pemetaan adalah pengelompokkan suatu
kumpulan wilayah yang  berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah
yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk
yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri khas khusus
dalam penggunaan skala yang tepat. (soekidjo,1994 : 34).
Pemetaan (Surveying) Pemetaan (Surveying) adalah penentuan adalah
penentuan lokasi titik lokasi titik yang t erdapat diatas,pada erdapat
diatas,pada maupun dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi
diperlukan adanya suatu kerangka referensi, yang direpresentasikan dengan
menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia).Bench mark ini
digunakan sebagai titik awal pengukuran.
Untuk pengukuran poligon ini Bench mark menggunakan arak Utara
sebagai titik awal. Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan
ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan
dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan
pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan
menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik maupun
satelit).
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk
menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah
segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga segitiga tersebut
tersebut dapat ditentukan. ditentukan. Dengan demikian demikian untuk
mendapatkan mendapatkan koordinat koordinat suatu titik dapat dilakukan
dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya.

2.3. metode tachimetri


Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,
elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan
penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik.
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat
alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan
data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring.

Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga


sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran
tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman
topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus
dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Pada
gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada
titik tertentu. Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur
sehingga tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah. Sudut vertikalnya
(sudut kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa dalam pekerjaan
tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang
diduduki ( bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar ). Metode
tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar
detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset.

Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara


yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan
daerah yang luas dan untuk detail-detailyang bentuknya tidak beraturan.
Untuk dapat memetakan dengan cara ini diperlukan alat yangdapat mengukur
arah dan sekaligus mengukur jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM
(Boussole Tranche Montage). Pada alat-alat tersebut arah-arah garis di
lapangan diukur dengan jarum kompas sedangkan untuk jarak digunakan
benang silang diafragma pengukur jarak yangterdapat pada teropongnya.
Salah satu theodolite kompas yang banyak digunakan misalnyatheodolite
WILD TO. Tergantung dengan jaraknya, dengan cara ini titik-titik detail
dapat diukurdari titik kerangka dasar atau dari titik-titik penolong yang
diikatkan pada titik kerangka dasar.

Di wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat


dikerjakan lebih cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa
oleh pencatat. Tachymetri "diagram' lainnya pada dasarnya bekerja atas
bekerja atas prinsip yang, sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh
pisahan garis stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai
sebuah garis horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal
lainnya pada diafragma keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas dasar
perubahan sudut vertikal. Kebanyakan alidade planset memakai suatu jenis
prosedur reduksi tachymetri.
2.4. Theodolit
Menurut Winnie (2009) Theodolite adalah instrument / alat yang
dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan
dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut
vertical.Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.

Gambar 2.1. Bagian-Bagian Pesawat Theodolite

Konstruksi teodolit ini dirancang secara vertikal dan dibagi


kedalam tiga segmentasi / bagian. Bagian teodolit tersebut adalah:
1. Bagian Bawah,
Bagian bawah terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk
lingkaran.Sekrup tersebut berfungsi untuk menyelaraskan permukaan
sehingga theolodit berada pada keadaan datar.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung
dan diletakkan pada bagian bawah sumbu ini adalah sumbu tegak lurus
kesatu diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk
lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari- jari plat pada
bagian bawah Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca
nonius diatas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah
sumbu mendatar kedua sumbu tersebut berguna untuk menstabilkan
keadaan theodolit serta pembacaan azimuth.
3. Bagian Atas
Bagian atas terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki
penyanggah sumbu kedua Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong
yang mempunyai diaragma dan memiliki garis bidik Pada sumbu ini pula
diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran
mendatar.

2.5. Pengukuran Poligon


Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak.
Rangkaian titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat
titik tersebut dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari
pengukuran sudut dan jarak.Posisi titik-titik di lapangan dapat ditentun
dengan mengukur jarak dan sudut kearah titik kontrol. Posisi titik-titik
kontrol haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan haruslah mempunyai
ketelitian yang tinggi dan distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan bentuk geometrisnya, polygon dapat dibedakan atas polygon
terbuka dan polygon tertutup.

2.5.1. Poligon Terbuka


Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik
akhir tidak berimpit atau tidak  pada titik yang sama.
Poligon terbuka terbagi atas:
a. Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik Merupakan poligon
terbuka dengan titik awal dan tit awal dan titik akhir berupa titik
yang tetap.ik akhir berupa titik yang tetap
Gambar 2.2. Poligon Terbuka

b. Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada.

Gambar 2.3Poligon Terbuka Terikat Sepihak

c. Poligon Terbuka Sempurna


Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap.

Gambar 2.4. Poligon Terbuka Sempurna

2.5.2. Poligon Tertutup


Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir
saling berimpit atau pada  posisi yang sama atau saling bertemu. Pada
poligon tertutup ini secara geometris bentuk rangkaian poligon tertutup
bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan poligon tertutup
terikat sempurna.

Gambar 2.5.Poligon Tertutup

BAB III
METODOLOGI PENLITIAN

3.1. Metode Pengambilan Data Jarak


Pengukuran jarak menggunakan theodolit dilakuan dengan cara
melakukan pengamatan menggunakan pembidik kearah titik bidik yang telah
ditempatkan rambu ukur diatasnya. Pembidikan dilakukan dengan membidik
theodolit kearah objek kemudian dilakukan dilakukan pemfokusan pada
theodolit hingga rambu ukur terlihat dengan jelas.  Terdapat tiga benang yang
terdapat yang tereteksi benang tersebut berupa benang atas, benang bawah,
dan benang tengah data jarak didapati dari hasil pengurangan antara benang
atas dengan benag bawah dikalikan 100.
3.2. Metode Pengambilan Data Tinggi
Pengukuran data tinggi dilakukan dengan cara serupa pada pengambilan
jarak namun, pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui posisi benang
tengah terhadap rambu ukur data ketinggian merupakan pengolahan dari nilai
benang tengah dijumlah koreksi sudut dikurangi tinggi alat.

3.3. Sistem Pengukuran


3.3.1. Sistem Pengukuran
Agarsudut dapat dilakukan dengan sistem sumbuh-sumbuh pada
suatu theodolite yaitu :
1. II + vv, Tabung tegak lurus pada putaran pertama.
2. 22 + HH, sumbuh tegak lurus pada sumbu pertama.
3. HH + VV, tegak lurus pada sumbu pertama.
4. Sumbu nivo indeks harus sejajar dengan garis bidik yang di stel
horizontal atau indeks yang otomatis bekerja.

3.3.2. Teknik Pengukuran


Pengukuran kerangka polygon memanjang
Pengukuran kerangka polygon memanjang digunakan apabila titik yang
akan dicarikordinat -kordinatnya terletak memanjansehingga
membentuk banyak( poligon), maka poligon haruslah dapat diawali
dengan titik yang telah diketahui koordinatnya dan bentuk dapat di
tentukan sudut-sudut jurusan sisi poligon,l haruslah di titik awal yang
digunakan Arah delta yang telah di tentukan. Sedangkan jarak antra
titik poligon di ukur langsung
Adapun poligon yang memanjang terbagi 2 yaitu :
a) Poligon memanjang tertutup adalah teknik pengukuran poligon
yang berputar pada suatu bidang di mana titik awal pengukurannya
menjadi. akhir pengukuran.

Gambar 3.1. Poligon Memanjang Tertutup


Keterangan :
P0 = sudut luar
A,B,C,D,E = letak titik pengukuran

b) Poligon memanjang terbuka yaitu teknik pengukuran poligon di


mana titik awal pengukuran bukan titik akhir pengukuran.

Gambar 3.2.Poligon memanjang terbuka

3.4. Pengukuran Detail


Sistem thodolit adalah suatu teknik pengukuran di mana alat hanya
perdiri pada suatu titik dan dapat menembak lebih dari suatu titik untuk
menentukan posisi pada ketinggian tertentu.
Gambar 3.3 pengukuran titik detail

3.4.1. Pengukuran Mendatar


Pengukuran-pengukuran di lakukan dengan maksud untuk
mendapatkan banyaknya bayangan dari pada keadaan
lapangan,dengan menentukan tempat titik-titik itu di ata
permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan
hubungan tegak di perlukaan sudut-sudut yang harus di ukur.
1. Sudut mendatar di ukur pada skala lingkaran yang terletak
mendatar.
a) Sudut jurusan adalah sudut yang di mulai dari arah utara
geografis,maka arah utara di ambil dengan sumbu Y suatu
slip sumbu.

Gambar 3.4 Sudut jurusan

b) Sudut antara dua arah merupakan sudut antara dua jurusan.


Gambar 3.5 Sudut Antara Dua Arah

C) Sudut tegak di kuran pada skala lingkaran yang tegak


lurus .

Gambar 3.6 Sudut tegak di kuran pada skala


lingkaran yang tegak lurus .

2. Jarak mendarat,pengukuran ini dapat di lakukan dengan


menggunakan pita ukur dan melalui pembacaan benang pada
alat theodolit untuk mengetahui jarak optis (n).

Gambar 3.7. Jarak Mendatar


Keterangan :
A. = Patok utama (di jadikan sebagai tempat kedudukan
theodolit)
B. = titik di tinjau
C. = Jarak horizontal
D. = Jarak proyeksi
HA = Ketinggian tanah yang di jadikan dasar pengukuran jarak
horizontal (m)
HB = jarak vertikal yang di ukur dari ketinggian alat ke titik
yang di tinjau
AH = Jarak vertikal dari patok utama ketitik yang dituju
Ah = Jarak vertikal keatas/proyeksi
B = sudut proyeksi
Z = Jarak vertikal dari titik yang dituju kearah proyeksi
L 1 = Benang atas(mm)
L2 = Benang bawah (mm)
L = Benang antara L1 dan L2(mm)

a. Bentuk-Bentuk Poligon
i. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awalnya merupakan titik
akhir pengukuran.

Gambar 3.8. Poligon Tertutup

ii. Poligon Terbuka


a) Poligon Lepas adalah poligon yang hanya atau titiknya di ketahui
kordinatnya.
Gambar 3.9. Poligon Lepas
b) Poligon terikat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya di
ketahui kordinatnya.

Gambar 3.10. Poligon Terikat

c) Poligon terikat sempurna adalah poligon yang dua titiknya di


krtahui kordinatnya.

Gambar 3.11. Poligon Terikat Sempurna

b. Garis Kontur
Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik
yang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang
digunakan. Kecurangan dari suaru lereng (Stepriess) dapat ditentukan
dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan
kontur jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan
cara interplasi. Garis kontur tidak boleh berpotongan satu sama lain. Selain
itu, garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik dalam maupun
luar peta. Pada gambar berikut ditujukan jenis-jenis kontur:

1. Sungai

Gambar 2.12. Sungai

2. Daerah Datar

Gambar 2.13. Daerah Datar

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai barikut :


a. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop) kecuali pada
batas
b. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda
c. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya
keaslian alam kecuali kekuatan manusia).
d. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi
satu, kecuali pada bagian tanah yang tertinggal akan digunakan
sebagai garis berimpit.
e. Semakin miring keadaan tanah kontur akan digambarkan semakin
rapat
f. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin
rapat
g. Garis kontur yang melalui Tanjung atau lidah bukit yang akan
cembung ke arah turunnya tanah
h. Garis kontur yang melalui lembah atau titk teluk akan cenderung ke
arah. Atau hulu lembah
i. Garis kontur yang memotong sungai akan cenderung ke arah hulu
sungai.
j. Garis kontur yang memotong Jalan akan cenderung ke arah
turunnya jalan.

c. Proses Pelaksanaan Praktikum


i. Profil Memanjang
Dalam praktikum ini, prosedur pelaksanaan yang kami lakukan di
lapangan yaitu:
a. Memasang paku paku yang telah diberi tanda (berwarna) sebagai
titik pengukuran.
b. Letakkan statif di atas titik P 0 dan theodolit diletakkan diatas
statif.
c. Unting-unting diukur kedudukannya dengan mengatur tiga kaki
statis sehingga unting-unting berada di tengah-tengah atau dalam
keadaan seimbang yang tepat di atas paku
d. Seimbangkan gelembung Nivo kotak tepat di tengah-tengah
memutar ke tiga sekrup penyetel atau cara lain dengan mengatur
ketiga kaki statis atau dalam keadaan seimbang.
e. Arahkan teropong theodolit ke arah utara dengan menggunakan
bantuan Kompas kemudian sudut horizontal dan sudut vertikal di
nol derajat kan.
f. rambu ukur didirikan di titik P1 dengan kedudukan vertikal ke
segala arah, begitu pula untuk seluruh titik yang sudah ditentukan.
g. Dari arah utara teropong diputar searah jarum jam ke arah titik p1
pada teropong terlihat pembacaan benang (BA,BT, dan BB) serta
pembacaan alat pencatat digital terdapat bacaan suduthorizontal
dan vertikal sebagai pembacaan usudut horizontal dan sudut
vertikal, serta sebagai bacaan sudut dari utara ketitik p1.
h. Catat hasil pembacaan benang (BA,BT, dan BB ) serta catat sudut
horizontal dan sudut vertikal yang tercatat pada alat pencatat
theodolit.
i. Tinggi alat diukur dari permukaan tanah sampai dengan teropong
dengan menggunakan pita ukur atau rambu ukur kemudian catat.
j. Untuk pengukuran di titik selanjutnya lakukan secara teratur
seperti cara di atas tetapi sudut di nol derajat kan dibentuk dari
bentuk titik sebelumnya dan perpindahan titik selanjutnya
dilakukan sampai ketitik akhir.

d. Rumus Yang Digunakan


1. Rumus Perhitungan Profil Memanjang
a. Perhiungan sudut horizontal(∑ β )
Rumus:
∑ β = β 1+ β 2+ β 3+ β 4 +…+ β n
Keterangan:
∑ β=¿ Jumlah sudut horizontal
βn = Sudut Horizontal.
2. Perhitungan Koreksi Sudut
a. Jumlah Kesalahan Terkoreksi (∑K)
Rumus:
∑K=∑ β – (n ± 2) 180°
Keterangan:
∑K= Kesalahan Koreksi
∑ β = Jumlah sudut Horizontal
b. Koreksi Sudut Horizontal ( Δ β ¿
Rumus:
∑K
( Δ β ¿=
n

Keterangan:
Δ β =Jumlah sudut horizontal
∑K = Kesalahan Koreksi.

c. Perhitungan sudut horizontal setelah di koreksi


Rumus:
β n(sesudah di koreksi) = β n (sebelum di koreksi)± Δ β
Keterangan:
Δ β =koreksi sudut horizontal
β n = sudut horizontal

d. Perhitungan Azimuth Patok utama(α n¿


Rumus:
α n=α n−1+ β n ( koreksi ) 180 °
Keterangan:

α n= Azimuth patok utama α n−1= Azimuth patok utama titik sebelumnya


βn = sudut horizontal.
e. Perhitungan jarak optis patok utama( Do)
Rumus:
Do= (Ba-Bb)×100
Keterangan:
Do = Jarak Optis patok utama (mm)
Ba = Benang atas (mm)
Bb = Benang bawah (mm)

f. Perhitungan Jarak Proyeksi (Dp)


Rumus:
Dp= Do × cos2(90°−γ )

Keterangan:
Dpn = Jarak proyeksi (mm)
Do = Jarak Optis patok utama(mm)
γ=Sudut vertikal patok utama(mm)

g. Perhitungan jarak horizontal(D× n¿


Rumus:
Dxn = Dpn sin α n
Keterangan:
Dxn = Jarak horizontal yang di tinjau (mm)
Dpn = Jarak Proyeksi (mm)
α n= Azimuth benar sudut yang berkoreksi

h. Perhitungan jarak vertical(Dy)


Rumus:
Dy = Dp cosα n
Keterangan:
Dy = Jarak vertical yang di tinjau (mm)
Dp = Jarak proyeksi titik yang ditinjau(mm)
α n= Azimuth benar yang berkoreksi

i. Perhitungan beda tinggi patok utama (∆ Hn ¿


Rumus:
2 2
∆ Hn=Do❑ A=π r sin 2(90 ¿°−γ )+(T . pesawat−BT )¿
Keterangan:
∆ Hn=Beda tinggi patok utama(mm)
Don = Jarak optis patok utama (mm)
γ=Sudut vertikal patok utama (mm)
Tps = Tinggi pesawat atau alat (mm)
BT = Benang Tengah

j. Perhitungan Koreksi Beda Tinggi Patok Utama (∫ ∆ H ¿ ¿


Rumus:
¿
Keterangan:

∫ ∆ H=¿ Koreksi beda tinggi patok utama ( mm ) ¿


∑∆ H =Jumlah beda tinggi patok utama( mm)
n = Banyak titik pengamatan

k. Perhatian koreksi jarak horizontal


Rumus:
Dpn
∫ Dx=¿ ∑ Dp ×∑ Dp¿
Keterangan:

∫ Dxn=¿¿Koreksi jarak sudut horizontal (mm)


Dpn = Jumlah jarak proyeksi titik yang ditinjau (mm)
∑ Dp=¿ Jumlah jarak proyeksi (mm)

l. Perhitungan koreksi jarak vertikal


Rumus:
Dpn
∫ Dy=¿ ∑ Dp ×∑ Dy ¿
Keterangan:

∫ Dyn=¿¿Koreksi jarak sudut vertikal (mm)


Dpn = Jumlah jarak proyeksi titik yang ditinjau (mm)
∑ Dpn=¿ Jumlah jarak proyeksi (mm)
∑ Dy=¿ Jumlah jarak sudut vertical (mm)

m. Perhitungan koordinat horizontal (Xn)


Rumus:
Xn = xn-1+Dxn-1-∫ Dxn -1

Keterangan:
Xn = Koordinat sudut horizontal(mm)
Xn-1 = Koordinta sudut horizontal titik sebelumnya (mm)
Dxn-1= Jarak sudut horizontal titik sebelumnya (mm)

∫ Dxn-1 = Koreksi jarak sudut horizontal titik sebelumnya (mm)

n. Perhitungan Koordinat vertical (yn)


Rumus:
yn = yn-1+Dyn-1-∫ Dyn -1
Keterangan:
yn = Koordinat sudut vertikal(mm)
yn-1 = Koordinta sudut vertikal titik sebelumnya (mm)
Dyn-1= Jarak sudut vertikal titik sebelumnya (mm)

∫ Dyn-1 = Koreksi jarak sudut vertikal titik sebelumnya (mm)

o. Perhitungan tinggi titik patok utama (Pn)


Rumus:
Pn = Pn-1+∆ Hn -1+∫ ∆ H
Keterangan:
Pn=Tinggi titik patok utama (mm)
Pn-1 = Tinggi titik patok sebelumnya (mm)
∆ Hn−1=Beda tinggi patok sebelumnya (mm)

∫ ∆ H =Koreksi beda tinggi patok utama (mm)

p. Perhitungan luas areal (L)


Rumus:

L=
∑ (( xn . yn+1 )−( yn . xn+1 ) )
2
Keterangan:
L =Luas areal (mm²)
yn = Koordinat sudut vertikal (mm)
xn = Koordinat sudut horizontal (mm)

q. Sumbu Horizontal
Rumus :
(xn – yn + 1)
Keterangan:
xn = koordinat sudut horizontal (mm)
yn = koordinat sudut vertikal (mm)

r. SumbuVertikal
Rumus:
(yn – xn + 1)
Keterangan:
yn = koordinat sudut vertikal (mm)
xn = koordinat sudut horizontal (mm)
s. Perhitungan kemiringan patok utama (/Tn)
Rumus:
∆H
/Tn = x 100
Dn
Keterangan:
/Tn = kemiringan patok utama (mm)
∆H = beda tinggi patok utama (mm)

3. Rumus Perhitungan Profil Melintang


1. Perhitungan jarak optis detail (Do det)
Rumus:
DO det=( Ba −B b ) x 100
Keterangan:
Do det = jarak optis detail (mm)
Ba = benang atas (mm)
Bb = banang bawah (mm)
2. Perhitungan Azimuth benar patok detail (α n det)

Rumus:
α n det =α n+ β n det ± 180 °/540°
Keterangan:
αndet = azimuth benar pada patok detail (mm)
αn = azimuth benar sudut terkoreksi (mm)
βndet = sudut horizontal detail (mm)

3. Perhitungan jarak proyeksi detail ( D pn det )


Rumus:
2
D pn det=D o det . cos (90° −γ )
Keterangan:
D pn det = jarak proyeksi titik detail (mm)
Do det ❑= jarak optis patok detail (mm)

4. Perhitungan jarak horizontal detail ( D xndet)


Rumus:

D xndet = D pn det sin αn det


Keterangan:
D xndet = jarak horizontal detail (mm)
D pn det = jarak proyeksi titik detail (mm)
αndet = azimuth benar pada patok detail (mm)

5. Perhitungan jarak vertical detail (Dyndet)


Rumus:
D yn det =Dpndet .cosα ndet
Keterangan:
D yn det = jarak vertical detail (mm)
D pn det = jarak proyeksi titik detail (mm)
αndet = azimuth benar pada patok detail (mm)

6. Perhitungan koordinat detail terhadap sumbu horizontal (xndet)


Rumus:
xndet = xn+ D xn det
keterangan:
xndet =koordinat detail sumbu horizontal (mm)
xn = koordinat sudut horizontal (mm)
D xndet = jarak horizontal detail (mm)

7. Perhitungan koordinat detail terhadap sumbu vertikal (yndet)


Rumus:
yndet = yn+ D yn det
Keterangan:
Yndet = koordinat detail sumbu vertikal (mm)
yn = koordinat sudut vertikal (mm)
D yn det = jarak vertikal detail (mm)

8. Perhitungan beda tinggi titik detail (∆ Hn det ¿


Rumus:
1
∆ Hn det= Dodet sin2 (90¿° −γ )+(T . pswt −BT )¿
2
Keterangan:
∆H det = beda tinggi titik (mm)
Do det ❑= jarak optis patok detail (mm)
T. pswt =tinggi pesawat/alat (mm)
BT = benang tengah

9. Perhitungan tinggi titik detail (Pndet)


Rumus:
Pndet =Pn+∆ Hn det

Keterangan:
Pndet = Tinggi titik detail (mm)
Pn = Tinggi titik patok utama(mm)
∆H det = beda tinggi titik (mm)

10. Perhitungan kemiringan titik det (/Tndet)


Rumus:

∆ H det
/Tndet = x 100
Dpn det
Keterangan:
/Tndet = kemiringan titik det (mm)
∆Hdet = beda tinggi titik (mm)
D pn det = jarak proyeksi titik detail (mm)

BAB IV
ANLISIS DATA

4.1. Perhitungan jarak optis patok utama (Do)


Rumus :
Do = ( BA−BB)× 100

Do P₁ - P₂ = 1,590−1,202×100 = 38,8m
Do P₂ - P₃ = 1,582−1,220 ×100 = 36,2m
Do p3 – p4 = 1,582−1,265 ×100 =31,7m
Do p4 – p1 = 1,723−1 , , 227 ×100 =49,6m
4.2. Perhitungan sudut horizontal (∑ β )
Rumus:
∑ β = β 1+ β 2+ β 3+ β 4 +…+ β n

βP₁ - P₂ = 92,583
βP₂ - P₃ = 295,735
βP3 – P4 = 261,912
Βp4 – P1 = 302,767

∑β = 952,997

4.3. Perhitungan Koreksi Sudut Horizontal(∑k)


Rumus:
∑k = (n + 2) . 180° - ∑β
= (4+ 2) . 180° – 907,330
∑k = 172,669°

4.4. Perhitungan Koreksi Sudut


Rumus:
∑K
( ΔB ¿=
n
172,669
=
4
( ΔB ¿= 43,167°

4.5. Perhitungan sudut horizontal setelah di koreksi


Rumus:
Bn (sesudah di koreksi) = Bn (sebelum di koreksi)±∑k

βP₁ - P₂ =92,583± 43,167 = 135,761


βP₂ - P₃ =295,735 ± 43,167 = 338,235
βP₃ - P4 =261,912± 43,167 = 260,079
βP4 – P1 =302,767± 43,167=¿345,934
∑βn =1080°

4.6. Perhitungan Azimuth Patok utama(∝ n¿


Rumus:
α =α awal+ sdt β ssd koreksi−180 º

α P₁ = 313,975 + 135,761 = 269,725


α P₂ = 313,975 + 338,235= 67,961
α P3 =313,975 + 260,079= 80,079
α P4 = 313,975 + 345,934= 165,934

4.7. Perhitungan Jarak Datar (D)


Rumus:
D = Do × sin vertikal

D P₁ - P₂ = 49,2 × sin ( 90,783) = 49,2 m


D P₂ - P₃ = 36,2× sin ( 90,697) = 36,2 m
D P3- P4 = 32 x sin ( 91,029) = 32 m
D P4- P1 = 49,6 x sin ( 89,272) =49,6 m
∑d = 167 m

4.8. Perhitungan beda tinggi (ΔH)


Rumus:
ΔH = D x cos Vertikal

ΔH P₁ - P₂ = 49,2 × cos( 90,783) = -0,673 m


ΔH P₂ - P₃ = 36,2× cos ( 90,697) = -0,441 m
ΔH P3- P4 = 32 x cos ( 91,029) = -0,575 m
ΔH P4- P1 = 49,6 x cos ( 89,272) = 0,630 m
4.9. Perhitungan Absis
Rumus:
D x sin ∝
p1-p2 = 49,2 x sin 269,725 =-49,199 m
p2-p3 = 36,2 x sin 67,961 = 33, 554 m
p3-p4 = 32, x sin 80,079 = 31,521 m
p4-p1 = 49,6 x sin 165,934 = 12,054 m

4.10. Perhitungan ordinat


Rumus:
D cos ∝
p1-p2 = 49,2 x cos269,725 = -0,235 m
p2-p3 = 36,2 x cos 67,961 = 13,583 m
p3-p4 = 32, x cos 80,079 = 5,512 m
p4-p1 = 49,6 x cos 165,934 = -48,112 m

4.11. Perhitungan Koreksi Beda Tinggi Patok Utama(∫ ∆ H ¿ ¿


Rumus:
¿
−1,058
¿
4
¿-0,2645 m

4.12. Perhitungan koreksi absis


Rumus:
¿
27,982926
¿
4
¿ 6,982926 m
4.13. Perhitungan koreksi ordinat
Rumus :
¿
−29,25202
¿
4
¿ 7,313004 m
4.14. Perhitungan koordinat X
Rumus :
Koordinat awal + absis ± koreksi
P1-P2 = 449111,000 + 33,514 + 0,689 = 449145,203
P2-P3 = 449145,203 + -6,812 + 0,689 = 449139,081
P3-P4 = 449139,081 + -1,537 + 0,689 = 449138,233
P4-P1 = 449138,233 + -27,922 + 0,689 = 449111,000

4.15. Perhitungan koordinat Y


Rumus :
Koordinat awal + ordinat ± koreksi
P1-P2 = 9547758,000 + -13,683 - 7,891 = 9547736,425
P2-P3 = 9547736,425 + -31,266 - 7,891 = 9547697,266
P3-P4 = 9547697,266 + 49,576 - 7,891 = 9547738,951
P4-P1 = 9547738,951 + -26,941 - 7,891 = 9547758,000

4.16. Perhitungan Elevasi Z


Rumus :
Z awal + ΔH ± koreksi
P1-P2 = 15,680 + -0,441 + 0,027 = 15,267
P2-P3 = 15,267+ 0,575 + 0,027 = 14,720
P1-P2 = 14,720+ 0,630 + 0,027 = 15,377
P1-P2 = 15,377+ 0,276 + 0,027 = 15,680
4.17. Perhitungan Kemiringan
Rumus :
∆H
/Tndet = x 100
Dpn
P1-P2 = -0,441 / 36,2 X 100 = -1,218
P2-P3 = -0,575 / 32 X 100 = 2,366
P3-P4 = 0,630 / 49,6 X 100 = 1,270
P4-P1 = 0,276 / 38,8 X 100 = 0,711

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dari pokok-pokok materi diatas
dapat ditarik kesimpulan materi adalah sebagai berikut :
1. Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-
cara pengukuran dipermukaan bumi dan dibawah tanah untuk keperluaan
pemetaan dan penentuan posisi relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan bumi dapat diabaikan.
2. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud antara lain :
a. Maksud ilmuan yaitu maksud untuk mentukan bentuk permukaan
bumi.
b. Maksud praktis yaitu membuat bayangan yang dinamakan peta dari
sebagaian besar atau kecil permukaan bumi.
3. Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
bayangan dari keadaan lapangan dengan menentukan tempat titik-titik
diatas permukaan bumi terhadap satu sama lain.

5.2. Saran
Berdasarkan praktikum pelaksanaan yang kami lakukan di lapnagan, saya
menyarankan agar asisten selalu mendampingi praktikum dalam lapangan,
saya menyarankan agar asisten selalu mendampingi praktikum dalam
lapangan agar jika terjadi kendala dapat segera diatasi.
LAMPIRAN

PENGAMBILAN DATA DI LAPANGAN

Anda mungkin juga menyukai