Disusun oleh :
Kelompok III-B
Reforma Azhim Fadli 21110116140046
Jeremia Jovanska 21110116130057
Sekar Melati Ramadhani 21110116140078
Irfan Nuzul Rahman 21110116130082
Jelly Resky Kelana Rampu 21110116130083
“Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II” Ini telah diperiksa, disetujui dan
disahkan oleh Asisten Dosen dan Dosen sebagai tugas mata kuliah Ilmu Ukur
Tanah I Program studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
Kelompok III B
1. Reforma Azhim Fadli 21110116140046
2. Jeremia Jovanska 21110116130057
3. Sekar Melati Ramadhani 21110116140078
4. Irfan Nuzul Rahman 21110116130082
5. Jelly Resky Kelana Rampu 21110116130083
Ryan Irfana
NIM. 21110113140070
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein
(δαιω) = membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Geodesi
termasuk bidang Geosciences selain Engineering Sciences dan merupakan salah
satu cabang dari ilmu matematika terapan yang menentukan:
1. Posisi yang pasti dari tempat-tempat di permukaan bumi melalui
pengukuran dan pengamatan.
2. Ukuran dan luas dari sebagian besar permukaan bumi, mulai dari persil
sampai dengan wilayah sebuah negara.
3. Bentuk dan ukuran bumi serta variasi dari gaya berat terestrial.
Geodesi juga dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari permukaan
bumi, baik itu di darat maupun di laut atau dapat disebut sebagai ilmu pemetaan.
Sedangkan definisi peta itu sendiri adalah hasil pengukuran dan penyelidikan
yang dilakukan baik secara langsung atau pun tidak langsung mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan permukaan bumi.
Pada era pembangunan dewasa ini ketersediaan peta menjadi suatu hal yang
tak dapat ditinggalkan, terlebih-lebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana
kemajuan di bidang ilmu dan teknologi yang demikian pesat, wahana atau teknik
pemetaan pun sudah sedemikian berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan
datanya maupun proses pengolahannya dan penyajiannya baik secara spasial
maupun sistem informasi kebumian lainnya. Cakupan wilayah kajiannya pun
menjadi tidak terbatas, demikian pula wilayah kerjanya. Permasalahan tersebut di
atas termasuk dalam wilayah kerja atau disiplin ilmu geodesi dan geomatika.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan
seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit
sehingga unsur kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan. Sedangkan,
geodesi mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas, tidak sekedar pemetaan
dan penentuan posisi di darat, namun juga di dasar laut untuk berbagai keperluan,
juga penentuan bentuk dan dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi dan
dengan bantuan pesawat udara maupun dengan satelit dan sistem informasinya.
Tujuan, cakupan, lingkup dan wahana untuk penyajian tersebut berbeda-beda,
oleh karenanya disiplin dari surveying dapat digolongkan dalam beberapa bidang
studi, yaitu:
Keterangan:
Untuk patok utama, cara pemberian nomor misalnya :
Gambar II.1 Cara Pemberian Nomor Patok
Sedangkan patok untuk titik bantu cara pemberian nomor tidak sama dengan
patok utama, tetapi pada prinsipnya sama, yang berbeda hanya tandanya saja
(Hartanto dan Kustarto, 2012)
II.3 Pengukuran Jarak
II.3.1 Pengukuran Jarak Langsung
Menurut Bagyo (2008), pengukuran jarak langsung, yaitu:
1. Pengertian jarak
Dalam IUT, jarak antara dua titik adalah jarak dalam bidang horizontal,
yang merupakan jarak terpendek antara dua titik tersebut.
A
Pengertian diketahui disini dapat diartikan sebagai diberikan (given) yang
maksudnya adalah telah diukurdalam pengukuran yang lalu, dan ukuran tersebut
tidak terkait dengan ukuran yang diselenggarakan sekarang. Atau penyataan yang
diketahui tersebut dapat pula diartikan sebagai pernyataan sembarang.
Apabila diketahui koordinat dua buah titik, maka untuk menentukan
koordinat titik-titik lainnya dibutuhkan sudut dan jarak yang dibentik antara titik
yang bersangkutan. Bentuk kerangka dasar yang seperti ini dikenal dengan nama
poligon, yaitu dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak diantara titik-
titiknya. Bentuk yang terlihat di bawah ini dinamakan poligon terbuka.
Metode dan teknik pengukuran kontrol ini terdapat pada mata kuliah
khusus pada jurusn Geodesi/Surveying, yaitu penyajian kerangka horisonta;,
astronomi geodesi ataupun pengkuran efek Doppler dari satelit Doppler.
Pengukuran azimut matahari merupakan salah satu teknik pengukuran pada ilmu
Astronomi Geodesi tersebut yang selalu dipakai oleh para surveyor dalam
menentukan azimut awal dari suatu kerangka poligon, serta dalam melaukan
kontrol sudut yang dihasilkan dalam pengukuran tersebut.
Rumus koordinat selanjutnya :
Xq=Xp+ dpq sinαpqYq=Yp+ dpq cosαpq Keterangan :
Xp : Koordinat x titik p (awal)
Xq : Koordinat x titik q
Yp : Koordinat y titik p
Yq : Koordinat y titik q
dpq : Jarak antar titik p-q
αpq : Azimut pq
Absis dan Ordinat titik p (titik terdahulu) diketahui , jarak diukur dan
sudut jurusan garis pq diketahui. Apabila titik p adalah titik awal, maka koordinat
p serta sudut jurusan awal tersebut dapat didefinisikan ataupun diukur.
Didefinisikan berarti dapat didefinisikkan sembarang, sehingga seluruh
koordinat mengacu kepada koordinat awal yang sembarang tersebut. Hal ini
membuat peta tersebut dinamakan peta lokal. Namun dapat pula didefinisikan
sebagai titik datum, yaitu yang diperoleh dengan penentuan posisi dan sudut
jurusan astronomis. Apabila diukur, maka ini berarti titik tersebut diikatkan
kepada titik-titik yang berada di sekitar wilayah pengukuran, sehingga sistem
koordinat daerah sekitarnya. Peta tersebut terikat pada sistem peta yang lebih
besar.
Apabila perhitungan dilanjutkan dilanjutkan untuk titik r pada gambar A
tersebut, maka data yang dimiliki adalah di titik q, jarak qr dan sudut jurusan qp,
yaitu kebalikan dari sudut jurusan pq yang berselisih 1800
Xr= Xq+dqr sinαqr
Yr=Yq +dqr cosαqr
Besar sudut jurusan αqr didapatkan dari hubungan yang terdapat di antara
data ukuran yang tersebut diatas, yaitu:
αqr=αpq + Spqr−180
Demikian selanjutnya untuk setiap titik dalam kerangka dasar horisontal
tersebut dapat ditentukan besar sudut jurusan yang diperlukan. Dari hubungan
koordinat titik, jarak dan sudut jurusannya, maka akan dapatpula ditentukan
koordinat selanjutnya.
II.7.2 Kerangka Dasar Pemetaan Vertikal
Pada kerangka dasar yang sama juga dapat ditentukan ketinggian dari
masing titik ikat. Hal ini umumnya dilakukan dengan pengukuran beda tinggi
antar titik ikat tersebut.
Dari gambar ini jelas didapatkan hubungan ketinggian antara titik P dan Q,
yaitu :
Hq=Hp= pq
Hal ini dapat disuratkan sebagai, tinggi titik sesudahnya didapat dari tinggi
titik sebelumnya ditambah dengan beda tinggi ( Δ pq) kedua titik tersebut.
II.8 Pemetaan Situasi
Menurut Hartanto dan Kustarto (2012), pada dasarnya pengukuran untuk
pemetaan adalah menentukan posisi horizontal dan posisi vertikal setiap titik di
lapangan.Yang dimaksud titik-titik di sini adalah:
1) Titik-titik yang berfungsi sebagai titik-titik pengontrol pengukuran lebih
laniut. Titik-titik ini disebut sebagai titik kontrol. Seluruh titik.titik kontrol
yang ada (dibuat) merupakan "Kerangka Dasar Pemetaan". Titik ini di
lapangan diberi tanda dengan patok-patok terbuat dari beton atau kayu.
2) Titik-titik bantu yang berfungsi sebagai titik antarlr, apabila pengukuran
detail akan dimulai dan satu titik kontrol dan akan berakhir pada titik
kontrol lainnya, di mana pengukuran dari titik kontrol tersebut tidak dapat
dicapai dengan satu kali pengukuran (satu kali berdiri alat). Sebaiknya
titik-titik bantu ini ditandai lain dengan titik-titik kontrol (patok
dibedakan).
3) Titik-titik detail, merupakan titik-titik unsur alam maupun unsur buatan
manusia, misalnya batas-batas tanah (sawah, Iadang, hutan), pinggiran
sungai, saluran irigasi, pojok-pojok bangunan, jembatan, jalan, dll. Juga
titik-titik lain yang dipilih untuk kepeduan pembuatan garis-garis kontur.
Garis kontur ini merupakan suatu cara untuk menggambarkan bentuk
topografi permukaan tanah daerah yang diukur.
Posisi titik-titik tersebut di atas (titik kontrol, titik bantu, titik detail) dapat
dinyatakan dalam sistem koordinat umum (UTM, TM) ataupun dalam sistem
koordinat lokal Posisi dinyatakan dalam sistem umum artinya posisi titik tersebut
dinyatakan terhadap suatu sistem salib sumbu yang berlaku umum untuk seluruh
wilayah Negara. Misalnya di Indonesia terdapat titik-titik dalam sistem umum
yaitu titik-titik Triangulasi. Apabila di daerah yang akan dipetakan tidak terdapat
titik Triangulasi, sedangkan posisi titik-titiknya akan dinyatakan dalam sistem
umum maka diperlukan pengukuran tambahan yaitu pengukuran pengikatan ke
titik Triangulasi yang terdekat. Penyelenggaraan titik kontrol sesuai dengan
maksudnya yaitu sebagai pengontrol pengukuran lebih lanjut harus mempunyai
ketelitian posisi lebih baik daipada titik-titik yang lainnya. Dengan perkataan lain,
harus diukur dengan menggunakan peralatan yang lebih teliti. Posisi titik-titik
dinyatakan dalam sistem lokal Artinya posisi titik tersebut dinyatakan terhadap
suatu sistem salib sumbu yang ditetapkan sendiri untuk daerah yang dipetakan,
misalnya suatu titik kontrol (dipilih) ditetapkan mempunyai koordinat dan tinggi
nol atau bilangan tertentu yang dipilih. Sedang titik-titik lain posisinya dinyatakan
terhadap titik referensi tersebut.
Dari gambar tersebut di atas dapat dimengerti bahwa pengukuran untuk pemetaan
dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan titik kontrol, titik-titik kontrol ini biasanya diselenggarakan
dengan cara poligon. Apabila jumlah titik kontrol dirasa masih kurang dapat
diperbanyak dengan cara pengikatan ke muka atau pengikatan ke belakang.
2) Penyelenggaraan titik bantu,pada contoh di atas titik-titik bantu H1, H2, H3
diukur dari titik kontrol K2 dan diikat/dikontrol ke titik konrol K5.
3) Penyelenggaraan titik detail, pada contoh di atas titik-titik detail diukur dari
titik kontrol dan dari titik bantu.
Pada praktiknya pengukuran titik kontrol terpisah dari pengukutan titik
bantu maupun titik detail. Sedangkan pengukuran titik bantu dan titik detail dapat
dikelakan secara bersamaan. Setelah pekerjaan pengukuran selesai, tahapan
pekerjaan berikutnya adalah perhitungan dan penggambaran. Perhitungan
dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol dan titik bantu, sedangkan
titik-titik detail tidak perlu dihitung koordinatnya. Dalam penggambaran, titik-titik
kontrol dan titik bantu diplot berdasarkan koordinat sedangkan titik-titik detail
diplot berdasarkan arah azimut dan jarak. Setelah semua titik diplot, barulah
ditarik garis-garis kontur.
Pada pemetaan situasi, pengukuran yang dilakukan adalah meliputi:
1. Pengukuran Kerangka Hoizontal
2. Pengukuran Kerangka Vertikal
3. Pengukuran Detail
Sedang metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :
a) Pengukuran kerangka horizontal dilakukan dengan metode Poligon,
sedang pengukuran kerangka vertikal dan pengukuran detail dilakukan
dengan metodeTacheometry.
b) Pengukuran kerangka horizontal, kerangka vertikal dan detail semuanya
dilakukan dengan metode Tacheometry.
II.9 Penyajian Ketinggian
II.9.1 Interpolasi Garis Kontur
Menurut Anonim (2010) interpolasi garis kontur dibagi menjadi 3, yaitu
1. Cara taksiran (Visual)
Titik-titik dengan ketinggian yang sama secara visual diinterpolasi dan
diinterpretasikan langsung diantara titik-titik yang diketahui ketinggiannya
2. Cara Hitungan
Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua titik yang diketahui posisi
dan ketinggiannya, hitungan interpolasinya dikerjakan secara numeris
(eksak) menggunakan perbandingan linier.
3. Cara Grafis
Cara grafis dilakukan dengan bantuan garis-garis sejajar yang dibuat pada
kertas transparan (kalkir atau kodatace). Garis-garis sejajar dibuat dengan
interval yang sama disesuaikan dengan tinggi garis kontur yang akan
dicari.
II.10 Bidang Tanah
II.10.1 Poligon Terbuka
Dari istilah poligon terbuka, yang dimaksud terbuka di sini adalah
poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada poligon tertutup. jadi
pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal.
Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu, terikat sempurna dan
tidak terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-
data koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi
(x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data
koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat tersebut bisa didapatkan
dari benchmark. Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi.
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan,
sungai, maupun irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas
lahan terbuka. namun tetap disarankan untuk menggunakan poligon tertutup
apabila mengukur luas lahan.
Gambar II.5 Contoh Perhitungan Poligon Terbuka
II.11 Penggambaran
II.11.1 Penggambaran Poligon Utama
Peralatan dan bahan yang di gunakan :
1. Kertas milimeter blok.
2. Kertas kalkir.
3. Peralatan gambar.
4. Busur derajat 360°.
5. Mistar.
6. Alat hitung.
Langkah kerja penggambaran :
1. Menentukan skala penggambaran.
2. Membuat grid batas pada sumbu X dan Y yang di mulai dari angka
terkecil dari hasil hitungan koordinat (X dan Y) penulis menggambarkan
grid.
3. Menentukan koordinat awal (titik BM) yang telah ditentukan
(277003;9611993).
4. Jika titik BM telah ditentukan dan digambar selanjutnya adalah
menggambarkan titik poligon, metode yang digunakan oleh penulis adalah
metode koordinat jadi titik poligon digambarkan sesuai titik koordinat dari
perhitungan data di lapangan.
5. Setelah semua titik poligon digambarkan selanjutnya adalah menggambar
titik situasi.
II.11.2 Penggambaran Situasi
Menurut Menurut Hartanto dan Kustarto (2012), penggambaran situasi:
1. Sediakan kertas gambar ukuran A1 (80 cm x 60 cm)
2. Sediakan alat- alat gamb ar
a. Pensil (H, HB, 28)
b. Penggaris dan Segitiga
c. Busur derajat
d. Rapidogaf/Pena
e. Tintahitam
f. Penghapus pensil dan tinta
g. Kertas Kalkir bila diperlukan.
4) Tarik garis tepi 1. Yz cmpada setiap tepi kertas gambar ;
Tentukan skala penggambaran situasi 1 : 100 atau 1 : 200.Tentukan letak titik
koordinat yang sudah diketahui koordinat di atas kertas gambar ktak titik diatur
sedemikian rupa supaya seluruh gambar masuk dan terletak dengan baik. Buatlah
plotring kerangka dasar dengan argumen azimut dan jarak, dimana azimut yang
dipakai sudah diberi koreksi boussole. Melakukan koreksi grafis, jika hasil
plotting kerangka dasar tersebut mempunyai kesalahan penutup yang masih dalam
batas-batas toleransi kesalahan. Cara melakukan koreksi ;
1) Secara Grafis
Keterangan :
Titik-titik 1.' - 2' - 3' - 4' - 5'- C' hasil plotting cara grafis.
CC'= pergeseran (")
di = jarak antara titik-titik poligon terdekat
Edi= jumlah jarak.
Cara Mengoreksi:
a) Tarik garis CC'
b) Buat melalui tirik-titik L' - 2' - 3' - 4' - 5' garis sejajar CC'
c) Pada garis-garis ini tentukan titik-titik 1, - 2- 3 - 4 – 5 sebagai berikut ;
1,1, = (d1) /E d. X
22, = (d1 + d2) /Zd.X
33'= (d1 +d2+d3)/Id.X
44' = (d1 + d2+ d3 + d4) /D,d.X
55' = (d1 + d2+ d3+ d4+ d5) /Ed.X
b) Secara Numeris
Cara ini dilakukan seperti halnya mengoreksi suatu poligon yang terikat pada dua
titik kontrol yaitu dengan menghitung koordinat setiap titiknya. Misalnya
koordinat dihitung mulai dari titik A hingga titik C. Bila pergeseran titik C ke arah
X adalah fxc dan ke aruh Y adalah fyc, maka masing-masing titik 7' - 2' - 3' - 4' -
5'- C' mendapat
koreksi sebagai berikut:
AX1 = (d1) /Xd.fxc
Ay1 = (dI) /E d.fy.
L,X2 = (d1 + il) /Zd.fxc
L,y2=(d1 +il)/zd.fyc
AX5 = (d1 + d2+d3+d4+ d5)/2,d.fx;
AY5 = (d1 +d2+d3+d4+d5)/2,d.&.
AXC = fxc
AYC = S/c
Metode Grafis, pada metode ini kontur dibuat dengan bantuan suatu alat (kertas
kalkir/kertas yang tembus pandang) yang telah kita berigaris-garis dengan interval
sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:
Dasar lautan atau danau bentuk dan ketinggiannya dapat pula diperlihatkan
dengan garis-garis kontur. Kontur interval (i) adalah jarak tegak antara dua garis
kontur yang berdekatan, dengan perkataan iarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pemilihan kontur interval tergantung dari skala peta, banyaknya relief
dan ketelitian dari pengukuran.
II.11.3 Penggambaran Bidang Tanah
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM