NAMA DOSEN
Robi Fernando, ST, MT
Oleh :
Muhammad Zidane Imadudine - 203002
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia dan berkat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini, guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Teknologi Bahan
Bangunan dengan judul : “PEMANFAATAN BETON RUMAH TINGGAL 2 LANTAI“
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberi doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Mojokerto, 03
Maret 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG …….……………………………………….. 5
I.2. RUMUSAN MASALAH …………..………………………………. 6
I.3. TUJUAN DAN MANFAAT.....................................................................6
BAB II : PEMBAHASAN
II.1. BETON RINGAN ……….…………………………………….…. 8
II.2. KLASIFIKASI PEMBUATAN BETON RINGAN ………….….. 15
II.3. CARA UJI BERAT ISI BETON RINGAN STRUKTUR …..….… 22
II.4. BETON BERAT …………………………………………….….… 25
PENDAHULUAN
Beton ringan adalah beton dengan berat isi (unit weight) lebih rendah dari
2200 kg/m3. Menurut SK SNI 03-3449-2002 beton yang memakai agregat ringan,
campuran agregat kasar ringan dan pasir alami yang digunakan sebagai pengganti
agregat halus ringan, memiliki ketentuan yakni harus memenuhi berat jenis kurang
dari 1850 kg/m3. Umumnya beton ringan lebih mahal dari beton normal. Dalam
pengerjaannya, baik dalam waktu pencampuran, pengadukan serta pemadatannya
memerlukan perhatian yang tinggi dibandingkan beton normal.
Beton berat adalah beton dengan kepadatan (berat isi) lebih dari 2700 kg/m3.
Beton ini hanya dapat dibuat dengan menggunakan agregat yang berat jenisnya lebih
dari 3,0. Pemakaian beton berat di lapangan adalah sebagai perisai sinar x, pondasi,
kolom, balok, lantai jembatan atau elemen bangunan lainnya.
Ada tiga cara dalam pembuatan beton ringan: (1) Menggunakan agregat
ringan yang porous dengan BJ kurang dari 2,4; (2) Memperbesar pori dalam beton,
atau masa mortarnya, dengan cara menggunakan udara; (3) Mengurangi agregat
halus (pasir) dari campuran betonnya; (4) Menggunakan limbah kayu di campuran
beton. Betonnya disebut sawdust concrete. Aplikasi beton ringan di lapangan dapat
digunakan untuk structural maupun non-struktural dengan standard peraturan yang
berlaku.
Salah satu sifat penting dari beton ringan struktural selain kekuatan juga berat
isinya, yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penilaian mutu atau karakteristik
dari produk beton yang dihasilkan. Berat isi menentukan keringanan beton yang
dihasilkan. Untuk mendapatkan berat tersebut harus dilakukan pengujian dengan
metode yang telah dibakukan dengan mengacu Standar Internasional.
Standar ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan bagi para laboran
dalam melakukan pengujian berat isi beton ringan struktural di laboratorium. Dengan
tersusunnya standar ini diharapkan dapat membantu dalam upaya mendapatkan
karakteristik beton ringan struktural terutama berat isinya.
I.2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja jenis beton berdasarkan mutu yang digunakan pada konstruksi rumah
tinggal 2 lantai ?
b. Bagaimana cara metode pengecoran beton dan metode konstruksinya ?
c. Bagaimana komposisi dan spesifikasi beton yang baik untuk rumah tinggal 2
lantai ?
d. Bagaimana cara perawatan beton rumah tinggal 2 lantai ?
a. Mengetahui jenis beton yang biasa dipakai untuk rumah tinggal 2 lantai
b. Mengetahui cara metode cara pengecoran dan metode konstruksi rumah
tinggal 2 lantai
c. Mengetahui komposisi dan spesifikasi yang tepat untuk rumah tinggal 2 lantai
d. Mengetahui cara perawatana beton
BAB II
ISI
A. Proses Curing
Proses curing (perawatan) pada beton memainkan peran penting pada pengembangan
kekuatan dan daya tahan beton, proses curing dilaksanakan segera setelah proses pencetakan
selesai. Proses curing ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam
beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu . Proses curing pada beton
bertujuan memberikan kelembaban yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan
pengembangan kekuatan, stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan
serta abrasi. Lamanya proses curing tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
1. Jenis semen yang digunakan
2. Proporsi dari campuran
3. Ukuran dan bentuk daripada beton
4. Kondisi cuaca disekitarnya
5. Kondisi cuaca setelahnya
Beton di tanah (misalnya trotoar, tempat parkir, jalanan, lantai, pelapis saluran) dan
beton struktur (misalnya deck jembatan, dermaga, kolom, balok, lempengan) membutuhkan
waktu curing minimal tujuh hari dengan suhu sekitar 5°C diatas suhu sekitarnya. Institut
Beton Amerika (American Concrete Institute-ACI) merekomendasikan jangka waktu
minimum curing, proses curing dilakukan minimum hingga mencapai kekuatan 70 % dari
kekuatan yang direncanakan. 70% kekuatan dapat dicapai dengan cepat apabila curing
dilakukan pada temperatur yang tinggi dan atau dengan penggunaan bahan kimia tambahan
yang digunakan untuk mempercepat perkembangan kuat tekan.
Komite Institut Beton Amerika merekomendasikan waktu minimum curing sbb :
1. ASTM C 150 semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
2. ASTM C 150 semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
3. ASTM C 150 semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
4. ASTM C 150 semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari
5. ASTM C 595, C 845, C 1157 waktu curing bervariasi
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Beton ringan adalah beton dengan berat isi (unit weight) lebih rendah dari
2200 kg/m3. Menurut SK SNI 03-3449-2002 beton yang memakai agregat ringan,
campuran agregat kasar ringan dan pasir alami yang digunakan sebagai pengganti
agregat halus ringan, memiliki ketentuan yakni harus memenuhi berat jenis kurang
dari 1850 kg/m3. Umumnya beton ringan lebih mahal dari beton normal. Dalam
pengerjaannya, baik dalam waktu pencampuran, pengadukan serta pemadatannya
memerlukan perhatian yang tinggi dibandingkan beton normal.
Ada tiga cara dalam pembuatan beton ringan: (1) Menggunakan agregat
ringan yang porous dengan BJ kurang dari 2,4; (2) Memperbesar pori dalam beton,
atau masa mortarnya, dengan cara menggunakan udara; (3) Mengurangi agregat
halus (pasir) dari campuran betonnya; (4) Menggunakan limbah kayu di campuran
beton. Betonnya disebut sawdust concrete. Aplikasi beton ringan di lapangan dapat
digunakan untuk structural maupun non-struktural dengan standard peraturan yang
berlaku.
SNI 3402:2008 membuat perhitungan (1) berat isi kering oven dengan rumus
Keterangan :
Keterangan :
Ec adalah berat isi keadaan seimbang hasil hitungan (lihat CATATAN 1).
Beton berat adalah beton dengan kepadatan (berat isi) lebih dari 2700 kg/m 3.
Beton ini hanya dapat dibuat dengan menggunakan agregat yang berat jenisnya lebih
dari 3,0. Penggunaan beton berat di lapangan : pondasi, kolom, balok, lantai jembatan
atau elemen bangunan lainnya harus diperhitungkan dengan baik berat sendirinya
terutama jika dicor di tempat (insitu), agar formworknya dapat dirancang sesuai
dengan berat sendirinya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA