PENDAHULUAN
1
bangunan kuno bersejarah, lenyaplah pula bagian sejarah dari suatu tempat yang
sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, sehingga menimbulkan
erosi identitas budaya (Sidharta dan Budhihardjo, 1989).
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya
preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat
untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan
asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai
sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat
merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.
4
2.3 TUJUAN KONSERVASI
Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7),
keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan :
1. Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi
akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang
masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.
2. Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek
bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang
terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita
sekarang.
3. Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar
jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita
sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan
mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap
mempertahakan konsep-konsep tersebut.
4. Eknomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana
usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya
telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan
keuntungan.
5
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”
a. Bersifat Kebendaan
Ada lima jenis Cagar Budaya, yaitu Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar
Budaya. Pengertian dan kriteria masing-masing Cagar Budaya tersebut akan
dibahas pada bahasan selanjutnya.
Salah satu pembeda antara UURI No. 5 Tahun 1992 dengan UURI NO. 11
Tahun 2010 adalah diakomodirnya Cagar Budaya yang ada di air. Bahwa Cagar
Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan di darat dan/atau di air. Cagar
Budaya yang harus dikelola dan dilestarikan bukan hanya Cagar Budaya yang ada
di darat tapi juga yang ada di air. Dengan peraturan ini, maka istilah BMKT
(Benda Muatan Kapal Tenggelam) sudah tidak berlaku lagi di mata hukum karena
benda-benda dengan nilai penting tertentu yang ada di air termasuk pada kategori
Cagar Budaya yang harus dilestarikan bukan kategori BMKT yang merupakan
komoditas yang dapat diperjualbelikan.
6
d. Nilai Penting
Sesuatu dapat dikatakan Cagar Budaya jika memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Kata
penghubung “dan/atau” bermakna tidak berlaku komulatif. Artinya kelima nilai
penting tersebut boleh dimiliki seluruhnya atau salah satu oleh suatu Cagar
Budaya. Penentuan nilai penting ini dilakukan berdasarkan kajian mendalam oleh
Tim Ahli Cagar Budaya dibantu oleh lembaga yang berhubungan dengan
kebudayaan.
Nilai penting Cagar Budaya dalam UURI No. 11 Tahun 2010 ini mengalami
perkembangan dari undang-undang sebelumnya, yaitu UURI No. 5 Tahun 1992
Tentang Benda Cagar Budaya yang hanya senyebutkan tiga nilai penting, yaitu
sejarah, ilmu pengetahuan, dan agama.
e. Penetapan
Suatu benda dapat dikatakan Cagar Budaya jika sudah melalui proses
penetapan. Tanpa proses penetapan suatu warisan budaya yang memiliki nilai
penting tidak dapat dikatakan sebagai Cagar Budaya. Pengertian penetapan
berdasarkan UURI No. 11 Tahun 2010 adalah pemberian status Cagar Budaya
terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli
Cagar Budaya. Disini jelas diatur bahwa yang berwenang untuk melakukan proses
penetapan adalah pemerintah kabupaten/kota, bukan pemerintah pusat yang selam
ini terjadi. Penetapan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota harus
berdasarkan rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya tingat kabupaten/kota.
7
f. Kriteria dan Proses Penetapan Bangunan Sebagai Cagar Budaya
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
Gambar 3.1 Keadaan Bangunan Dahulu Dan Saat Ini
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3.2 Kondisi Banguan Rumoh Budaya Kota Banda Aceh Saat Ini
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Saat ini rumah belanda yang sekarang disebut sebagai Rumoh Budaya
Kota Banda Aceh sudah dijadikan sebagai tempat para wisatawan untuk
berkunjung dan melihat-lihat sejarah kota Banda Aceh. Rumah budaya ini bisa
dikunjungi dari pukul 08.00 wib sampai 17.00 wib yang dibuka setiap hari senin
sampai jum’at, dikelola oleh dua orang.
10
Kondisi ruangan dan lingkungan bangunan ini terlihat bersih dan indah
dipandang, bisa disimpulkan bahwa bangunan ini mendapatkan perawatan yang
maksimal.
11
Beberapa material yang ada pada ruang tamu ini sudah diperbaharui dan
disesuaikan dengan konsep arsitektur kolonial, seperti pada material lantai dan
penambahan pengamanan pada jendela, bahkan hampir keseluruh ruang dalam
bangunan ini materialnya sudah diperbaharui.
Gambar 3.6 Keadaan Ruang Tengah Bangunan Rumoh Budaya Kota Banda Aceh
(Sumber: Dokumen Pribadi)
12
3) Empat Buah Ruangan
Empat buah kamar ini terdiri atas ruang pertama sebelah kiri sebagai
tempat pajangan pakaian adat aceh. Di sini ada berbagai kreasi baju adat aceh
tradisional, kain songket aceh, anyaman tikar, tas motif aceh, dan pernak-pernik
lainnya. Di belakang ruangan ini terdapat ruangan untuk pelaminan aceh yang
terbuat dari kasab sulam benang emas.
Disebelah ruangan tersebut terdapat ruang tidur yang didalamnya berisi
tempat tidur khas aceh yang terbuat dari besi dan dibalut dengan kasab sulam
benang emas. Didalamnya juga berisi meja hias zaman dahulu sebagai pelengkap.
Pada bagian kanan ruangan dijadikan sebagai ruang multimedia yang digunakan
sebagai tempat diskusi atau rapat.
13
4) Dapur
Pada bagian belakang bangunan terdapat dapur yang berisi peralatan
seperti tungku, belangong tanoh, caprok tanoh, sepeda ontel tudung saji, jaring,
jala, dan lainnya.
14
sebagai ruang sholat berjama’ah bahkan sebagai tempat berbuka puasa ketika
bulan ramadhan.
Gambar 3.10 Kantor Telepon Belanda Di Koetaradja (Banda Aceh ) Sekitar Tahun 1900-An
(Sumber : Bandaacehkotamadani.Wordpress.Com)
15
KONI, kantor surat kabar Atjeh pos dan terakhir sebagai kantor PSSI hingga saat
ini. Hingga saat ini bangunan ini dijadikan sebagai bangunan cagar budaya.
16
Gambar 3.13 keadaan Tampak Bangunan
(Sumber : Dokumen Pribadi)
17
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Banyak situs-situs sejarah berada di Aceh salah satunya yang kami teliti
ialah Rumah Budaya Banda Aceh dan Tower P.S.S.I. kedua objek tersebut sangat
banyak memiliki nilai sejarah sejak masa penjajahan kolonial Belanda, dan
sekarang telah menjadi situs cagar budaya di Aceh. Kedua objek tersebut banyak
tidak diketahui masyarakat oleh sebab itu di perlukan penelitian untuk mengetahui
lebih dalam tentang Rumah Budaya Aceh dan Tower P.S.S.I.
Rumoh Budaya Kota Banda Aceh bergaya arsitektur kolonial Belanda
yang berlokasi di Jalan Daud Beureueh, Kawasan Simpang Lima Banda Aceh
merupakan rumah ex residen (jabatan pemerintahan setara dengan bupati) aceh
yang bernama ibnu sa’dan. Ketika tsunami pada tahun 2004 bangunan ini
sedikitpun tidak tersentuh oleh air tsunami. Beberapa bagian bangunan ini sudah
diperbaharui karena sudah lapuk, dan walaupun sudah diperbaharui tetap saja
tidak menghilangkan gaya arsitektur belanda. tetapi bagian utama bangunan ini
tidak diperbaharui, hanya dilakukan perawatan saja. Saat ini rumah belanda yang
sekarang disebut sebagai Rumoh Budaya Kota Banda Aceh sudah dijadikan
sebagai tempat para wisatawan untuk berkunjung dan melihat-lihat sejarah kota
Banda Aceh.
18
4.2 SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa,. (2015). Pelestarian Arsitektur & Kota yang Terpadu. Yogyakarta:
Cahaya Atma Pustaka
Antariksa,. (2018). Teori & Metode Pelestarian Arsitektur & Lingkungan Binaan.
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka
Situsbudaya.id.(2017, 07 November). Sentral Telepon Militer Belanda Aceh. di
akses pada 12 november 2019, dari
https://situsbudaya.id/?s=Sentral+Telepon+Militer+Belanda+Aceh
Goaceh.co,.(2016, 11 Januari ) Ternyata Pusat Telepon Pertama di Indonesia Ada
di Banda Aceh. di akses pada 12 november 2019,
dari https://www.goaceh.co/berita/baca/2016/01/11/ternyata-pusat-
telepon-pertama-di-indonesia-ada-di-banda-aceh
Acehtrend.com ,.(2018, 14 November ) Melihat Isi Dalam Rumoh Budaya Banda
Aceh. di akses pada 12 November 2019, Dari
https://www.acehtrend.com/2018/11/14/melihat-isi-dalam-rumoh-budaya-
banda-aceh/
20