Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah
sangat penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi
kawasan atau bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa
ke masa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sejarah dan budaya.
Tentu tidak sedikit bangunan bersejarah yang menyimpan cerita-cerita penting
dan tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Bertolak belakang dengan diketahuinya
indonesia yang kaya akan sejarah dan budaya, ternyata masih banyak bangsa
Indonesia yang tidak menyadari akan hal itu. Banyak sekali fenomena-fenomena
yang terjadi dan meninbulkan keprihatinan terutama dalam bidang arsitektur
bangunan di Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Budihardjo (1985), bahwa
arsitektur dan kota di Indonesia saat ini banyak yang menderita sesak nafas.
Bangunan-bangunan kuno bernilai sejarah dihancurkan dan ruang-ruang terbuka
disulap menjadi bangunan. padahal menghancurkan bangunan kuno bersejarah
sama halnya dengan menghapuskan salah satu cermin untuk mengenali sejarah
dan tradisi masa lalu.
Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa
Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah provinsi
paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda
dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah.
Kebudayaan dan adat istiadat di Aceh sangat kental hingga saat ini. Beragam
Bahasa dan budaya menyelimuti wilayah Aceh.
Banyak situs-situs sejarah berada di Aceh salah satunya yang kami teliti
ialah Rumah Budaya Banda Aceh dan Tower P.S.S.I. kedua objek tersebut sangat
banyak memiliki nilai sejarah sejak masa penjajahan kolonial Belanda, dan
sekarang telah menjadi situs cagar budaya di Aceh. Kedua objek tersebut banyak
tidak diketahui masyarakat oleh sebab itu di perlukan penelitian untuk mengetahui
lebih dalam tentang Rumah Budaya Aceh dan Tower P.S.S.I. Dengan hilangnya

1
bangunan kuno bersejarah, lenyaplah pula bagian sejarah dari suatu tempat yang
sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, sehingga menimbulkan
erosi identitas budaya (Sidharta dan Budhihardjo, 1989).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Identitas Rumah Budaya Aceh?


2. Bagaimana Identitas Tower P.S.S.I Banda Aceh?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

2. Bagaimana Identitas Rumah Budaya Aceh?


3. Bagaimana Identitas Tower P.S.S.I Banda Aceh?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KONSERVASI

Theodore Roosevelt (1902) merupakan orang Amerika pertama yang


mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi yang berasal dari kata
conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save)
yang memiliki pengertian tentang upaya memelihara apa yang kita punya
(keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).
Pada awalnya konsep konservasi terbatas pada pelestarian
bendabenda/monumen bersejarah (biasa disebut preservasi). Namun konsep
konservasi tersebut berkembang, sasarannya tidak hanya mencakup
monumen, bangunan atau benda bersejarah melainkan pada lingkungan
perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar
bagi suatu tindakan konservasi.
Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu
upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan
serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa
mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap
terpelihara.

Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara


suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung
termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan
menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial,
ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek
proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi
keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan
atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya.

3
Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya
preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat
untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan
asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai
sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat
merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.

2.2 JENIS – JENIS KONSERVASI

Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar


budaya, maka ada tindakan-tindakan khusus yang harus dilakukan dalam
setiap penanganannya (Burra Charter, 1999), antara lain:
1. Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian
rupa sehingga mempertahankan nilai kulturalnya
2. Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi
eksisting dan memperlambat pelapukan
3. Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik
bangunan seperti sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan
serta memasang kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa
menambah bagian baru
4. Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula
sebagaimana yang diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun
bahan baru dan dibedakan dari restorasi
5. Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar
dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai
6. Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang
sudah rusak atau membahayakan.

4
2.3 TUJUAN KONSERVASI
Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7),
keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan :

1. Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi
akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang
masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.
2. Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek
bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang
terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita
sekarang.
3. Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar
jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita
sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan
mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap
mempertahakan konsep-konsep tersebut.
4. Eknomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana
usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya
telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan
keuntungan.

2.4 PENGERTIAN CAGAR BUDAYA BERDASARKAN UNDANG-


UNDANG CAGAR BUDAYA
Pengertian Cagar Budaya dalam UURI No. 11 Tahun 2010 :
“Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan

5
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”

a. Bersifat Kebendaan

Berdasarkan Undang-Undang bahwa Cagar Budaya adalah warisan


budaya yang bersifat kebendaan atau yang biasa disebut dengan
bersifat tangible. Artinya bahwa warisan budaya yang masuk ke dalam kategori
Cagar Budaya adalah warisan budaya yang berwujud konkrit, dapat dilihat dan
diraba oleh indra, mempunyai massa dan dimensi yang nyata. Contohnya batu
prasasti, candi, nisan makan, dll. Warisan budaya yang bersifat intangible seperti
bahasa, tarian dan sebagainya tidak termasuk pada kategori Cagar Budaya.

b. Jenis Cagar Budaya

Ada lima jenis Cagar Budaya, yaitu Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar
Budaya. Pengertian dan kriteria masing-masing Cagar Budaya tersebut akan
dibahas pada bahasan selanjutnya.

c. Berada Di Darat dan Di Air

Salah satu pembeda antara UURI No. 5 Tahun 1992 dengan UURI NO. 11
Tahun 2010 adalah diakomodirnya Cagar Budaya yang ada di air. Bahwa Cagar
Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan di darat dan/atau di air. Cagar
Budaya yang harus dikelola dan dilestarikan bukan hanya Cagar Budaya yang ada
di darat tapi juga yang ada di air. Dengan peraturan ini, maka istilah BMKT
(Benda Muatan Kapal Tenggelam) sudah tidak berlaku lagi di mata hukum karena
benda-benda dengan nilai penting tertentu yang ada di air termasuk pada kategori
Cagar Budaya yang harus dilestarikan bukan kategori BMKT yang merupakan
komoditas yang dapat diperjualbelikan.

6
d. Nilai Penting

Sesuatu dapat dikatakan Cagar Budaya jika memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Kata
penghubung “dan/atau” bermakna tidak berlaku komulatif. Artinya kelima nilai
penting tersebut boleh dimiliki seluruhnya atau salah satu oleh suatu Cagar
Budaya. Penentuan nilai penting ini dilakukan berdasarkan kajian mendalam oleh
Tim Ahli Cagar Budaya dibantu oleh lembaga yang berhubungan dengan
kebudayaan.
Nilai penting Cagar Budaya dalam UURI No. 11 Tahun 2010 ini mengalami
perkembangan dari undang-undang sebelumnya, yaitu UURI No. 5 Tahun 1992
Tentang Benda Cagar Budaya yang hanya senyebutkan tiga nilai penting, yaitu
sejarah, ilmu pengetahuan, dan agama.

e. Penetapan

Suatu benda dapat dikatakan Cagar Budaya jika sudah melalui proses
penetapan. Tanpa proses penetapan suatu warisan budaya yang memiliki nilai
penting tidak dapat dikatakan sebagai Cagar Budaya. Pengertian penetapan
berdasarkan UURI No. 11 Tahun 2010 adalah pemberian status Cagar Budaya
terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli
Cagar Budaya. Disini jelas diatur bahwa yang berwenang untuk melakukan proses
penetapan adalah pemerintah kabupaten/kota, bukan pemerintah pusat yang selam
ini terjadi. Penetapan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota harus
berdasarkan rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya tingat kabupaten/kota.

7
f. Kriteria dan Proses Penetapan Bangunan Sebagai Cagar Budaya

Menetapkan sebuah bangunan sebagai situs cagar budaya sebuah


bangunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Telah berusia 50 tahun atau lebih


 Mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun.
 Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan.
 Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
 Berunsur tunggal atau banyak
 Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 RUMOH BUDAYA KOTA BANDA ACEH


a. Sejarah Rumoh Budaya Kota Banda Aceh
Rumoh Budaya Kota Banda Aceh bergaya arsitektur kolonial Belanda
yang berlokasi di Jalan Daud Beureueh, Kawasan Simpang Lima Banda Aceh
merupakan rumah ex residen (jabatan pemerintahan setara dengan bupati) aceh
yang bernama ibnu sa’dan. Kemudian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Aceh membeli rumah ini dan dikelola oleh Disbudpar Kota Banda
Aceh. Sejarah pembangunan rumoh budaya ini banyak yang tidak mengetahui
bahkan pengelola bangunan tersebut saja tidak tahu persis kapan rumoh budaya
ini dibangun dan silsilah penerus rumoh budaya ini. Bangunan ini dibangun
sekitar pada abad ke-18.
Pengelola Rumoh Budaya mengungkapkan sekitar tahun 2008 atau 2009
pembebasan rumah ini yang kemudian dijadikan Rumoh Budaya untuk Museum
Kota Banda Aceh, dan saat ini sudah dijadikan sebagai cagar budaya. pengelola
rumoh budaya ini juga mengatakan bahwa kawasan bangunan ini tercatat dalam
RTRW kota banda aceh sebagai ruang terbuka hijau, sehingga bangunan ini
hampir dirobohkan tetapi karena tercatat sebagai cagar budaya pemerintah tidak
bisa merobohkan bangunan ini.
Ketika tsunami pada tahun 2004 bangunan ini sedikitpun tidak tersentuh
oleh air tsunami. Beberapa bagian bangunan ini sudah diperbaharui karena sudah
lapuk, dan walaupun sudah diperbaharui tetap saja tidak menghilangkan gaya
arsitektur belanda. tetapi bagian utama bangunan ini tidak diperbaharui, hanya
dilakukan perawatan saja.

9
Gambar 3.1 Keadaan Bangunan Dahulu Dan Saat Ini
(Sumber : Dokumen Pribadi)

b. Kondisi Rumoh Budaya Kota Banda Aceh Saat Ini

Gambar 3.2 Kondisi Banguan Rumoh Budaya Kota Banda Aceh Saat Ini
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Saat ini rumah belanda yang sekarang disebut sebagai Rumoh Budaya
Kota Banda Aceh sudah dijadikan sebagai tempat para wisatawan untuk
berkunjung dan melihat-lihat sejarah kota Banda Aceh. Rumah budaya ini bisa
dikunjungi dari pukul 08.00 wib sampai 17.00 wib yang dibuka setiap hari senin
sampai jum’at, dikelola oleh dua orang.

10
Kondisi ruangan dan lingkungan bangunan ini terlihat bersih dan indah
dipandang, bisa disimpulkan bahwa bangunan ini mendapatkan perawatan yang
maksimal.

Gambar 3.3 Suasana Lingkungan Dan Ruangan Bangunan


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Di dalam bangunannya terdapat berbagai koleksi pernak-pernik aceh yang


mempresentasikan budaya aceh seperti baju adat aceh, pelaminan, rencong,
lukisan banda aceh tempo dulu, peralatan dapur tradisional aceh bahkan benda
pusaka aceh lainnya. Bangunan ini memiliki tujuh ruangan, ruangnya terdiri dari
ruang tamu, ruang tengah, empat buah ruangan, dan dapur. Ruang- ruang tersebut
saat ini memiliki fungsi-fungsi yang berbeda.
1) Ruang Tamu
Ketika memasuki bangunan ini yang pertama kali dijumpai ialah ruang
tamu, didalamnya terdapat kursi dan meja dari kayu jati sebagai tempat duduk
tamu. Di samping dinding terdapat sejumlah buku bacaan tentang Aceh yang
diletakkan di rak-rak buku.

Gambar 3.4 Suasana Ruang Tamu


(Sumber: Dokumen Pribadi)

11
Beberapa material yang ada pada ruang tamu ini sudah diperbaharui dan
disesuaikan dengan konsep arsitektur kolonial, seperti pada material lantai dan
penambahan pengamanan pada jendela, bahkan hampir keseluruh ruang dalam
bangunan ini materialnya sudah diperbaharui.

Gambar 3.5 Pengaman Jendela


(Sumber: Dokumen Pribadi)
2) Ruang Tengah
Pada ruang bagian tengah terdapat beberapa miniature rencong, siwah,
belati, pedang, keris bugis, tombak dan lukisan kota banda aceh tempo dulu
seperti pasar peunayong, pendopo gurbernur aceh, masjid raya dan lainnya.

Gambar 3.6 Keadaan Ruang Tengah Bangunan Rumoh Budaya Kota Banda Aceh
(Sumber: Dokumen Pribadi)

12
3) Empat Buah Ruangan
Empat buah kamar ini terdiri atas ruang pertama sebelah kiri sebagai
tempat pajangan pakaian adat aceh. Di sini ada berbagai kreasi baju adat aceh
tradisional, kain songket aceh, anyaman tikar, tas motif aceh, dan pernak-pernik
lainnya. Di belakang ruangan ini terdapat ruangan untuk pelaminan aceh yang
terbuat dari kasab sulam benang emas.
Disebelah ruangan tersebut terdapat ruang tidur yang didalamnya berisi
tempat tidur khas aceh yang terbuat dari besi dan dibalut dengan kasab sulam
benang emas. Didalamnya juga berisi meja hias zaman dahulu sebagai pelengkap.
Pada bagian kanan ruangan dijadikan sebagai ruang multimedia yang digunakan
sebagai tempat diskusi atau rapat.

Gambar 3.7 Suasana Pada Empat Kamar Dalam Bangunan Ini


(Sumber: Dokumen Pribadi)

13
4) Dapur
Pada bagian belakang bangunan terdapat dapur yang berisi peralatan
seperti tungku, belangong tanoh, caprok tanoh, sepeda ontel tudung saji, jaring,
jala, dan lainnya.

Gambar 3.8 Suasana Ruang Dapur


(Sumber: Dokumen Pribadi)

c. Komponen Tambahan Pada Halaman Bangunan Rumoh Budaya Kota


Banda Aceh

Gambar 3.9 Aula


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Aula yang terletak pada bagian belakang bangunan merupakan bangunan


tambahan, yang saat ini dijadikan sebagai tempat pemilihan ketua pada organisasi,

14
sebagai ruang sholat berjama’ah bahkan sebagai tempat berbuka puasa ketika
bulan ramadhan.

3.2 TOWER PSSI ACEH


a. Sejarah tower PSSI aceh
Bangunan berwarna putih berbentuk segi delapan yang lokasinya Jalan
Teuku Umar No. 1 Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda
Aceh dulunya merupakan komplek kantor telepon pertama di aceh milik belanda.
karena pada saat itu banda aceh menjadi pusat pemerintahan Belanda dalam
melakukan perang melawan aceh.

Gambar 3.10 Kantor Telepon Belanda Di Koetaradja (Banda Aceh ) Sekitar Tahun 1900-An
(Sumber : Bandaacehkotamadani.Wordpress.Com)

Gedung yang berbentuk octagonal ini dibangun ioleh pemerintahan hindia


belanda untuk keperluan militernya. Menurut sejarah bangunan ini dibangun pada
tahun 1903, memiliki dua lantai yang dikelilingin oleh rimbunan pohon trembesi.
Pada masa kedudukan jepang (1942-1945), gedung ini juga digunakan
oleh jepang untuk hal yang sama. Ketika Indonesia merdeka, bangunan ini pernah
dijadikan kantor telepon militer kodam I iskandar muda yang disebut wiserbot
(WB) Taruna sampai menjelang tahun 1960. Kemudian digunakan sebagai kantor

15
KONI, kantor surat kabar Atjeh pos dan terakhir sebagai kantor PSSI hingga saat
ini. Hingga saat ini bangunan ini dijadikan sebagai bangunan cagar budaya.

b. Keadaan Tower PSSI Aceh

Gambar 3.11 Kondisi Tower PSSI Aceh


(Sumber: Dokumen Pribadi)
Kondisi bangunan tower pssi saat ini sangat memprihatinkan terlihat dari
keadaan luar bangunannya, terdapat material bangunan yang sudah rusak. Tetapi
jika dilihat dari bagian luar bangunannya hampir keseluruhan bangunan ini masih
menggunakan material awal dan bebrapa sudah mengalami perubahan.

Gambar 3.12 Keadaan Tampak Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi)

16
Gambar 3.13 keadaan Tampak Bangunan
(Sumber : Dokumen Pribadi)

17
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Banyak situs-situs sejarah berada di Aceh salah satunya yang kami teliti
ialah Rumah Budaya Banda Aceh dan Tower P.S.S.I. kedua objek tersebut sangat
banyak memiliki nilai sejarah sejak masa penjajahan kolonial Belanda, dan
sekarang telah menjadi situs cagar budaya di Aceh. Kedua objek tersebut banyak
tidak diketahui masyarakat oleh sebab itu di perlukan penelitian untuk mengetahui
lebih dalam tentang Rumah Budaya Aceh dan Tower P.S.S.I.
Rumoh Budaya Kota Banda Aceh bergaya arsitektur kolonial Belanda
yang berlokasi di Jalan Daud Beureueh, Kawasan Simpang Lima Banda Aceh
merupakan rumah ex residen (jabatan pemerintahan setara dengan bupati) aceh
yang bernama ibnu sa’dan. Ketika tsunami pada tahun 2004 bangunan ini
sedikitpun tidak tersentuh oleh air tsunami. Beberapa bagian bangunan ini sudah
diperbaharui karena sudah lapuk, dan walaupun sudah diperbaharui tetap saja
tidak menghilangkan gaya arsitektur belanda. tetapi bagian utama bangunan ini
tidak diperbaharui, hanya dilakukan perawatan saja. Saat ini rumah belanda yang
sekarang disebut sebagai Rumoh Budaya Kota Banda Aceh sudah dijadikan
sebagai tempat para wisatawan untuk berkunjung dan melihat-lihat sejarah kota
Banda Aceh.

Bangunan berwarna putih berbentuk segi delapan yang lokasinya Jalan


Teuku Umar No. 1 Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda
Aceh dulunya merupakan komplek kantor telepon pertama di aceh milik belanda.
karena pada saat itu banda aceh menjadi pusat pemerintahan Belanda dalam
melakukan perang melawan aceh. namun saat ini sudah menjadi tower PSSI
Aceh. Kondisi bangunan tower pssi saat ini sangat memprihatinkan terlihat dari
keadaan luar bangunannya, terdapat material bangunan yang sudah rusak. Tetapi
jika dilihat dari bagian luar bangunannya hampir keseluruhan bangunan ini masih
menggunakan material awal dan bebrapa sudah mengalami perubahan.

18
4.2 SARAN

1. Sebagai mahasiswa arsitektur harus menjaga dan mempertahankan


bangunan-bangunan bersejarah

2. Sebagai pelajar harus mengetahui bangunan-bangunan bersejarah yang


ada di Aceh

3. Sebagai masyarakat tidak boleh menghilangkan bangunan-bangunan


bersejarah

19
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa,. (2015). Pelestarian Arsitektur & Kota yang Terpadu. Yogyakarta:
Cahaya Atma Pustaka
Antariksa,. (2018). Teori & Metode Pelestarian Arsitektur & Lingkungan Binaan.
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka
Situsbudaya.id.(2017, 07 November). Sentral Telepon Militer Belanda Aceh. di
akses pada 12 november 2019, dari
https://situsbudaya.id/?s=Sentral+Telepon+Militer+Belanda+Aceh
Goaceh.co,.(2016, 11 Januari ) Ternyata Pusat Telepon Pertama di Indonesia Ada
di Banda Aceh. di akses pada 12 november 2019,
dari https://www.goaceh.co/berita/baca/2016/01/11/ternyata-pusat-
telepon-pertama-di-indonesia-ada-di-banda-aceh
Acehtrend.com ,.(2018, 14 November ) Melihat Isi Dalam Rumoh Budaya Banda
Aceh. di akses pada 12 November 2019, Dari
https://www.acehtrend.com/2018/11/14/melihat-isi-dalam-rumoh-budaya-
banda-aceh/

20

Anda mungkin juga menyukai