PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Pengertian Hadis, riwayat, sunnah, khabar, atsar dan
bid’ah !
2. Menyebutkan Contoh-contoh Hadis Qudsi dan bid’ah!
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hadis
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik ( yaitu) Al-Qur’an ...(QS Al-
Zumar[39] : 23)
1
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka Setia.
2
Maka serahkanlah Muhammad kepada-Ku (urusan) orang-orang yang
mendustakan Al-Qur’an ini ... (QS AL-Qalam [68]: 44)
Dan apakah telah sampai kepadamu kisah musa? (QS Thaha [20]: 9)
Dan ingatlah ketika nabi SAW membicarakan suatu rahasia kepada )Hafash) salah
seorang dari istri-istri beliau (QS Al-Tahrim [66]: 3)
Kata hadis dalam pengertian yang di sebutkan di atas juga di jumpai pada
beberapa pernyataan rasul SAW seperti:
2
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka Setia.
3
Sesungguhnya hadis (pembicaraan) yang paling baik adalah Kitab Allah
(Al-Qur’an) ... (HR Bukhari)
2. Pembicaraan atau cerita duniawi dan yang bersifat umum
Siapa yang mencoba untuk mengintip (mendengar secara sembunyi)
pembicaraan sekelompok orang dan mereka tidak menginginkan hal
tersebut serta berusaha untuk menghindar darinya, maka besi panas akan
disumbatkan ke telinganya di hari kiamat. (HR Bukhari dan Tirmidzi)
3. Cerita masa lalu atau sejarah
...Dan sampaikanlah cerita tentnag Bani Israil.. (HR Tirmidzi)
4. Cerita aktual atau percakapan rahasia
Apabila seseorang menyampaikan suatu pembicaraan (yang bersifat
rahasia) kemudian dia pergi, maka perkataannya itu adalah amanah. (HR
Tirmidzi)
Menurut Shubhi al-Shalih, kata hadis juga merupakan bentuk isim yang
tahdits, yang mengandung arti meberitahukan, mengabarkan. Berdasarkan
pengertian ini lah, selanjutnya setiap perkataan, perbuatan, atau penetapan (taqrir)
yang di sandaran kepada Nabi SAW di namai dengan Hadis . 3
3
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka Setia.
4
Definisi di atas masih umum sekali, karena belum di jelaskan batasan
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW tersebut. Definisi yang lebih
terperinci, adalah:
Imam Taqiyyudin ibn Taimiyyah mengemukakan definisi yang lebih sempit dengan
memberi batasan bahwa Hadis tersebut adalah:
Seluruh yang di riwayatkan oleh Rasul SAW sesudah kenabian beliau, yang terdiri
atas perkataan, perbuatan, dan ikrar beliau.
Menurut ulama Ushul Fiqh, yang di maksud dengan hadis adalah apa yang
di sebut mereka dengan sunnah qawliyyah, yaitu:
Seluruh perkataan rasul yang pantas di jadikan dalil dalam penetapan hukum
syara’.
Hal tersebut adalah, karena sunnah, dalam pandangan mereka lebih umum
daripada Hadis. Pengertian mereka tentang sunnah adalah meliputi perkataan,
perbuatan dan taqrir (pengakuan atau persetujuan) Rasul SAW yang dapat dijadikan
dalil dalam merumuskan hukum syara’4
4
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
5
2. Sunnah
jalan yang lurus dan berkesinambungan, yang baik atau yang buruk.
Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika
petunjuk telah datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada Tuhannya,
kecuali datang kepada mereka (seperti) jalan (kehidupan) umat-umat terdahulu,
atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.\
Bahwa Rasulullah SAW bersabda : barangsiapa yang merintis suatau jalan yang
baik, maka ia akan memperoleh pahalanya dan juga pahala orang yang
mengamalkannya sesudahnya;tidak mengurangi yang demikian itu akan pahala
mereka sedikitpun. Dan siapa yang merintis jalan yang buruk, ia akan menerima
dosanya sedikitpun.
5
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
6
Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi sunnah secara
terminologis, sejalan dengan perbedaan keahlian dan bidang yang di tekuni masing-
masing. Para ahli Ushul Fiqh mengemukakan definisi yang berbeda di bandingkan
dengan definisi yang di berikan oleh para ahli Hadis dan Fuqaha’
Sunnah adalah setiap apa yang di tinggalkan (diterima) dari Rasul SAW berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik atau akhlak, atau perikehidupan, baik
sebelum beliau di angkat menjadi rasul, seperti thannuts yang beliau lakukan di
Gua Hira atau sesudah kerasulan beliau.
Sunnah dalam pngertian Ulama Hadis di atas adalah sama (muradif) dengan
hadis para ulama hadis memberikan definisi yang begitu luas terhadap sunnah
karena mereka memandang rasul SAW sebagai panutan dan contoh teladan bagi
manusia dalam kehidupan ini, seperti yang di jelaskan Allah SWT di dalam Al-
Qur’an al-Karim, bahwa pada diri (kehidupan) Rasul SAW adlah uswatun Hasanah
bagi umat islam (QS Al-Ahzab:21.)
Sunnah adalah seluruh yang datang dari Rasul SAW selain Al-Qur’an al-Karim,
baik berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir, yang dapat dijadikan sebagai
dalil untuk menetapkan hukum syara’.
6
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
7
Melaui definisi di atas terlihat bahwa para ulama Ushul Fiqh membatasi
pengertian sunnah pada sesuatu yang datang dari Rasul SAW selain Al-Qur’an yang
dapat dijadikan dalil dalam penetapan hukum syara’. Mereka berpendapat demikian
karena mereka memandang Rasul SAW sebagai syari’. Yaitu yang merumuskan
hukum dan yang menjelaskan kepada umat manusia tentang peraturan-peraturan
(hukum-hukum) dalam kehidupan ini, dan memberikan kaidah-kaidah hukum
untuk di pergunakan dan dipedomani kelak oleh para mujtahid dalam merumuskan
hukum setelah beliau tiada.7
yaitu setiap yang datang dari rasul SAW yang bukan fardu dan tidak pula wajib.
Dari definisi hadis dan sunnah di atas, selain definisi versi para Fuqaha,
secara umum kedua istilah tersebut adalah sama, yaitu bahwa keduanya adalah
sama-sama di sandarkan kepada dan bersumber dari Rasul SAW. Perbedaan hanya
terjadi pada tinjauan masing-masing dari segi fungsi keduanya. Ulama hadis
menekankan pada fungsi Rasul SAW sebgai teladan dalam kehiduoan ini,
sementara ulama Usul Fiqh memandang Rasul SAW sebagai teladan dalam
7
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
8
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
8
kehidupan ini, sementara ulama Ushul Fiqh memandang Rasul SAW sebagai syari’,
yaitu sumber dari hukum islam. Di kalangan mayoritas ulama hadis sendiri,
terutama mereka yang tergolong muta’akhkhirin, istilah sunnah sering di
sinonimkan dengan Hadis. Mereka sering mempertukarkan kedua istiah tersebut di
dalam pemakaiannya.
Istilah sunnah di kalangan Ulama Hadis dan Ulama Ushul Fiqh kadang-
kadang di pergunakan juga terhadap perbuatan para sahabat, baik perbuatan
tersebut dalam rangka mengamalkan isi atau kandungan Al-Qur’an dan Hadis Nabi
SAW ataupun bukan. Hal tersebut merupakan perbuatan sahabat dalam
mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu Mushaf. Argumen mereka dalam
penggunaan tersebut sebagaimana sabda rasul yang berbunyi:
3. Khabar
Khabar menurut bahasa yaitu berita, sedangkan menurut istilah terdapat tiga
pendapat yaitu:
a. Khabar adalah sinonim dari hadis, yaitu sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi
SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat.
b. Khabar berbeda dengan hadis. Hadis adalah sesuatu yang datang dari nabi
SAW, sedangkan khabar adalah berita dari selain Nabi SAW. Atas dasar
pendapat ini, maka seorang ahli hadis atau ahli sunnah disebut dengan muhadits,
sedangkan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan sejarah dan sejenisnya
disebut dengan akhbari.
c. Khabar lebih umum daripada hadis. Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi
SAW sedangkan Khabar adalah sesuatu yang datang dari selain nabi (orang
lain).
9
4. Atsar
Atsar secara etimologis berarti baqiyyat al-syay’ yaitu sisa atau peninggalan
sesuatu. Sedangkan pengertiannya secara terminologis terdapat 2 pendapat yaitu:
a. Atsar adalah sinonim dari Hadis, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi
SAW.
b. Pendapat kedua menyatakan, Atsar adalah berbeda dengan hadis. Atsar secara
istilah menurut pendapat kedua ini adalah:
Sesuatu yang di sandarkan kepada sahabat dan Tabi’in yang terdiri atas
perkataan atau perbuatan.9
5. Hadis Qudsi
Sesuatu yang di beritakan Allah SWT. Kepada Nabi-Nya dengan ilham atau
mimpi, kemudian Nabi SAW menyampaikan berita itu dengan ungkapan-ungkapan
sendiri.
9
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
10
Segala hadis Rasulullah SAW. Yang berupa ucapan, yang di sandarkan
kepada Allah, Azza wa zalla 10
Disebut Hadis karena redaksinya disusun oleh Nabi SAW dan disebut Qudsi
karena hadis ini suci dan bersih (Ath-Thaharah wa At-Tanzih) dan datangnya dari
zat yang maha suci. Hadis Qudsi ini juga sering disebut dengan Hadis illahiah atau
hadis Rbbaniah. Disebut illahi atau rabbani karena hadis ini datang dari Allah
Rabb’alamin.
6. Bid’ah
Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu tanpa
ada contoh.
10
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
11
Drs.M.Solahudin Agus, M.Ag, Suyadi Agus . 2008 . Ulumul Hadis . Bandung : Pustaka
Setia.
11
yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak
diterima)”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan : “Artinya : Barangsiapa
yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka
perbuatannya di tolak”.
MACAM-MACAM BID’AH
1. Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan,
seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta
semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus
keyakinan-keyakinan mereka.
2. Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah
dengan apa yang tidak disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah dalam ibadah
ini ada beberapa bagian yaitu :
a. Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan
suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah Ta’ala, seperti
mengerjakan shalat yang tidak disyari’atkan, shiyam yang tidak disyari’atkan,
atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang
tahun, kelahiran dan lain sebagainya.
b. Bid’ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan,
seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.
c. Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah
yang sifatnya tidak disyari’atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang
disyariatkan dengan cara berjama’ah dan suara yang keras. Juga seperti
membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-
batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
d. Bid’ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari’atkan, tapi
tidak dikhususkan oleh syari’at yang ada. Seperti menghususkan hari dan
malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail.
12
Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari’atkan, akan tetapi
pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.12
HUKUM BID’AH DALAM AD-DIEN
Segala bentuk bid’ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ٌضالَلَة َ عةٌ َو ُك َّل بِ ْد
َ ع ٍة ِ ت األ ُ ُم
َ ور فَإ ِ َّن ُك َّل ُمحْ دَث َ ٍة بِ ْد ِ َو ُمحْ دَثَا
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada
asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no.
1718)
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan
tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
http://www.nu.or.id/post/read/67714/inilah-kriteria-bidah-dhalalah-dan-bidah-
12
hasanah
13
Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.13
Catatan :
Orang yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah
syayyiah (jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam : “Artinya : Sesungguhnya setiap bentuk bid’ah adalah sesat”.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghukumi semua bentuk
bid’ah itu adalah sesat ; dan orang ini (yang membagi bid’ah) mengatakan tidak
setiap bid’ah itu sesat, tapi ada bid’ah yang baik !
13
https://www.harianmu.com/2016/07/contoh-perbuatan-bidah-dalam-
kehidupan.html
14
http://www.nu.or.id/post/read/67714/inilah-kriteria-bidah-dhalalah-dan-bidah-
hasanah
14
sesat”, merupakan (perkataan yang mencakup keseluruhan) tidak ada sesuatupun
yang keluar dari kalimat tersebut dan itu merupakan dasar dari dasar Ad-Dien, yang
senada dengan sabdanya : “Artinya : Barangsiapa mengadakan hal baru yang bukan
dari urusan kami, maka perbuatannya ditolak”. Jadi setiap orang yang mengada-ada
sesuatu kemudian menisbahkannya kepada Ad-Dien, padahal tidak ada dasarnya
dalam Ad-Dien sebagai rujukannya, maka orang itu sesat, dan Islam berlepas diri
darinya ; baik pada masalah-masalah aqidah, perbuatan atau perkataan-perkataan,
baik lahir maupun batin.
Dan mereka itu tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakan bahwa
bid’ah itu ada yang baik, kecuali perkataan sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu pada
shalat Tarawih : “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, juga mereka berkata :
“Sesungguhnya telah ada hal-hal baru (pada Islam ini)”, yang tidak diingkari oleh
ulama salaf, seperti mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu kitab, juga penulisan
hadits dan penyusunannya”.
15
para sahabat terus sahalat Tarawih secara berkelompok-kelompok di masa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup juga setelah wafat beliau
sampai sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu menjadikan mereka satu jama’ah di
belakang satu imam. Sebagaimana mereka dahulu di belakang (shalat) seorang dan
hal ini bukan merupakan bid’ah dalam Ad-Dien.
Begitu juga halnya penulisan hadits itu ada rujukannya dalam syariat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk menulis
sebagian hadits-hadist kepada sebagian sahabat karena ada permintaan kepada
beliau dan yang dikhawatirkan pada penulisan hadits masa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam secara umum adalah ditakutkan tercampur dengan penulisan Al-
Qur’an. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, hilanglah
kekhawatiran tersebut ; sebab Al-Qur’an sudah sempurna dan telah disesuaikan
sebelum wafat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka setelah itu kaum
muslimin mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sebagai usaha untuk menjaga agar supaya tidak hilang ; semoga Allah Ta’ala
memberi balasan yang baik kepada mereka semua, karena mereka telah menjaga
kitab Allah dan Sunnah Nabi mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak
kehilangan dan tidak rancu akibat ulah perbuatan orang-orang yang selalu tidak
bertanggung jawab.15
15
https://www.harianmu.com/2016/07/contoh-perbuatan-bidah-dalam-
kehidupan.html
16
B. CONTOH HADIS QUDSI DAN BID’AH
َ علَ ْي ِه َو
: س َل َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا ُ قَا َل َر:َ قَال،ُع ْنه
َّ سو ُل َّ ي
َ َُّللا ِ ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر
َ ض َ َّم
ُ بِيَدِي اللَّ ْي ُل َوالنَّ َه، َوأَنَا الدَّ ْه ُر، يَسُبُّ بَنِي بَنُو آدَ َم الدَّ ْه َر:َُّللا
” ار َّ ”قَا َل
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah
SAW, “Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam
waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’
”Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim.16
Dari abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasul Allah saw bersabda, suu Aslam, mudah-
mudahab Allah memberikan kedamaian. Suku Ghifar, mudah-mudahan Allah
memberikan pengampunan. Ketahuilah, sesungguhnya bukan saya yang
16
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Qudsi
17
mengatakannya melainkan Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia yang
berfirman. (HR MUSLIM)17
b. Contoh Bid’ah
Mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah
Ta’ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari’atkan, shiyam yang tidak
disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta
ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya. menambah rakaat kelima pada shalat
Dhuhur atau shalat Ashar.18
17
Al-Imam Abi Al-Hasan Nuruddin, Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qoriy . 1996 . Hadist
Qudsi yang sahih . Bandung : Gema Risalah Press Bandung
https://www.harianmu.com/2016/07/contoh-perbuatan-bidah-dalam-
18
kehidupan.html
18
BAB III
A. SIMPULAN
a. Khabar adalah sinonim dari hadis, yaitu sesuatu yang di sandarkan kepada
Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat.
b. Khabar berbeda dengan hadis. Hadis adalah sesuatu yang datang dari nabi
SAW, sedangkan khabar adalah berita dari selain Nabi SAW
B. SARAN
1. Sebaiknya kita sebagai seorang muslim kita harus banyak mengetahui tentang
Hadis-Hadis maupun sunnah agar kita tidak menajadi muslim yang buta akan
ilmu agama maupun pengetahuan.
2. Untuk generasi penerus , lebih banyak belajar dan belajar agar ilmu yang di
dapatkan mampu di terapkan dan di amalkan.
19
3. Kepada pembaca , kami mengharap saran dan kritikan makalah ini , agar
makalah ini dapat di ublikasikan dengan baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Qudsi
http://www.nu.or.id/post/read/67714/inilah-kriteria-bidah-
dhalalah-dan-bidah-hasanah
https://www.harianmu.com/2016/07/contoh-perbuatan-bidah-
dalam-kehidupan.html
21