Anda di halaman 1dari 87

BAB III

ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR

UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI

3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur

3.1.1 Studi Aktivitas

a. Pengelompokan Aktivitas

Tabel 3.1 Pengelompokan Aktivitas

AKTIVITAS PELAKU SIFAT

Pendidikan dan Penelitian


- Ketua Peneliti
Mengatur dan mengkoordinasi
(Astronom / Privat
kegiatan / proses penelitian
Akademisi)
- Astronom
Menyiapkan keperluan
- Asisten astronom Privat
penelitian
- Laboran
- Astronom
Melakukan pengamatan dan
- Asisten astronom Privat
pendataan / pengambilan data
- Akademisi
Melakukan analisa, diskusi - Astronom Privat
Membuat laporan penelitian - Asisten astronom Privat
Mengakses data / informasi / - Akademisi
- Laboran Privat
dokumentasi penelitian
- Asisten astronom
Membantu kegiatan penelitian
- Laboran Privat
para astronom
- Akademisi
Melakukan kegiatan belajar - Astronom
mengajar / perkuliahan / - Asisten astronom Privat
diskusi - Akademisi
Melakukan studi khusus non-
- Akademisi Semi Privat
astronomi

46
Melakukan perawatan dan
Privat
perbaikan instrumen penelitian Staf Maintenance :
Melakukan pembuatan dan - Teleskop
pengembangan instrumen - Bengkel Privat
penelitian
Pengelolaan
Mengatur, mengkoordinasi,
Kepala
mengendalikan kegiatan di Privat
Observatorium
observatorium
Kepala bagian :
Membantu Kepala - Administrasi
Observatorium pada - Pendidikan & Privat
bidangnya masing-masing Penelitian
- Dokumentasi &
Mengatur kegiatan / keperluan Publikasi
observatorium pada - Operasional Privat
bidangnya masing-masing - Teknik &
Maintenance
Mengatur dan mengelola
Privat
keperluan administrasi
Mengatur dan mengelola
Staf Administrasi : Privat
keperluan kepengawaian
- Sekretariat
Mengatur dan mengelola
- Personalia Privat
keperluan keuangan
- Keuangan
Mengatur dan mengelola - Humas
keperluan kerja sama dengan - Rumah Tangga Privat
instansi lain
Mengatur dan mengelola
Privat
keperluan kompleks
Mengatur dan merencanakan
Staf Pendidikan dan Privat
program pendidikan
Penelitian :
Mengatur dan merencanakan
- Pendidikan Privat
program penelitian
- Penelitian
Memastikan kelengkapan dan - Maintenance Privat
kondisi instrumen penelitian
Mengatur dan mengelola Staf Dokumentasi
Privat
keperluan kepustakaan dan Publikasi :

47
Menyiapkan dan mengatur - Perpustakaan
penyusunan data untuk - Penerbitan Privat
dipublikasikan
Mengatur dan mengelola
Staf Operasional : Privat
kunjungan publik
- Pelayanan Umum
Mengatur dan mengelola
- Kunjungan Publik Privat
program kunjungan
- Pameran
Menyiapkan materi kunjungan Privat
Melakukan administrasi,
Staf IT Privat
monitoring data server
Melakukan pengawasan
Staf Keamanan Privat
keamanan
Kunjungan
- Staf Operasional
Mencari informasi, membeli (Kunjungan
Publik
tiket Publik)
- Pengunjung
Melihat dan mempelajari
Publik
materi yang dipamerkan
Mengakses data / informasi Pengunjung : Publik
terkait ilmu astronomi - Perseorangan
Mengikuti pengarahan dan - Instansi
Publik
penjelasan yang diberikan - Komunitas
Melakukan observasi - Akademisi Publik
Mengikuti kuliah umum /
Semi Privat
diskusi, pelatihan / workshop
Memberi pengarahan dan
Publik
penjelasan Staf Operasional
Mendampingi pengunjung saat (Kunjungan Publik)
Publik
kunjungan
Penunjang
Datang – pulang Publik
Menunggu keperluan - Seluruh pelaku Publik
Sholat, wudhu Privat
Beristirahat di sela kegiatan /
- Seluruh pelaku Privat
jam kerja

48
Makan dan minum Publik

Menginap - Astronom Privat


- Asisten astronom
Mengisi waktu luang dengan - Akademisi
- Staf Pengelola Semi Privat
berolahraga atau hobi lainnya

Servis

Beristirahat di sela kegiatan / Staf


- Kebersihan Privat
jam kerja
- Keamanan
Melakukan persiapan sebelum - Housekeeping Privat
dan sesudah bekerja - Maintenance
Menjaga kebersihan kompleks Staf Kebersihan Publik
Menjaga keamanan kompleks Staf Keamanan Publik
Mengurus keperluan wisma Housekeeping Publik
Staf Teknik &
Maintenance :
Melakukan perawatan dan
- Bangunan
perbaikan pada bangunan,
- Mekanikal Publik
mekanikal elektrikal, serta
Elektrikal
sanitasi dan plumbing
- Sanitasi &
Plumbing
(Sumber : Analisa Pribadi)

b. Pola Aktivitas

1. Aktivitas Penelitian
Persiapan
Parkir Analisa
Penelitian

Drop Off Mendaftar Penyusunan


Pengamatan Laporan
& Pendataan
Datang Absen

Istirahat Absen

Menginap

Pulang
Bagan 3.1 Pola Aktivitas Penelitian
(Sumber : Analisa Pribadi)

49
2. Aktivitas Pengelolaan

Parkir
Istirahat Rapat

Drop Off
Bekerja Absen

Datang Absen

Menginap Pulang

Bagan 3.2 Pola Aktivitas Pengelolaan


(Sumber : Analisa Pribadi)

3. Aktivitas Kunjungan

Pengarahan Melihat
Parkir
Pameran
Menonton
Drop Off Tiketing Film

Datang Informasi Observasi

Kuliah / Istirahat Pulang


Diskusi

Bagan 3.3 Pola Aktivitas Kunjungan


(Sumber : Analisa Pribadi)

3.1.2 Studi Fasilitas

a. Studi Jumlah Pelaku

1. Pendekatan Jumlah Peneliti

Perhitungan jumlah peneliti dilakukan dengan studi empiris

terhadap lembaga dengan fungsi sejenis. Pada studi ini, lembaga

yang menjadi acuan adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional – LAPAN di bagian Pusat Sains Antariksa, yang struktur

organisasinya sebagai berikut.

50
Bagan 3.4 Struktur Organisasi Pusat Sains Antariksa, LAPAN
(Sumber : pussainsa.lapan.go.id diakses 13 Agustus 2016)

Bagan 3.5 Statistik Pejabat Struktural, Fungsional, dan Fungsional Umum LAPAN
(Sumber : lapan.go.id diakses 13 Agustus 2016)

Menurut data yang dikeluarkan LAPAN November 2014, jumlah

peneliti, perekaya, dan litkayasa ada 556 orang yang terbagi dalam

sembilan bidang kajian. Jika diasumsikan jumlah terbagi rata dalam

tiap bidang kajian, maka jumlah peneliti, perekaya, dan litkayasa di

Pusat Sains Antariksa ada sekitar 62 orang. Pusat Sains Antariksa

sendiri memiliki empat pelaksana tugas lainnya yang terdiri dari BPD

Watukosek, BPD Pontianak, LPD Sumedang, dan LPA Kototabang.

Dengan demikian tiap unit memiliki sekitar 12 orang peneliti,

perekaya, dan litkayasa.

Berdasarkan pendekatan tersebut, perhitungan jumlah peneliti

di Observatorium Astronomi pada 20 tahun mendatang dengan

pertumbuhan sebanyak 2% adalah.

51
Pt = Po x (1 + n)t
Pt = 12 x (1 + 0,02)20
Pt = 12 x 1,5 = 18 orang

Dengan demikian, jumlah peneliti ada 18 orang yang terbagi

menjadi dua kelompok, yaitu peneliti tetap sejumlah 11 orang (60%)

dan peneliti tamu sejumlah 7 orang (40%). Para peneliti ini nantinya

akan didampingi oleh asisten peneliti. Jika diasumsikan tiap peneliti

didampingi minimal 1 asisten, maka minimal ada 18 orang asisten

peneliti. Selain itu, kegiatan penelitian juga melibatkan laboran yang

mendampingi para peneliti dan bertanggungjawab pada laboraorium.

Fasilitas laboratorium sendiri membutuhkan 6 orang laboran.

2. Pendekatan Jumlah Pengelola

Tabel 3.2 Studi Jumlah Pengelola Observatorium

Pelaku Jumlah Pelaku Jumlah

Pengelolaan
Kepala KaBag Dokumentasi
1 1
Observatorium & Publikasi
Staf Dokumentasi &
KaBag Administrasi 1 3
Publikasi
Staf Administrasi Perpustakaan
- Sekretariat 2 - Resepsionis 4
- Personalia 2 - Koleksi 5
- Keuangan 2 - Pengawasan 5
- Humas 2
- Rumah Tangga 2 Penerbitan 3
KaBag Pendidikan &
1 KaBag Operasional 1
Penelitian
Staf Pendidikan &
4 Staf Operasional 6
Penelitian
KaBag Teknik & Staf Teknik &
1 4
Maintenance Maintenance

52
Staf Keamanan
Staf IT (Data Server) 4 4
(CCTV)
Jumlah 58

Kunjungan Penunjang & Servis


- Teknisi Teleskop 10
Staf Kunjungan
- Bangunan 10
- Resepsionis 2
- Kebersihan 15
- Penjualan Tiket 2
- Keamanan 15
- Tour Guide 6
- Juru Masak 3
- Pemberi Materi 4
- Housekeeping 3
Jumlah 14 Jumlah 56
(Sumber : Analisa Pribadi)

3. Pendekatan Jumlah Pengunjung

Kunjungan ke Observatorium Bosscha sangat dibatasi. Jumlah

pengunjung dalam sehari dibatasi sampai 600 orang yang dibagi

menjadi tiga sesi. Observatorium Bosscha juga menerima kunjungan

malam tiap dua pekan di bulan April hingga Oktober. Berikut jadwal

kunjungan di Observatorium Bosscha.

Tabel 3.3 Jadwal Kunjungan Siang di Observatorium Bosscha

Hari Jam Kapasitas Keterangan


Sesi 1 : 09.00-10.30 200 orang
Senin – Hanya menerima
Sesi 2 : 11.00-12.30 200 orang
Kamis kunjungan dari
Sesi 3 : 13.00-14.30 200 orang
instansi/ sekolah/
Sesi 1 : 09.00-10.30 200 orang
Jumat organisasi
Sesi 2 : 13.00-14.30 200 orang
Hanya untuk
Tidak ada sesi
kunjungan
Sabtu khusus, buka jam
perorangan/
09.00 - 13.00
kelompok kecil
(Sumber : bosscha.itb.ac.id/kunjungan diakses 13 Agustus 2016)

53
Tabel 3.4 Jadwal Kunjungan Malam di Observatorium Bosscha

Hari Jam Kapasitas Keterangan


Kunjungan
Kamis – perorangan/ instansi
17.00 - 20.00 200 orang
Jumat diharuskan mendaftar
terlebih dahulu
(Sumber : bosscha.itb.ac.id/kunjungan diakses 13 Agustus 2016)

Tabel 3.5 Jumlah Pengunjung Observatorium Bosscha

Tahun Jumlah Per Tahun


2007 56.831 -
2008 63.480 6.649 / 10%
2009 60.172 -3.308 / -5,5%
2010 59.591 -581 / -1%
(Sumber : Annual Report Observatorium Bosscha Periode 2007-2010)

Berdasarkan laporan tahunan, mayoritas kunjungan berasal

dari kalangan akademisi dengan capaian sekitar 80%. Sedangkan,

sisanya 20% adalah pengunjung dari kalangan masyarakat umum.

Jumlah tersebut belum termasuk kunjungan pada event tertentu

yang dapat mencapai 5.000 orang per hari. Seperti saat Open House

Observatorium Bosscha Maret 2007 yang berlangsung selama tiga

hari, di mana pengunjung mencapai jumlah 14.666 orang.

Observatorium Astronomi di Kabupaten Batang adalah fasilitas

pendidikan dan penelitian hingga jumlah pengunjung dari kalangan

umum perlu dibatasi. Pembatasan dilakukan agar aktivitas

pendidikan dan penelitian tidak terganggu dengan ada kunjungan

dari kalangan umum. Berikut kapasitas jumlah pengunjung di

Observaorium Astronomi di Kabupaten Batang.

54
Tabel 3.6 Jumlah Pengunjung Observatorium Astronomi
Kapasitas
Pelaku Waktu Kunjungan
(orang)
700
Sabtu - Minggu
Pengunjung perorangan (diasumsikan
09.00 - 16.00
100 orang/jam)
Selasa - Jumat
Pengunjung instansi 09.00 - 11.00 300
13.00 - 15.00 300
Pengunjung khusus
- Seminar/ workshop Senin - Sabtu
09.00 - 16.00 500
- Kunjungan Malam Kamis - Sabtu
18.00 - 21.00 300
(Sumber : Analisa Pribadi)

4. Jam Operasional

Observatorium Astronomi merupakan fasilitas pendidikan dan

penelitian yang bersifat publik. Selain itu, observatorium juga

ditunjang dengan fasilitas pengelolaan dan hunian agar kegiatan

yang ditampung dapat berjalan lancar. Berikut adalah jam

operasional pada kompleks observatorium.

Tabel 3.7 Jam Operasional Observatorium Astronomi


Fasilitas Jam Operasional Keterangan
Penelitian

Sesuai dengan
Ruang Observasi
24 jam kebutuhan
Ilmiah
penelitian
Laboratorium
Ruang Kerja
Senin - Jumat
Ruang Diskusi
08.00 – 17.00
Perpustakaan Ilmiah
Bengkel Kerja

55
Pengelolaan
Senin – Jumat
Kantor
08.00 – 17.00
Kunjungan
Selasa – Minggu
R. Pameran
09.00 – 16.00
Selasa – Minggu
R. Audio Visual
09.00 – 15.00
R. Observasi Umum
- Kunjungan Siang Selasa – Minggu
09.00 – 16.00
- Kunjungan Malam Kamis – Sabtu Tiap dua minggu
09.00 – 16.00 sekali, (Apr - Okt)
Sesuai dengan
Senin – Minggu
R. Serbaguna kebutuhan kegiatan
09.00 – 17.00
yang telah diizinkan
Penunjang
Wisma 24 jam
(Sumber : Analisa Pribadi)

b. Kebutuhan Ruang

Tabel 3.8 Kebutuhan Ruang

AKTIVITAS FASILITAS PRASARANA


Penelitian
- Teleskop
- Melakukan pengamatan R. Observasi permanen
- Mengambil data Ilmiah - Lemari
- Tangga
- Mengontrol kinerja / - Panel Kontrol
R. Kontrol
keperluan ruang observasi - Meja kursi
Laboratorium :
- Melakukan analisa, - Meja kursi
- Optik
pengukuran - Lemari
- Komputer
R. Penyimpanan
- Menyimpan keperluan - Lemari
- Alat Ukur
penelitian - Meja kursi
- Teleskop

56
Portable

Perpustakaan
- Mengakses data / informasi - Meja kursi
Ilmiah :
/ dokumentasi penelitian - Lemari buku
- R. Baca
- Melakukan studi khusus - Loker
- R. Koleksi
non-astronomi - Komputer
- R. Informasi
- Meja kursi
- Mengatur dan
R. Kerja Pribadi - Lemari
mengkoordinasi kegiatan /
- Komputer
proses penelitian
- Meja kursi
- Membuat laporan penelitian R. Rapat /
- Komputer
- Melakukan kegiatan diskusi Diskusi Kecil
- Proyektor
Bengkel - Meja kerja
- Melakukan perawatan,
- Perawatan, - Kursi
perbaikan, atau pembuatan
Perbaikan, & - Mesin bubut
instrumen penelitian
Pembuatan - Mesin las
Pengelolaan
R. Kepala
Observatorium
R. Kepala
Bagian & Staf :
- Mengatur dan - Administrasi
- Meja kursi
mengkoordinasi kegiatan / - Pendidikan &
- Lemari
keperluan observatorium Penelitian
- Komputer
- Membuat laporan - Dokumentasi
& Publikasi
- Operasional
- Teknik &
Maintenance
- Melakukan rapat / - Meja kursi
pertemuan antar sub divisi R. Rapat - Komputer
- Mengkoordinasi kegiatan - Proyektor
- Menyimpan berkas
R. Arsip - Lemari
administrasi dll
- Meja
- Menunggu keperluan R. Tunggu
- Kursi / sofa
- Melakukan pengawasan - Meja kursi
R. CCTV
keamanan - Panel kontrol

57
- Komputer
- Meja kursi
- Rak Server
- Melakuan administrasi, - Komputer
R. Server
monitoring data server - UPS
- PAC
- Panel kontrol
Kunjungan
- Memberi / mencari R. Informasi
- Meja kursi
informasi kunjungan dll Pengunjung
- Membeli / menjual tiket R. Tiket - Meja kursi
- Panel
- Melihat dan mempelajari
R. Pameran Display
materi yang dipameran
- Vitrin
- Mengikuti pengarahan dan
- Meja kursi
penjelasan yang diberikan
R. Audio Visual - Komputer
- Memberi pengarahan dan
- Proyektor
penjelasan
- Teleskop
R. Observasi
- Melakukan pengamatan permanen
Publik
- Kursi
- Mengontrol kinerja / - Panel Kontrol
R. Kontrol
keperluan ruang observasi - Meja kursi
- Menyimpan peralatan / R. Teleskop - Meja kursi
teleskop Portable - Lemari
- Mengkoordinasi / briefing
kegiatan kunjungan - Meja kursi
R. Serbaguna
- Melakukan kegiatan - Proyektor
pelatihan / diskusi
Perpustakaan
- Meja kursi
Populer :
- Mengakses data / informasi - Lemari buku
- R. Baca
/ dokumentasi - Loker
- R. Koleksi
- Komputer
- R. Informasi
Penunjang
- Beristirahat di sela kegiatan - Meja
R. Istirahat
/ jam kerja - Kursi / sofa

58
- Makan minum R. Makan - Meja kursi
- Beribadah/sholat Mushola
- Menerima pengunjung
Lobi & Plaza
- Melakukan observasi publik
Wisma : - Tempat Tidur
- Menginap, istirahat, tidur
- R. Tidur - Meja
- Makan, minum
- R. Santai - Kursi / sofa
- Mandi, BAK/BAB
- R. Makan - Lemari
- Mengisi waktu luang
- Dapur - Kitchen set
dengan berolahraga atau
- Kamar Mandi - Kloset
hobi lainnya
- Taman - Wastafel
Servis
Toilet - Kloset
- BAK/BAB
Lavatory - Wastafel
- Shower
- Mandi R. Bilas - Kloset
- Wastafel
- Membuat dan menyiapkan Pantry
- Kitchen set
makanan / minuman Dapur
- Menyimpan peralatan /
Gudang - Rak
perabot yang tidak terpakai
- Menyimpan peralatan
Janitor - Rak
kebersihan
R. Staf
Kebersihan

- Beristirahat di sela kegiatan R. Staf


/ jam kerja Keamanan - Meja kursi
- Melakukan persiapan R. Staf - Lemari
sebelum dan sesudah Maintenance - Loker
bekerja Bangunan
R. Staf
Maintenance
Teleskop
- Meja kursi
- Menjaga keamanan Pos Keamanan
- Lemari
- Mesin Tiket
- Memarkir kendaraan Area Parkir
- Lampu jalan

59
- Mengontrol, memperbaiki, - Genset
R. Genset
merawat mesin genset - Panel genset
- Panel Listrik
- Mengontrol, memperbaiki
R. Panel - Peralatan
terkait jaringan listrik
ME
- Pompa
- Mengontrol, memperbaiki, R. Tandon Air &
- Panel pompa
merawat mesin pompa R. Pompa
- Tandon
Pembuangan
- Menampung sampah - Bak sampah
Sampah
- Memilah sampah
Sementara
(Sumber : Analisa Pribadi)

c. Hubungan Ruang Makro

Fasilitas Servis
ENTRANCE
Area Parkir, Pos Keamanan,
R. Genset, R. MEE, R.
Tandon Air, R. Pompa
Fasilitas Kunjungan
Publik
Fasilitas
R. Pameran, R. Audio PLAZA Maintenance
Visual, R. Observasi
Publik, R. Serbaguna, Bengkel Reparasi,
Perpustakaan Bengkel Pembuatan,

Fasilitas Pengelola Fasilitas Penelitian

R. Ka Observatorium, R. Observasi Ilmiah,


R. Ka Bagian, R. Staf, Laboratorium, R. Kerja,
R. Rapat R. Diskusi, Perpustakaan

Fasilitas Penunjang (Wisma)

R. Tidur, R. Santai, R. Makan,


Toilet/KM, Dapur, Taman

Bagan 3.6 Hubungan Ruang


(Sumber : Analisa Pribadi)

60
d. Studi Ruang Khusus

1. Ruang Observasi

Ruang observasi adalah fasilitas utama dalam kompleks

observatorium ini, di mana teleskop akan diletakkan secara

permanen di dalamnya. Ruang observasi ini biasanya hanya

menampung satu teleskop di tiap ruangnya dan dilengkapi dengan

ruangan pendukung, seperti ruang kontrol dan ruang mesin.

 Persyaratan Ruang

A = Ruang gerak teleskop, B = Ruang gerak pengamat/peneliti,


C = Kebutuhan ruang untuk peralatan
Gbr 3.1 Standar Minimum Besaran Ruang Observasi
(Sumber : David Arditti, Setting Up a Small Observatory From Concept to
Construction)

Kebutuhan besaran ruang untuk ruang observasi sangat

bergantung pada dimensi dan ruang gerak dari teleskop yang

digunakan. Menurut David Arditti dalam Setting Up a Small

Observatory From Concept to Construction (2008), ruang

observasi untuk teleskop berukuran medium, diameter sekitar

25 cm, dengan denah berbentuk lingkar paling sedikit

membutuhkan diameter 3,3 meter dan yang disarankan adalah

61
4 meter. Sedangkan, untuk ruang berbentuk persegi cukup

dengan ukuran 2,4 meter.

Selain itu, peralatan teleskop memiliki sifat yang sangat

sensitif terhadap perubahan suhu yang ada. Perubahan suhu

yang disarankan tidak lebih dari 8oC dan kelembaban yang

disarankan antara 45-60%. Hal ini juga mempengaruhi material

yang akan digunakan pada bangunan maupun lingkungan

sekitarnya. Di mana material seperti beton, bata, dan batu alam

perlu dihindari untuk mengurangi efek radiasi pada malam hari

yang dapat mengganggu kegiatan observasi.

 Kebutuhan Teleskop

Observatorium astronomi ini nantinya akan memiliki

beberapa teleskop yang akan digunakan untuk kegiatan

penelitian dan kunjungan publik. Berikut rincian jumlah teleskop

dengan dudukan permanen yang akan dimiliki observatorium

astronomi.

Tabel 3.9 Jumlah Teleskop di Observatorium Astronomi


Jenis Teleskop Penelitian Publik
Teleskop Reflektor
1 -
Ø = 1,5 m
Teleskop Reflektor
2 -
Ø = 1,0 m
Teleskop Ø = 0,6 m 4 1
Teleskop Ø = 0,3 m 4 2
Jumlah 11 3
(Sumber : Analisa Pribadi)

62
 Speksifikasi Teleskop

Tabel 3.10 Spesifikasi Teleskop

Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m


Spesifikasi
- Aperture : 1.500 mm
- Berat : 6.500 kg
- Dimensi : 3.107 mm x 5.103 mm

Gbr 3.2 Dimensi Teleskop Ø = 1,5 m


(Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016)

Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m

Gbr 3.3 Teleskop PW1000 1-Meter Observatory System


(Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016)

Spesifikasi
- Optikal Desain : Corrected Dall-Kirkham/
Ritchey-Chrétien
- Aperture : 1.000 mm (39,37 inch)
- Panjang Fokus : 6.000 mm
- Berat : 1.179 kg

63
- Dimensi : 3.429mm x 1.829mm x 1.143mm

Gbr 3.4 Dimensi Teleskop PW1000 1-Meter Observatory System


(Sumber : planewave.com diakses 21 Agustus 2016)

Gbr 3.5 Teleskop PW1000 1-Meter Observatory System


(Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016)

Teleskop Reflektor Ø = 0,6 m

Gbr 3.6 Teleskop PlaneWave Ritchey-Chrétien 24" Optical Tube


(Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016)

Spesifikasi
- Optikal Desain : Ritchey-Chrétien
- Aperture : 610 mm
- Panjang Fokus : 3962 mm

64
- Berat : 108,9 kg
- Dimensi : 1.422 mm x 787 mm x 889 mm

Gbr 3.7 Dimensi Teleskop PlaneWave Ritchey-Chrétien 24"


(Sumber : planewave.com diakses 21 Agustus 2016)

Teleskop Reflektor Ø = 0,3 m

Gbr 3.8 Dimensi Teleskop PlaneWave CDK 12,5"


(Sumber : planewave.com diakses 21 Agustus 2016)

Spesifikasi
- Optikal Desain : Corrected Dall-Kirkham
- Aperture : 320 mm
- Panjang Fokus : 3962 mm
- Berat : 20,9 kg
- Dimensi : 438 mm x 890 mm

65
Gbr 3.9 Teleskop PlaneWave CDK 12,5"
(Sumber : planewave.com diakses 31 Agustus 2016)

(Sumber : planewave.com, observatorysolutions.com)

 Speksifikasi Kubah

Tabel 3.11 Spesifikasi Kubah / Dome

Ash Domes

Gbr 3.10 Tipe Shutter A (kiri) dan Tipe Shutter B (kanan)


(Sumber : ashdomes.com diakses 21 Agustus 2016)

Spesifikasi
- Manufaktur : Ash Manufacturing, Inc.
- Material
 Rangka : Galvanized Steel
 Penutup Atap : Galvalum (antikarat, Al-Zn)
- Ukuran standar
 Model "R"
Lebar Bukaan
Diameter (m) Berat (kg)
Shutter (m)
2,44 0,73 499 - 590

66
3,2 0,86 / 1,14 567 - 703
3,81 0,86 / 1,14 680 - 794
4,42 1,06 / 1,37 816 - 1.111
5,03 1,06 / 1,37 1.202 - 1.452
 Model "M"
Lebar Bukaan
Diameter (m) Berat (kg)
Shutter (m)
5,64 1,57 / 2,08 2.041 - 2.268
6,24 1,8 / 2,28 2.177 - 2.495
6,85 1,8 / 2,28 2.223 - 2.631
7,46 1,8 / 2,28 2.722 - 3.175
8,07 1,8 / 2,28 2.948 - 3.379
8,68 1,8 / 2,28 3.629 - 4.400
9,29 2,28 / 2,74 4.309 - 4.763

Observa Dome

Gbr 3.11 Tipikal Kubah Teleskop


(Sumber : observadome.com diakses 31 Agustus 2016)

Ukuran standar Observa Dome.


3,0 m / 3,5 m / 4,0 m / 5,0 m / 5,5 m / 6,0 m / 7,0 m

(Sumber : ashdomes.com, observadome.com)

 Studi Ruang

Ruang observasi digunakan untuk menampung kegiatan

pengamatan dengan menggunakan teleskop optik. Pada ruang

ini teleskop umumnya diletakan tepat di tengah ruang sebagai

poros ruangan.

67
Gbr 3.12 Studi Ruang Gerak Teleskop dengan Dudukan Tipe Fork
(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Gbr 3.13 Studi Ruang Gerak Teleskop dengan Dudukan


Tipe German Equatorial
(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Keterangan gambar :
A = diameter / area teleskop – garis merah,
B = diameter / area ruang gerak teleskop – garis biru,
C = Tinggi teleskop,
R = area sirkulasi dan perabot / jari-jari minimum kubah – garis hijau

Pada gambar terlihat perbedaan pada sistem dudukan

teleskop yang terdiri dari Tipe Fork (Gbr 3.12) dan Tipe German

Equatorial (Gbr 3.13). Tipe Fork umumnya digunakan untuk

teleskop dengan diameter besar (1 meter ke atas), sedangkan

tipe German Equatorial untuk diameter yang lebih kecil.

68
Selain itu, ruang observasi juga dilengkapi dengan lemari

atau rak untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan

tambahan teleskop. Teleskop dengan diameter yang besar

umumnya juga dilengkapi tangga yang digunakan untuk

memudahkan kegiatan pengamatan.

Gbr 3.14 Studi Kebutuhan Ruang Perabot Pelengkap


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Ruang observasi publik juga harus mampu menampung

pengunjung yang berjumlah sekitar 60 pengunjung dengan 5

orang petugas.

Gbr 3.15 Studi Ruang Gerak Pengunjung dan Petugas


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

69
 Besaran Ruang

Tabel 3.12 Besaran Ruang Observasi


Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m

Gbr 3.16 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

A = 3,1 m | B = 5,6 m | C = 5,1 m | R = 2,8 m


Perabot
Lemari = 2 x (0,6 x 1,6) = 1,92 m2
Tangga = (1 x 1,6) = 1,6 m2

Kebutuhan Ruang Gerak


= 3,14 x R2
= 3,14 x (2,8)2 = 24,63 m2

Kebutuhan Ruang
= 24,63 + 1,92 + 1,6 + flow 200%
= 28,15 + flow 200% = 84,45 m2

Ukuran Kubah Minimum


r = √83,13 : 3,14
r = √26,88
r = 5,18 m ~ 5,5 m

Jumlah Unit Teleskop = 1 buah


Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 1,5 m
= 3,14 x r2
= 3,14 x (5,5)2
= 95,0 m2

70
Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m

Gbr 3.17 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

A = 1,84 m | B = 3,5 m | C = 3,37 m | R = 1,75 m


Perabot
Lemari = 2 x (0,6 x 1,6) = 1,92 m2
Tangga = (1 x 0,8) = 0,8 m2

Kebutuhan Ruang Gerak


= 3,14 x R2
= 3,14 x (1,75)2
= 9,62 m2

Kebutuhan Ruang
= 9,62 + 1,92 + 0,8 + flow 200%
= 12,34 + flow 200%
= 37,02 m2

Ukuran Kubah Minimum


r = √37,02 : 3,14
r = √11,78
r = 3,42 m ~ 3,5 m

Jumlah Unit Teleskop = 2 buah


Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 1,0 m
= 2 x (3,14 x r2)
= 2 x (3,14 x (3,5)2)
= 2 x 38,48
= 76,97 m2

71
Teleskop Reflektor Ø = 0,6 m

Gbr 3.18 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 0,6 m


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

A = 3,2 m | B = 3,6 m | C = 3,24 m | R = 1,8 m


Perabot
Lemari = 0,6 x 1,6 = 0,96 m2

Kebutuhan Ruang Gerak


= 3,14 x R2
= 3,14 x (1,8)2
= 10,18 m2

Kebutuhan Ruang
= 10,18 + 0,96 + 0,8 + flow 200%
= 11,94 + flow 200%
= 35,82 m2

Ukuran Kubah Minimum


r = √(35,82 : 3,14)
r = √11,4
r = 3,37 m ~ 3,5 m

Jumlah Unit Teleskop = 4 buah (penelitian), 1 buah (publik)


Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,6 m (penelitian)
= 4 x (3,14 x r2)
= 4 x (3,14 x (3,5)2)
= 4 x 38,48
= 153,92 m2

Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,6 m (publik)


= 35,82 + [(60 x 1,13) + (5 x 6,15) + flow 100%]
= 35,82 + [67,8 + 30,79 + flow 100%]

72
= 35,82 + 197,18
= 233,0 m2
Teleskop Reflektor Ø = 0,3 m

Gbr 3.19 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 0,3 m


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

A = 1,5 m | B = 2,2 m | C = 2,3 m | R = 1,1 m


Perabot
Lemari = 0,6 x 1,6 = 0,96 m2

Kebutuhan Ruang Gerak


= 3,14 x R2
= 3,14 x (1,1)2
= 3,8 m2

Kebutuhan Ruang
= 3,8 + 0,96 + flow 200%
= 4,76 + flow 200%
= 9,52 m2

Ukuran Kubah Minimum


r = √9,52 : 3,14
r = √3,03
r = 1,74 m ~ 3,0 m

Jumlah Unit Teleskop = 4 buah (penelitian), 2 buah (publik)


Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,3 m (penelitian)
= 4 x (3,14 x r2)
= 4 x (3,14 x (3,0)2)
= 4 x 28,27
= 113,1 m2

73
Luas 1 unit R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,6 m (publik)
= 9,52 + [(60 x 1,13) + (5 x 6,15) + flow 100%]
= 9,52 + [67,8 + 30,79 + flow 100%]
= 9,52 + 197,18
= 206,7 m2

Luas Total R. Observasi Publik


= 2 x 206,7
= 413,4 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

2. Ruang Kontrol

Ruang kontrol digunakan untuk mengatur, mengawasi, dan

mengoperasikan teleskop maupun kubah.

 Persyaratan Ruang

- Ruang kontrol diharuskan berada di dekat ruang

observasi untuk memudahkan koordinasi dan kinerja

kedua ruang tersebut.

- Ruang memiliki sirkulasi udara yang lancar dan suhu

udara stabil untuk memberi kenyamanan pengguna,

serta menjaga kinerja peralatan yang mayoritas berupa

peralatan elektronik.

 Kebutuhan dan Studi Ruang

Gbr 3.20 Studi Preseden R. Kontrol Observatorium Nasional Kitt Peak


(Sumber : weasner.com diakses 23 September 2016)

74
Gbr 3.21 Studi Preseden R. Kontrol Observatorium Astronomi Australia
(Sumber : amandabauer.blogspot.co.id diakses 23 September 2016)

Gambar di atas, Gbr 3.20 dan Gbr 3.21, merupakan

contoh preseden dari ruang kontrol yang ada di Observatorium

Nasional Kitt Peak dan Observatorium Astronomi Australia.

Berdasarkan studi preseden tersebut, perabot dan peralatan

yang dibutuhan dalam ruang kontrol di antaranya panel kontrol

mesin atau mekanisme kubah dan teleskop, meja kerja dengan

komputer, dan lemari atau rak data. Berikut studi besaran ruang

tiap perabot dan peralatannya.

Gbr 3.22 Studi Kebutuhan Ruang Panel Kontrol, Lemari Data/Dokumen,


Meja Kursi Kerja (dari kiri ke kanan)
(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Kebutuhan ruang per perabot:


- Panel Kontrol = 0,8 x 0,9 = 0,72 m2
- Lemari Data/Dokumen = 0,6 x 1,8 = 1,08 m2
- Meja Kerja = 0,8 x 1,6 = 1,28 m2
- Kursi Kerja = 0,65 x 0,7 = 0,46 m2

75
 Besaran Ruang

Tabel 3.13 Besaran Ruang Kontrol

Tipe 1
Tipe 1 untuk R. Observasi
- Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m (1 unit)
- Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m (2 unit)

Kebutuhan per unit


- 3 unit = Panel Kontrol
- 2 unit = Lemari Data/Dokumen
- 6 unit = Meja Kerja
- 10 unit = Kursi Kerja

Luas per unit


= (3 x 0,72) + (2 x 1,08) + (6 x 1,28) + (10 x 0,46) + flow 50%
= 2,16 + 2,16 + 7,68 + 4,6 + flow 50%
= 16,6 + flow 50%
= 24,9 m2

Total Kebutuhan R. Kontrol Tipe 1


= 3 x 24,9 m2
= 74,7 m2

Tipe 2
Tipe 2 untuk R. Observasi Penelitian
- Teleskop Ø = 0,6 m (4 unit)
- Teleskop Ø = 0,3 m (4 unit)

Kebutuhan per unit


- 2 unit = Panel Kontrol
- 1 unit = Lemari Data/Dokumen
- 4 unit = Meja Kerja
- 6 unit = Kursi Kerja

Luas per unit


= (2 x 0,72) + (1 x 1,08) + (4 x 1,28) + (6 x 0,46) + flow 50%
= 1,44 + 1,08 + 5,12 + 2,76 + flow 50%
= 10,4 + flow 50%
= 15,6 m2

76
Total Kebutuhan R. Kontrol Tipe 2
= 8 x 15,6 m2
= 62,4 m2
Tipe 3
Tipe 3 untuk R. Observasi Kunjungan
- Teleskop Ø = 0,6 m (1 unit)
- Teleskop Ø = 0,3 m (2 unit)

Kebutuhan per unit


- 1 unit = Panel Kontrol
- 1 unit = Lemari Data/Dokumen
- 4 unit = Meja Kerja
- 4 unit = Kursi Kerja

Luas per unit


= (1 x 0,72) + (1 x 1,08) + (3 x 1,28) + (3 x 0,46) + flow 50%
= 0,72 + 1,08 + 3,84 + 1,38 + flow 50%
= 7,02 + flow 50%
= 10,53 m2

Total Kebutuhan R. Kontrol Tipe 3


= 3 x 10,53 m2
= 31,6 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

3. Ruang Penyimpanan Teleskop Portable

 Persyaratan Ruang

- Ruang memiliki kelembaban dan suhu udara yang stabil

dengan perubahan suhu tidak lebih dari 8oC.

 Kebutuhan dan Speksifikasi Teleskop

Tabel 3.14 Jumlah Teleskop Portable


Jenis Teleskop Penelitian Publik
Teleskop Ø =150 mm 6 4
Teleskop Ø = 70 mm 2 4
Jumlah 8 8
(Sumber : Analisa Pribadi)

77
Tabel 3.15 Speksifikasi Teleskop Portable

Teleskop Refraktor Ø = 150 mm

Gbr 3.23 Teleskop Refraktor Advanced Vx 6"


(Sumber : celestron.com diakses 31 Agustus 2016)

Spesifikasi
 Optikal Desain : Refraktor
 Aperture : 150 mm
 Panjang Fokus : 1.200 mm
 Panjang Teleskop : 1.295 mm
 Tinggi Dudukan : 1.118 - 1.626 mm
 Diameter Tripod : 50,8 mm - stainless steel
 Panjang Tripod : 1.280 mm
 Berat Teleskop : 8.62 kg
 Berat Tripod : 8,16 kg
 Berat Penyeimbang : 2 x 2,47 kg

Teleskop Refraktor Ø = 70 mm
Spesifikasi
 Optikal Desain : Refraktor
 Aperture : 70 mm
 Panjang Fokus : 900 mm
 Panjang Teleskop : 914mm
 Diameter Tripod : 31,75 mm - stainless steel

78
Gbr 3.24 Teleskop Astromaster 70az
(Sumber : celestron.com diakses 31 Agustus 2016)

(Sumber : celestron.com)

 Studi Ruang

Kebutuhan ruang penyimpanan teleskop portable terdiri

dari lemari atau rak penyimpanan yang dimensinya disesuaikan

dengan dimensi teleskop dan tripod. Selain itu, meja dan kursi

kerja juga diperlukan untuk kegiatan perawatan teleskop.

Berikut studi besaran ruang tiap perabot dan peralatan.

Gbr 3.25 Dimensi Teleskop dan Tripod Refraktor Advanced Vx 6"


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Kebutuhan ruang penyimpanan tiap teleskop tipe

Refraktor Advanced Vx 6" berdasarkan studi di atas, yaitu 0,17

x 1,3 m dan untuk tripod membutuhkan ruang sebesar 0,13 x

79
1,0 m. Selain itu, teleskop tipe Refraktor Advanced Vx 6"

memiliki beberapa aksesoris pelengkap seperti dudukan

teleskop (mount) dan eyepiece.

Gbr 3.26 Dimensi Aksesoris Teleskop Refraktor Advanced Vx 6"


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Gbr 3.27 Dimensi Aksesoris Teleskop Refraktor Astromaster 70az


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Sedangkan untuk teleskop tipe Astromaster 70az

dibutuhkan ruang sebesar 0,15 x 0,95 m, 0,1 x 0,8 m untuk

tripod, dan 0,15 x 0,2 m untuk dudukan teleskop (mount).

Gbr 3.28 Studi Kebutuhan Meja Kursi dan Lemari/Rak Penyimpanan


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

80
 Besaran Ruang

Tabel 3.16 Besaran Ruang Penyimpanan Teleskop Portable

Tipe 1 (Penelitian)
Jumlah Unit Teleskop
- Teleskop Ø = 150 mm = 6 unit
- Teleskop Ø = 070 mm = 2 unit

Kebutuhan per unit


- 3 unit = Lemari
- 4 unit = Meja Kerja
- 4 unit = Kursi Kerja

Luas per unit


= (3 x 1,2) + (4 x 1,8) + (4 x 0,46) + flow 50%
= 3,6 + 7,2 + 1,84 + flow 50%
= 12,64 + flow 50%
= 18,96 m2

Tipe 2 (Publik)
Jumlah Unit Teleskop
- Teleskop Ø = 150 mm = 4 unit
- Teleskop Ø = 070 mm = 4 unit

Kebutuhan per unit


- 3 unit = Lemari
- 2 unit = Meja Kerja
- 2 unit = Kursi Kerja

Luas per unit


= (3 x 1,2) + (2 x 1,8) + (2 x 0,46) + flow 50%
= 3,6 + 3,6 + 0,92 + flow 50%
= 8,12 + flow 50%
= 12,18 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

4. Ruang Laboratorium Optik

Ruang laboratorium optik digunakan untuk melakukan

percobaan maupun pengembangan teleskop optik.

81
 Persyaratan Ruang

- Sistem pencahayaan yang dapat diatur dan disesuaikan

dengan kebutuhan agar penelitian dan percobaan yang

memerlukan kondisi noise cahaya yang rendah dapat

dilakukan.

- Meminimalisir bukaan khususnya jendela untuk

mengurangi radiasi yang dapat mengganggu proses

ataupun hasil penelitian dan percobaan.

- Ruang harus memiliki pengaturan terhadap kebersihan,

temperatur, kelembaban, dan pencahayaan untuk

mendukung kegiatan, instrumen, dan komponen optik

dalam kondisi yang optimal.

- Akses masuk ke dalam ruang harus melalui ruang

transisi atau persiapan (pre-clean) yang terdiri dari loker,

jas laboratorium untuk semua pengguna.

 Kebutuhan dan Studi Ruang

Gbr 3.29 Studi Preseden Laboratorium Optik


(Sumber : astrosystems.nl diakses 23 September 2016)

Laboratorium optik dilengkapi dengan berbagai macam

fasilitas seperti meja optik, rel lensa, filter lensa, lampu,

82
proyektor analog, laser He-Ne, kabel serat optik, dan komputer

sebagai fasilitas komputasi untuk penelitian.

Gbr 3.30 Studi Preseden Laboratorium Optik di IfA Pukalani


(Sumber : ifa.hawaii.edu diakses 23 September 2016)

Gbr 3.31 Meja Optik Nexus Table Kit With Active Legs
(Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016)

Gbr 3.32 Dimensi Meja Optik Nexus Table Kit With Active Legs
(Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016)

Gbr 3.33 Dimensi Meja Optik Nexus Table Kit With Active Legs
(Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016)

83
Gbr 3.34 Free Standing Overhead Shelf PTA280
(Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016)

Gbr 3.35 Dimensi Free Standing Overhead Shelf PTA280


(Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016)

Gbr 3.36 Dimensi Free Standing Overhead Shelf PTA280


(Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016)

 Besaran Ruang

Tabel 3.17 Besaran Ruang Laboratorium Optik

Laboratorium Optik
Kebutuhan Perabot
- 3 unit = Meja optik = 2 m2
- 3 unit = Overhead Shelf = 1,95 m2

84
- 2 unit = Lemari/ Rak = 1,2 m2
- 4 unit = Kursi kerja = 0,46 m2

Kebutuhan Luas Ruang


= (3 x 2) + (3 x 1,95) + (2 x 1,2) + (4 x 0,46) + flow 50%
= 6 + 5,85 + 2,4 + 1,84 + flow 50%
= 16,09 + flow 50%
= 24,2 m2

Ruang Penyimpanan Peralatan


Kebutuhan Perabot
- 4 unit = Lemari/ Rak = 1,2 m2
- 2 unit = Meja kerja = 1,8 m2
- 4 unit = Kursi kerja = 0,46 m2

Kebutuhan Luas Ruang


= (4 x 1,2) + (2 x 1,8) + (4 x 0,46) + flow 50%
= 4,8 + 3,6 + 1,84 + flow 50%
= 10,24 + flow 50%
= 15,4 m2

Ruang Persiapan
Kebutuhan Perabot
- 4 unit = Lemari/ Loker = 1,2 m2
- 2 unit = Lemari Jas Lab = 1,2 m2
- 2 unit = Lavatori = 5 m2

Kebutuhan Luas Ruang


= (4 x 1,2) + (2 x 1,2) + (2 x 5) + flow 50%
= 4,8 + 2,4 + 10 + flow 50%
= 17,2 + flow 50%
= 25,8 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

5. Ruang Laboratorium Komputer

Ruang laboratorium komputer digunakan para astronom atau

peneliti untuk melakukan perhitungan dan analisa data hasil

pengamatan.

85
 Persyaratan Ruang

- Ruang memiliki sirkulasi udara yang lancar dan suhu

udara stabil untuk memberi kenyamanan pengguna,

serta menjaga kinerja peralatan yang mayoritas berupa

peralatan elektronik.

 Kebutuhan dan Studi Ruang

Gbr 3.37 Studi Preseden Ruang Laboratorium Komputer


(Sumber : brown.edu, daytonabeach.erau.edu diakses 25 September 2016)

Gbr 3.38 Studi Preseden Ruang Komputer


(Sumber : eso.org diakses 25 September 2016)

Gbr 3.39 Studi Kebutuhan Ruang Lemari Data/Dokumen, Meja Kursi


Kerja (dari kiri ke kanan)
(Sumber : dok. pribadi, 2016)

86
 Besaran Ruang

Tabel 3.18 Besaran Ruang Laboratorium Komputer

Laboratorium Komputer
Kebutuhan Perabot
- 04 unit = Lemari/ Rak = 1,08 m2
- 20 unit = Meja kerja = 1,28 m2
- 25 unit = Kursi kerja = 0,46 m2

Kebutuhan Luas Ruang


= (4 x 1,08) + (20 x 1,28) + (25 x 0,46) + flow 50%
= 4,32 + 25,6 + 11,5 + flow 50%
= 41,42 + flow 50%
= 62,2 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

6. Bengkel Teknik

Bengkel teknik digunakan untuk melakukan perawatan,

perbaikan, pembuatan, maupun pengembangan instrumen

pengamatan/ penelitian.

 Persyaratan Ruang

- Ruang memiliki sirkulasi udara yang lancar dan suhu

udara stabil untuk memberi kenyamanan pengguna.

- Sirkulasi ruang yang jelas dan cukup untuk menampung

pengguna, aktivitas, dan peralatan bengkel kerja.

 Kebutuhan dan Studi Ruang

Berdasarkan studi banding pada bengkel teknik di

Observatorium Bosscha, bengkel dilengkapi dengan mesin

bubut dan mesin mekanik pendukung lain dan sarana

pengelasan dengan dimensi ruang 4,0 x 15 m.

87
Gbr 3.40 Studi Ruang Bengkel Metalworking
(Sumber: Ernst & Peter Neufert, Architects Data)

 Besaran Ruang

Tabel 3.19 Besaran Ruang Bengkel Teknik

Bengkel Teknik
Kebutuhan
- Area Pengelasan = 7,5 x 10,0 m
- Area Pemotongan = 7,5 x 10,0 m
- Area Perakitan = 7,5 x 10,0 m
- Area Produk = 5,0 x 10,0 m
- Area Penyimpanan Material = 5,0 x 10,0 m

Luas
= (3 x 75) + (2 x 50)
= 225 + 100
= 325,0 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

88
e. Studi Besaran Ruang

Berikut adalah perhitungan besaran ruang pada perencanaan

dan perancangan “Observatorium Astronomi di Kabupaten Batang”,

dengan mengacu pada Studi Ruang Khusus (SRK), Data Arsitek –

Enrst and Peter Neufert (DA), dan Human Dimension and Interior

Space – Julius Panero & Martin Zelnik (HDIS). Sedangkan, standar

sirkulasi yang akan diterapkan dalam besaran ruang berdasarkan

buku Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition, sebagai

berikut.

 5% - 10% = sirkulasi minimum

 20 % = kebutuhan akan leluasan sirkulasi

 30 % = kenyamanan fisik

 40 % = kenyamanan psikologis

 50% = sirkulasi sesuai dengan spesifik kegiatan

 70% - 100% = sirkulasi dengan banyak kegiatan

1. Fasilitas Penelitian

Tabel 3.20 Besaran Ruang Fasilitas Penelitian

Perabot - Luas +
Ruang Luas (m2) Sumber
Jumlah unit Sirkulasi

R. Observasi Ilmiah
- Teleskop Ø =1,5 m 1 unit 95,0 m2
- Teleskop Ø =1,0 m 2 unit 76,9 m2 SRK
- Teleskop Ø =0,6 m 4 unit 153,9 m2
- Teleskop Ø =0,3 m 4 unit 113,1 m2

89
Ruang Kontrol
Observasi
SRK
- Tipe 1 3 unit 74,7 m2
- Tipe 2 8 unit 62,4 m2

R. Penyimpanan
18,9 m2 SRK
Teleskop Portable

Laboratorium Optik
- Laboratorium 24,2 m2
SRK
- R. Penyimpanan 15,4 m2
- R. Persiapan 25,8 m2
Laboratorium
62,2 m2 SRK
Komputer
Meja/kursi
baca(30)
Perpustakaan Ilmiah 1,8 x 2,0 108
- R. Baca Rak buku(20)
(30 orang) 0,5 x 1,2 12
135,93 m2
- R. Koleksi Meja
+ flow 50%
(20 rak) informasi(1) HDIS
- R. Informasi 1,8 x 2,0 3,6
= 203,9 m2
(2 orang) Meja/kursi
- R. Petugas kerja(5)
(5 orang) 1,5 x 1,5 11,25
Loker(1)
0,6 x 1,8 1,08
Meja/kursi
kerja(20) 216,6 m2
R. Kerja Astronom
3,1 x 3,3 204,6 + flow 40% HDIS
(20 orang)
Rak buku(20)
0,5 x 1,2 12 = 303,2 m2
Meja/kursi
91,8 m2
R. Kerja Asisten kerja(20)
+ flow 30%
Astronom 1,9 x 2,1 79,8 HDIS
(20 orang) Rak buku(20)
= 119,3 m2
0,5 x 1,2 12
Meja/kursi 27,54 m2
R. Kerja Laboran
kerja(6) + flow 30% HDIS
(6 orang)
1,9 x 2,1 23,94

90
Rak buku(6) = 35,8 m2
0,5 x 1,2 3,6
Meja(1) 8,4 m2
R. Rapat / Diskusi 1,5 x 3,0 4,5 + flow 50%
HDIS
(10 orang) Kursi(10)
0,6 x 0,65 3,9 = 12,6 m2
Bengkel
- Reparasi SRK
2
- Pembuatan 325,0 m
Luas Fasilitas Penelitian 1.722,3 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

2. Fasilitas Pengelolaan

Tabel 3.21 Besaran Ruang Kantor Pengelola


Luas +
Ruang Perabot(Jml) Luas (m2) Sumber
Sirkulasi
Meja/kursi
kerja(1)
16,5 m2
R. Kepala 3,1 x 3,3 10,23
+ flow 50%
Observatorium Rak buku(1) HDIS
(1 orang) 0,5 x 1,2 0,6
= 24,8 m2
Sofa(1)
1,9 x 3,0 5,7
Meja/kursi
kerja(5)
82,65 m2
3,1 x 3,3 51,15
R. Kepala Bagian + flow 40%
Rak buku(5) HDIS
(5 orang)
0,5 x 1,2 3
= 115,7 m2
Sofa(5)
1,9 x 3,0 28,5
R. Staf Administrasi
Meja/kursi
- Sekretariat
kerja(10) 42,9 m2
- Personalia
1,9 x 2,1 39,9 + flow 30%
- Keuangan HDIS
Rak
- Humas
buku(10) = 55,8 m2
- Rumah Tangga
0,5 x 1,2 3
(10 orang)
R. Staf Pendidikan & Meja/kursi 18,36 m2
HDIS
Penelitian kerja(4) + flow 30%

91
(4 orang) 1,9 x 2,1 15,96
Rak buku(4) = 23,9 m2
0,5 x 1,2 2,4
Meja/kursi
27,54 m2
R. Staf Dokumentasi kerja(6)
+ flow 30%
& Publikasi 1,9 x 2,1 23,94 HDIS
(6 orang) Rak buku(6)
= 35,8 m2
0,5 x 1,2 3,6
Meja/kursi
27,54 m2
kerja(6)
R. Staf Operasional + flow 30%
1,9 x 2,1 23,94 HDIS
(6 orang)
Rak buku(6)
= 35,8 m2
0,5 x 1,2 3,6
Meja/kursi
18,36 m2
R. Staf Teknik & kerja(4)
+ flow 30%
Maintenance 1,9 x 2,1 15,96 HDIS
(4 orang) Rak buku(4)
= 23,9 m2
0,5 x 1,2 2,4
Meja(1) 10,35 m2
R. Rapat 1,5 x 3,0 4,5 + flow 50%
HDIS
(15 orang) Kursi(15)
0,6 x 0,65 5,85 = 15,5 m2
Meja(2)
0,6 x 1,2 1,44 5,64 m2
Kursi(2) + flow 30%
R. Arsip HDIS
0,5 x 0,6 0,6
Rak(6) = 7,3 m2
0,5 x 1,2 3,6
Sofa(1)
9,3 m2
1,9 x 3,0 5,7
+ flow 50%
R. Tunggu Meja HDIS
informasi(1)
= 14,0 m2
1,8 x 2,0 3,6
Meja
Panel(2) 4,4
10,52 m2
1,0 x 2,2
+ flow 50%
R. CCTV Meja(4) 2,88 HDIS
0,6 x 1,2
= 15,8 m2
Kursi(6) 1,8
0,5 x 0,6

92
Rak(2) 1,44
0,6 x 1,2
Meja(4)
0,6 x 1,2 2,88
Kursi(4)
0,5 x 0,6 1,2
Rak(2)
0,6 x 1,2 1,44 21,72 m2
Rak + flow
R. Server Data(15) 100%
0,6 x 1,0 9,0
UPS(4) = 43,4 m2
0,6 x 0,8 1,92
PAC(4)
0,8 x 1,5 4,8
Panel(1)
0,6 x 0,8 0,48
Luas Fasilitas Pengelolaan 411,7 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

3. Fasilitas Kunjungan

Tabel 3.22 Besaran Ruang Fasilitas Kunjungan


Luas +
Ruang Perabot(Jml) Luas (m2) Sumber
Sirkulasi
R. Informasi Meja 3,6 m2
Pengunjung informasi(1) + flow 50% HDIS
(2 orang) 1,8 x 2,0 3,6 = 5,4 m2
3,6 m2
R. Tiket Loket tiket(1) + flow
HDIS
(2 orang) 1,8 x 2,0 3,6 100%
= 7,2 m2
R. Observasi Ilmiah
- Teleskop Ø =0,6 m 1 unit 233,0 m2 SRK
- Teleskop Ø =0,3 m 2 unit 413,4 m2
Ruang Kontrol
Observasi SRK
2
- Tipe 3 3 unit 31,6 m
R. Penyimpanan
12,18 m2 SRK
Teleskop Portable

93
Vitrin(10)
0,6 x 1,8 10,8
29,97 m2
Pedestal(10/5)
+ flow
R. Pameran 0,6 x 0,6 3,6
100%
0,9 x 0,9 4,05
= 60,0 m2
Panel(2)
1,2 x 2,4 11,52
(60) 40,95 m2
R. Audio Visual Kursi
+ flow 40% HDIS
(60 orang) 0,65 x 1,05 40,95
= 57,3 m2
Meja
Panel(2)
1,0 x 2,2 4,4
6,62 m2
Meja(1)
R. Kontrol Audio + flow 50%
0,6 x 1,2 0,72
Visual
Kursi(3)
= 10,0 m2
0,5 x 0,6 0,9
Rak(1)
0,5 x 1,2 0,6
Meja/kursi
baca(50)
Perpustakaan
1,8 x 2,0 180
Populer
Rak buku(30)
- R. Baca
0,5 x 1,2 18
(50 orang) 215,01 m2
Meja
- R. Koleksi + flow 50%
informasi(1) HDIS
(30 rak)
1,8 x 2,0 3,6
- R. Informasi = 322,5 m2
Meja/kursi
(2 orang)
kerja(5)
- R. Petugas
1,5 x 1,5 11,25
(5 orang)
Loker(2)
0,6 x 1,8 2,16
Kursi(500) 449,25 m2
R. Serbaguna 0,65 x 1,05 341,25 + flow 50%
HDIS
(500 orang) Panggung(1)
6,0 x 18,0 108 = 673,9 m2
Luas Fasilitas Kunjungan 1.162,7 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

94
4. Fasilitas Penunjang

Tabel 3.23 Besaran Ruang Fasilitas Penunjang


Luas +
Ruang Perabot(Jml) Luas (m2) Sumber
Sirkulasi
Kursi(50) 515 m2
Lobi Utama 0,5 x 0,6 15 + flow 50%
(300 orang) Area berdiri
2,0 m2/org 500 = 772,5 m2
40 m2
Lobi Kantor Area berdiri
+ flow 50%
(20 orang) 2,0 m2/org 40
= 60,0 m2
Sofa(4)
1,9 x 3,0 22,8 50,24 m2
R. Istirahat Meja(4) + flow 40%
HDIS
(40 orang) 1,4 x 2,5 14
Kursi(24) = 70,3 m2
0,7 x 0,8 23,44
Meja(25)
1,4 x 2,5 87,5 251,5 m2
R. Makan Karyawan Kursi(150) + flow 40%
HDIS
(150 orang) 0,7 x 0,8 84,0
Meja Saji(4) = 352,1 m2
1,0 x 2,0 8,0
Ibadah(20) 30,4 m2
Mushola 0,7 x 1,4 19,6 + flow 30%
(20 orang) Wudhu(10)
0,9 x 1,2 10,8 = 39,5 m2
Tempat
Tidur(15)
1,0 x 2,2 33,0
Lemari
Pakaian(15) 165,0 m2
Wisma 1,8 x 1,8 48,6 + flow 40%
HDIS
(15 orang) Kabinet(15)
0,6 x 0,6 5,4 = 231,0 m2
Meja/ Kursi
Makan(2)
2,6 x 4,5 23,4
Sofa(2)

95
1,9 x 3,0 11,4
Lemari(2)
0,5 x 1,2 1,2
Shower(10)
0,9 x 1,4 12,6
Kloset(10)
1,0 x 1,5 15,0
Lavatory(10)
1,2 x 1,2 14,4
Luas Fasilitas Penunjang 1.525,4 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

5. Fasilitas Servis

Tabel 3.24 Besaran Ruang Fasilitas Servis


Luas +
Ruang Perabot(Jml) Luas (m2) Sumber
Sirkulasi
Kloset(30) 75 m2
1,0 x 1,5 45,0 + flow 30%
Toilet HDIS
Urinoir(20)
1,0 x 1,5 30,0 = 95,5 m2
28,8 m2
Lavatory(20) + flow 30%
Lavatory HDIS
1,2 x 1,2 28,8
= 37,4 m2
Kloset(1)
1,0 x 1,5 1,5 21,0 m2
R. Bilas Lavatory(1) + flow 30%
(5 unit) 1,2 x 1,2 1,44
Shower(1) = 27,3 m2
0,9 x 1,4 1,26
15 m2
Pantry(4) + flow 30%
Pantry DA
1,25 x 3,0 15
= 19,5 m2
Kitchen
Dapur Set(1)
5,0 x 10,0 50,0 = 50 m2
Gudang 12 m2/unit 60,0 = 60 m2
Janitor 2 m2/unit 12,0 = 12 m2

96
Meja(1)
1,2 x 2,4 2,88 5,72 m2
Kursi(4) + flow 30%
Pos Keamanan HDIS
0,7 x 0,8 2,24
Lemari(1) = 7,4 m2
0,5 x 1,2 0,6
Sofa(2)
1,9 x 3,0 11,4
Meja(1) 19,34 m2
R. Staf Kebersihan 1,4 x 2,5 3,5 + flow 40%
HDIS
(15 orang) Kursi(6)
0,7 x 0,8 3,36 = 27,1 m2
Loker(1)
0,6 x 1,8 1,08
Sofa(2)
1,9 x 3,0 11,4
Meja(1) 19,34 m2
R. Staf Keamanan 1,4 x 2,5 3,5 + flow 40%
HDIS
(15 orang) Kursi(6)
0,7 x 0,8 3,36 = 27,1 m2
Loker(1)
0,6 x 1,8 1,08
Sofa(1)
1,9 x 3,0 5,7
Meja(1) 13,64 m2
R. Staf Maintenance
1,4 x 2,5 3,5 + flow 40%
Bangunan HDIS
Kursi(6)
(10 orang)
0,7 x 0,8 3,36 = 19,1 m2
Loker(1)
0,6 x 1,8 1,08
Sofa(1)
1,9 x 3,0 5,7
Meja(1) 13,64 m2
R. Staf Maintenance
1,4 x 2,5 3,5 + flow 40%
Teleskop HDIS
Kursi(6)
(10 orang)
0,7 x 0,8 3,36 = 19,1 m2
Loker(1)
0,6 x 1,8 1,08
R. Genset 50 m2/unit = 50 m2

97
Gardu PLN 20 m2/unit = 20 m2

R.Panel 5 m2/unit = 30 m2

R. Pompa 20 m2/unit = 20 m2
Pembuangan
15 m2/unit = 15 m2
Sampah Sementara
Luas Fasilitas Servis 536,5 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

f. Studi Kebutuhan Luas Bangunan dan Lahan

Tabel 3.25 Kebutuhan Luas Bangunan

Fasilitas Luas
Penelitian 1.722,3 m2
Pengelolaan 411,7 m2
Kunjungan 1.162,7 m2
Penunjang 1.525,4 m2
Servis 536,5 m2
Sirkulasi 50 % 2.679,2 m2
Luas Keseluruhan 8.037,9 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

Tabel 3.26 Studi Kebutuhan Area Parkir


Persen-
Kendaraan Jumlah Luas
tase
Pengunjung Perorangan = 700 orang
Pengelola = 128 orang
Peneliti = 038 orang
Total = 866 orang
= 866 x 30%
= 266 orang
Motor Diasumsikan,
30% 266,0 m2
1,0 x 2,0 1 motor = 2 orang
t = 266 : 2
t = 133 motor
Mobil = 876 x 30%
30% 1.335,0 m2
3,0 x 5,0 = 266 orang

98
Diasumsikan,
1 mobil = 3 orang
t = 263 : 3
t = 88,67 ~ 89 mobil
Pengunjung Instansi = 300 orang
Diasumsikan,
Bis 1 bus = 50 orang
276,0 m2
4,0 x 11,5 t = 300 : 50
t = 6 bus
Sirkulasi 100%
Luas 3.754,0 m2
(Sumber : Analisa Pribadi)

Pada perhitungan kebutuhan luas area parkir untuk kompleks

observatorium adalah 3.754,0 m2. Namun, kompleks observatorium

nantinya hanya akan menyediakan area parkir seluas 1.912,0 m2.

Jumlah tersebut didapat dari kebutuhan minimum untuk pengelola

dan peneliti yang berjumlah 88 (50%) motor dan 52 (30%) mobil.

Pembatasan dilakukan untuk mengantisipasi polusi udara yang

dapat berdampak pada kegiatan observasi. Sedanngkan, kebutuhan

area parkir sisanya diasumsikan berada di luar kompleks yang

berjarak sekitar 500 meter.

Selain kebutuhan area parkir, kebutuhan area outdoor yang

perlu diperhitungkan adalah area plaza. Plaza outdoor ini disediakan

untuk menampung pengunjung pada event tertentu, seperti open

house maupun observasi gerhana atau fenomena lainnya yang

memungkinkan lonjakan jumlah pengunjung. Berikut perhitungan

luas yang dibutuhkan.

99
L. Plaza = area teleskop + area pengunjung + flow 50%
= {(3,2 m2/unit x 16 unit)+(1,2 m2/org x 1.000 org)}+flow 50%
= {51,2 m2 + 1.200 m2} + flow 50%
= 1.876,8 m2

Luas Keseluruhan = L. Bangunan + L. Area Parkir + L. Plaza


= 8.037,9 m2 + 1.912,0 m2 + 1.876,8 m2
= 11.826,7 m2

Berdasarkan peraturan daerah terkait tata ruang, ketentuan

untuk koefisien dasar bangunan (KDB) adalah 60% dan koefisien

lantai bangunan (KLB) adalah 0,8. Karena observatorium astronomi

ini juga memerlukan area terbuka hijau sebagai area penyangga,

maka koefisien yang akan digunakan 0,5 untuk KLB dan 30% untuk

KDB. Berikut perhitungan luas kebutuhan lahan dan luas lantai

dasar.

Luas Lahan = Luas Keseluruhan : KLB


= 11.826,7 m2 : 0,5
= 23.653,4 m2

Luas Maksimal Lt. Dasar = Luas Lahan x KDB


= 23.653,4 m2 x 30%
= 7.096,0 m2

3.2 Analisa Pendekatan Sistem Bangunan

3.2.1 Studi Sistem Struktur dan Enclosure

a. Sistem Struktur

1. Struktur Bawah

 Pondasi Footplate

100
Pondasi umumnya digunakan untuk bangunan bertingkat

atau bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari

beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom. Pondasi

footplate ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu kali.

Pengaplikasiannya dapat langsung menggunakan sloof beton

dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan

dinding.

Kelebihan

 Pondasi ini lebih murah dari sisi biaya

 Galian tanah lebih sedikit

 Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi

footplate lebih handal daripada pondasi batu belah.

Gbr 3.41 Pondasi Footplate


(Sumber : belajarsipil.blogspot.co.id diakses 4 September 2016)

Kekurangan

 Persiapan dan waktu pengerjaan lebih lama karena

harus mempersiapkan bekisting dan menunggu beton

kering.

 Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.

101
 Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor

di tempat dengan menggunakan komponen beton dan batu

belah sebagai pengisinya. Kedalaman pondasi ini dapat

mencapai 8 meter dengan berdiameter 60 - 80 cm.

Gbr 3.42 Pondasi Sumuran


(Sumber : belajarsipil.blogspot.co.id diakses 4 September 2016)

Kelebihan

 Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu

banyak dan tidak dimungkinkan penggunaan tiang

pancang.

 Dapat digunakan pada tanah dengan daya dukung yang

rendah.

Kekurangan

 Pemakaian bahan boros.

 Bagian dalam hasil pasangan pondasi tidak dapat

dikontrol

 Tidak tahan terhadap gaya horizontal

102
 Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah konstruksi pondasi yang

mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan

menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu

kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang

pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan

pondasi. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan dapat

menggunakan sistem diesel hammer atau hidraulik hammer.

Pekerjaan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah

mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang

pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2 cm.

Gbr 3.43 Pondasi Tiang Pancang


(Sumber : belajarsipil.blogspot.co.id diakses 4 September 2016)

Kelebihan

 Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.

 Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran.

 Karena dibuat dengan sistem pabrikasi, maka mutu

beton terjamin.

103
 Daya dukung tidak hanya pada ujung tiang, tetapi juga

pada lekatan di sekeliling tiang.

 Pada penggunaan tiang kelompok (satu beban tiang

ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya

sangat kuat.

Kekurangan

 Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.

 Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit,

harganya jauh lebih mahal.

 Proses pemancangan menimbulkan getaran dan

kebisingan.

2. Struktur Tengah

Struktur tengah yang mungkin digunakan adalah struktur

rangka portal (frame structure). Struktur rangka sendiri adalah

struktur yang terdiri atas elemen elemen linear, umumnya balok dan

kolom yang saling dihubungkan pada ujungnya oleh titik hubung.

Material yang digunakan dapat terbuat dari baja atau beton

bertulang.

Rangka Baja

Struktur rangka baja terdiri dari balok induk, balok anak dan

kolom baja struktural yang digunakan untuk membangun rangka.

Baja struktural biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam

104
pabrik sesuai spesifikasi desain, hasilnya berupa konstruksi rangka

struktural yang relatif cepat dan akurat.

Baja struktural dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan

api yang tidak terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan

kekuatan secara drastis karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk

memenuhi kualifikasi sebagai tahan api. Pada kondisi terekspos,

ketahanan terhadap korosi juga dibutuhkan.

Gbr 3.44 Struktur Rangka dengan Material Baja


(Sumber : alibaba.com diakses 4 September 2016)

Kelebihan

 Kuat tarik tinggi

 Tidak dimakan rayap, bisa di daur ulang

 Hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut

 Dibanding beton lebih lentur dan lebih ringan.

Kekurangan

 Bisa berkarat, tidak tahan api

 Lemah terhadap gaya tekan

 Tidak fleksibel seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk

berbagai profil

105
Rangka Beton Bertulang

Gbr 3.45 Struktur Rangka dengan Material Baja


(Sumber : kontraktor-gudang-pabrik.com diakses 4 September 2016)

Penggunaan beton bertulang dalam konstruksi gedung sudah

umum dilakukan. Beberapa keuntungan menggunakan beton

bertulang antara lain kekuatannya menahan beban yang sangat

tinggi, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, keawetannya dan

ketahanan terhadap api yang lebih baik dari struktur baja. Salah satu

kekurangannya adalah bervariasinya kuat tekan beton yang sangat

dipengaruhi oleh jenis, kualitas, dan komposisi material

pembentuknya (aggregat, semen dan air), serta cara pengerjaannya.

Proses pembentukan struktur beton bertulang dapat dilakukan di

tempat (on site) atau dapat juga menggunakan beton precast.

Ditinjau dari sistem penulangannya, dikenal beton bertulang biasa

dan beton prategang (prestressed).

Kelebihan

 Mampu menahan gaya tekan serta bersifat tahan terhadap

korosi dan pembusukan.

 Beton mudah dicetak dan cetakannya dapat dipakai lebih dari

sekali tergantung dari kualitas cetakan yang dibuat.

106
Kekurangan

 Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik sehingga

mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan tulangan baja

sebagai penahan gaya tarik.

 Beton mempunyai sifat mengembang dan menyusut jika

terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi untuk

mencegah terjadinya retakan retakan.

 Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti

agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi

bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

3. Struktur Atas

 Struktur Baja Konvensional

Gbr 3.46 Struktur Baja Konvensional


(Sumber : candraabadisteel.com diakses 4 September 2016)

Baja konvensional banyak dipergunakan pada bangunan

dengan bentang atap yang lebar. Baja konvensional ini

menggunakan baja profil yang cukup tebal. Ada beberapa jenis

profil yang tersedia, misal profil C, I, H, siku, atau bentuk lain

seperti pipa dan persegi. Kelebihan konstruksi ini adalah waktu

pengerjaan sangat cepat dan kekuatan lebih terjamin.

107
Sedangkan, kelemahan baja konvensional adalah beban

konstruksi pada pondasi dan kolom menjadi berat.

 Struktur Rangka Batang (Space Truss)

Sistem struktur yang menggunakan rangka batang tiga

dimensi, di mana batang yang digunakan terbuat dari material

yang kuat dan ringan. Space truss biasanya digunakan dalam

struktur yang memiliki bentang panjang tanpa penyangga.

Gbr 3.47 Struktur Rangka Batang (Space Truss)


(Sumber : worldfortravel.com diakses 4 September 2016)

b. Sistem Enclosure

1. Penutup Lantai

 Lantai Keramik

Gbr 3.48 Lantai Keramik


(Sumber : membangun-rumah8870.blogspot.co.id diakses 4 Sept 2016)

Terbuat dari tanah liat yang dibakar dan dilapisi dengan

glazur. Lantai jenis ini paling sering digunakan pada rumah

108
tinggal. Kelebihannya adanya banyak desain lantai keramik dan

pilihan warna.

 Lantai Kayu

Gbr 3.49 Lantai Kayu


(Sumber : architecchi.com diakses 4 September 2016)

Lantai kayu biasa digunakan pada desain bangunan

tradisional, namun saat ini banyak muncul produk pabrikasi dari

produk ini. Lantai kayu dari produk pabrikasi umumnya dapat

dibedakan menjadi parket kayu solid / hard wood, paket lapis /

engineered wood flooring, dan parket laminate. Kelebihannya

adalah ringan dan menimbulkan kesan hangat pada ruangan.

2. Penutup Dinding

 Dinding batu bata

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat yang dibakar.

Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan

setengah batu (non struktural) dan satu batu (struktural).

Dinding pengisi dari pasangan bata setengah batu harus

diperkuat dengan kolom praktis, sloof/rollag, dan ringbalk yang

berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/

menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak

109
mengenai pasangan dinding bata. Sifat pada batu bata antara

lain kuat, stabil dan tahan lama, tahan api, peredam suara yang

baik, mudah didapat.

Gbr 3.50 Dinding dari Batu Bata


(Sumber : ideaonline.co.id diakses 4 September 2016)

 Dinding Bata Ringan / Hebel

Gbr 3.51 Dinding dari Bata Ringan / Hebel


(Sumber : architectaria.com diakses 4 September 2016)

Material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat,

tahan air dan api, awet yang dibuat di pabrik menggunakan

mesin. Dinding hebel dibuat dari pasir kwarsa, semen, kapur,

sedikit gipsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan

pengembang. Kelebihan dinding hebel adalah memiliki ukuran

dan kualitas yang seragam, tidak memerlukan siar yang tebal,

lebih ringan dari pada bata biasa, pelaksanaannya lebih cepat,

110
kedap air, kuat tekan yang tinggi, dan mempunyai ketahanan

yang baik terhadap gempa bumi.

3. Penutup Atap

 Atap Genteng Tanah Liat

Gbr 3.52 Atap Genteng Tanah Liat


(Sumber : architectaria.com diakses 4 September 2016)

Bahan untuk atap telah banyak digunakan pada rumah.

Genteng ini terbuat dari bahan tanah liat dan bakar serta

dipress. Genteng yang terbuat dari tanah liat ini membutuhkan

rangka dalam pemasangannya. Genteng dapat dipasang

dengan kemiringan tertentu.

 Atap Metal

Atap metal dapat terbuat dari campuran bahan

alumunium, silikon, dan seng yang dibentuk menjadi lembaran

bergelombang. Keunggulannya, atap ini tahan sekali terhadap

kebocoran meskipun dipasang dengan sudut 15 o sekalipun.

Karena terbuat dari logam, maka atap ini bisa berkarat dalam

kurun waktu tertentu apabila terkena air hujan terus-menerus.

Belum lagi lingkungan perkotaan yang panas, bahan metal

111
sebagai konduktor yang baik akan menghantarkan panas

matahari masuk ke dalam rumah.

Gbr 3.53 Atap Metal Galvalum


(Sumber : berridge.com diakses 4 September 2016)

3.2.2 Studi Sistem Utilitas

a. Sistem Distribusi Listrik

Pasokan Daya
Listrik dari PLN Fasilitas

Transformator Genset Panel Lampu


Darurat Panel Induk

Meteran PLN

Panel
Kebakaran

Bagan 3.7 Distribusi Pasokan Listrik


(Sumber : Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi)

Instalasi jaringan listrik berasal dari PLN maupun pembangkit

cadangan listrik, yang disiapkan mana kala pasokan daya listrik dari

PLN terganggu. Jika aliran listrik PLN terhenti, pasokan daya listrik

diambil dari pembangkit listrik cadangan atau genset, yang

112
digerakkan dengan mesin diesel. Daya listrik akan disalurkan pada

panel distribusi yang umumnya dibagi dalam beberapa kelompok,

yaitu daya listrik untuk stop kontak, penerangan, perlengkapan atau

peralatan bangunan.

b. Sistem Pencahayaan

Tiap ruang yang ada pada observatorium memiliki standar

pencahayaan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Menurut

SNI 03-6197-200, berikut standar pencahayaan untuk ruang yang

ada pada observatorium.

Tabel 3.27 Standar Pencahayaan Ruang


Tingkat Tingkat
Ruang Pencahayaan Ruang Pencahayaan
(Lux) (Lux)
Perkantoran : Perpustakaan 300
Ruang Kerja 350 Wisma :
Ruang Rapat 300 Ruang Tidur 150
Ruang Arsip 150 Ruang Santai 200
Lobi/Hall 100 Ruang Makan 200
Laboratorium 500 Dapur 200
(Sumber : ciptakarya.pu.go.id diakses 21 Agustus 2016)

Pencahayaan dalam gedung dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami dalam

gedung dilakukan dengan memanfaatkan terang langit. Namun,

intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang juga perlu diperhatian

agar cahaya yang masuk sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu

redup atau silau.

113
Pencahayaan buatan digunakan untuk meengoptimalkan

aktivitas pengguna yang membutuhkan intensitas dan sebaran

cahaya yang merata dan sesuai dengan kebutuhan. Pada projek

observatorium astronomi ini, pencahayaan buatan perlu

mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dilakukan agar pemakaian

pencahayaan buatan dapat lebih efektif dan efisien hingga tidak

menimbulkan polusi cahaya yang dapat menghambat kegiatan

observasi. Salah satu caranya dengan mengarahkan pencahayaan

ke arah bawah, khususnya untuk area luar (outdoor).

Gbr 3.54 Pencahayaan Buatan Terarah


(Sumber : slideshare.com diakses 5 September 2016)

c. Sistem Penghawaan

Penghawaan adalah aliran udara di dalam ruang yang berupa

proses pertukaran udara kotor dan udara bersih. Ada dua jenis

sistem penghawaan, yaitu penghawaan alami dan penghawaan

buatan. Penghawaan alami terjadi karena adanya perbedaan

tekanan di luar suatu bangunan yang disebabkan karena adanya

perbedaan temperatur.

Bila penghawaan alami tidak dapat diterapkan secara maksimal

maka penggunakan penghawaan buatan menjadi salah satu

alternatif yang ada. Penghawaan buatan dapat dibagi menjadi

114
mekanik dan non mekanik. Sistem mekanik umumnya menggunakan

kipas angin, exhaust fan, ataupun inhaust fan. Sedangkan, sistem

non mekanik biasanya menggunakan AC (Air Conditioner atau

pengkondisian udara).

Gbr 3.55 Macam-Macam Penghawaan Buatan


(Sumber : ceruleancanvas.blogspot.com diakses 5 September 2016)

d. Sistem Air Bersih dan Air Kotor

Sumber air bersih didapat dari dua sumber antara lain dari

PDAM dan air sumur, di mana air akan ditampung dalam ground

water tank. Air dari ground water tank nantinya akan didistribusikan

ke area yang membutuhkan air bersih dengan menggunakan sistem

up feed ataupun down feed.

Ground Unit
Sumber Air Pompa Air
water tank Distribusi

Bagan 3.8 Distribusi Air Bersih dengan Sistem Up Feed


(Sumber : Analisa Pribadi)

Ground
Sumber Air Pompa Air Roof Tank
water tank

Unit
Distribusi

Bagan 3.9 Distribusi Air Bersih dengan Sistem Down Feed


(Sumber : Analisa Pribadi)

115
Sistem pembuangan air limbah merupakan sistem instalasi

untuk mengalirkan air limbah yang berasal dari peralatan saniter

maupun hasil buangan dapur. Pada umumnya, air limbah dapat

dibedakan menjadi grey water dan black water. Grey water adalah

air buang yang berasal dari aktivitas mencuci maupun mandi. Air

limbah jenis ini dapat diolah untuk digunakan lagi. Sedangkan, black

water adalah air buang yang berasal dari kloset / wc.

Air Bersih

Kamar Septic Tank


Mandi
Kloset
Water
Dapur
Treament
Taman Resapan /
Laundry saluran
umum

Bagan 3.10 Distribusi Air Limbah


(Sumber : Analisa Pribadi)

3.2.3 Studi Pemanfaatan Teknologi

a. Solar Panel

Panel surya atau sering disebut fotovoltaik adalah perangkat

yang mampu mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi

listrik. Panel surya disebut sebagai pemeran utama untuk

memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang

sampai ke bumi, walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan

listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya

melalui sistem solar thermal.

116
Solar Baterai
Panel Surya Charger Penyimpanan
Controller Daya

Inverter

Peralatan Peralatan
Elektronik Elektronik
(DC) (AC)

Bagan 3.11 Rangkaian Sistem Solar Panel


(Sumber : Analisa Pribadi)

b. Rainwater Harvesting

Atap Talang Air

Bak Kontrol Filter

Resapan /
Bak Saluran
Penampungan Kota

Kloset,
Pompa Air
Taman, dll

Bagan 3.12 Rangkaian Sistem Rainwater Harvesting


(Sumber : Analisa Pribadi)

Rainwater harvesting merupakan teknologi yang digunakan

untuk mengumpulkan, mengalirkan, menyimpan air hujan untuk

digunakan kembali. Sistem ini memanfaatkan sumber daya air pada

tapak yang mampu mengurangi limpasan air ke saluran kota.

Keuntungan rainwater harvesting adalah menambah persediaan air,

meningkatkan kelembaban dan air tanah, serta mengurangi

kelebihan kapasitas saluran air kota. Sistem ini sangat bergantung

117
pada pasokan air hujan hingga sistem ini tidak dapat diandalkan

pada musim kemarau.

c. Grey Water Treatment

Kamar Mandi

Filter -
Dapur Bak Kontrol Treament

Laundry
Bak Resapan /
Penampungan Saluran Kota

Kloset,
Taman, dll

Bagan 3.13 Rangkaian Sistem Grey Water Treatment


(Sumber : Analisa Pribadi)

Pengelolaan air sama halnya dengan pemeliharaan air yang

harus dilakukan secara teratur. Pemeliharaan air atau yang biasa

disebut water treatment dilakukan untuk menjaga agar siklus aliran

air tetap berjalan dengan baik. Pada air limbah domestik yang

dibedakan menjadi grey water dan black water.

Pada prinsipnya pengolahan limbah bertujuan agar air dapat

digunakan kembali misalnya untuk menyirami tanaman. Maka dari

itu, meskipun air limbah telah terolah, nutriennya masih tetap ada

yaitu nitrogen dan fosfor.

118
3.3 Analisa Konteks Lingkungan

3.3.1 Analisa Pemilihan Lokasi

a. Deskripsi Alternatif Lokasi

1. Kecamatan Blado

Gbr 3.56 Kecamatan Blado, Batang


(Sumber : batangkab.go.id diakses 17 Juni 2016)

Kecamatan Blado merupakan salah satu kecamatan yang ada

di Kabupaten Batang yang totalnya ada 15 kecamatan. Kecamatan

Blado sendiri memiliki wilayah seluas 9.894,8 Ha yang mayoritas

berfungsi sebagai hutan rakyat, 2.709,58 Ha. Secara administratif

Kecamatan Blado berbatasan dengan Kecamatan Pecalungan di

sebelah utara, Kecamatan Reban di sebelah timur, Kecamatan

119
Bandar di sebelah barat, dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah

selatan.

Secara geografi, Kecamatan Blado berada di ketinggian antara

250-2.000 mdpl dengan kemiringan antara 8% sampai lebih dari

40%, dan mayoritas berada di ketinggian 1.000-2.000 mdpl.

Keadaan tanah di Kecamatan Blado terdiri dari tanah jenis andosol

dan latosol, di mana 4.004 Ha dalam kondisi kritis dan potensial

kritis.

2. Kecamatan Bawang

Gbr 3.57 Kecamatan Bawang, Batang


(Sumber : batangkab.go.id diakses 7 Agustus 2016)

120
Kecamatan Bawang merupakan salah satu kecamatan yang

ada di Kabupaten Batang yang terdiri dari 20 desa atau kelurahan.

Kecamatan Bawang sendiri memiliki wilayah seluas 7.765,88 Ha.

Secara administratif Kecamatan Bawang berbatasan dengan

kecamatan Tersono di sebelah utara, Kabupaten Kendal dam

Wonosobo di sebelah timur, kecamatan Reban di sebelah barat, dan

Kabupaten Banjarnegara di sebelah selatan.

b. Kriteria Pemilihan Lokasi

Lokasi untuk mendirikan sebuah observatorium memang tidak

boleh ditentukan secara sembarangan. Ada beberapa kriteria yang

harus dipenuhi sebuah lokasi untuk observatorium. Menurut Ken

Hudson dan Tom Simstad dalam “The Share Astronomy Guide To

Observatory Site Selection” ada beberapa kriteria yang harus

dipenuhi untuk sebuah observatorium bagi astronom amatir. Namun,

kriteria tersebut bisa dijadikan dasar atau syarat minimal dalam

menentukan lokasi sebuah observatorium, diantaranya.

1. Persentase Malam Cerah (Percentage of clear night)

Pengamatan sangat dipengaruhi dengan kondisi dan kualitas

langit malam. Sebuah fasilitas observatorium harus berada di lokasi

dengan jumlah hari cerah sekitar 180 hari dalam setahun dan curah

hujan di bawah 3.000 mm/tahun. Namun, persyaratan tersebut

mengacu pada standar untuk observatorium nasional hingga untuk

projek ini masih bisa di bawahnya selama masih mendekati standar

121
tersebut. Di mana jika melihat kasus di Observatorium Bosscha,

Lembang jumlah hari cerah ada di antara 110-146 hari.

2. Tingkat Kegelapan Langit (Darkness of the sky)

Tingkat kegelapan langit suatu daerah dapat ditentukan dengan

menggunakan The Bortle Dark-Sky Scale dari John E. Bortle. Bortle

mengelompokkan suatu daerah dalam skala satu sampai sembilan,

yaitu skala 1 - langit gelap total, skala 2 - langit gelap, skala 3 - langit

pedesaan, skala 4 - rural/suburban transisi, skala 5 - langit suburban,

skala 6 - langit terang suburban, skala 7 - suburban/urban transisi,

skala 8 - langit kota, dan skala 9 - langit tengah kota.

Gbr 3.58 Ilustrasi Skala Bortle


(Sumber : futurism.com/dark-sky-scale diakses 12 September 2016)

3. Faktor Astronomikal (Astronomical seeing)

Aspek ini terkait dengan turbulasi atmosfir yang menyebabkan

objek astronomi menjadi buram. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola

arah angin yang disebabkan perbedaan temperatur lapisan atmosfir,

musim, maupun cuaca harian. Ketinggian lokasi dari permukaan laut

juga mempengaruhi seeing suatu lokasi. Ketinggian minimal suatu

fasilitas observatorium adalah 900 mdpl dan idealnya 2.000 mdpl.

122
4. Transparansi Langit (Sky transparency)

Transparansi langit menunjukkan seberapa bersih langit di

suatu daerah. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan aerosol di udara.

Aerosol sendiri adalah partikel kecil yang berupa partikel padat atau

cair yang ada dalam udara. Contohnya asap, debu, polusi industry,

dan kabut asap.

5. Kondisi Cuaca (Weather conditions)

Kondisi cuaca yang disarankan berada di lokasi dengan selisih

temperatur maksimum dan minimum dalam satu hari tidak lebih dari

8oC dan kecepatan angin pada kisaran 50 knot (= 25,7 m/s).

6. Faktor Resiko (Future risk factor)

Terkait dengan kemungkinan yang akan terjadi ke depannya,

seperti perubahan cuaca, pola tata ruang, kemungkinan polusi

cahaya dan udara, dan lain-lain.

c. Pemilihan Lokasi

Tabel 3.28 Analisa Pemilihan Lokasi


Bobot
Kriteria Kec. Blado Kec. Bawang
Nilai
Clear Night
- Jml hari cerah 30 - + 160 hari 1 30- + 152 hari 1 30
- Curah hujan 30 - + 4975 mm/thn 1 30- + 5136 mm/thn 1 30
Darkness of the
sky 30 skala 3 2 60 skala 3 2 60
Astronomical
seeing
- Ketinggian 20 + 1000 - 2000 2 30- + 1000 - 2400 3 60
Sky Transparancy 20 Sedang 2 40 Kabut 1 20

123
Weather
- Suhu 10 - ^32o ; v23o 3 30- ^21o ; v9o 1 10
- Kelembaban 10 - 80% 1 10- 80% 1 10
Future Risk Factor
- Permukiman 5 - Rendah 3 15- Sedang 2 10
- Tata ruang 5 - Tani, rumah 3 15- Tani, wisata 2 10
- Polusi cahaya 5 - Minim 2 10- sedang 1 5
- Polusi udara 5 - Minim 2 10- Minim 2 10

Total Nilai 280 255

(Sumber : Analisa Pribadi)

3.3.2 Analisa Pemilihan Tapak

a. Deskripsi Alternatif Tapak

1. Dukuh Wonopriyo, Desa Gerlang

Gbr 3.59 Desa Gerlang, Batang


(Sumber : batangkab.go.id diakses 21 Agustus 2016)

Desa Gerlang berada di wilayah Kecamatan Blado, Kabupaten

Batang yang terletak di sisi barat daya. Desa Gerlang merupakan

bagian dari wilayah pegunungan kawasan wisata Dieng. Desa ini

berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Banjarnegara dan

124
terdiri dari 7 dukuh yaitu Sidongkal, Kayuabang, Watulembu,

Gerlang, Kradenan, Wonopriyo dan Gunungalang.

Gbr 3.60 Lokasi Tapak Alternatif 1


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Desa Gerlang merupakan desa penghasil kentang terbesar di

kabupaten Batan sehingga pembangunan di desa ini cukup

berkembang. Namun, potensi tersebut tidak didukung dengan akses

jalan yang memadai. Padahal jalan tersebut juga merupakan jalur

alternatif penghubung tiga kabupaten yaitu Batang, Banjarnegara

dan Wonosobo.

Gbr 3.61 Kondisi Jalan menuju tapak


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Sebenarnya jalan sudah diaspal sejak lama, namun karena

yang dilewati adalah pegunungan yang sering hujan dan selalu

125
basah tanahnya maka jalan beraspal itupun tidak tahan lama.

Akhirnya pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Batang berinisiatif

untuk membangun jalan beton yang tahan air dan bisa bertahan

lama.

Gbr 3.62 Kondisi Tapak


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Gbr 3.63 Kondisi Tapak


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Tapak berada di kawasan perkebunan dan hutan lindung. Di

mana flora di kawasan tersebut didominasi dengan pohon pinus,

damar, sengon, suren dan tanaman produksi seperti kentang,

bawang, kubis, dan umbi-umbian. Sedangkan untuk kondisi cuaca

dan iklim di sekitar lokasi tapak relatif dingin dengan suhu udara

antara 20o – 35oC. Pada waktu tertentu di musim hujan khususnya,

lokasi tapak dapat dikelilingi oleh kabut yang cukup tebal dan angin

yang cukup kencang.

126
2. Desa Keteleng, Kecamatan Blado

Gbr 3.64 Desa Keteleng, Kecamatan Blado


(Sumber : batangkab.go.id diakses 21 Agustus 2016)

Daerah ini dikenal dengan perkebunan tehnya, miliki PT.

Pagilaran, yang berada di kaki Gunung Kemulan, Batang. Daerah ini

memiliki bentang alam dengan ketinggian antara 800 – 1.700 mdpl

dan kemiringan 20-40o. Selain itu, daerah ini memiliki udara yang

sejuk dengan kebun teh seluas 1.113 ha. Mayoritas perkebunan teh

tersebut merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda yang

pengelolaan atas hak guna lahan tersebut dipegang Yayasan

Fakultas Pertanian UGM Jogjakarta.

Gbr 3.65 Lokasi Tapak Alternatif 2


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

127
Kondisi cuaca dan iklim di lokasi tapak cukup sejuk dengan

suhu rata-rata 21o – 25o C pada siang hari dan dapat mencapai 15o –

18o celsius pada malam hari. Jenis vegetasi di sekitar tapak

didominasi oleh tanaman teh dan beberapa pohon gamal, pinus,

maupun cemara.

Gbr 3.66 Kondisi Jalan menuju tapak


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Gbr 3.67 Kondisi Sekitar Tapak


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

Gbr 3.68 Kondisi Sekitar Tapak


(Sumber : dok. pribadi, 2016)

128
b. Kriteria Pemilihan Tapak

1. Kondisi Tapak

Kondisi tapak harus dapat memenuhi kebutuhan dari projek

observatorium ini. Salah satu persyaratan yang harus sipenuhi

adalah ketinggian di atas 900 mdpl, cuaca yang cerah, maupun

topografi tapak yang tidak terlalu curam atau terjal. Tapak juga perlu

berada di lokasi yang jauh dari permukiman hingga masih

memungkinkan untuk menyediakan area buffer di sekitar tapak.

2. Aksesbilitas dan Infrastruktur

Lokasi baiknya memiliki infrastruktur seperti akses jalan, utilitas

seperti air, listrik, telepon, ataupun internet. Dengan adanya

infrastruktur tersebut di lokasi tentunya akan memudahkan kegiatan

pengamatan.

3. Kemungkinan Ancaman

Ancaman terberat yang perlu diperhatikan dan diantisipasi

adalah polusi cahaya. Polusi cahaya umumnya muncul bersama

dengan pertumbuhan permukiman dan kegiatan masyarakat di

sekitar lokasi.

c. Pemilihan Tapak

Tabel 3.29 Analisa Pemilihan Tapak


Bobot
Kriteria Desa Gerlang Desa Keteleng
Nilai
Darkness of the
sky 30 skala 2 3 90 skala 3 2 60

129
Tapak
- Ketinggian 20 + 2200 mdpl 3 60- + 1000 mdpl 2 40
- Cuaca 20 Kabut 1 20- Sedang 2 40
- Topografi 20 Terjal 1 10- Sedang 2 40
- Area buffer 30 Ada 3 90- Sedang 2 60
Akses/
Infrastruktur
- Jalan 30 Minim 1 30 Ada 3 90
- Drainase 20 Tidak ada 1 20 Minim 2 40
- Utilitas 20 Tidak ada 1 20 Ada 3 60
Ancaman
- Permukiman 5 - Rendah 3 15- Sedang 2 10
- Tata ruang 5 - Hutan Lindung 3 15- Tani, wisata 2 10
- Polusi cahaya 5 - Tidak ada 3 15- sedang 2 10
- Polusi udara 5 - Minim 2 10- Minim 2 10
Total Nilai 395 470
(Sumber : Analisa Pribadi)

Berdasarkan perhitungan di atas, lahan yang memungkinkan

untuk dijadikan tapak projek observatorium ini berada di Desa

Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Berdasarkan usulan

pada International Astronomical Union terkait dengan pembagian

lokasi onservasi astronomi berdasar jenis observasi dan pengukuran

astronomi, Desa Keteleng masuk dalam kelompok region 2 yang

berada di pinggir kota. Kondisi lokasi yang berada di pinggir kota

memungkinkan observatorium diperuntukkan bagi astronom amatir,

mahasiswa hingga astronom profesional. Di mana program

observasi yang dilakukan menyesuaikan dengan kondisi lokasi dan

fasilitas observatorium. Berikut detail usulan pengelompokan lokasi

observasi dan pengukuran astronomi.

130
Tabel 3.30 Usulan Pengelompokan Lokasi Menurut Jenis Observasi
dan Pengukuran Astronomi

Kelompok Lokasi Tipe Area Kegiatan/ Fungsi - Sasaran


- Tidak ada kegiatan astronomi
Region 0 Pusat kota
di dalamnya
Pinggir kota
- Pandangan ke arah langit
1a (permukiman,
terbatas
rekreasi)
Region 1
- Observasi bagi astronomi
Pinggir kota
1b amatir
(pendidikan)
- Teleskop kelas 30 cm
- Observasi bagi astronomi
Pinggir kota
amatir dan mahasiswa
2a (museum, (sarjana)
kampus)
- Teleskop kelas 50 cm
- Observasi bagi mahasiswa
Region 2 (pascasarjana) dan astronomi
profesional
2b Pinggir kota - Teleskop kelas 1 m
- Program observasi
disesuaikan dengan kondisi
lokasi
- Observasi bagi mahasiswa
(pascasarjana) dan astronomi
profesional
- Teleskop kelas 1 m
Region 3 Pedalaman - Program observasi terbatas
pada infrared spectroscopy,
infrared imaging, high
resolution optical
spectroscopy of bright stars
- Observasi dengan standar
profesional skala nasional
atau internasional
- Program observasi mencakup
Region 4 Pedalaman
intermediate resolution
spectroscopy, photometry
through single aperture,
narrow band imaging

131
- Observasi dengan standar
internasional
- Program observasi mencakup
Region 5 Pedalaman
low resolution spectroscopy,
continuum imaging, wide field
imaging
(Sumber : A CIE, Technical Report 1995)

132

Anda mungkin juga menyukai