(EAH65753)
OLEH:
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat bersejarah adalah merupakan aset kekayaan bangsa yang memiliki nilai sejarah
yang cukup tinggi dan merupakan sebuah cerminan dari kebudayaan dan peradaban suatu
bangsa.Di Indonesia, hampir tidak ada suatu daerah yang tidak memiliki tempat-tempat
bersejarah. Gorontalo merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki banyak tempat
bersejarah. Sebagai sebuah aset kekayaan daerah, tempat bersejarah yang terdapat di Propinsi
Gorontalo dapat dijadikan sebagai objek wisata yang dapat dinikmati oleh semua orang, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan garis besar substansi The Burra Charter?
2. Bagaimana urgensi dan garis besar substansi Undang-Undang No 11 Tahun 2010?
3. Apa saja Terminologi kegiatan konservasi versi Burra Charter (Davidson) dan versi UU
No 11 Tahun 2010?
4. Apa saja kegiatan konservasi yang pernah dilakukan di Kota Gorontalo dan sekitarnya?
C. Tujuan
1. Mendesktripsikan sejarah dan garis besar substansi The Burra Charter
2. Mendeskripsikan urgensi dan garis besar substansi Undang-Undang No 11 Tahun 2010
3. Mengetahui Terminologi kegiatan konservasi versi Burra Charter (Davidson) dan versi UU
No 11 Tahun 2010
4. Mengetahui dan mengidentifikasi kegiatan konservasi yang pernah dilakukan di Kota
Gorontalo dan sekitarnya
BAB 2
PEMBAHASAN
Pasal 3.1 berisi ringkasan yang sering dikutip bahwa: ‘konservasi membutuhkan
pendekatan perubahan yang hati-hati sebanyak yang diperlukan tetapi sesedikit mungkin’
Pasal 22 tentang karya baru mencakup rekomendasi yang sering dikutip tetapi disalah
pahami bahwa ‘karya baru harus dapat segera diidentifikasi, tetapi harus menghormati dan
berdampak minimal pada signifikansi budaya tempat tersebut’
Piagam ini dapat diterapkan pada semua jenis tempat yang mempunyai signifikansi budaya
termasuk tempat alam (natural), asli (indigenous), dan tempat-tempat bersejarah yang memiliki
nilai budaya. Pemakaian standar dari organisasi lain juga relevan. Termasuk Piagam Warisan
Alam Australia (Australia Natural Heritage Charter) dan rancangan panduan untuk perlindungan,
pengelolaan dan pemanfaatan tempat bersejarah Suku Aborigin dan Penduduk Pulai Torres Stait
(Draft Guidelines For The Protection, Management Dan Use Of Aboriginal And Torres Strait
Islander Cultural Heritage Places).
Tempat tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia, sering
memberikan ikatan rasa yang dalam dan inspirational kepada Masyarakat dan lansekapnya,
kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup. Tempat-tempat itu adalah rekaman Sejarah,
yang penting sebagai ekspresi nyata dari identitas dan pengalaman Australia. Tempat-tempat
bersignifikansi budaya mencerminkan keragaman Masyarakat kita, bercerita tentang siapa kita
dan masa lalu yang telah membentuk kita serta lansekap Australia. Nilainya tidak tergantikan dan
sangat berharga.
Tempat-tempat bersignifikansi udaya ini harus dilestarikan untuk generasi kini dan masa
dating. Piagam Burra menyarankan pendekatan yang cermat untuk perubahan lakukanlah
sebanyak yang diperlukan untuk memelihara tempat tersebut dan membuatnya bermanfaat, tapi
sebaliknya rubahlah sesedikit mungkin sehingga signifikansi budayanya terjaga.
Pasal 5: Benda, bangunan atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, atau Struktut Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
1. Berusia 50 tahun atau lebih
2. Mewakili masa paling singkat berusia 50 tahun
3. Memiliki arti khusus bagi Sejarah, ilmu pengetahuan, Pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan
4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
Bangunan ini dibangun oleh pemerintah Belanda sekitar tahun 1936. Awalnya bangunan
ini digunakan sebagai kantor maskapai pelayaran Kerajaan Belanda KPM (Koninklijke
Paketvaart Maatschaappij). KPM memiliki cabang hampir di seluruh Indonesia, terutama daerah-
daerah yang memiliki pelabuhan besar. Setelah runtuhnya kekuaasaan Belanda di Indonesia maka
perusahaan KPM diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia melalui program nasionalisasi
tahun 1950, kemudian dijadikan kantor PT Pelni sampai sekarang.
Adapun luas lahan situs 34,5 x 63 m, bangunan ini sangat kokoh dengan ketebalan tembok
rata-rata 30 cm. Lantai menggunakan keramik polos dengan ukuran 20 x 20 cm, jendela
berpasangan terdiri dari dua bagian; bagian luar menggunakan kayu segi empat dengan sistem
buka tutup ukuran lebar 150 cm dan tinggi 130 cm dan jendela dalam menggunakan kaca yang
dibingkai dengan ukuran 30 x 30 cm. Ventilasi berukuran t: 65, l: 150 cm.
Atap berbetuk limas dari bahan genteng, diatas jendela terdapat konsul yang terbuat dari
beton. Bangunan ini masih asli belum mengalami perubahan, kecuali penambahan satu unit
bangunan terbuka pada sisi barat untuk tempat penjualan tiket (romi). Konservasi dilakukan
dengan menjaga bangunan ini utuh dan sesuai dengan keasliannya.
E. Kegiatan Konservasi di Kota Gorontalo dan Sekitarnya: Rumah Adat Banthayo Poboide
dan Rumah adat Dulohupa
Rumah adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat
hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat merupakan salah satu representasi
kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Keberadaan rumah
adat di Indonesia sangat beraga dan memiliki arti penting dalam sebuah peradaban.
Di Kota Gorontalo, terdapat beberapa bangunan bersejarah yaknik Rumah adat Banthayo
Poboide dan rumah Adat Dulohupa, terdapat kendala pada pelestaian rumah trasisional,
diantaranya:
1. Kepunahan yang diakibatkan oleh kelapukan
2. Minimnya pengetahuan Masyarakat Gorontalo tentang kebesaran budaya yang
terkandung di dalamnya
3. Kurangnya ke kepedulian Masyarakat untuk melestarikan benda Cagar Budaya daerah
sebagai unsur budaya nasional dan mengupayakan hal ini menarik perhatikan
Masyarakat luar daerah.
Yang ada sekarang tinggallah beberapa rumah yang masih dihuni oleh keturunannya,
karena beberapa sebab antara lain kepedulian terhadap warisan peninggalan terdahulu dan
keluarga yang diberikan tanggung jawab masih mampu untuk merehab kerusakan tanpa
menghilangkan keaslian dari karakteristik rumah tersebut
Konservasi kedua rumah adat tersebut masih tetap dilakukan sebagai solusi untuk
menghindari kepunahan bangunan bersejarah. Upaya pemeliharaan tersebut, antara lain:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gorontalo memiliki kekayaan budaya arsitektur local yang memiliki nilai Sejarah
perjuangan sebelum Gorontalo merain kemerdekaannya yang sejatinya terus dilestarikan menjadi
benda cagar budaya yang dilindungi.
Konservasi cagar budaya membutuhkan peran dari berbagai pihak seperti pemerintah,
budayawan, akademisi, dan partisipasi Masyarakat dalam sebuah Gerakan sosial cinta arsitektur
local unruk menumbuhkan rasa kebanggaannya terhadap artefak local yang masih ada.
Pembangunan, pengembangan, dan penataan kota kedepannya seharusnya berbasis budaya.
Selain itu, benda cagar budaya menjadi dokumen penting bagi amsyarakat khususnya generasi
pelanjut dalam memahami dan memaknai situs Sejarah yang mewarnai proses terbentuknya
peradaban di kota Gorontalo, sehingga tidak melupakan aspek kesejarahannya seperti daerah-
daerah lainnya yang kental dengan “nuansa kelokalannya” sebagai penciri identitas.
B. Saran
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi dan memberikan manfaat bagin pembaca,
harapannya kita sebagai generasi muda harus mampu memaknai warisan budata bauk berupa
benda dan sebagainya. Warisan ini sebagai bentuk peradaban dan sebagai ikon local untuk
menunjukkan bukti Sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Australia icomos incorporated, 1999. The Australia Icomos Charter For Places Of Curtural
Significance. Australia : Curtural Heritage Centre For Asia And The Pacific At Deakin
University
Pemerintah Indonesia, 2010. Undang Undang No.11 Tahun 2010 Yang Mengatur Cagar Budaya.
Lembaran Negarga RI Tahun 2010, No. 5168. Sekretariat Negara, Jakarta.
Rahmawati Eka. Karakteristik Fisik Rumah Adat Gorontalo (Dulohupa Dan Banthado Pobo’ide).
Jurnal Arsitektur, Kota Dan Permukiman (LOSARI)
https://www.orami.co.id/magazine/rumah-adat-gorontalo
https://regional.kompas.com/read/2023/01/12/225342978/2-rumah-adat-gorontalo-dulohupa-dan-
bantayo-poboide?page=all