NOMOR
i7
TAHUN 2OI2
TENTANG
PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
Menimbang
b.
c.
d.
di Kabupaten
Lamongan perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pelestarian
Cagar Budaya.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Republik
Indonesia Nomor a7371;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun
20lt tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah;
t2. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1
Tahun 2OLL tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lamongan
Tahun 2OLL-2O15 (Lembaran Daeerah Kabupaten
Lamongan Tahun 2}ll Nomor 1) ;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15
Tahun 2OLL tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2OLL-2O31
1).
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PELESTARIAN
CAGAR BUDAYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di
air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
dan/atau struktur cagzrr budaya sebagai hasil kegiatan manusia
atau bukti kejadian pada masa lalu.
12. Lingkungan Cagar Budaya adalah kawasan disekitar atau disekeliling
cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian bangunan cagar
budaya dan/atau kawasan tertentu yang berumur sekurangkurangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai
t4.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
cara
BAB II
ASAS, TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pelestarian cagar budaya berdasarkan asas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
pancasila;
bhinneka tunggal ika;
kenusantaraan ;
keadilan ;
ketertiban dan kepastian hukum
kemanfaatan;
keberlanjutan ;
partisipasi ; dan
transparansidanakuntabilitas.
Pasal 3
Pelestarian cagar budaya bertujuan
a.
b.
c.
d.
a.
b.
BAB III
KRITERIA, TOLOK UKUR DAN PENGGOLONGAN
Pasal 6
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(2)
umur;
estetika;
kejamakan;
kelangkaan;
nilai sejarah;
memperkuat kawasan;
keaslian;
keistimewaan; dan latau
tengeran.
Pasal 7
(1)
Tolok ukur dari kriteria benda, bangunan, dan struktur cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (1), adalah:
a. umur berkenaan dengan batas usia benda, bangunan, dan
struktur cagar budaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
tahun;
b. estetika berkenaan dengan aspek rancangan arsitektur yang
menggambarkan suatu zaman dan gaya/langgam tertentu;
c. kejamakan berkenaan dengan benda, bangunan-bangunan,
struktur atau bagian dari Daerah yang dilestarikan karena
mewakili kelas atau jenis khusus benda dan bangunan yang
cukup berperan;
d. kelangkaan berkenaan dengan dengan jumlah yang terbatas dari
jenis atau fungsinya, atau hanya satu-satunya di lingkungan
atau wilayah tertentu;
e. nilai sejarah berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau
perkembangan daerah, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa
kejuangan bangsa Indonesia, ketokohan, politik, sosial, budaya
serta nilai arsitektural yang menjadi simbol nilai kesejarahan
pada tingkat Nasional dan/atau Daerah;
f. memperkuat kawasan berkenaan dengan benda, bangunan,
struktur atau bagian Daerah yang karena potensi dan/atau
keberadaannya dapat mempengaruhi serta sangat bermakna
untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya;
g. keaslian berkenaan dengan tingkat perubahan dari benda,
h.
i.
sebagimana
b.
c.
BAB IV
TUGAS, TANGGUNGJAWAB DAN WEWENANG
Pasal 1 1
sebagimana
:
dan/atau
e. melakukan pendaftaran
(2)
kewenangan
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Pasal 13
(1)
(21
(3)
(4)
(1)
(2)
Bagian Kesatu
Penguasaan
Pasal 15
(1)
(2)
(1)
(3)
10
(4)
(s)
telah
ditetapkan.
Bagian Ketiga
Pengelolaan
Pasal 17
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(21
(3)
(1)
(2)
(3)
11
Pasal 20
(1)
ditunjuk
BAB VII
INVENTARISASI DAN PENEMUAN
Bagian Kesatu
Inventarisasi
Pasal 21
(1)
(2)
(3)
(4)
(s)
rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Kepala
Daerah.
Bagian Kedua
Penemuan
Pasal22
(1)
(2)
ayat
(1)
t2
b.
c.
(5)
(6)
oleh penemu;
(3)
(4)
b.
c.
d.
penguasaan;
pengalihan hak, dan
pemindahan tempat.
Pendaftaran benda, bangunLn, struktur, situs dan/atau lingkungan
cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dibebani
biaya pendaftaran.
Pendaftaran benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan
cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
secara tertulis kepada Kepala Daerah melalui instansi yang
membidangi dengan dilengkapi data mengenai :
a. identitas pemilik;
b. riwayat pemilikan benda dan/atau bangunan dan/atau
lingkungan cagar budaya; dan
jenis,
jumlah, bentuk serta ukuran benda dan/atau bangunan
c.
dan/atau lingkungan cagar budaya.
Pasal24
(1)
(2)
(3)
13
BAB IX
PENETAPAN DAN PEMBERIAN TANDA
CAGAR BUDAYA
Pasal 25
(1)
(2)
(3)
(1)
(2t
(1)
(2)
(1)
{21
(s)
(1)
(21
(3)
l4
Pasal 30
(1)
Pasal 31
(1)
(2t
(1)
(2)
(3)
(1)
(21
(3)
15
(2)
(3)
a.
b.
c.
d.
diubah;
apabila kondisi benda, bangunan, dan/atau struktur buruk, roboh,
terbakar atau tidak layak berdiri, dapat dilakukan pembongkaran
untuk dibangun seperti semula sesuai dengan aslinya;
pemeliharaan dan perawatan benda, bangunan dan/atau struktur
harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau memiliki
karakter yang sama dengan mempertahankan detail ornament yang
sama;
dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian atau
perubahan fungsi sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku
tanpa mengubah bentuk aslinya; dan
d.
e.
16
Pasal 37
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
t7
pelestarian
(41
(5)
(6)
Tim
sebagai
anggota tim.
Pasal 42
18
a.
b.
c.
teguran ;
penghentian kegiatan
pencabutan izin.
Pasal 45
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
budaya ;
b. belum memiliki izin dan/atau menyalahi iz:-r:r.
Penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui penetapan Keputusan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk dan ditindaklanjuti dengan penyegelan.
Pemilik, penghuni dan/atau pengelola/pemanfaat yang tidak mematuhi
atau tidak menghentikan kegiatannya sejak diterimanya keputusan
tentang penghentian kegiatan dapat dikenakan uang paksa.
Uang paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan sebesar
Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) atas keterlambatan per-hari
untuk mematuhi perintah penghentian kegiatan.
Pasal 47
(1)
19
(2)
(3)
(2)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
J.
k.
terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan hukum tentang kebenaran perbuatan
yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah ;
meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau
badan hukum sehubungan dengan tindak pidana terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah ;
memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran peraturan
Daerah ;
melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ;
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas
penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;
menJruruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
rulangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud huruf e ;
memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ;
memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
menghentikan penyidikan ;
melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana terhadap pelanggaran peraturan
Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
20
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 50
(1)
(2t
(3)
setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 14, pasal 22 ayat (ll,
Pasal 23_ayat (1), Pasal 26 ayat (1), pasal 33 ayat (1), dipid"rr" i".rg"r,
pidana kurungan paling lama 6 (enam) buian atau- denda pa[ng
banyakRp.50.ooo.ooo,O0(1imapuluhjutarupiah).
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud- pada ayat (1), tidak
mengurangi ketentuan pidana dalam Undang-undatg No*o. 11
Tahun 2OlO tentang Cagar Budaya.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
pelanggaran.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 51
ini
Kabupaten Lamongan.
Ditetapkan di Lamongan
pada tanggal ?8
2012
BUPATI
ONGAN
ttd
Diundangkan di L,amongan
pada tanggal 29 Januari 2Ol3
SEKRETARIS D
UPATEN LAMONGAN,
ttd
iun
EFENDT
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN
NOMOR
IE
TAHUN 2012
TENTANG
I.
UMUM
Indonesia perlu dihayati oleh seluruh warga negara. Oleh karena itu,
kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa
harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa, mempertinggi
harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan
dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan.
Kebudayaan Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur harus
dilestarikan guna memperkuat pengamalan Pancasila, meningkatkan
kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa dan kebanggaan
nasional, memperkukuh persatuan bangsa, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sebagai arah kehidupan bangsa.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 itu, pemerintah mempunyai kewajiban
melaksanakan kebijakan untuk memajukan kebudayaan secara utuh
untuk sebesarbesarnya kemakmuran ralgrat. Sehubungan dengan itu,
seluruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini,
maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal
pembangunan. Sebagai karya warisan br.ldaya masa lalu, Cagar
Budaya menjadi penting perannya untuk dipertahankan
keberadaannya.
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal
11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat
(1)
Cukup jelas.
ayat (2)
seseorang
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat
(1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ayat
(3)
Ayat
(a)
Cukup jelas.
huruf a
Pemberian imbalan dapat berupa uang atau
benda pengganti yang bermanfaat bagi
pemilik. Ketentuan ini tidak berlaku apabila
pengalihannya berlangsung secara hibah.
huruf b
Cukup jelas.
huruf
Cukup jelas.
Ayat
(5)
Cukup jelas.
Ayat
(6)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat
(1)
Cukup jelas.
Ayat
(2)
Cukup jelas.
Ayat
(3)
Cukup jelas.
Ayat
(a)
Ayat
(5)
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan Ornamen adalah ragam
hias.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat
(1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan akademisi adalah
orang-orang yang memiliki keahlian
Huruf c
Cukup je1as.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf
Cukup jelas.
Ayat
(3)
Cukup jelas.
Ayat
(4)
Cukup jelas.
Ayat
(5)
Cukup jelas.
Ayat
(6)
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.