Anda di halaman 1dari 21

Pertemuan - 2

Pengelolaan Kawasan

Konservasi

Ardiana Yuli Puspitasari


ardianapuspitasari
ardianayp23@gmail.com
MENGAPA PERLU MELESTARIKAN

Tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia, sering memberikan ikatan rasa yang dalam
01 dan inspirasional kepada masyarakat dan lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup.
Tempat-tempat bersignifikansi budaya mencerminkan keragaman masyarakat kita, bercerita tentang siapa kita
02 dan masa lalu yang telah membentuk kita serta lansekapnya.

03 Nilainya tidak tergantikan dan sangat berharga → harus dilestarikan untuk generasi kini dan masa datang.

Perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Lakukanlah sebanyak yang diperlukan untuk


MEMELIHARA TEMPAT tersebut dan membuatnya
BERMANFAAT, tetapi sebaliknya RUBAHLAH ❑ Tempat artinya: situs, area, lahan, lansekap, bangunan/konstruksi sejenis, sekelompok
bangunan/konstruksi sejenis, dan dapat juga termasuk komponen, isi, ruang dan
SESEDIKIT mungkin sehingga SIGNIFIKANSI pemandangan.
❑ Signifikanksi budaya artinya: nilai-nilai estetis, historis, ilmiah, sosial atau spiritual untuk
BUDAYANYA TERJAGA generasi dahulu, kini atau masa datang.
Konservasi
adalah upaya untuk memelihara suatu tempat
sedemikian rupa sehingga makna budaya dari
tempat tersebut dapat dipertahankan.
4 Hal Utama Konservasi
(Burra Charter, 1981)
1
Pelestarian
Pelestarian, yaitu upaya pengelolaan
pusaka untuk memperpanjang usia benda
cagar budaya, situs atau kawasan
peninggalan bersejarah dengan cara
perlindungan, pemeliharaan,
pemanfaatan dan atau pengembangan
untuk menjaga keberlanjutan, keserasian
dan daya dukungnya dalam menjawab
dinamika jaman untuk membangun
kehidupan yang berkualitas.
2
Perlindungan yaitu upaya mencegah dan
menanggulangi segala gejala atau akibat
kerusakan benda, situs dan kawasan cagar
budaya baik dikarenakan manusia atau alam
dengan cara :
Perlindungan
1) Penyelamatan, yaitu pencegahan dan
penanggulangan ancaman kerusakan atau
kemusnahan perlindungan benda, situs, dan
kawasan cagar budaya yang timbul baik oleh
alam atau manusia secara teknis;
2) Pengamanan, yaitu perlindungan dengan cara
menjaga, mencegah dan menanggulangi hal-
hal yang dapat merusak benda, situs, dan
kawasan cagar budaya
3
Pemeliharaan, yaitu upaya pelestarian benda, situs
dan kawasan cagar budaya baik dikarenakan
manusia atau alam dengan cara :
1) Pemugaran, yaitu dengan cara
Pemeliharaan
mempertahankan keaslian berdasarkan data
yang ada dan bila diperlukan dilakukan
perkuatan struktur yang dapat dipertanggung
jawabkan dari segi arkeologis, historis dan teknis;
2) Pemanfaatan, yaitu pemberdayaan benda, situs
dan kawasan cagar budaya sebagai aset
budaya untuk berbagai kepentingan yang tidak
bertentangan dengan prinsip pelesterian.
4
Pengelolaan Pengelolaan, yaitu upaya pelestarian dan
pemanfaatan benda, situs dan kawasan cagar
budaya melalui kebijakan pengaturan
perencanaan, perlindungan, pemeliharaan,
pemugaran, pemanfaatan,dan pengendalian.
Bentuk-Bentuk
Kegiatan Konservasi
(UNESCO)
Restorasi, yaitu kegiatan pemugaran untuk mengembalikan bangunan dan lingkungan cagar budaya
01 semirip mungkin ke bentuk asal berdasarkan data pendukung tentang bentuk arsitektur dan struktur
pada keadaan asal tersebut dan agar persyaratan teknis bangunan terpenuhi.

02 Preservasi, yaitu bagian dari perawatan dan pemeliharaan yang mempertahankan keadaan sekarang
dari benda, situs dan kawasan cagar budaya agar kelayakan fungsinya terjaga baik.

Konservasi, yaitu segala proses pengelolaan suatu benda, situs dan kawasan sehingga nilai budaya dan
03 sejarah terjaga. Biasanya kegiatan ini merupakan kombinasi dari beberapa tindakan seperti preservasi,
restorasi, rekonstruksi, konsolidasi, dan atau revitalisasi.

Rekonstruksi, yaitu kegiatan pemugaran untuk membangun kembali dan memperbaiki seakurat
mungkin bangunan dan lingkungan yang hancur akibat bencana, kerusakan karena terbengkalai atau
04 keharusan pindah lokasi, dengan mengunakan bahan yang tersisa atau terselamatkan dengan
penambahan bahan bangunan baru dan menjadikan bangunan tersebut layak fungsi dan memenuhi
persyaratan teknis.

Revitalisasi, yaitu kegiatan pemugaran untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi,
sosial, dan budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya, dan dapat berupa bagian
05 dari revitalisasi kawasan kota lama untuk mencegah hilangnya aset kota yang bernilai sejarah karena
kawasan tersebut mengalami produktivitas.
PRINSIP PELESTARIAN dalam PIAGAM BURRA CHARTER 1982

1. Pelestarian memiliki tujuan untuk memperpertahankan dan memulihkan


signifikaansi budaya suatu tempat yang harus menyertakan jaminan
keamanan serta keselamatan objek, pemeliharaannya, kelanggengannya dan
keutuhannya.
2. Upaya konservasi harus dilakukan berdasarkan penghargaan terhadap
kondisi eksisting suatu fabric atau objek dan selayaknya menggunakan
intervensi fisik seminimal mungkin. Intervensi fisik tidak boleh sampai
mengganggu keunikan, kekhasan dari objek tersebut.
3. Upaya konservasi selayaknya dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin
keilmuan, sejauh dapat memberikan kontribusi dalam hal penyelamatan dan
kelanggengan objek/kawasan. Dimungkinkan untuk menetapkan teknik
maupun teknologi modern, di samping teknologi yang ada dalam upaya
konservasi.
4. Upaya konservasi dari suatu objek/kawasan harus mempertimbangkan segala
aspek dari signifikansi budayanya, tanpa membebani lingkungan sekitarnya
atau memberikan dampak negatif.
Lanjutan ....

5. Kebijakan konservasi yang akan disusun untuk suatu objek/kawasan harus


komprehensif mempertimbangkan signifikansi budaya dan kondisi fisik
objek/kawsasan tersebut.
6. Kebijakan konservasi harus mempertimbangkan kemungkinan pemanfaatan
bangunan lama yang dapat mewadahi fungsi-fungsi baru.
7. Upaya konservasi memerlukan pemeliharaan visual setting yang tepat, misalnya
bentuk, skala, warna, tekstur, bahan. Penambahan struktur (infill) dan bahan
baru tidak boleh sampai merusak visual setting lingkungan sekitarnya.
8. Bangunan atau objek yang dikonservasi sebaiknya tetap berada pada lokasi
asli/semula. Pemindahan sebagian atau seluruh bagian hanya dimungkinkan
jika didukung oleh alasan yang kuat.
9. Pemindahan dan penghilangan bagian tertentu dari bangunan/objek yang
justru memiliki peran dalam menentukan signifikansi cultural tidak
diperkenankan, kecuali pemindahan merupakan satu-satunya cara untuk
menyelamatkan bangunan/objek tersebut.
DASAR HUKUM PELESTARIAN/KONSERVASI

1. UUD 1945 (Pasal 32) →“Pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia”.


Kemudian dalam penjelasannya dinyatakan bahwa “Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan, dan dengan tidak menolak bahan-bahan baru
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa
sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan Bangsa Indonesia”.

2. UU No. 11 Tahun 2010 → Cagar Budaya


Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar
Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan.

Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak
maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-
sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan
manusia.
Lanjutan ....

Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda
buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan
beratap.
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya
atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan


Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan
nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Lanjutan ....

3. UU No. 28 Tahun 2002 → Bangunan Gedung


Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan / atau di dalam tanah
dan / atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana
dan sarananya agar selalu laik fungsi.
Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung
dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan
aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki.
4. Permen PU 18 Tahun 2010 → Pedoman Revitalisasi Kawasan
Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/kawasan melalui pembangunan
kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya.
Lanjutan ....

5. Permen PUPR No. 1 Tahun 2015 → Bangunan Gedung Cagar Budaya yang
Dilestarikan
Bangunan gedung cagar budaya adalah bangunan gedung yang sudah
ditetapkan statusnya sebagai bangunan cagar budaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang cagar budaya.
Bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan adalah bangunan gedung
cagar budaya yang melalui upaya dinamis, dipertahankan keberadaan dan
nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Penyelenggaraan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan adalah
kegiatan persiapan, perencanaan teknis, pelaksanaan, pemanfaatan, dan
pembongkaran.
Pelindungan bangunan gedung cagar budaya adalah upaya mencegah dan
menanggulangi bangunan gedung cagar budaya dari kerusakan, kehancuran,
atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan, dan
pemugaran.
Lanjutan ....

Pelindungan bangunan gedung cagar budaya adalah upaya mencegah dan


menanggulangi bangunan gedung cagar budaya dari kerusakan, kehancuran,
atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan, dan
pemugaran.
Pengembangan bangunan gedung cagar budaya adalah peningkatan potensi
nilai, informasi, dan promosi bangunan gedung cagar budaya serta
pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara
berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.
Pemanfaatan bangunan gedung cagar budaya adalah pendayagunaan bangunan
gedung cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan
pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala dengan tetap
mempertahankan pelestariannya.
PENETAPAN CAGAR BUDAYA

Pasal 41 UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya CAGAR BUDAYA NASIONAL BENDA CB
disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat BANGUNAN CB
melakukan pemeringkatan Cagar Budaya berdasarkan CAGAR BUDAYA PROVINSI STRUKTUR CB
kepentingannya berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar
Budaya (TACB). SITUS CB
CAGAR BUDAYA
KABUPATEN/KOTA KAWASAN CB

Pasal 96 ayat (2) huruf c menyebutkan bahwa “Pemerintah Syarat:


berwenang menetapkan Benda Cagar Budaya, Bangunan 1. Wujud kesatuan dan persatuan bangsa;
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, 2. Karya adiluhung yang mencerminkan kekhasan kebudayaan
dan/atau Kawasan Cagar Budaya sebagai Cagar Budaya bangsa Indonesia;
Nasional”. 3. Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik
rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia;
4. Bukti evolusi peradaban bangsa serta pertukaran budaya
lintas negara dan lintas daerah, baik yang telah punah
maupun yang masih hidup di masyarakat; dan/atau
5. Contoh penting kawasan permukiman tradisional, lanskap
budaya, dan/atau pemanfaatan ruang bersifat khas yang
terancam punah.
CONTOH BENDA CB CONTOH BANGUNAN CB Ciri pembeda antara CONTOH STRUKTUR CB
Bangunan dan Struktur
Cagar Budaya adalah
Susunan binaan yang terbuat dari benda alam
Benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik Susunan binaan yang terbuat dari benda dan/atau benda buatan manusia untuk
atapnya.
bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memenuhi kebutuhan ruang berdinding menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana
memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah dan/atau tidak berdinding, dan beratap. untuk menampung kebutuhan manusia.
perkembangan manusia. Dikelompokkan mjd 2: ekofak
(benda alam) dan artefak (benda buatan manusia).

Tulang belulang Cangkang kerang


manusia purba

Bangunan Stasiun Tugu Jogjakarta


Jembatan Titi Gantung, Medan
Artefak (benda buatan manusia)

Bendera Sang Saka Prasasti Ciaruteun, salah


Merah Putih. satu dari tujuh prasasti
bukti keberadaan Kerajaan
Tarumanegara.
Bangunan SMA dan Akademi Kesejahteraan Sosial Ibu
Kartini (Van Deventer School) Candi Borobudur, Magelang
CONTOH SITUS CB CONTOH KAWASAN CB
Lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung benda, bangunan, Satuan ruang geografis yang memiliki dua situs atau lebih yang
dan/atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang
masa lalu. khas.

Masjid Agung Demak Situs CB Percandian Penataran Blitar

Kawasan Manusia Purba Sangiran

Kawasan Pengasingan Tokoh-Tokoh


Kemerdekaan di Banda, Maluku
Situs CB Taman Narmada, Lombok
Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai