Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME MATERI WEBINAR 2

NAMA : Alifvanda Permatasari

NIM : 1824034

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT
TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2021
Nasib Warisan Budaya di Laut dalam Perpres No.10 Tahun 2021

Narasumber 1 : Bapak Drs. Surya Helmi–Tim Ahli Cagar Budaya Nasional


Materi : Pasang Surut dan Permasalahan Pengelolaan Cagar Budaya Bawah Air di
Indonesia
Cagar Budaya Bawah Air (CBBA) dalam arti terbatas adalah tinggalan budaya masa lalu
yang terletak di bawah permukaan air yang memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan,
sejarah dan kebudayaan, serta minimal telah berumur 50 tahun. Sedangkan dalam arti luas,
CBBA adalah tinggalan budaya masa lalu yang berhubungan dengan lingkungan air (di bawaah
atau atas permukaan air dan daratan) yang memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah
dan kebudayaan, serta minimal berumur 50 tahun. Indonesia memiliki potensi kapal karam
karena sejak ribuan tahun yang lalu Kepulauan Nusantara sudah menjadi persimpangan jalur
pelayaran kapal-kapal dagang internasional yang sangat terkenal dan ramai. Hal ini disebabkan
karena posisinya yang strategis dan Indonesia terbentang di antara dua benua dan dua samudera.
Kapal karam dan muatannya adalah benda hasil ciptaan manusia yang dibalik benda tersebut
tersimpan gagasan dan nilai budaya, perilaku dan organisasi sosial, serta teknologi dan
lingkungan masyarakat masa lalu yang membuat dan memakainya (dalam UUCB diartikan
sebagai Cagar Budaya). Sehingga kapal karam dan muatannya, yang oleh sebagian masyarakat
dimasukkan ke dalam kategori sumberdaya non hayati atau menyebutnya dengan istilah Benda
berharga asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT) adalah Cagar Budaya yang perlu
dilestarikan.
Potensi kapal karam di Indonesia :
1. Sejak ribuan tahun yang lalu Kepulauan Nusantara sudah menajdi tempat
persimpangan jalur pelayaran kapal-kapal dagang Internasional yang sangat terkenal
dan ramai.Hal ini disebabkan karena posisinya yang strategis, Kepulauan Indonesia
terbentang di anatra dua benua dan dua samudera.
2. Karena beberapa sebab (Dihantam badai, tertabrak kerang, dibajak perompak,
peperangan dan berbagai sebab lainnya) maka tidak heran jika banyak ditemukan
reruntuhan kapal karam dan muatannya di dasar laut perairan Indonesia.
3. Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), menemukan lebih kurang 460 an titik
lokasi kapal karam.
4. Catatan para sejarahwan Cina, antara abad 10-20 ada ribuan kapal dari Tiongkok
yang berlayar, dianataranyya ke Nusantara tidak pernah kembali ke pelabuhan asal
karena berbagai sebab.
5. Laporan Unesco, terdapat lebih kurang 5.000 kapal yang karam di Asia Tenggara,
dan diperkirakan 10% terdapat di perairan Indonesia.

Dalam catatan sejarah hasil pengangkatan kapal karam yang pernah dilakukan di
Indonesia sejak tahun 1985, boleh dikatakan sampai saat ini negara tidak atau belum dapat apa-
apa. Dari puluhan pengangkatan kapal karam yang pernah dilakukan di Indoensia, hanya
beberapa saja yang dinilai “berhasil”. Selebihnya hanya menghasilkan pulahan ribu benda-benda
yang sebagian besar berupa keramik yang tidak mempunyai nilai komersial dan tidak laku dijual
(keramik-keramik tersebut saat ini sebagian besar berada di Gudang BMKT, Cilengsi dan
sebagian lagi masih tersimpan di gudang masing-masing investor. Perhatian untuk
mengelola/melestarikan CBBA di Indonesia relatif masih baru demikian juga halnya dengan
negara-negara Asial lainnya. Berbeda dengan Eropa, dibeberapa negara sudah lama melakukan
penyelaman dan penyelamatan terhadap CBBA. Pada tahun 1980, Direktorat Jenderal
Kebudayaan mulai merintis penanganan terhadap CBBA. Pada waktu itu Ditjen Kebudayaan
mengirim beberapa orang arkeolog muda dan tenaga teknis untuk belajar bidang penyelaman,
konservasi dan dokumentasi bawah air ke Thailand. Setelah kembali ke tanah air para arkeolog
dan tenaga teknis ini mulai melakukan kegiatan-kegiatan survey dan pendokumentasian
arkeologi bawah air di beberapa lokasi di Indonesia. Pada tahun 2000, untuk pertama kalinya
penanganan CBBA dilakukan secara kelembagaan formal, yaitu dengan dibentuknya Subdit
Peninggalan Bawah Air di bawah struktur Direktorat Purbakala, Ditjenbund, Depdikbud. Tahun
2015, merupakan puncak perhatian terhadap pengelolaan CBBA, karena dibentuknya sebuah
Direktorat yang khusus yang menangani CBBA, yaitu Direktorat Peninggalan Bawah Air. Pada
tataran peraturan perundang-undangan secara bertahap Pemerintah telah melakukan berbagai
kajian dan harmonisasi, agar berbagai peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan CBBA di
Indonesia dapat berjalan dengan optimal dan proporsional. Tahun 2011 dengan bergabungnya
kembali Kebudayaan dengan Pendidikan, Dit. PBA demerger dengan dua direktorat lainnya,
menjadi Dit. Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM), Ditjenbud, Kemendikbud.
Hingga tahun 2011 kegiatan pengangkatan BMKT masih termasuk ke dalam bidang
usaha yang terbuka bagi para investor, untuk melakukan pencarian terhadap kapal karam dan
muatannya di Indonesia. Tahun 2016 melalui Perpres. No. 44 Tahun 2016, pengangkatan BMKT
dinyatakan tertutup untuk bidang usaha investasi. Dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, terbuka lagi kesempatan bagi investor termasuk asing untuk beraktifitas mencari BMKT.
Pernyataan ini tersirat dalam lampiran Perpres No.10 Tahun 2021. Sedangkan ijin
pengangkatannya tidak lagi melalui Kemen KKP sebagai ketua Pannas BMKT, tapi diberikan
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Narasumber 2 : Ibu Prof. Dra. Mg. Endang Sumiarni S. A. Hum
Materi : Cagar Budaya dari Perspektif Hukum

Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dalam huruf a menjelaskan
cagar budaya merupakan kekayaan budaya sebagai aset bangsa dan negara yang harus
dilestarikan. Ada 3 cara dalam melestarikan cagar budaya yaitu pelindungan, pengembangan dan
pemanfaatan. Dalam usaha melestarikan dengan cara pengembangan dapat dilakukan dengan
penelitian yang dirumuskan dalam Pasal 26 Undang-Undang Cagar Budaya yang difokuskan
dengan kata pencarian. Pencarian itu merupakan kewajiban pemerintah, selain itu setiap orang
juga memiliki hak untuk mencari Cagar Budaya. Namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Konsekuensi yuridis jika temuan ditetapkan sebagai Cagar Budaya dibedakan menjadi 2.
Pertama, jika jumlahnya sedikit dan langka maka akan diambil alih oleh pemerintah, namun jika
pemerintah sudah ambil dan masih banyak sisanya maka dapat dimiliki dan/atau dikuasai oleh
setiap orang.
Setiap peralihan cagar budaya khususnya benda cagar budaya wajib ijin, untuk
mengetahui mobilitas dari benda cagar budaya itu sendiri. Setiap pemegang cagar budaya,
memiliki sertifikat cagar budaya. Jika ada orang-orang yang melakukan pengangkatan kapal
tenggelam namun tidak sesuai dengan SOP yang ada, maka ada ketentuan pidananya. Namun
pada kenyataannya, hingga detik ini penegakan hukum bidang cagar budaya masih sangat lemah.
Ini terjadi dikarenakan tidak adanya PPNS disetiap instansi pemda atau pemerintah yang
berwenang dibidang kelestarian budaya.
Narasumber 3 : Dr. Andi Achdian
Materi : Masalah Perizinan Pengangkatan Warisan Budaya Bawah Air

Yang termasuk dalam arkeologi maritime adalah proses tenggelamnya kapal, yang kedua
fungsinya sebagai sebuah alat, unsur dalam militer, ekonomi dan budaya, dan kebudayaan
maritim masa lalu seperti teknologi, nautikal, perang, perdagangan, masyarakat kapal dan
sebagainya. Ruang lingkup pelestarian cagar budaya yang dijelaskan pada Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Pelindungan, termasuk didalamnya penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan
dan pemugaran.
2. Pengembangan, yang termasuk didalamnya penelitian, revitalisasi dan adaptasi.
3. Pemanfaatan, yang dilakukan dengan pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan pelestariannya.
Masalah yang ditemukan di dalam Perpres Nomor 10 Tahun 2021 yang lebih menitik
beratkan tentang perizinan pengangkatan BMKT yang bersifat eknomis oleh swasta dan
pemegang kebijakan ketimbang pelestarian yang bersifat nilai pengetahuan, budaya dan sejarah
oleh akademisi dan komunitas. Tantangan pelestarian dan perizinan pengangkatan BMKT juga
sebenarnya merupakan kolaborasi antara ahli cagar budaya, komunitas pelestari, masyarakat,
pemerintah dan swasta untuk saling bekerja sama melestarikan warisan budaya bawah air.
Narasumber 4 :Dr Supratikno Rahardjo
Materi : Cagar Budaya Sebagai Komoditi

Sudah di jelaskan sebelumnya bahwa telah memiliki paradigma baru dimana di


mungkinkan bahwa mempertimbangkan kepentingan-kepentingan ekonomi di samping
kepentingan idiologi akademis dan ekologis, bahwa kepentingan ekonomi tidak di artikan
sebagai memperlakukan cagar budaya sebagai komoditi bahwa suasana sosiologis dikatakan
bahwa dulu IDI memasukkan pertimbangan ekonomi tidak berkaitan dengan upaya untuk
memperlakukan cagar budaya kita sebagai komoditi dan 1 hal penting lagi dari UU ada asas
yang sangat penting yang harus di perhitungkan adalah asas keberlanjutan bahwa memanfaatkan
secara tidak langsung wisata bawah air membangun museum salah satunya.
Bahwa selat malaka adalah lokasi yang paling intensif dilalui kapal-kapal jaman dulu
sampai saat ini dan selat malaka paling kaya peninggalannya tetapi apa yang ditemukan telah
hancur semua. Indonesia memiliki kekayaan bawah laut yang luar biasa.
Kemudian di jelaskan bahwa Bu Susi sudah mengerti sekali persoalan perikanan di
Indonesia yang triliunan yang raib dikarenakan tidak dikelola dengan baik. Kemudian di jelaskan
bahwa UU memberikan komitmen kepada pengembangan kebudayaan. Di jelaskan juga BMKT
sama dengan cagar budaya plus, karena BMKT disebut berharga karena disebutkan rinciannya
Berharga untuk ilmu pengetahuan, sejarah, kebudayaan kemudian ditambah ekonomi tetapi
mindset nya ekonomi sebenarnya BMKT itu merupakan suatu konsep yang di arahkan untuk
memperlakukan cagar budaya sebagai benda ekonomi. Wujud dari kemenangan mindset
ekonomi terhadap cagar budaya dan ini menunjukan bahwa komitmen negara terhadap upaya
untuk mengembangkan kebudayaan nasional tidak tercermin.
Dijelaskan bahwa Indonesia tidak terlalu siap untuk mengelola apa yang sudah dimiliki,
kemudian di jelaskan benda-benda muatan kapal yang ada di kementrian lautan sebenarnya kita
tidak mengantisipasi lelang Cirebon itu gagal, dan ini sebagai peluang untuk memikirkan
memanfaatkan benda benda tersebut sebagai pusat studi.
Narasumber 5 : Bapak Fitra Arda
Materi : Pemanfaatan Benda-Benda Bawah Air

Bahwa benda-benda tersebut akan di manfaatkan dan di museum kan yang sudah di
angkat kemudian akan di bagikan di PEMDA ke musem-mesum daerah untuk dimanfaatkan.
Tentu narasinya yang kita bangun sehingga yang sudah di sampaikan penting ceritanya lebih
besar dan ini juga sebagai sejarah bangsa Indonesia kemudian di sepakati dari hasil iniakan
sama-sama asosiasi akan di ekspos ke media langkah-langkah ke depannya.

Narasumber 6 : Pak Yudi


Materi : Terkait Lingkup dari pelaku lembaga Kebudayaan

Terkait dalam lembaga memang di bawah direktorat sentral kebudayaan ada direktorat
pembinaan tenaga dan penegak kebudayaan ada 3 hal besar terkait
1. Pelatihan pelatihan (bimbingan teknis)
2. Sertifikasi
3. Apresiasi

Narasumber7 : Zaenab Tahir (KKP)


Materi : BMKT Tidak Terdaftar Dalam Investasi Prioritas

BMKT memang seperti disampaikan keluar di UU Cipta Kerja dan turunan dari UU
tersebut ada PP5 2021 tentang perizinan berusaha berbasis resiko. Didalam Perpres itu yang
memuat BMKT tidak terdaftar didalam penanaman investasi. KKP saat ini mendengarkan dari
stack holder karna belum mekanisme untuk melaksanakan UU tersebut. Didalam Perpres
penanaman modal yang baru BMKT tidak terdaftar didalam investasi prioritas. Pemerintah
belum memiliki mekanisme bagaimana melaksanakan hal tersebut. Mengenai investasi ini
memiliki kendala ketika kemudian di perbolehkan untuk di angkat dan aturan yang sekarang ada
tidak relevan lagi digunakan, kemudian kepastian investasi tidak bisa diberikan saat ini.
Narasumber 8 : Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan)
Materi :Pengakatan Cagar Budaya Bawah Air
Pemahaman cagar budaya dan pemanfaatannya ada kecenderungan untuk mereduksi
benda cagar budaya temuan bawah air sebagai barang komoditi secara hukum tidak salah di
perjual belikan, tapi kemudian hal ini di anggap sebagai komoditi lainnya sangat disayangkan
dan jelas itu bukan tujuan utama. Salah satu masalah mengapa PP cagar budaya lama sekali
ditetapkan adalah soal cagar budaya bawah air dan ada yang disebut BMKT. Dan untuk
persoalan tersebut sudah selesai tersisa 1 menyangkut badan pengelola di dalam pasal 97 ayat 3.

Narasumber 9 : Pak Harry Satrio


Materi : Pencurian Ditahun 2017 Di kepulauan Riuau Bintang
Bahwa perusahaan itu adalah pihak pihak yang mencuri yang menjual keluar itu yang
sebenarnya yang kurang prima, sebagai warga Indonesia sangat setuju bahwa BMKT tidak
keluar. Banyak pemanfataan-pemanfaatan yang di bisa dijual. Pengakatan dengan kaidah
arkeologi, dokumentasi, itu yang bisa dijadikan nilai jual dalam bentuk media ataupun buku-
buku dan ada rencana untuk mendokumentasikan pencarian pengangkatan karna caruk maruk
nya dengan peraturan dan adanya pencurian di tahun 2017 di kepulauan riau bintang terdapat
korban penyelam 110 penyelam.

Narasumber 10 : Nunus Supriadi (tokoh subdib bawah air)


Materi : Permasalahan Penjualan Benda Arekologi Bawah Air

Berawal dari pengakatan tidak sesuai dengan kaidah arkeologi, karena ada benda yang di
lelang di belanda pada waktu itu, itu ada surat dari duta besar Belanda apakah ada benda yang di
lelang di Belanda, dari pihak Indonesia terkejut kehilangan muatan kapal, kasus tersebut terulang
kembali di tahun 1998 oleh Michael Hedder dan waktu barang tersebut di bawa ke Australia.
Dari pengalaman tersebut bahwa dari pemerintah Indonesia harus betul-betul jangan responsive
terhadap arkeologi bawah air
BUKTI MENGIKUTI WEBINAR

Anda mungkin juga menyukai