3. Periode Kesempurnaan
Perode ini d sebut juga sebagai periode pembinaan dan pembukuan hukum islam. Pada
masa ini fiqih islam mengalami kemajuan yang pesat sekali. Penulisan dan pembukuan hukum
islam dilakukan dengan intensif, baik berupa penulisan hadist-hadist nabi, fatwa para sahabat
dan tabi’in, tafsir Al Quran, kumpulan pendapat imam-imam fiqih, dan penyusunan ilmu ushul
fiqih
Di antara faktor yang menyebabkan pesatnya gerakan ijtihad pada masa ini adalah
karena meluasnya daerah kekuasaaan islam, mulai dari perbatasan Tiongkok di sebelah timur
sampai ke Andalusia(spanyol) sebelah barat.
Kondisi ini yang menyebabkan lahirnya pemikir-pemikir besar dengan berbagai karya
besarnya, seperti Imam Abu Hanifiah dengan salah seorang muridnya yang terkenal Abu
Yusuf(Penyusun kitab ilmu ushul fiqh yang pertama), Imam Malik dengan kitab al-Muwatha’,
Imam Syafi’i dengan kitabnya al-Umm atau al-Risalat, Imam Ahmad dengan kitabnya Musnad,
dan beberapa nama lainnya beserta karya tulis dan murid-muridnya masing-masing.
Diantara faktor lain yang sangat menentukan pesatnya perkembangan ilmu fiqh
khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya, pada periode ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya perhatian pemerintah (khalifah) yang besar tehadap ilmu fiqh khususnya.
2. Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-diskusi ilmiah diantara
para ulama.
3. Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al-Qur’an (pada masa
khalifah rasyidin), hadist (pada masa Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz), Tafsir dan
Ilmu tafsir pada abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu Abbas (wafat 68H) dan
muridnya Mujahid(wafat 104H) dan kitab-kitab lainnya.
4) Periode Kemunduran
Pada periode ini, pemerintah Bani Abbasiyah akibat berbagai konflik politik dan
berbagai faktor sosiologis lainnya dalam keadaan lemah. Banyak daerah melepaskan diri dari
kekuasaanya. Pada umumnya ulama pada masa itu sudah lemah kemauannya untuk mencapai
tingkat mujtahid mutlak sebagaimana dilakukan oleh para pendahulu mereka pada periode
kejayaan. Periode Negara yang berada dalam konflik, tegang dan lain sebagainya itu ternyata
sangat berpengaruh kepada kegairahan ulama yang mengakji ajaran Islam langsung dari
sumber aslinya Al-Qur’an dan hadist. Mereka puas hanya dengan mengikuti pendapat-
pendapat yang telah ada, dan meningkatkan diri kepada pendapat tersebut ke dalam mazhab-
mahzhab fiqhiyah. Sikap seperti inilah kemudian mengantarakan umat islam terperangkap
kedalam pkikiran yang jumud dan statis.
Semenjak pertengahan abad VI sampai akhir periode ini, umat islam benar-benar berada
dalam suasana taklid,statis,dan jumud. Meraka meninggalkan ijtihad dalam segala tingkatnya.
Sehingga perkembangan ilmu fiqih terhenti, statis dan semakin lama semakin tertinggal jauh
dari arus perkrmbanga jaman. Masa inilah disebut sebagai masa kemunduran, di mana duania
islam bagaikan tenggelam ditelan kemajuan dunia lainnya(terutama barat) yang semakin hari
semakin cemerlang dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Beberapa faktor yang mendorong lahirnya sikap taklid dan kemuduran adalah :
a. Efek samping dari pembukuan fiqih pada masa sebelumnya
Dengan adanya kitab-kitab fiqih yang di tulis oleh ulama-ulama sebelumya, baik itu
persoalan yang benar-benar telah terjadi atau yang diprediksikan akan terjadi memudahkan
umat islam pada masa ini untuk merujuk semua persoalan hukumnya kepada kitab-kitab yang
ada itu. Ketergantungan seperti ini mematikan kreativitas, menumbuhkan sifat malas dan hanya
mencari yang mudah-mudah.
b. Fanatisme mahab yang sempit
Setiap golongan pada masa ini sibuk mencari dalil untuk menguatkan mazhabnya saja,
berupaya menangkis setiap serangan yang datang dari pihak lain dan berupaya membahas
serangan tersebut dengan kelemahan tersendiri. Akibatnya , mereka tenggelam dalam suasana
chauvinisme yang tinggi, jauh dari sikap rasionalits ilmiah dn berpaling dari sumber hukum
islam yang sebenarnya yaitu Al Quran dan Hiadist.
c. Pengangkatan hakim-hakim muqallid
Pada masa ini para penguasa mengangkat para hakim dari orang-orang yang bertaklid,
bukan para ulama mujtahid seperti yang diangkat oleh penguasa-penguasa terdahulu. Sehingga
kehidupan taklid pada masa ini semakin subur.
5) Periode Kebangkitan kembali
Pada periode ini umat islam menyadari kemunduran dan kelemahan mereka sudah
berlangsung semakin lama itu. Ahli sejarah mencatat bahwa kesadaran itu terutama sekali
muncul ketika Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun 1789 M. Kejatuhan mesir ini
menginsafkan umat Islam betapa lemahnya mereka dan betapa di Dunia Barat telah timbul
peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Dunia Islam. Para raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berpikir bagaimana meningkatakan mutu dan kekuatan umat
islam kembali. Dari sinilah kemudian muncul gagasan dan gerakan pembaharuan dalam islam,
baik dibidang pendidikan, ekonomi, militer, sosial, dan gerakan intelektual lainnya.
Gerakan pembaharuan ini cukup berpengaruh pula terhadap perkembangan fiqih.
Banyak di antara pembaharuan itu juga adalah ulama-ulama yang berperan dalam
perkembangan fiqih itu sendiri. Mereka berseru agar umat islam meninggalkan taklid dan
kembali kepada Al-Qur’an dan hadist-mengikuti jejak para ulamadi masa sahabat dan tabi’in
terdahulu. Mereka inilah disebut golongan salaf seperti Muhammad Abdul Wahab di Saudi
Arabia, Muhammad Al-Sanusi di Libya dan Maroko, Jamal Al-Din Al-Afghani, Muhammad
Abduh, Muhammad asyid Rida, dimesir, dan lain sebagainya.