Disusun Oleh :
200211501009
Kelas 01
Konservasi yang dilandasi oleh pengakuan terhadap keragaman budaya dan relativitas niai,
menjadi dasar bagi penetepan konsep pada bangunan heritage sebagai bagian dari warisan
nasional. Perkembangan teori kosnervasi modern telah berkembang terutama sebagai proses
berpikir dan berbagai jenis restorasi yang terus dipraktekkan di lapangan. Definisi dan perawatan
warisan budaya, fisik dan non – fisik telah dicirikan pleh penilaian yang saling bertentangan
Konservasi modern tentuk harus didahului dengan proses penyadaran melalui upaya para
humanis dan seniman, biasanya diiringi dengan artefak – artefak sejarah dan karya seni dengan
wisata budaya dan dengan museum.
Pemikiran konservasi modern dan teori konsekuen merupakan hasil dari bebagai perkembangan
yang terjadi terutama pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Hal ini terlihat terutama
dalam identifikasi nilai – nilai, dan akibatnya signifikansi warisan bagi masyarakat. Atas dasar
perkembangan ini, FW Nietzsche (1844-1900) menyimpulkan bahwa relativitas nilai – nilai
budaya pada dasarnya bergantung pada manusia sebagai anggota masyarakat. Nietzsche
menyatakan bahwa konsep nilai-nilai absolut dan universal sebelumnya yang dipaksakan oleh
agama telah digantikan oleh nilai-nilai yang merupakan produk budaya manusia.
Camillo Boito (1836 – 1914) mengatakan bahwa : “bangunan bersejarah harus dikonsolidasikan
daripada diperbaiki, diperbaiki daripada dipulihkan, berusaha keras untuk menghindari
penambahan atau renovasi”. Dia juga menuntut : “karya modern dari material baru harus dijaga
seminimal mungkin dan berbeda dari yang bersejarah, selaras dengan penampilan
artistik…kontribusi dari semua periode bersejarah harus dihormati, pengecualian dapat dibuat
dan bagian – bagiannya dihilangkan jika ini secara nyata tidak terlalu penting dibandingkan
dengan formulirformulir yang dicakupnya.
Untuk melaksanakan prinsip utama ini, maka upaya konservasi harus memperhatikan prinsip
lainnya, yaitu sebagai berikut :
1) Prinsip intervensi minimum (minimum intervention) yang menjadi prinsip dalam praktek
konservasi di dunia dimulai oleh the Society for the Preservation of Ancient Buildings
Manifesto di tahun 1877
2) Prinsip reversible, yaitu intervensi yang telah dilakukan di kemudian hari dapat
dikembalikan ke kondisi semula
3) Prinsip recognizable as a new yaitu bahan baru (replika) dan teknik baru harus
dipergunakan agar dapat membedakan antara elemen yang baru dengan yang lama,
seperti tercantum dalam piagam : Athens Charter 1931, Venice 1964, dan Burra Charter
1999.
Pada satu sisi, prinsip – prinsip konservasi harus dipenuhi dalam konservasi, pada sisi lainnya
suatu banguann telah mengalami banyak perubahan sepanjang masa perjalanannya yang
dimulai pada saat pertama kali dibangun (original state), sampai pada kondisi saat ini (existing
state), sehingga Ketika intervensi perlu dilakukan, intervensi seperti apa dan pada periode apa
yang akan diambil dengan tetapp dapat memenuhi prinsip konservasi.
Dalam pengelolaan perubahan pada konservasi gedung De Javasche Bank ini sangat penting
untuk dibahas agar intervensi – intervensi yang akan dilakukan pada bangunan dan akan
merubah bangunan pusaka budaya ini tetap dapat memenuuhi prinsip utama konservasi.
Perencanaan konservasi gedung De Javasche Bank disusun untuk mengelola perubahan yang
terjadi dengan tetap memenuhi prinsip utama dalam konservasi yaitu authenticity¸melalui
intervensi – intervensi yang dilakukan, seperti :
1) Pelestarian atau mempertahankan semua elemen-elemen asli bangunan tahun 1910 dan
sebagian elemen-elemen bangunan kondisi eksisting (exiting state) seperti pintu masuk
utama
2) Rehabilitasi, restorsi, dan rekonstruksi elemen-elemen bangunan yang telah hilang dan
rusak
3) Demolisi elemen-elemen baru atau tambahan yang mengganggu dan menutupi elemen
asli tahun 1910
4) Dalam hal penambahan elemen – elemen baru karena kebutuhan tuntutan kenyamanan
dan keselamatan bangunan seperti sistem MEP (jaringan listrik, sistem AC, kebakaran,
air bersih), prinsip intervensi minimun dapat dipenuhi dengan cara seminim mungkin
merusak lantai dan dinding yang ada denga memanfaatkan lubang – lubang yang ada
5) Penambahan elemen – elemen arsitektur yang baru seperti tangga dan pintu masuk sisi
selatan dengan material baru untuk membedakan dengan material asli sebagai
representasi masa kini, sesuai prinsip discernable dalam konservasi