Disusun Oleh :
200211501009
Kelas 01
A. Konservasi di Inggris
John Ruskin mengatakan tentang konservasi bahwa dia setuju dengan menjaga keaslian (tidak
ada kepalsuan) namun tidak berusaha untuk mengembalikan ke bentuk ‘asli’. Dalam penggunaan
semen dapat dicoba untuk mengkonsolidasikan bagian-bagian struktur yang rusak, tanpa
membongkarnya, gesekan harus dihindari, dan metode menunjuk diambil secara kritis.
Berkait pada Ruskin, menyatakan bahwa keindahan dan nilai usianya, sebuah bangunan
bersejarah memiliki pesona ganda, yang menyiratan bahwa, pertama pengerjaan dalam arsitektur
lebih indah daripada yang baru, yang kedua bahwa itu lebih menarik dan menyarankan pemikiran
yang lebih serius (Colvin, 1877:457). Dia menuduh para tokoh konservasi tidak memilki
pemahaman terhapad sejarah yang benar.
Pada tahun 1834 – 1849, Gottfried Semper mengalami konservasi dalam gaya, kelanjutan dalam
proporsi yang telah ditetapkan sebelumnya, dan bahkan menggunakan bangunan bersejarah
sebagai tandingan dalam komposisi perkotaan, seperti kasus Zwinger. Namun dekorasi interior
diputihkan dan dimodernisasi.
C. Konservasi di Italia
Walaupun Italia termasuk di Eropa, namun karena dibutuhkan waktu yang relatif lama sebelum
minat yang lebih dalm ditujukkan pada perlindungan dan konservasi bangunan abad pertengahan
atau yang lebih baru, orang Italia kemudian memanfaatkan pengalaman dari negara lain yang telah
mendahului italia.
Pada tahun 1830 – an saat situasi perekonomian Italia mulai membaik, menyebabkan program
restorasi perkotaan dimulai. Pelebaran jalan dan pembangunan gedung – gedung baru
mengakibatkan hancurnya tatanan kota yang bersejarah. Hal ini disesalkan oleh Ruskin dan juga
kritikus lokal, Carlo Cattaneo. Dia menentang adanya alun – alun monumental yang direncanakan
di depan Katedral Millan, mengingat efek negatifnya pada Katedral, dan penghancuran struktur
kota yang bersejarah. Pada tahun 1862, ia mengusulkan pendirian sebuah asosiasi untuk
perlindungan monumen nasional.