Anda di halaman 1dari 30

ARSITEKTUR VERNAKULAR

Rabu, 18 April 2012

ARSITEKTUR VERNAKULAR
BAB I
PENDAHULUAN

Kata vernakular berasal dari bahasa latin vernakulus, yang artinya dalam negeri, penduduk
asli, pribumi; dari verna yang berarti budak pribumi atau rumah buatan pribumi. Dalam
kaidah arsitektur vernakular menunjuk pada tipe arsitektur yang mana asli dengan waktu atau
tempat tertentu (tidak diambil atau dikutip dari yang lain).
Kadang orang bingung antara arsitektur vernakular dengan arsitektur tradisional, karena antara
kedua konsep tersebut memang terdapat hubungan. Arsitektur vernakular dapat juga diambil dari
solusi yang diterima secara kultural, tapi apabila hanya melalui pengulangan saja maka dapat
menjadi suatu arsitektur tradisional.
Hal-hal yang mempengaruhi Arsitektur Vernakular, yaitu:
1. Iklim
Salah satu pengaruh paling signifikan pada arsitektur vernakular adalah iklim makro dari daerah
di mana bangunan tersebut dibangun.
2. Budaya
Cara hidup penghuni bangunan, dan cara mereka menggunakan bangunan mereka, adalah
pengaruh yang besar pada bentuk bangunan.

3. Tempat Tinggal
Ada banyak kebudayaan di seluruh dunia yang meliputi beberapa aspek kehidupan nomaden, dan
mereka semua telah mengembangkan solusi vernakular untuk kebutuhan akan tempat hunian. Ini
semua termasuk tanggapan yang sesuai untuk iklim dan kebiasaan penghuninya, termasuk
konstruksi yang praktis dan sederhana.

4. Lingkungan dan Bahan Bangunan


Lingkungan dan bahan konstruksi dapat memberikan banyak arsitektur vernakular. Daerah yang
mempunyai banyak pohon akan mengembangkan vernakular kayu, sementara daerah yang kayu
nya tidak terlalu banyak dapat menggunakan lumpur atau batu. Di daerah timur banyak
menggunakan bambu, karena bahannya banyak dan serbaguna.
BAB II
CONTOH BANGUNAN
(QUEENSLANDER)
A. Definisi
Queenslander (arsitektur) adalah istilah modern untuk arsitektur vernakular dari Queensland ,
Australia .
Tipe yang dikembangkan di tahun 1840-an dan masih dibangun hari ini, menampilkan evolusi
gaya lokal. Istilah ini terutama digunakan untuk konstruksi perumahan, meskipun beberapa jenis
bangunan komersial dan konstruksi lainnya diidentifikasi sebagai Queenslander.
B. Sejarah
"Queenslander" adalah bagian penting dari warisan budaya Australia. Banyak dari rumah-rumah
ini dibangun selama paruh abad ke 19 dan awal abad 20 tetapi mereka tampaknya telah
bertahan sangat baik.

Pada 1950-an dan 60-an rumah 'pasca perang lahir. Ada juga rumah kayu tetapi tidak
memiliki beranda dan bagian-bagian rumah seperti Queenslander yang mempunyai kelas dan
gaya kebutuhan besar. Pada 1970-an orang-orang mulai meninggalkan model bangunan tersebut
dan memikirkan untuk meminimalkan biaya yang di keluarkan. Sedikit pemikiran bahwa untuk
melestarikan bangunan tersebut agar generasi mendatang mempunyai pengetahuan sejarah
tentang bangunan tersebut

Pada tahun 1970-an dan awal 80-an, setelah adanya pengakuan oleh Pemerintah terkait
signifikansi arsitektur mereka melalui legislasi, orang-orang mulai menjaga kelestarian dari
bangunan tersebut seperti pada periode emasnya.

C. Karakteristik
Bangunan ini dibuat dengan menggunakan kostruksi kayu dengan kualitas baik dan biasanya
Queenslander ini hanya terdiri dari satu sampai dua lantai saja.

Banyak bangunan Queenslander lama, baik perumahan dan komersial, telah diratakan
untuk membuat jalan untuk bangunan yang lebih modern. Namun, kesadaran masyarakat akan
warisan kota yang tinggi, pemerintah daerah menerapkan langkah-langkah konservasi untuk
melindungi karakter lingkungan yang unik dan kota yang didominasi oleh bangunan
Queenslander.
Pada zaman sekarang banyak di bangun rumah-rumah bergaya Queenslander
yang lebih modern. Sebagai contoh, rumah-rumah yang di bangun untuk liburan yang berada di
daerah-daerah pesisir.
Bangunan ini mempunyai tiga bagian bangunan yaitu :

1. Underfloor (stumps)
Underfloor berguna untuk mendinginkan bangunan melalui ventilasi agar ruangan di dalam
bangunan tersebut tidak terlalu panas selain itu underfloor tersebut juga berfungsi untuk
melindungi struktur utama dari serangan rayap atau hama lainnya. Stumps juga berfungsi untuk
mengatasi kontur tanah pada saat pengerjaan bangunan, yang biasanya di butuhkan penggalian
pondasi dan juga memudahkan aliran air agar mengalir dengan baik walaupun dalam jumlah
besar.
2. R. Utama
Living room utama rumah, adalah serangkaian kamar di lantai platform. Secara tradisional,
perencanaan dan penghawaan alami memakai ventilasi silang untuk pendinginan pasif dalam
berbagai metode inovatif. Beranda adalah ciri khas dari bangunan tersebut dan dalam
perencanaannya beranda ini di desain agar dapat di gunakan siang dan malam sebagai living
room external.
3. Roof (atap)
Untuk bahan penutup atap bahan yang biasa di pakai cukup bervariasi mulai dari atap keramik,
batu, tapi bahan khas yang sering di pakai adalah lembaran logam bergelombang (seng).
...TERIMA KASIH...

ARSITEKTUR VERNAKULAR
Arsitektur Vernakular mempunyai pengertian bentuk arsitektur yang merupakan peleburan dan
penggabungan antara nilai-nilai khas yang ada pada arsitektur tradisional tertentu ke dalam bentuk
arsitektur modern sehingga menghasilkan suatu bentuk-bentuk yang abadi. Arsitektur Vernakular menjadi
suatu sumber yang sempurna dalam arsitektur regional. Hal ini di karenakan arsitektur Vernakular
mempunyai beberapa elemen-elemen dasar seperti: pengendalian iklim setempat, teknologi, budaya dan
simbol.
Pada akhir tahun 1960, ada beberapa buku yang menunjukkan bahwa arsitektur Vernakular merupakan
bagian dari REGIONALISME dalam arsitektur, diantaranya adalah:
1. Architecture Without Architect, karya Bernhard Rudolfsky
2. House Form and culture, karya Amos Rapoport.
Satu hal yang menarik adalah pemikiran salah seorang tokoh arsitektur dari Mesir yang bernama
HASSAN FATHY yang membangun "HOUSING FOR THE POOR" bagi para petani di pedesaan pada
tahun 1945-1948. 3 (tiga) buah pemikirannya tentang perumahan rakyat adalah:
1. TRADISI
Tidak selamanya tradisi berkonotasi kuno atau ketinggalan jaman.
2. SETIAP BAHAN MEMPUNYAI NILAI
Nilai disini tidak hanya bernilai guna, tetapi termasuk nilai bentuk atau plastis. Tidak selamanya
keindahan muncul dari bahan-bahan yang mahal.
3. ASPIRASI TIAP INDIVIDU TIDAK DAPAT DISAMARATAKAN
Setiap individu memiliki keunikan tersendiri yang berbeda satu dengan lainnya.

Arsitektur Vernakular mempunyai beberapa ciri, diantaranya adalah:


a. Sebagai salah satu model dan pencocokan
misal: individu yang berubah.
b. Penyesuaian terhadap suatu model
Penambahan atau penghilangan ruangan.
Membuat penyesuaian terhadap masalah(bentuk menyesuaikan masalah)
Sifat kualitas tambahannya, ketidakkhususan dan sifat awal mula.
Hubungan dicapai dengan kepentingan dan keberartian, lebih besar daripada hubungan diantara unsur-
unsur.
c. Memperlihatkan dengan jelas hubungan antara pola-pola bentuk dengan pola-pola kehidupan. Misal:
pola kehidupan keluarga yang hangat dan akrab mengakibatkan pola bentuk dengan ruang keluarga
berada ditengah-tengah dan berukuran besar.
d. Umumnya memiliki nilai simbolis.
e. Pengungkapan langsung dari nilai-nilai, daya cipta masyarakat, persepsi dan pandangan hidup yang
berubah, juga beberapa "KEAJEGAN"
f. Tanpa adanya perancang
g. Merupakan penafsiran langsung ke dalam bentuk fisik akan kesadaran budaya, hasrat, impian dan
keinginan dari sebagian besar masyarakat.

Amos Rapoport dalam bukunya, "HOUSE, FORM AND CULTURE" membagi karakteristik arsitektur
vernakular menjadi 2 (dua), yaitu:
a. ELEMEN KARAKTERISTIK proses pembentukan arsitektur vernakular berhubungan dengan
lingkungan yang terbentuk, seperti:
1. identitas perancang atau desainer.
Dalam lingkungan vernakular perancang adalah pemakai. Sedang lingkungan vernakular perancang
adalah pemakai spesialis paruh waktu.
2. Maksud dan tujuan perancang.
Dalam tradisi lingkungan vernakular, penggunaan kesenangan dan identitas kelompok adalah hal yang
pokok.
3. Derajat anonimitas perancang.
Perancang sebagian besar tidak dikenal pada lingkungan primitif, sedangkan arsitektur vernakular lebih
dikenal.
4. Model dengan variasi.
Merupakan model yang khas dari lingkungan primitif, diikuti kemudian oleh vernakuler dan keasliannya
cenderung menjadi tujuan akhir.
5. Keberadaan model tunggal pada lingkungan vernakular sangat tinggi.
6. Tingkat pembagian model dan kesepakatan dari gambaran dan skema antara desainer dan pemakai.
PRIMITIF: mempunyai persetujuan yang sempurna antara pemakai dan pembuat.
VERNAKULER: persetujuan sangat tinggi.
HIGH STYLE: membutuhkan persetujuan lebih lanjut.
POPULAR: persetujuan yang tinggi dengan arsitektur baru.
7. Sikap dasar skema dipikirkan terlebih dahulu sebelum dibangun
8. Konsistensi pada bangunan model bangunan tunggal.
9. Type hubungan antara model yang dipakai pada lingkungan vernakular sama tetapi diperluas secara
berbeda.
10. Kekhususan model pemilihan desain dapat dijabarkan dalam pengertian sifat dasar bidang awal dari
alternatif kriteria pemilihan.
11. Keseragaman model pemilihan dan kriteria pemilihan dengan dualisme pemakai ini tinggi pada
vernakular.
12. Tingkat keseragaman dan sifat dasar dari hubungan antar lingkungan dan kultur sebagai suatu
tatanan untuk tingkah laku, gaya hidup sangat tinggi pada arsitektur vernakular.
13. Tingkat kesadaran diri atau ketidaksadaran dari proses desain. Desain dibuat melalui proses seleksi
atau tidak sengaja di desain seperti pada primitif dan instruktursinisme (sengaja di desain).
14. Bentuk perubahan pada desain vernakular sangat lama, hal ini disebabkan sesuai dengan keinginan
pemakai.
15. Tingkat pembagian konstruksi telah teruji.

B. Elemen karakteristik produk arsitektur vernakular di mana menjelaskan lingkungan sekitar, kualitas dan
atributnya termasuk arsitektonik formal tradisional, estetik dari lingkungan seperti:
1. Tingkat kekhususan kultural dan tempat.
2. Kekhususan kultural dan tempat pada primitif sangat tinggi, sedangkan pada vernakular cenderung
rendah.
3. Mempunyai bentuk model yang spesifik seperti bentuk rencana, morfologi bentuk, pola geometri, dll.
4. Konsistensi dari kultural lansekap dapat dikaitkan dengan konsistensi model yang dipakai, peraturan
yang kuat, tatanan yang jelas dan mudah.
5. Penggunaan material, tekstur, warna dan lain-lain yang khusus dipakai untuk mengindentifikasi
berbagai bentuk identitas sehingga konsistesi penggunaan sifat tersebut akan memperkuat kekhususan
suatu tempat.
6. Sifat atau dasar hubungan dengan lansekap pada desain vernakular lebih sesuai.
7. Desain vernakular seringkali sangat efektif merespon iklim, kultur, seperti gaya hidup, privacy, dll.
8. Kompleksitas lingkungan vernakular mempunyai kecenderungan sangat tinggi.
9. Kompleksitas pada skala lain berhubungan dengan adanya penggunaan single model variasi.
10. Kejelasan dan pemahaman lingkungan sehubungan dengan tatanan yang diekspresikan oleh model
secara efektif lebih mendukung secara kultural.
11. Penambahan, pengurangan dan perubahan merupakan jenis penyelesaian terbuka pada arsitektur
vernakular.
12. Keberadaan keseimbangan yang stabil diperlihatkan dalam hasil desain vernakular. Dalam pengertian
bahwa tempat satu bangunan dan hubungan serta karakteristik yang lain dapat sering berubah dengan
banyak cara.
13. Keefektifan dari lingkungan sebagai sebuah tatanan untuk gaya atau cara hidup dan system aktivitas
sangat tinggi.
14. Efisiensi penggunaan sumber alam sangat tinggi itu terlihat pada aplikasi dalam penggunaan tempat
yang multi fungsi, tatanan, dll.
15. Kompleksitas selalu berubah sehubungan dengan jenis aktivitas, jumlah dan overlap mempunyai
kecenderungan yang tinggi sebab lingkungan vernakular mengkoordinasi lebih banyak campuran
aktivitas dan aktivitas tambahan, ruang, jalan, lngkungan perbelanjaan, dll.
16. Tingkat deferensial tatanan, jumlah, type, variasi pada lingkungan vernakular rendah.
Sejarah Arsitektur Vernakular

Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular


Indonesia dan dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno.
Hal ini terutama dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi
arsitektur ini dapat dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah
pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM.
Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat melakukan migrasi dan diperkirakan
memiliki kesamaan tradisi arsitektur yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia,
dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di seluruh kepulauan Indonesia rumah
tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular memiliki kesamaan bentuk, baik
dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua
macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi
arsitektural Austronesia kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi
kayu, dapat ditanam kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan
fondasi batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan bagian
depan atap yang condong mencuat keluar [3]. Sedangkan di bagian timur kepulauan
Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur
vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai berbentuk
lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau struktur
atap berbentuk kubah elips [4].
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun
yang berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya
seperti bambu, daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari
lingkungan alaminya. Selain itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau
masyarakat yang kadang dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas
bangunan yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya, rumah
tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan ciri dalam terminologi
makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana ukuran dan bentuk rumah
mengindikasikan tingkat sosial dan status dari pemiliknya didalam masyarakat. Rumah
juga sering dipandang sebagai tempat bersemayam nenek moyang dan digunakan sebagai
tempat ritual dan upacara untuk menghormati mereka, dan juga digunakan saebgai
tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting umum lainnya
adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti depan dan belakang,
timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan luar yang disesuaikan dengan
pembedaan kelas diantara berbagai kelompok sosial masyarakat kesukuan secara umum.

Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia

Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai


tradisi yang bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua
dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai.
Bangunan tradisional yang dibangun oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap
memperlihatkan kemiripan yang lebih besar dengan tradisi arsitektural dan ragam
bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di Candi Borobudur di Jawa
Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dan di pantai. Rumah
tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan masyarakat
Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional yang
lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di
Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali
Mula) di Bali, dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat
dikepulauan Indonesia Timur juga dianggap sebagai masyarakat kuno, akan tetapi,
rumah tradisional mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk
dalam tradisi arsitektur asing yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian
dari ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.
Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam
bangunan Indonesia, yaitu:

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia


Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang mempunyai
karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular yang masih kuat dapat
ditemukan dibeberapa daerah pedalaman di berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat
dilihat pada rumah Batak dan rumah Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa
perbedaan yang umumnya tampak bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti
tradisi arsitektur vernakuler kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum adanya
tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Belanda.
Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar
Danau Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan
fitur tradisi arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga
besar, yang membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara
yang berbeda-beda tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi
arsitektur vernakular Batak juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi
(soro), serta bangunan untuk menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan
jenazah (joro).

Rumah Batak
http://www.prof-marlon.blogspot.com

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran


Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi vernakular kuno dan
tradisi arsitektural asing sudah lebih sulit dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut
adalah perpaduan antara bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia
berpadu kedalam tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu, Hindu-
Buddha, Islam, China, dan kolonial Belanda yang mana menghasilkan berbagai bentuk
percampuran dengan karakter yang berbeda-beda dan sering disebut dengan nama yang
khusus, seperti tipe rumah tradisional melayu. Beberapa dari rumah tersebut sangat
serupa dengan bangunan yang dibangun dengan tradisi arsitektural dan langgam bangunan
kuno Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah sulit dipahami akarnya, salah satu
contoh yaitu rumah Aceh dan Gayo.
Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi
arsitektural dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan
masyarakat melayu. Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu
struktur tegak berupa tiang kayu, lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan
bentuk atap pelana yang meruncing tinggi. Pembagian ruang dalam sama dengan rumah
Melayu, yaitu lantai bagian yang berbeda berada diketinggian yang berbeda pula dan
diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian tengah rumah dengan lantai
yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting, biasanya ditutupi dengan atap
dan langit-langit dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan benda-benda
keramat, alat makan, dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang terletak
diketinggian lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan
menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah
tradisional Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang
dari timur-barat. Hasilnya adalah rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.

Rumah Aceh
http://www.christineyunita.blogspot.com

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi


Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat, bentuk dan
fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular kuno telah dilebur dengan
tradisi dan langgam bangunan yang datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini,
maka bentuk dan fitur telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang
telah diganti secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari pengglobalan
dan pembudayaan Hindu-Buddha (antara abad kedua hingga kelima), dan ekspansi
kultural islam (sesudah abad kedua belas), ditambah dengan adanya pertumbuhan politik
berbasis Negara yang sangat tersentralisasi yang mempengaruhi semua sektor kehidupan
sosial dan mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan kata lain tipe rumah tradisional
dibagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses transformasi dari prinsip
arsitektural asing dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan dari tradisi kultural
domestik.
Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara
bentuk dan fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok
masyarakat elite migrasi Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-
raja islam. Karena kehadiran mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh
budaya maka tradisi arsitektural masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut
berubah. Namun tradisi vernakular dan langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh
masyarakat Aga yang mendiami daerah pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan
demikian, ada dua tipe rumah tradisional Bali, tipe rumah kelompok pemukiman
masyarakat Bali yaitu percampuran bentuk tradisi antara fitur lama dan baru, yang kedua
yaitu tipe rumah tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi vernakular dan
langggam bangunan kuno.

Rumah Bali
www. wacananusantara.org

Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.


Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang berbeda-beda namun
tetap mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural yaitu menghormati arwah para
nenek moyang, ritual pemakaman yang sangat rumit, tradisi panjang peperangan antar
suku dan antardesa yang baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain
dari kepulauan Indonesia. Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka masih
memainkan peran yang sangat penting, beberapa contoh rumah yang paling dikenal dari
tradisi vernakular arsitektur yaitu rumah tradisional masyarakat Sasak dibagian timur
Pulau Lombok, masyarakat Manggarai dan Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di
pulau Timor, dan masyarakat Dani di pedalaman Papua, di bagian barat New Guinea. Di
kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua bentuk arsitektural utama, yang
pertama adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan karakteristik tradisi
arsitektur vernakular Austronesia dan terdapat dua variasi yaitu rumah yang didirikan
diatas struktur tiang, terletak di permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang
berdenah lantai melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon,
sehingga menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya dengan rumah
tradisional lain di kepulauan Indonesia.
Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya dengan
tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau, kultur
masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik
animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain
jelas mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia
Timur. Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular
yaitu rumah tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar,
struktur atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe
joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat
serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah
Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.

Rumah Sasak
www. ahgidaman.blogspot.com

Bagaimana Melestarikannya

Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan
Nusantara contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur candi/kuil sebagian besar sudah
tidak difungsikan sebagaimana seharusnya, demikian halnya dengan bangunan
peninggalan bangsa lain seperti Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik,
akan dimanfaatkan dengan fungsi baru. Sedangkan arsitektur etnik yang kebanyakan
adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat ini sebagian besar masyarakat setempat
masih tetap membangun bangunan baru dengan gaya lama. Di beberapa tempat di
Indonesia dalam empat puluh tahun terakhir ini, telah banyak usaha yang dilakukan untuk
menghentikan kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya tradisi arsitektur
vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah dipelihara dan dilestarikan
sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disana
terdapat berbagai jenis model rumah tradisional. Di samping itu di beberapa daerah,
bangunan pemerintah dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau
paling umum di daerah tersebut, semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi dan
warisan budaya serta kebanggaan akan identitas kedaerahan.

Kesimpulan

Di beberapa tempat di Kepulauan Indonesia, tradisi arsitektur vernakular tetap terus


dipertahankan, sebagian besar tetap berlangsung kaku tanpa adanya modifikasi, sebagian
lagi dibangun secara modern tetapi dengan menambahkan fitur dan tradisi arsitektur
vernakular. Tradisi dan gaya arsitektur vernakular tetap penting bagi orang Indonesia
karena berbagai alasan, kepentingan, maupun kegunaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu
upaya agar kepunahannya dapat dihentikan, di samping itu pelestariannya untuk generasi
yang akan datang tergantung kepada besarnya kesadaran akan pentingnya tradisi dan
nilai-nilai dari warisan budaya yang tak ternilai.
Arsitektur Vernakular (Tradisional)

Arsitektur Vernakular (Tradisional) ialah arsitektur yang terbentuk dari proses


yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan
kebudayaan di tempat asalnya. Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat
lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar.

Arsitektur Vernakular tumbuh dari arsitektur rakyat,yang lahir dari


masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik. Dengan demikian Arsitektur
tersebut sejalan dengan paham kosmologi, pandangan hidup, gaya hidup dan
memiliki tampilan khas sebagai cerminan jati diri yang dapat dikembangkan secara
inovatif kreatif dalam pendekatan sinkretis ataupun eklektis. Modernisasi dan
kemajuan teknologi serta interaksi sosial ekonomi menuntut kehadiran Arsitektur
yang mampu berdialog dengan tuntutan baru.

ARSITEKTUR VERNAKULAR : diciptakan oleh orang-orang yeng


berpengetahuan.
Jadi orang desa yang melakukan desain bisa dikatakan seorang arsitek vernakular
misal: dengan adanya candi Prambanan, Borobudur, Rumah Joglo, Rumah gadang
ini semua merupakan karya arsitektur vernakular , kita tidak bisa tau siapa arsitek
sebenarnya. Atau mungkin ada tapi sang arsitek tidak dituliskan secara autentik.

CIRI-CIRI ARSITEKTUR VERNAKULAR:


Menggunakan bahan lokal

Menggunakan pengetahuan lokal

Menggunakan teknik yang sederhana

Suatu produk dari masyarakat lokal

Suatu yang berkaitan dengan budaya


Arsitektur Vernakular Indonesia: Peran, Fungsi, dan Pelestarian di dalam Masyarakat
19 Maret 2012

iaaipusat PIA 2011 Ade Sahroni, Arsitektur 2 Komentar

Ade Sahroni
Puslitbang Arkenas

Abstrak

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang
berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu
membuka untuk terjadinya transformasi. Arsitektur ini tetap bertahan dalam beragam bentuk
yang dikenal sebagai bangunan tradisional Indonesia yang umum dipakai dalam berbagai
kegunaan, baik sakral maupun non sakral. Bangunan yang termasuk dalam tradisi-tradisi
arsitektur vernakular Indonesia yang paling penting dan paling sering dibangun adalah rumah
yang digunakan sebagai tempat tinggal, lumbung, dan berbagai macam tempat penyimpanan dan
bangunan umum (balai, bale) yang digunakan sebagai tempat diselenggarakannya ritual, upacara
atau pertemuan warga. Di beberapa tempat di Indonesia, bangunan rumah tradisional hampir
punah, yang tersisa adalah sebuah rumah yang selamat karena alasan tertentu, atau beberapa
rumah yang sengaja dibangun sebagai model tipe rumah tradisional tertentu, atau beberapa
rumah yang dibangun berdasarkan arsitektur modern yang ditambah fitur dan karakter tradisi
arsitektur vernakular.

Kata kunci: Arsitektur vernakular, bangunan tradisional

Vernacular Architecture Indonesia:


Roles, Functions, and Preservation within communities

Abstract
Vernacular architecture is the architecture that grew and evolved from the folk architecture born
in ethnic communities and is derived from ethnic traditions, and built by worker based on
experience (trial and error), using local materials and techniques as well as a response to
environmental setting where the building is and always open for the transformation. This
architecture survives in various forms, mostly known as Indonesias traditional buildings, which
are commonly used for several purposes, both sacred and non sacred. Buildings included in the
vernacular architectural traditions of Indonesia such as residences, barns, and various other
storage areas and public buildings (balai, bale) used to hold rituals, ceremonies or community
gatherings. In some places in Indonesia, traditional buildings are almost extinct, except
buildings that survived for specific reasons, intentionally built as a model of traditional houses,
or built in modern architectural style added with features and characters of the tradition
vernacular architecture.

Keywords: Vernacular architecture, traditional building

Pendahuluan

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang
berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu
membuka untuk terjadinya transformasi [1]. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia
Tenggara merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa,
agama, serta berbagai macam budaya dan etnik yang merupakan jati diri dari tiap-tiap daerah.
Selain itu masing-masing daerah di Indonesia juga mempunyai satu atau beberapa tipe rumah
tradisional yang unik yang dibangun berdasarkan tradisi-tradisi arsitektur vernakular dengan
gaya bangunan tertentu yang menunjukkan keanekaragaman yang sangat menarik. Dan seiring
dengan perjalanan waktu, tradisi dan gaya bangunan yang baru dan berbeda-beda akan muncul,
akan tetapi dalam beberapa hal tradisi arsitektur vernakular masih dapat bertahan. Menurut
Sonny Susanto, salah seorang dosen arsitek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia
mengatakan bahwa arsitektur vernakular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur
tradisional, yang mana arsitektur tradisional masih sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup,
tatanan kehidupan masyarakat, wawasan masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan
sehari-hari masyarakatnya secara umum [2].

Meskipun arsitektur tradisional berkembang, namun tetap mempertahankan karakter inti yang
diturunkan dari generasi ke generasi yang menjadikannya sebagai karakter kuat akan suatu
tempat tertentu dan akan tercermin pada tampilan arsitektur lingkungan masyarakat tersebut.
Dalam perkembangannya, arsitektur vernakular mengalami banyak tekanan, baik dari dalam
maupun dari luar, antara lain dari masyarakat industri barat yang menebarkan potensi dari
teknologi modern dan bahan bangunan modern. Pada masa sekarang ini dimana modernisasi dan
globalisasi demikian kuat mempengaruhi peri kehidupan dan kebudayaan setempat, suatu
kondisi yang alami apabila suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan kebudayaan
setempat, namun perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang akan tetap memelihara
karakter inti dan akan menyesuaikan dengan kondisi pada saat ini, sehingga akan dapat terus
dipertahankan.
Peran dan Fungsi Arsitektur Vernakular

Di dalam konteks arsitektur, peran dan fungsi arsitektur vernakular menjadi penting bukan hanya
di Indonesia saja tetapi juga di Asia, karena Asia terdiri dari berbagai macam budaya dan adat
yang berlainan di berbagai wilayahnnya, dimana setiap wilayah memiliki ciri arsitektur yang
spesifik dan berasal dari tradisi. Antara tradisi dan arsitektur vernakular sangat erat
hubungannya. Tradisi memberikan suatu jaminan untuk melanjutkan kontinuitas akan tatanan
sebuah arsitektur melalui sistem persepsi ruang, bentuk, dan konstruksi yang dipahami sebagai
suatu warisan yang akan mengalami perubahan secara perlahan melalui suatu kebiasaan.
Misalnya bagaimana adaptasi masyarakat lokal terhadap alam, yang memunculkan berbagai cara
untuk menanggulangi, misalnya iklim dengan cara membuat suatu tempat bernaung untuk
menghadapi iklim dan menyesuaikannya dengan lingkungan sekitar dan dengan memperhatikan
potensi lokal seperti potensi udara, tanaman, material alam dan sebagainya, maka akan
terciptalah suatu bangunan arsitektur rakyat yang menggunakan teknologi sederhana dan tepat
guna. Kesederhanaan inilah yang merupakan nilai lebih sehingga tercipta bentuk khas dari
arsitektur vernakular dan tradisional serta menunjukkan bagaimana menggunakan material
secara wajar dan tidak berlebihan. Hasil karya rakyat ini merefleksikan akan suatu masyarakat
yang akrab dengan alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.

Sejarah Arsitektur Vernakular

Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia dan
dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama
dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi arsitektur ini dapat
dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai
Cina Selatan dan Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-
kelompok masyarakat melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur
yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di
seluruh kepulauan Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular
memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur
dasarnya.

Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua macam,
yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia
kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam
tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring
dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar [3].
Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan
sebagai bagian dari tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya
memiliki: lantai berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang
tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips [4].
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun yang
berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya seperti
bambu, daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari lingkungan
alaminya. Selain itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang
dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan yang berpengalaman
atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya, rumah tradisional di seluruh kepulauan
nusantara memiliki kesamaan ciri dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh
rumah, dimana ukuran dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari
pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai tempat bersemayam
nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan upacara untuk menghormati mereka, dan
juga digunakan saebgai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting
umum lainnya adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti depan dan
belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan luar yang disesuaikan dengan
pembedaan kelas diantara berbagai kelompok sosial masyarakat kesukuan secara umum.

Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia

Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai tradisi yang
bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan
masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang dibangun
oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap memperlihatkan kemiripan yang lebih besar
dengan tradisi arsitektural dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar
di Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah
dan di pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan
masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional
yang lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di
Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula)
di Bali, dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan
Indonesia Timur juga dianggap sebagai masyarakat kuno, akan tetapi, rumah tradisional
mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi arsitektur asing
yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha,
Islam, dan Eropa.

Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan
Indonesia, yaitu:

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia

Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang mempunyai karakter
dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa
daerah pedalaman di berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan
rumah Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya tampak bahwa
rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi arsitektur vernakuler kuno dan langgam
bangunan Austronesia sebelum adanya tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha, Islam, dan
kolonial Belanda.

Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar Danau
Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan fitur tradisi
arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar, yang
membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang berbeda-beda
tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi arsitektur vernakular Batak
juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi (soro), serta bangunan untuk
menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan jenazah (joro).

Rumah Batak
http://www.prof-marlon.blogspot.com

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran

Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi vernakular kuno dan tradisi
arsitektural asing sudah lebih sulit dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut adalah
perpaduan antara bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu kedalam
tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu, Hindu-Buddha, Islam, China, dan
kolonial Belanda yang mana menghasilkan berbagai bentuk percampuran dengan karakter yang
berbeda-beda dan sering disebut dengan nama yang khusus, seperti tipe rumah tradisional
melayu. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan bangunan yang dibangun dengan
tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah
sulit dipahami akarnya, salah satu contoh yaitu rumah Aceh dan Gayo.

Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi arsitektural
dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan masyarakat melayu.
Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu struktur tegak berupa tiang kayu,
lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana yang meruncing tinggi.
Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu lantai bagian yang berbeda berada
diketinggian yang berbeda pula dan diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian
tengah rumah dengan lantai yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting, biasanya
ditutupi dengan atap dan langit-langit dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan
benda-benda keramat, alat makan, dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang
terletak diketinggian lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan
menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah tradisional
Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang dari timur-barat.
Hasilnya adalah rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.

Rumah Aceh
http://www.christineyunita.blogspot.com

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi

Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat, bentuk dan fitur
yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular kuno telah dilebur dengan tradisi dan
langgam bangunan yang datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini, maka bentuk dan fitur
telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah diganti secara keseluruhan.
Hal ini dikarenakan adanya dampak dari pengglobalan dan pembudayaan Hindu-Buddha (antara
abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural islam (sesudah abad kedua belas), ditambah
dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara yang sangat tersentralisasi yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan
kata lain tipe rumah tradisional dibagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses
transformasi dari prinsip arsitektural asing dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan dari
tradisi kultural domestik.
Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara bentuk dan
fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok masyarakat elite migrasi
Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-raja islam. Karena kehadiran
mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya maka tradisi arsitektural
masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut berubah. Namun tradisi vernakular dan
langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh masyarakat Aga yang mendiami daerah
pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua tipe rumah tradisional Bali, tipe
rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu percampuran bentuk tradisi antara fitur lama
dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi
vernakular dan langggam bangunan kuno.

Rumah Bali
www. wacananusantara.org

Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.

Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang berbeda-beda namun tetap
mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural yaitu menghormati arwah para nenek moyang,
ritual pemakaman yang sangat rumit, tradisi panjang peperangan antar suku dan antardesa yang
baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain dari kepulauan Indonesia.
Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka masih memainkan peran yang sangat
penting, beberapa contoh rumah yang paling dikenal dari tradisi vernakular arsitektur yaitu
rumah tradisional masyarakat Sasak dibagian timur Pulau Lombok, masyarakat Manggarai dan
Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di pulau Timor, dan masyarakat Dani di pedalaman
Papua, di bagian barat New Guinea. Di kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua
bentuk arsitektural utama, yang pertama adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan
karakteristik tradisi arsitektur vernakular Austronesia dan terdapat dua variasi yaitu rumah yang
didirikan diatas struktur tiang, terletak di permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang
berdenah lantai melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon,
sehingga menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya dengan rumah
tradisional lain di kepulauan Indonesia.

Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya dengan
tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau, kultur
masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik
animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain jelas
mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia Timur.
Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu rumah
tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur atap rumah
tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe joglo yang dibangun masyarakat
Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat serupa dengan beberapa jenis rumah
tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.

Rumah Sasak
www. ahgidaman.blogspot.com

Bagaimana Melestarikannya

Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Nusantara
contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur candi/kuil sebagian besar sudah tidak difungsikan
sebagaimana seharusnya, demikian halnya dengan bangunan peninggalan bangsa lain seperti
Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik, akan dimanfaatkan dengan fungsi baru.
Sedangkan arsitektur etnik yang kebanyakan adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat
ini sebagian besar masyarakat setempat masih tetap membangun bangunan baru dengan gaya
lama. Di beberapa tempat di Indonesia dalam empat puluh tahun terakhir ini, telah banyak usaha
yang dilakukan untuk menghentikan kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya
tradisi arsitektur vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah dipelihara dan
dilestarikan sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disana
terdapat berbagai jenis model rumah tradisional. Di samping itu di beberapa daerah, bangunan
pemerintah dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau paling umum di
daerah tersebut, semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi dan warisan budaya serta
kebanggaan akan identitas kedaerahan.

Kesimpulan

Di beberapa tempat di Kepulauan Indonesia, tradisi arsitektur vernakular tetap terus


dipertahankan, sebagian besar tetap berlangsung kaku tanpa adanya modifikasi, sebagian lagi
dibangun secara modern tetapi dengan menambahkan fitur dan tradisi arsitektur vernakular.
Tradisi dan gaya arsitektur vernakular tetap penting bagi orang Indonesia karena berbagai alasan,
kepentingan, maupun kegunaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya agar kepunahannya dapat
dihentikan, di samping itu pelestariannya untuk generasi yang akan datang tergantung kepada
besarnya kesadaran akan pentingnya tradisi dan nilai-nilai dari warisan budaya yang tak ternilai.

Daftar Pustaka

Dawson Barry and Gillow John. 1994. The Traditional Architecture of Indonesia. Thames and
Hudson.

Gunawan Tjahyono. 1998. Architecture as the Volume 6 of Indonesian Heritage Series.


Singapore: Archipelago Press.

J.J.M. Wuisman, Jan. 2009. Masa Lalu dalam Masa Kini Posisi dan Peran Tradisi-Tradisi
Vernakular Indonesia dan Langgam Bangunan masa Lalu dalam Masa Kini. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Lilianny S Arifin. 2008. Arsitektur Nusantara Ala Mangunwijaya: Membangkitkan Makna


Vernakular Lewat Jiwa Tradisi dalam http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.php?
diunduh pada Senin, 26 September 2011 jam 13.45.

Probo Hindarto. 2008. Arsitektur Vernakular Sebagai Bahasa Arsitektur Yang Tidak Terbatas
Pada Sistem Konstruksi (esai) dalam http://astudioarchitect.com/2008/11/arsitektur-vernakular-
sebagai-bahasa.html diunduh pada Rabu, 28 september 2011 jam 10.05.

Lilianny S Arifin. 2008. Arsitektur Nusantara Ala Mangunwijaya: Membangkitkan Makna


Vernakular Lewat Jiwa Tradisi dalam http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.php?
diunduh pada Senin, 26 September 2011 jam 13.45.

Turan, Mete. 1990. Vernacular Architecture, Paradigms of Environmental Response.

Catatan:
[1] Turan Mete, Vernacular Architecture, 1990
[2] Dial Thespider Arsitektur Vernakular Sumatera Barat, In de_concept, diakses dari http://de-
arch.blogspot.com/2008/10/arsitektur-vernakular-tinjauan-rumah.html, pada tanggal 28
September jam 2.20
[3] Dalam artikelnyaThe House in Indonesia, Peter Nas menyebutkan beberapa pengarang
selain dirinya menyarankan definisi dan menyuguhkan tipe ideal rumah tradisional Indonesia
yang dibangun berdasarkan langgam tradisi kuno arsitektur vernakular Austronesia, namun
semuanya dianggap tidak terlalu memuaskan.
[4] Di masa lalu, rumah tradisional dengan tipe yang sama juga ditemukan dibagian barat
kepulauan Indonesia, misalnya di pulau Enggano. Sekarang ini rumah tradisional dengan denah
dasar elips dan dinaungi oleh atap kubah hanya ditemui di Pulau Nias.

Anda mungkin juga menyukai