NIM : 2222007
Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan
prosesbelajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni.
(Vitruvius).Arsitektur memiliki makna Guna dan Citra, yaitu bangunan yang tidak sekedar
fungsi, namun juga mengandung citra, nilai-nilai, status, pesan dan emosi yang
disampaikannya. (Romo Mangun). Arsitektur adalah karya dan cipta manusia dengan
langsung dikendalikan kehadirannya oleh manusia penciptanya di satu sisi dan dikondisikan
kehadirannya oleh tempat saat. (Josef Prijotomo).
Arsitektur Nusantara merujuk pada warisan arsitektur tradisional yang ada di wilayah
Indonesia dan sekitarnya. Arsitektur Nusantara tidak hanya sekadar bentuk fisik bangunan,
tetapi juga mencerminkan budaya, nilai-nilai, dan cara hidup masyarakat yang menghuni
kepulauan Indonesia. Arsitektur Nusantara adalah hasil dari interaksi antara manusia dan
lingkungannya selama ribuan tahun, dan memiliki makna yang dalam dalam sejarah dan
identitas masyarakat Indonesia.
4. Atap Sirap: Atap sirap (atap rumput) adalah ciri khas arsitektur Nusantara yang
membantu menjaga suhu di dalam bangunan dan memberikan perlindungan dari
hujan.
1. Bambu dan Kayu: Bambu dan kayu adalah dua material utama yang sering
digunakan dalam rumah tradisional Indonesia. Keduanya memiliki sifat-sifat yang
sesuai dengan iklim tropis lembab:
• Ketahanan terhadap Kelembaban: Bambu dan kayu memiliki ketahanan
terhadap kelembaban yang baik. Mereka tidak mudah lapuk atau membusuk
akibat paparan air, sehingga cocok untuk iklim tropis yang cenderung
lembab.
• Isolasi Termal: Bambu dan kayu memiliki kemampuan isolasi termal yang
baik. Mereka dapat menjaga suhu dalam rumah tetap nyaman meskipun
suhu eksternal tinggi. Ini penting untuk mengatasi panas tropis.
2. Konstruksi Fleksibel: Rumah-rumah tradisional sering menggunakan teknik
konstruksi yang fleksibel. Ini memungkinkan bangunan untuk merespons gempa
dengan cara yang lebih baik daripada konstruksi yang kaku. Bambu, misalnya,
memiliki kekuatan tarik yang baik dan dapat menahan getaran tanpa retak atau
roboh.
3. Atap Daun Kelapa dan Alang-Alang: Atap tradisional sering terbuat dari daun kelapa
atau alang-alang. Ini adalah pilihan yang cerdas karena dapat digunakan sebagai
ventilasi alami dan ringan sehingga tidak menambah beban struktur rumah
4. Penggunaan Batu: Beberapa rumah tradisional juga menggunakan batu sebagai
dasar atau dinding bawah. Batu memiliki ketahanan terhadap gempa yang lebih baik
daripada kayu atau bambu, dan ini membantu meningkatkan stabilitas bangunan.
5. Desain Adaptif: Rumah tradisional Indonesia sering dirancang dengan pintu dan
jendela besar, serta lantai terbuka di bawah rumah. Ini memungkinkan sirkulasi
udara yang baik dan membantu meredakan panas tropis. Desain ini juga
memungkinkan rumah untuk dengan cepat mengeringkan setelah hujan,
mengurangi risiko kerusakan akibat kelembaban.
Arsitektur Sasak yang berada di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu
contoh rumah adat yang mempertimbangkan penggunaan material dalam menanggapi iklim
tropis di Indonesia.