ARSITEKTUR
2. Cincin Api
Masyarakat Indonesia hidup di antara ring of fire atau cincin api. Hal ini membuat jumlah
wilayah di Indonesia rawan gempa bumi. Sesar gempa bumi yang aktif membuat masyarakat
Indonesia harus beradaptasi dalam membangun berbagai bangunan.
3. Musim
Di Indonesia hanya ada musim kemarau dan musim hujan. Iklim ini disebut mempengaruhi
bentuk atap rumah adat di Indonesia. Arsitektur nusantara mensyaratkan bangunan harus
tahan terhadap panas dan hujan lebat.
4. Geografi
Secara geografis, Indonesia terdiri lebih dari 17 ribu pulau. Namun 70% dari wilayah Indonesia
merupakan lautan dan 30% di antaranya adalah daratan. Karakter rumah yang berada dekat
dengan lautan tentu akan berbeda dengan rumah yang berada jauh dari lautan, seperti
sebagian besar negara di Eropa. Terdapat ciri khas tersendiri pada bangunan rumah dekat
pantai .
Berikut beberapa karakter Arsitektur khas Indonesia :
1. Bentuk Atap
Tinggal di negara tropis membuat masyarakat Indonesia harus memiliki tempat perlindungan
yang dapat melindungi dari panas dan hujan. Dengan begitu, atap adalah bagian terpenting dari
bangunan rumah di Indonesia. Maka dari itu, seluruh area bangunan rumah, termasuk teras,
tertutup oleh atap untuk melindungi rumah.
2. Material Kayu khas Arsitektur Nusantara
Kayu telah menjadi material utama untuk rumah-rumah adat di Indonesia . l ini kemudian
diadaptasi ke bangunan masa kini. Banyak orang yang ingin menggabungkan elemen modern
dengan elemen tradisional dengan menggunakan unsur kayu pada dinding dan lantai.
3. Struktur Bergoyang pada Arsitektur Nusantara
sebagian wilayah Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana gempa bumi. Maka dari
itu, bangunan rumah harus dibuat untuk meminimalisasi kerugian harta dan nyawa akibat
gempa. Bangunan rumah pun harus dibuat dengan struktur bergoyang. Untuk membuat
struktur bergoyang, rumah yang dibangun dengan konstruksi ikat serta menggunakan
sambungan pen lubang dan pasak.
4. Banyak Area Resapan Udara
Konsep arsitektur nusantara harus memiliki banyak area resapan udara. Hal ini curah hujan di
Indonesia cukup tinggi, sehingga membutuhkan banyak daerah resapan udara. Saat cuaca
sedang panas, udara yang terserap ke dalam tanah, bisa menguapkan kembali. Konsep ini telah
digunakan sejak jaman dulu, buktinya adalah banyaknya rumah panggung di Indonesia. Pada
bangunan rumah panggung, tidak banyak bagian konstruksi yang menapak langsung ke tanah,
sehingga sebagian besar lahan masih berupa tanah yang dapat menyerap udara.
Kearifan local apa yang harus diusung untuk pembangunan baru di Indonesia ?
Kearifan lokal merupakan bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian
yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan), dalam geografi kenusantaraan
sebuah bangsa. Secara fisik arsitektural dalam lingkungan binaan, permukiman tradisional dapat diperlihatkan
keragaman bentuk kearifan, salah satunya diwujudkan dalam bentuk dan pola tatanan permukimannya. Nilainilai
adat tradisi-budaya yang dihasilkan mempunyai tingkat kesakralan yang berbeda dari masing-masing daerah di
nusantara ini, sesuai dengan keragaman etnis yang menempati daerah atau wilayah tersebut.
Hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos
kerja
Kearifan lokal yang bertumpu pada keselarasan alam telah menghasilkan pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo
dengan konsep ruang terbuka menjamin ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara.
Dalam bidang arsitektur upaya penggalian kearifan lokal yang dimiliki dan dijalankan oleh suatu kelompok
masyarakat lebih mengarah pada bentuk-bentuk kebijakan atau kearifan yang melingkupi tata-bangunan dan tata
lingkungan yang bersifat fisik ekologis. Salah satu tujuan penggalian nilai-nilai kearifan lokal tersebut adalah untuk
keserasian dan berlanjutan lingkungan sekitar kita hidup.
Menurut penelitian yang berjudul Rumah Tradisional Palembang dan strategi pelestarian bangunan cagar budaya
(Siswanto, 1997) bagian depan rumah limas tidak terdapat jendela, diantara kedua pintu depan diberi dinding yang
berupa ruji-ruji kayu dengan motif tembus. Keadaan tersebut cukup efektif untuk sirkulasi angin walaupun
pemanfaatan sinar matahari kurang optimal. Selanjutnya, pada rumah Limas juga terdapat Lawang Kipas yang dapat
dibuka penuh dengan daun pintu berfungsi seperti plafond. Pada sisi lain, rumah tradisional pada umumnya
mempunyai nilai arsitektur yang tinggi serta merupakan cerminan kearifan lokal. Hal ini bisa dimengerti karena
rumah tradisional sesuai dengan iklim tropis, berwawasan lingkungan serta sesuai dengan konteks setempat
Kearifan lokal masyarakat terhadap rumah tradisional yang adaptif terhadap lingkungan disesuaikan dengan tingkat
teknologi dan ketersediaan bahan saat itu. Walaupun demikian, karena sistem konstruksi dan bahan bangunan yang
dipergunakan memiliki nilai universal maka hal tersebut tetap dapat diimplementasikan pada saat ini terutama
pada pembangunan lingkungan binaan
Bagaimana sebaiknya muatan lokal diaplikasikan ?
Muatan lokal yang diaplikasikan dengan baik dan benar dapat kita
lihat seperti contoh pada Istana Presiden di Ibu Kota Negara
Indonesia baru diberi nama Astana Indonesia Raya. Arsitek
perancang menuturkan konsep untuk istana presiden memang
terinspirasi tidak dari satu rumah adat yang dimiliki oleh
Indonesia. Tim perancang mencoba untuk menyampurkan
beberapa atap rumah adat menjadi satu bangunan. Arsitek
perancang menjelaskan inspirasi pembuatan desain atap untuk
istana presiden di Ibu Kota Negara baru juga menjelaskan bahwa
arsitektur rumah adat di Indonesia memiliki desain atap yang
menarik. Konsep idenya adalah mengambil tidak hanya satu
rumah adat tapi juga merepresentasikan seluruh rumah adat yang
ada di Indonesia, dengan cara dikolaborasikan atau dimix dalam
satu bangunan. Dan dapat bisa dikatakan secara arsitektur, rumah
adat yang ada di nusantara ini adalah arstitektur atap.
Kelas A | Dosen Pengampu : Ristya Arinta Safitri, S.T., M.Sc.
ARSITEKTUR
Sumber : https://www.bing.com/search?q=sejarah+perkembangan+gorden&qs=n&form=QBRE&sp=-1&pq=sejarah+perkembangan+gorden&sc=8-
27&sk=&cvid=3A3A10A20EA646A4B509D40CD64F8685
Bagaimana Sejarah Perkembangan dari Gorden ?
Tirai gorden memiliki sejarah yang panjang, sepanjang terciptanya tekstil itu sendiri.
Pada zaman dulu, tirai atau gorden pertama yang digunakan terbuat dari kulit
hewan dan biasanya tirai tersebut digantung di atas atau dekat pintu. Karena tirai
ini terbuat dari kulit binatang, maka tirai tersebut agak kaku dan tidak begitu
nyaman tentunya untuk digunakan.
Penduduk asli Amerika Utara pada waktu itu telah menggunakan tirai yang terbuat
dari kulit binatang untuk dijadikan tenda. Pintunya dirancang sedemikian rupa agar
terbentuk seperti gorden lipat supaya mereka bisa keluar masuk. Selain itu ‘pintu
gorden’ ini juga berfungsi utk mencegah debu, serangga atau kotoran kotoran lain
yang masuk.
Dengan berkembangnya produksi tekstil, seperti penenunan dan dyeing, evolusi tekstil rumah tangga khususnya untuk kehangatan seperti
selimut, tirai, dsb tidak kalah cepat majunya jika dibandingkan dengan berkembangnya pada pakaian. Tekstik pada awalnya terbuat dari
linen dan rami, seperti yang digunakan pada Mesir kuno, kemudian diikuti dengan wol, katun dan sutra.
Di abad pertengahan, kain sangatlah mahal dan hanya orang orang kaya atau berasal dari kelas atas saja yang dapat memiliki barang-
barang tersebut. Tapi setelah era industri dan pengembangan perdagangan tekstil, harga kain mulailah terjangkau. Pada zaman Renaisans,
meningkatnya jumlah rumah mulai terlihat lebih mirip dengan rumah pada hari ini. Banyak dari rumah rumah tersebut juga memiliki jendela
kaca tapi tanpa penutup sehingga cahaya matahari bisa masuk dengan leluasa. Untuk sebuah kehangatan dan privasi, orang orang mulai
menggunakan kain yang digantung yang kemudian lama lama disebut juga dengan tirai atau gorden. Dan ini juga sekaligus ikut membantu
berkembangnya industri tekstil dan membuat harga tekstil turun lebih drastis
akan tetapi hari ini kita bisa menemukan beraneka ragam bentuk, model dan bahan tirai yang cantik, dari yang kecil, besar, lebar, halus,
lembut sampai ke yang menguras banyak uang untuk memilikinya. Tirai bisa dikategorikan sesuai pada kemudahan pembersihannya,
penyerapan suara, tahan api, daya tahannya terhadap ultraviolet, retensinya terhadap minyak atau debu, keawetannya dan sebagainya
Sumber : https://www.bing.com/search?q=sejarah+perkembangan+gorden&qs=n&form=QBRE&sp=-1&pq=sejarah+perkembangan+gorden&sc=8-
27&sk=&cvid=3A3A10A20EA646A4B509D40CD64F8685
Apa saja Fungsi dari Kegunaan Gorden ?
1. Sebagai elemen dekorasi ruang
Tirai memberikan nilai estetika pada ruang karena berukurang sangat besar dalam sebuah ruang, sehingga bisa menyita perhatian siapa pun yang melihatnya.
4. Tipe Eyelet
Pada tipe gorden eyelet, terdapat ring-ring besi di bagian atasnya sebagai tempat menggantung pada batang jendela. Keberadaan ring tersebut dapat memudahkan saat
menggeser gorden. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kain yang ringan. Tampilannya cukup sederhana namun modern, sehingga sangat cocok untuk hunian
minimalis.
7. Tipe Valances
Bentuk gorden valances tampak bergelombang dengan indah sehingga meningkatkan estetika ruangan. Gorden ini digunakan pada bagian atas jendela saja, dan
berfungsi untuk menutupi batang jendela yang kurang indah jika terlihat. Biasanya gorden valances dikombinasikan dengan cascades, sehingga harus pandai
menyesuaikan warnanya.
8. Tipe Pleat
Gorden tipe pleat terdiri dari box pleated, tailored pleat, goblet pleat, dan pinch pleated. Perbedaan keempatnya terletak pada bentuk bagian atas gorden jendela. Box
pleated memiliki lipatan berbentuk kotak. Kemudian tailored pleat pada ujung atasnya ada jahitan tiap tiga lipatan sehingga mengerucut. Sementara goblet pleat, mengikat
tiga lipatan dan dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bentuk piala. Terakhir, pinch pleated terdiri dari tiga, empat hingga lima lipatan dengan bentuk yang tetap
seimbang. Hanya saja, semakin banyak lipatan maka akan semakin banyak kain yang dibutuhkan untuk membuat gorden.
2. 3D Blinds
3D Blinds merupakan inovasi tirai terbaru dari Onna yang terdiri dari dua jenis kain, yaitu Dimout dan Sheer dengan struktur tiga dimensi yang membuat tirai ini terlihat
menonjol di ruangan. Kain tirainya memiliki beberapa keunggulan, seperti dapat mengurangi bau pada ruangan, mudah dibersihkan, anti bakteri 99%, aman dan ramah
lingkungan. 3D Blinds sangat cocok untuk Anda yang menginginkan suasana baru dan fresh, karena inovasi blinds baru ini akan membuat ruangan tampak lebih elegan.
3. Honeycomb Blinds
Honeycomb Blinds dapat Anda jadikan pilihan penutup jendela selanjutnya. Blinds minimalis ini menggunakan sistem naik-turun dengan model kain melipat-lipat. Blinds
yang satu ini cocok untuk jendela kecil. Tersedia dengan pilihan kain Dimout dan Blackout.
4. Rainbow Blinds
Rainbow Blinds minimalis dengan sistem roll atau gulung ke atas merupakan pembaruan sistem dari Roll Blinds. Dengan dua kain yang turun dan memiliki motif garis-
garis horisontal. Motifnya kombinasi antara vitrase dan kain yang lebih tebal dengan ragam pilihan corak warna. Sehingga tidak perlu menaikkan kain sampai posisi atas
untuk melihat ke luar jendela. Cukup memposisikan kain dan vitrase dengan rantai mekanis sehingga Anda bisa melihat ke luar ruangan.
Modelnya yang cukup unik dan belum banyak diketahui orang, menjadi pilihan pas untuk menambah suasana mewah dan beda pada ruangan.
5. Slimeline
Slimeline merupakan salah satu model blinds yang paling lama. Menggunakan slat (sirip-sirip) alumunium dengan bermacam corak warna. Walaupun merupakan salah
satu model blinds terlama, tapi peminatnya masih banyak karena sistemnya yang multifungsi. Naik turun maupun buka tutup. Sistem yang cukup multifungsi buka tutup
dengan memakai stick maupun naik turun dengan benang nylon, kini hadir dengan corak baru yaitu warna serat kayu yang membuat tampilan lebih elegan dan estetik.
6. Vitrom Blinds
Vitrom Blinds merupakan penutup jendela dengan sistem gulung ke atas. Motifnya kombinasi antara vitrase dan kain lebih tebal dengan corak warna yang variatif.
Tampilan cukup elegan dengan lengkungan yang unik. Pilihan warnanya didominasi oleh serat natural yang elegan.
7.Vertical Blinds
Penutup jendela yang satu ini memiliki bentuk vertikal yang biasa digunakan pada perkantoran dan perumahan. Sebagai proteksi dari sinar matahari, vertical blinds
memiliki biaya perawatan yang cukup terjangkau.
Apakah ada Teknologi Baru dari Gorden ?
Konsep Smart Home
Smart Home secara harafiah dapat diartikan sebagai rumah pintar. Namun,
pada dasarnya smart home ini adalah istilah untuk rumah atau gedung yang
dilengkapi dengan perangkat berteknologi tinggi yang memungkinkan
seluruh perlengkapan dan peralatan yang ada saling terhubung dengan
sebuah sistem yang disebutkan dengan smart home system. Smart home
system ini adalah sistem rumah pintar yang digunakan untuk mengendalikan
hampir semua perlengkapan dan peralatan yang ada di dalam rumah atau
gedung melalui perintah yang dapat dikendalikan dalam jarak jauh (remote).
Contohnya seperti produk Smart Curtain Motor sebagai alat pada gorden.