Anda di halaman 1dari 15

ARSITEKTUR NUSANTARA

Alasan
Saya mengambil tema Arsitektur Nusantara karena saya ingin
mengangkat kembali sesuatu yang hampir pudar, yang ironinya itu yang
kita sebut indentitas kita sendiri.

Aristektur
Adalah sebuah sesuatu yang dicicptakan dengan begitu banyak
pertimbangan.

Nusantara
Adalah sebuah lokasi yang berada di dua benua(Asia dan Australia) dan
dua samudera(Samudera Pasifik dan Samudera Hindia).

Arsitektur Nusantara
Adalah Arsitektur Naungan bukan Lindungan.

Indonesia
Adalah salah satu Negara yang ada di bumi. Negara ini direklamasikan
pada tahun 1945. Negara yang terdiri dari 17000 lebih pulau besar dan
kecil.

Musim
Serupa dengan Iklim. Indonesia berada di garis Khatulistiwa. Musim di
Indonesia hanyalah 2 musim, yaitu; musim kemarau dan penghujan.

1
Geografi
Salah satu Ilmu yang mempelajari bumi. Geografi di Indonesia yaitu
lebih membahas Lempeng yang berada di wilayah Indonesia, ada 4
lempeng, yaitu; Lempeng Eropa, Pasifik, Filipina, dan Australia.
Indonesia juga dijuluki dengan Lautan yang berDaratan, dengan ini
Lautan adalah sebuah sarana jalan bagi Nusantara.

Budaya
Ada banyak sekali budaya di Indonesia, mulai dari bahasa yang
beragam, pakaian khas budaya masing-masing, musik, makanan, dan
begitu pula dengan Arsitekturnya.

Iklim dan Bangunan


Arsitektur Nusantara sangat dekat dengan Alam, sehingga alam adalah
sahabat bagi arsitektur nusantara itu sendiri. Karena konsepnya
aristektur nusantara yang berupa naungan yang hanya berdirikan tiang
dan beratapkan rumbia(menanggapi hujan dan panas), dan tidak ada
dinding yang memisahkan ruang dan alam.

Geografi dan Bangunan


Bahan bangunan arsitektur nusantara hanyalah kayu dan bahan tersebut
bisa dibilang bahan yang organik. Arsitektur Nusantara, persambungan
antar gelagar, dilakukan dengan menggunakan konstruksi goyang.
Konstruksi goyang tersebut akan menanggapi gempa yang sedang
menimpa arsitektur tersebut.

2
Tampilan dan Persolekan Arsitektur
Arsitektur Nusantara sangatlah langsung menunjukan tampilan bagian
luar bangunan yang sangat menawan dengan berbagain ornamen,
dekorasi, tumbuhan, geometris, secara dua dimensi maupun secara tiga
dimensi(dipahat). Dipermantap dengan aneka wujud atap bangunan.

Lokasi Arsitektur
Ini adalah suatu ironi, ibaratkan kita mempunyai kartu tanda
penduduk(identitas kita) namun hanya disimpan di saku. Sama seperti
Arsitektur nusantara yang sekarang sudah jarang ditekmukan dan hanya
bisa di dapati di kawasan pedesaan. Keadaan ini sangatlah mebuat
arsitektur nusantara itu tersisih. Arsitektur Nusantara sendiri terbagi atas
banyaknya suku yang ada di Nusantara ini.

Ilmu dan Pengetahuan


Setiap arsitektur nusantara memiliki Ilmu dan Pengetahuannya
tersendiri di setiap lokasi/suku.

Kepulauan Nusantara
Alam dan Iklim adalah sebuah lingkungan yang menjadi tempat bagi
munculnya arsitektur. Indonesia adalah negara kepulauan yang satu
pulau dengan pulau yang lain dihubungkan oleh laut. Laut atau perairan
adalah penghubung pulau dan daratan, bukan pemisah. Jikalau laut dan
perairan menjadi pemisah maka keterisolasian dari masing-masing
pulau akan dapat mucul sebagai konsekuensinya. Sebaliknya, dengan
menjadikan perairan dan laut sebagai penghubung, maka tidak hanya
keterisolasian itu tersisihkan, tetapi komunikasi atara pulau satu dengan
yang lain akan muncul sebaga konsekuensinya. Dengan itu kita bisa
terhubung dengan cara nenek moyang kita yang menggukan perahu.

3
Tanggapan
Sebagaimana halnya teknik konstruksi ikat dalam pembuatan perahu
sudah dikuasai semenjak duaratus tahun sebelum Masehi. Dengan
begitu pengetahuan akan konstruksi ikat itu telah mampu menembus
pedalaman dari daartan di pulau-pulau di Nusantara ini. Hal ini
sekaligus menggugurkan pandangan yang selama ini mengatakan bahwa
anak- anak bangsa Nusantara ini berada dalam keterisolasian.

Lembab
Lautan yang menjadi penghubung antar pulau juga memberikan
kekhususan pada iklim yang ada di Indonesia. Iklim di Indonesia tidak
hanya tropic, tetapi juga lembab, jadi beriklim tropic lembab.
Kelembapan dari iklim ini dipermantap oleh kekayaan hutan hujan
tropic yang mengisi daratan Nusantara. Dengan kelembapan ini pula
tubuh menjadi mudah sekali berkeringat seta udara berkurang
kenyamanannya karena menimbulkan kegerahan. Berhadapan dengan
kelembapa ini, sebuah penyelesaian cermelang telah berhasil ditemukan
oleh anak-anak bangsa Nusantara. Pertama, tidak merasa perlu untuk
mengenakan pakaian. Penutup tubuh yang ada hanyalah penutup
kelamin semata, atau lebih diperluas lagi adalah sebatas dari pusar
hingga lutut. Busana seperti ini adalah norma kesopanan yang berlaku,
dan itu berarti bahwa samasekali tidak porno sebagaimana kita sekarang
ini menilainya.

4
Tanggapan
Sebagaimana kenyataan bertelanjang dada adalah penyelesaian atas
kelembapan yang tak dapat dihindari, tentunya dapat dibayangkan
sebagaimana mestinya bangunan yang didirikan untuk “mewadahi”
manusia Nusantara. Dengan pencermatan seperti itu, dapat kemudian
dikatakan bahwa bangunan yang mewadahi manusia yang harus
berhadapan kelembapan adalah bangunan yang tidak memiliki dinding
tertutup. Sebuah beranda, serambi (teras) dan kolong bangunan adalah
tempat-tempat di bangunan yang dapat mewadahi manusia yang
berkeringat dan gerah karena kelembapan.

Angin
Dalam keadaan normal, angina menjadi sumber utama bagi penyejuk
udara. Angin yang berhembus dari laut akan membawa uap air dan
mendatangkan udara dalam yang lembab. Tetapi, bersamaan dengan
angina yang berhembus itu, kepengapan udara dalam ruangan juga akan
menjadi berkurang dengan cukup bena (signifikan).

Tanggapan
Dengan hembusan angin yang menyejukandan dengan kelembapan yang
dapat ditanggulangi dengan tinggal di beranda. Serambi atau kolong,
maka keberadaan bilik di dalam bangunan menjadi nyaris tak
terkunjungi di siang hari. Di malam hari saja bilik-bilik itu digunakan
sebagai tempat untuk tidur, untuk menyimpan badan.

5
Kemarau dan Penghujan
Iklim tropik hanya mengennal musim kemarau dan musim penghujan.
Dalam musim kemarau maupun dalam musim penghujan orang tetap
dapat menikmati hidup dengan busana yang hanya melingkari dari perut
hingga lutut. Terhadap terik matahari yang menyengat atau curah hujan
yang demikian deras, cukuplah bernaung di bawah pohon yang sangat
rindang. Kalau harus tetap melakukan perjalanan, orang Nusantara
cukup memotong daun pisang atau daun keladi untuk menaungi kepala
dan badan. Sementara itu dihadapkan pada musim penghujan yang
basah, permukaan tanah akan dengan langsung menjadi basah bila hujan
tiba.

Tanggapan
Dihadapkan pada keadaan yang dua iklim ini, bukan tindakan
berlindung yang diperlukan, tetapi adalah tindakan bernaung atau
berteduh. Arsitektur lalu bukan sebuah perlindungan; arsitektur adalah
sebuah pernaungan. Bagi kebutuhan seperti ini, yakni akan adanya
pernaungan atau peneduhan, maka cukup hadirnya sebidang atap
penaung atau peneduh yang menjadi jawabannya. Keanekaan ragam
bentuk atap itu berkaitan dengan peran penting dan terhormat dari
bagian atap. Dan menganggapi kepastian basahnya tanah, sebentang
geladak dapat dihadirkan, dengan ditinggikan dari muka tanah, dan
merentang di antara tiang-tiang yang menopang atap.

6
Bangunan kayu, Gempa dan Konservasi

Bangunan Kayu
Bangunan di Nusantara yang menggunakan bahan bangunan yang
organic, seperti kayu, bambu, alang-alang, rumbia, rotan. Pemakaian
bahan bangunan yang organik ini mengandung sebuah konsekuensi
langsung yang tidak dapat dihindari yakni aus dan lapuknya bahan itu
dalam jangka waktu yang tertentu. Alang-alang dan rumbia akan
menjadi bahan yang paling cepat aus dan lapuk, kemudian disusul oleh
bamboo dan rotan, dan akhirnya kayu yang dipakai untuk tiang, balok
dan bilah lantai serta bilah dinding sebagai yang paling mengalami
keausan dan kelapukan.

Tanggapan
Bahwa bangunan Nusantara sangatlah ramah lingkungan dengan bahan
organik, kesahabatan dengan alam yang menjadikan bangunan
Nusantara hanya memakai bahan yang dari alam.

Konstruksi
Dengan begitu ada tuntutan untuk menggantikan bahan-bahan
bangunan, begitu berkaitan dengan konstruksi yang digunakan;
konstruksi yang dapat dicopot dan diganti tanpa harus merusak atau
merubuhkan seluruh bangunan. Konstruksi ikat, konstruksi cathokan
serta konstruksi purus dan lubang adalah jitu.
Tidaklah mengherankan bila menyaksikan kehebatan bangunan
Nusantara yang samasekali tidak menggunakan paku tapi bisa berdiri
dengan kokoh.

7
Tanggapan
Gempa yang merupakan gerakan bumi secara tiba-tiba, dapat berupa
gerak yang horizontal dan dapat pula hadir dalam gerakan yang vertikal.
Dengan penerapan konstruksi goyang, saat gempa menerpa, bangunan
dengan nikmat mengikuti saja irama dari gempa, apakah horisontal
ataukah vertikal, ataukah keduanya secara bergantian atau persamaan.

Konservasi
Gerakan konservasi adalah gerakan melestarikan bangunan agar mampu
bertahan dalam perubahan waktu (dan ruang). Naluri dasar dari setiap
bahan bangunan organik adalah mengalami penuaan, lapuk dan runtuh
Konservasi di Nusantara adalah pelestarian yang mengharuskan
penggantian. Bongkar dan ganti dengan yang persis dengan yang
dibongkar, itulah tindakan konservasi yang berlaku di Nusantara.

Tanggapan
Pemikiran untuk mendapat bangunan yang mampu berusia ratusan
tahun tentu tidak ada dalam pemikiran arsitektur Nusantara. Yang ada
ialah bangunan yang lapuk atau aus tanpa harus mengakibatkan
bangunan runtuh. Atau, kalua memang harus mengganti seluruh bahan
bangunannya, maka membuat bangunan baru yang sepersis mungkin
dengan yang sudah tua dan aus adalah penyelesaiannya.

8
SEJARAH
Nusantara dan Perkembangan Arsitektur di Indonesia
Semenjak kawasan kepulauan di ujung tenggara Asia Tenggara di
namakan Hindia Belanda, tepatnya di tahun 1800, maka semenjak itu
hingga 1942 perkembangan arsitektur kita dapat dikatakan sebagai
perkembangan yang tergolong ke dalam periode Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan 1945, perkembangan arsitektur masuk ke dalam
periode Indonesia. Dengan meyakini bahwa sudah semenjak masa
prasejarah perkembangan arsitektur telah berlangsung di negeri yang
hari ini bernama Indonesia, kita tidak akan menutupi kenyataan itu
hanya karena pengetahuan arsitektur (arsitektur Eropa) baru hadir
setelah tahun 1800.

RUMAH
Adalah hasil ulah tangan dan akal manusia. Dia dirakit dan
disusun dengan segnap kesadaran dan keyakinan bahwa di
rumah ini (sebagian dari) hidup dan kehidupan manusia
penghuni digantungkan oadanya. Bila rumah ambruk penghuni
bisa binasa, bila rumah terbakar atau tiris (bocor) penghuninya
bisa sengsara. Tidak sekedar itu saja ketergantungan hidup
manusia pada rumah. Sebagai lingkungan hidup buatan,
kehidupan yang paling pribadi diselenggarakan di dalam rumah,
khususnya melangsungkan kegiata-kegiatan yang menjadi kodrat
manusia, melangsungkan kontak dengan Penciptanya,
menghormati leluhurnya, dan mengusahakan keturunan. Rumah
benar-benar menjadi bagian dari hidup manusia di mana manusia
terpisah daari alam lingkungan di luarnya; dia menjadi tempat

9
berlangsungnya hidup dan kehidupan yang tak membutuhkan
segala bentuk kontak dengan dunia luar beserta segala isinya.

Arsitektur Nusantara
Mendasarkan pemahamannya atas arsitektur anakbangsa Nusantara
pada pertama, kenyataan geoklimatik (kepulauan dan tropic lembab)
serta yang kedua adalah kenyataan tradisi tanpatulisan.
Arsitektur Nusantara bersifat Dinamika, yang dari waktu ke waktu
mengalami perubahan dan dari tempat ke tempat mengalami
penyesuaian. Arsitektur Naungan bukan Lindungan.

Arsitektur Tradisional
Mendasarkan pemahamannya pada arsitektur sebagai cerminan
budaya/kebudayaan, sebuah dasar yang tanpa disadari ternyata adalah
ranah kajian budaya dan antropologi.

Arsitektur Vernakular
Adalah arsitektur tradisional Barat (Arsitektur Romawi dan Yunani).
Berakar.

10
SALAH SATU ARSITEKTUR NUSANTARA
ARSITEKTUR SUKU MINAHASA
Minaesa pertama kali muncul pada perkumpulan para
"Tonaas" di Watu Pinawetengan (Batu Pinabetengan). Nama
Minahasa yang dipopulerkan oleh orang Belanda pertama kali
muncul dalam laporan Residen J.D. Schierstein, tanggal 8
Oktober 1789, yaitu tentang perdamaian yang telah dilakukan
oleh kelompok subetnik Bantik dan Tombulu (Tateli), peristiwa
tersebut dikenang sebagai "Perang Tateli". Arsitektur rumah
tradisional Minahasa dapat dibagi dalam periode sebelum gempa bumi
tahun 1845 dan periode pasca gempa bumi 1845-1945. Sesuai
Mamengko(2002), sebelum 1845 adalah masa Tumani, sebelum
kedatangan bangsa-bangsa barat di Minahasa, masyarakat telah
membuat rumah yang besar di atas tiang-tiang tinggi besar, rumah
dihuni 10-20 keluarga batih. Dibangun secara gotong-royong/ mapalus.
Karakteristik konstruksinya, rangka atapnya adalah gabungan
bentuk pelana dan limas, konstruksi kayu/ bambu batangan, diikat
dengan tali ijuk pada usuk dari bambu, badan bangunan
menggunakan konstruksi kayu dan sistem sambungan pen, kolong
bangunan terdiri dari 16-18 tiang penyangga dengan ukuran ∅80-
200 cm (ukuran dapat dipeluk oleh dua orang dewasa) dengan tinggi
tingginya 3-5 cm, tangga dari akar pohon besar atau bambu
Karakteristik ruang dalam rumah, hanya terdapat satu ruang
bangsal untuk semua kegiatan penghuninya. Pembatas territorial
adalah dengan merentangkan rotan atau tali ijuk dan
menggantungkan tikar (Graafland,1898). Orientasi rumah
menghadap ke arah yang ditentukan oleh Tonaas yang memperoleh
petunjuk dari Empung Walian Wangko (Tuhan).

11
SALAH SATU ARSITEKTUR NUSANTARA
ARSITEKTUR SUKU BATAK TOBA
Arsitektur tradisional rumah adat Batak Toba merupakan salah satu
rekaman sejarah dalam bentuk nyata yang memberi gambaran
kontinuitas kehidupan masyarakat dari masa lalu, kini, dan berlanjut
pada masa yang akan datang. Peninggalan karya arsitektur sekaligus
sebagai bukti sejarah yang bisa dikenang oleh generasi berikutnya
tentang kandungan makna historis dan sosial budaya.
Struktur pada ruma bolon memiliki tiga bagian struktur.
Pembagian ini memiliki karakter yang mirip dengan pembagian struktur
yang digunakan pada rumah tradisional yang berada di daerah Sumatera
lainnya, seperti pada daerah Pagar Alam, dan Mandailing. Ketiga
pembagian struktur tersebut adalah tarup (bagian struktur atas, kerangka
atap sampai pelapis atap, ruma (bagian struktur tengah, dinding, balok,
hunsi, dan sebagainya), dan bara (bagian strutkur bawah, tiang ,
pondasi, dan tangga). Ketiga bagian struktur ini memiliki fungsi masing
masing secara mikrokosmos maupun makrokosmos namun pada
penelitian ini memfokuskan pada fungsi bangunan, fungsi utama
bangunan ini iyalah rumah tinggal, ruma bolon termasuk dalam jenis
ruma batak, namun ruma bolon merupakan rumah yang ditinggali oleh
seorang Raja pada huta tersebut.
Sistem bongkar pasang atau knockdown pada bangunan ini,
mempengaruhi elastisitas bangunan. Ketika terkena beban lateral, ruma
bolon akan mereduksi gaya yang diterimanya, bangunan akan bergerak
ketika terkena gaya getaran atau gempa. Sambungan ikat dominan
terdapat pada bagian tarup terutama pada struktur penutup atap, dengan
luas permukaan yang besar ketika terkena tekanan tarup bergerak dan
kembali ke bentuk semula ketika tekanan angin tidak terlalu besar.

12
SALAH SATU ARSITEKTUR NUSANTARA
ARSITEKTUR SUKU TORAJA
Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi
Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja.
Kabupaten yang seluruh daerahnya merupakan daerah pegunungan ini
diperkirakan mulai kedatangan manusia pada abad ke-6. Mereka datang
menaiki perahu melalui sungai-sungai besar, terus menuju ke daerah
pegunungan Sulawesi Selatan hingga sampai ke Tana Toraja. Mereka
inilah yang kelak menjadi masyarakat Suku Toraja yang terkenal
dengan kebudayaannya yang unik. Salah satu bentuk kebudayaan Tana
Toraja yang masih bertahan hingga saat ini adalah arsitektur rumah
tradisional Tana Toraja yang unik dan berbeda dibandingkan dengan
arsitektur daerah lain. Ciri utama dari arsitektur rumah tradisional Tana
Toraja ialah bentuk atap yang menjulang pada bagian depan dan
belakangnya sehingga menyerupai bentuk kapal. Di bawah ini adalah
gambar tampak samping dan tampak depan Rumah Tongkonan, terlihat
bentuk atapnya yang menyerupai bentuk kapal.
Hal yang cukup menarik adalah bahwa setiap detail arsitektur
rumah tradisional Tana Toraja memiliki falsafah dasar yang bermakna.
Rumah Toraja, selain sebagai tempat tinggal, juga memiliki ciri filosofis
religius. Masyarakat Toraja mempercayai falsafah Aluk A’pa Oto’na
(empat falsafah dasar) yaitu : hidup, kehidupan manusia, kemuliaan
tuhan dan adat/kebudayaan. Keempat falsafah dasar itu saling berkaitan,
menjadi satu kesatuan. Dari 4 bilangan dasar inilah, terbentuk bangunan
dasar rumah Toraja yang terdiri dari 4 sisi (persegi panjang) yang
dibatasi dengan dinding. Tiang-tiang yang menopang struktur utama
bangunan menggambarkan rakyat yang mendukung keberlangsungan
pemerintahan/negara. Bentuk bangunan yang terlihat kecil, sempit dan
kurang terbuka menggambarkan kehidupan masyarakat Tana Toraja
yang cenderung tertutup dalam bermasyarakat dan lebih percaya akan
kekuatan sendiri.

13
SALAH SATU ARSITEKTUR NUSANTARA
ARSITEKTUR SUKU JAILOLO
Arsitektur tradisional di Halmahera Barat, khususnya di Jailolo,
pada saat ini masih ditemukan di beberapa tempat atau desa. Namun
demikian apabila tidak dirawat secara baik lama kelamaan mengalami
kepunahan. Masuk dan berkembangnya pengaruh budaya dari luar dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba cepat, telah pula
mengaburkan kaidah-kaidah arsitektur tradisional di Maluku. Sebagai
masyarakat kepulauan di Maluku, arsitektur bangunan ataupun ragam
hiasnya seringkali melambangkan perahu. Unsur perahu muncul dengan
sangat jelas pada bangunan tradisional di Halmahera dan Kepulauan
Maluku Tenggara. Sedangkan unsur-unsur persekutuan patasiwa
patalima lebih menonjol pada bangunanbangunan komunal di Maluku
Tengah (Seram dan Lease). Dilihat dari segi ragam hias pada bangunan,
maka secara umum menampakkan motif matahari, flora dan fauna serta
simbol-simbol yang berhubungan dengan kesuburan dan pemujaan
terhadap arwah leluhur. Secara fisik bentuk keaslian arsitektur yang
khas dapat memotivasikan nilai-nilai jati diri dari suatu kelompok etnis
tentang latar belakang sejarah budayanya. Hal tersebut dapat dilihat dari
arsitektur bagian luar bangunan yang mengandung gaya tipologi dengan
penampilan karakter bentuk ciri-ciri khusus yang menonjolkan simbol-
simbol identitas suatu kelompok etnis. Dari segi fungsinya, bangunan
tradisional sasadu, mempunyai tata ruang yang berfungsi sebagai wadah
yang didasarkan pada norma-norma yang mengandung falsafah bagi
pembentukan karakter dan kepribadian. Bangunan sasadu
mengisyaratkan nilai-nilai aturan, tata krama antarkeluarga, hubungan
sosial antarmasyarakat, saling menghargai dan menghormati bagi
terciptanya kerukunan dan keharmonisan hidup atas dasar kebersamaan.
Rumah tempat musyawarah sasadu ini digunakan sebagai pusat upacara
panen, tempat menyelesaikan adat, tempat musyawarah. Kosmologi
orang Sahu di Taraudu, berpangkal dari rumah adat dimaksud. Secara
fisik sasadu dibangun dengan sistem konstruksi rangka bahan
sederhana, namun memiliki makna penting bagi orang Sahu- Jailolo
(Joseph & Rijoli, 2005: 49).

14
DAFTAR PUSTAKA

Josef Prijotomo. 2018. Prijotomo membenahi ARSITEKTUR NUSANTARA. Wastu


lanas Grrafika

Josef Prijotomo. 2008. Pasang Surut ARSITEKTUR INDONESIA. Cetakan kedua:


Wastu Lanas Grafika

Debbie A.J.Harimu, dan Shirly Wunas. Perubahan Wujud Fisik Rumah Tradisional
Minahasa Di Kota Tomohon dan Tondano Provinsi Sulawesi Utara (Desa Tonsealama dan
Desa Rurukan)

Pierre Holy Gosal. 2015. Morfologi Arsitektur Rumah Tradisional Minahasa. Temu
Ilmiah IPLBI 2015

Mezak Wakim. 2015. Sasadu: Arsitektur Tradisional Jailolo Halmahera Barat

Rikha Sinampu. 2015. Definisi Arsitektur Menurut Para Ahli/Pakar. Pengantar


Arsiektur

Maria Ratna Ayu Kinasih, dan Abraham M. Ridjal. Keseimbangan Struktur Ruma
Bolon Simanindo di Huta Bolon Simanindo, Kabupaten Samosir

Aron Samosir. TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH ADAT


BATAK TOBA DI TOBA SAMOSIR

Sumber Internet

file:///C:/Users/Night_Raid/Downloads/S1-2015-319398-introduction.pdf

https://www.youtube.com/watch?v=UywJSKLjJDQ : Arsitektur Nusantara – Budi


Pradono. Kuliah Tamu.

15

Anda mungkin juga menyukai