Anda di halaman 1dari 26

RINGKASAN

PENGANTAR ARSITEKTUR
BAB I ASAL MULA BUDAYA ARSITEKTUR
Dan
BAB II TEORI, KRITIK, DAN SEJARAH ARSITEKTUR

Disusun oleh :
Nama : Fiki Susnia Buari
NPM : 18093019
Dosen Pembimbing : M. Dahari ., ST,.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2019

SEMESTER 1
BAB I
Asal mula budaya arsitektur

Arsitektur bermula sebagai tempat bernaung agar dapat bertahan hidup.


Bernaung bukanlah satu-satunya fungsi pokok dari perumahan.
Banyak ragam ditemukan, mulai dari tempat bernaung yang paling
sederhana di tierra de fuego melalui tingkat-tingkat perlindungan yang agak
rendah di antara beberapa tempat tinggal orang indian amerika di wincon dan
minnesota sampai kepada tempat bernaung orang eskimo yang telah sangat
maju.
Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam
kegunaan : melindungi manusia dan kegiatan-kegiatannya serta harta
miliknya dari elemen-elemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan,
dan dari kekuatan-kekuatan adi kodrati, membuat tempat, menciptakan suatu
kawasan aman yang berpenduduk dalam suatu dunia fana dan cukup
berbahaya; menekankan identitas sosial menunjukan status; dan sebagainya.
Dengan demikian asal mula arsitektur dapat dipahami dengan sebaik-baiknya
bila orang memilih pandangan yang lebih luas dan meninjau faktor-faktor
sosiol-budaya, dalam arti seluas-luasnya, lebih penting dari iklim, teknologi,
bahan-bahan, dan ekonomi.
Dalam keadaan apapun, interaksi di antara faktor2 ini lah yang paling
tepat utk menjelaskan bentuk bangunan. Satu penjelasan saja tidak memadai,
karena bangunan-bahkan rumah yang tampaknya sederhana-adalah lebih
daripada sekedar objek kebendaan atau struktur.
1. Pembedaan ruang
Pembedaan antara ruang-ruang dan tempat-tempat sejak zaman
purbakala kita diharapkan lebih daripada hewan. Hominid dan
manusia memerlukan tempat untuk saling bertemu, untuk membagi-bagikan
makanan, dan digunakan sebagai daerah kekuasaan pribadi. Jadi hubungan
ruang dan sosial tidaklah acak tetapi teratur. Perbedaan yang pertama
diketahui, manusia melukiskan melalui bahasa dan menyatakannya lewat
bangunan. Arsitektur mengekspresikan proses kognitif untuk membedakan
tempat.
Menandai tempat menjadi lebih penting ketika hominid pertama
meninggalkan pohon-pohon lalu mulai pindah melintasi padang rumput
terbuka, dan pada waktunya ketika kebutuhan kognitif dan simbolik serta
kemampuan bertambah sementara peranan alat dan bahasa dalam proses ini
telah dipelajari , peranan bangunan sebagai cara mengkiaskan bagan dan
tempat kognitif dalam bentuk fisik nyaris tidak mendapatkan perhatian sama
sekali.
Dapat kita perhatikan suatu kelompok seperti orang pribumi di australia, yang
membangun beberapa bangunan kita dapati bahwa mereka membedakan
tempat-tempat di suatu padang pasir yang tanpa ciri-ciri apapun dengan
memahami perbedaan-perbedaan dan dengan membedakan tingkat
kepentingan terhadap tempat-tempat tersebut.
Mereka juga menandai tempat ini dengan berbagai cara dengan memberikan
mitos pada tempat ini dengan menghidupkan kembali ritus-ritus di pelataran-
peralatan upacara, dan dengan menggunakan lukisan dan ukiran suci di batu-
batu karang dan gua (seperti dilakukan orang eropa 25.000 tahun yg lalu).
Mereka juga memasang tanda peringatan dan tugu sementara/tetap
membangun ritus/upacara yg digarap dgn seksama, menggunakan api unggun
sebagai tanda peringatan, dan sebagainya.
Contoh :
 Di Amerika Latin (Kolumbia), di hunian-hunian pemukiman liar, terdapat
ketentuan-ketentuan yang jelas mengenai siapa yang boleh masuk dan
sampai kemana. Batas-batas ini tidak selalu dinyatakan oleh tembok-
tembok kokoh, ada kalanya hanya oleh tirai manic-manik atau perubahan-
perubahan di tingkat lantai.

transisi sosial, dan seringkali hal ini memiliki pandangan ruang.


Arsitektur memperjelas transisi ruang, yang tentunya mempunyai arti
sosial dan konseptual. Jadi tembok, gerbang, pintu, ambang, dan
sebagainya sering menandai peralihan antara di dalam/ di luar.
 sebuah rumah maya berkamar tunggal, ukuran 23 kali 20 kaki, pada
dasarnya dibagi dengan cara yang agak rumit ke dalam daerah
kediaman pria dan wanita, walaupun tidak terbagi secara fisik. Bahkan
pembagian tenda pun secara konseptual bisa sangat rumit sehingga di
kalangan beberapa suku Turki terdapat perbedaan kognitif yang penting
antara tenda bundar (Yurt), yang merupakan daerah wanita, dan tenda
hitam empat persegi panjang besar, yang merupakan daerah pria. Rumah-
rumah mempunyai bagian depan dari batu di plester dari batu yang
menonjol, diplester mulus dan di cat menyala dengan pintu-pintu menuju
ruang dalam bercahaya suram di bawah portico jeramiyang teduh; di
belakang ruang depan palsu ini terdapat sekat yang terdiri dari tiang.

 Frilandsmuseet, sebuah museum terbuka dengan arsitektur asli


Denmark di dekat Kopenhagen yang mencakup sebuah pondok nelayan
dari Agger di Pantai Laut Utara. pada bagian yang di huni dari pondok
tersebut ( sebagian kecil dari keseluruhan), setengah dari ruang yang
ada berupa sebuah ruang formal (‘yang terbaik”) yang tak dapat
didiamgi dan jarang digunakan, hanya untuk peristiwa-peristiwa resmi.
Segala kegiatan lainnya-tinggal, makan, tidur- dilakukan di bagian
tengah yang lain dari rumah itu. Perbedaan depan/belakang ini
menunjukan kehormatan, dan terdapat di banayk bagian lain di dunia.
 Australopithecines

pliosen Atas memiliki bebrapa tempat bernaung. Unsur-unsur batu berbentuk


setengah lingkaran yang mungkin menjadi penahan angina tau pondasi untuk
gubuk selebar 2 meter terdapat di Olduval Gorge, Tanzania, dan berrasal dari
kira-kira 1,8 juta tahun yang lalu. Tampaknya tempat ini telah dibuat dengan
baik ketika itu; hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ‘home base behavior’
merupakan cirri pokok dari perilaku manusia yang berbeda denganperilaku
hewan tegak lainnya. Fungsi bukan-tempat bernaung dari konstruksi
demikian- yang menandai rumah (keluarga) – barangkali setidak-tidaknya
sama pentingnya (kalau tidak lebih penting) dengan peranannya sebagai
tempat bernaung.

2. Peninggalan Arsitektur
sejak kapankah dalam sejarah umat manusia dapat ditemukan bukti
adanya bangunan? Sedini mana dapat ditemukan bukti-bukti adanya
pembedaan?...
Jelas bahwa sistem seperti digunakan oleh pribumi austraslia hanya
meninggalkan sedikit jejak, walaupun para arkeolog dapat menentukan
tempat-tempat permukiman yang digunakan sepanjang kurun waktu yang
sangat lama dan ada kalanya bahkan lokasi masing-masing gubuk.

 Untuk mengulas sejarah asal mula, australia dengan para arkeolog


menentukan tempat-tempat permukiman yang digunakan sepanjang
kurun waktu yang sangat lama dan ada kalanya bahkan lokasi masing-
masing gubuk untuk mengungkap asal mula.
 Wigwams (atau wetus) adalah rumah asli Amerika digunakan oleh
Algonquian India di daerah hutan. Wigwam adalah kata untuk "rumah"
di suku Abenaki, dan wetu adalah kata untuk "rumah" di suku
Wampanoag. Kadang-kadang mereka juga dikenal sebagai rumah
birchbark. Wigwams adalah rumah-rumah kecil, biasanya 8-10 kaki.
Wigwams terbuat dari bingkai kayu yang ditutupi dengan tikar
anyaman dan lembar kulit pohon birch. Frame dapat berbentuk seperti
kubah, seperti kerucut, atau seperti persegi panjang dengan atap
melengkung. Setelah kulit pohon birch adalah di tempat, tali atau strip
dari kayu yang melilit wigwam untuk menahan kulit di tempat
 Australopithecines
Unsur-unsur batu berbentuk setengah lingkaran yang mungkin menjadi
penahan angina atau pondasi untuk gubuk selebar 2 meter terdapat di
olduval gorge, tanzania, dan berrasal dari kira-kira 1,8 juta tahun yang
lalu. Tampaknya tempat ini telah
dibuat dengan baik ketika itu; hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa ‘home base behavior’ merupakan ciri pokok dari perilaku
manusia yang berbeda denganperilaku hewan tegak lainnya.
Fungsi bukan-tempat bernaung dari konstruksi demikian- yang
menandai rumah (keluarga) – barangkali setidak-tidaknya sama
pentingnya (kalau tidak lebih penting) dengan peranannya sebagai
tempat bernaung.

3. Apakah arsitektur itu


Asal mula arsitektur lebih dini dari arsitek pertama, yang biasanya
dianggap sebagai si perancang piramida berbentuk tangga di mesir,
sebagian besar dari apa yang dibangun tidak dirancang oleh kalangan
professional tapi lebih merupakan dorongan ekspresi arsitektural yang
sama yang mendorong rancangan gaya modern. Asal mula arsitektur
atau pemahaman tentang apakah arsitektur harus memperhatikan
tradisi rakyat yang disebut “primitive” atau “asli”. Dengan ditemukannya
artifak terbukti bahwa manusia jaman dahulu juga melakukan beberapa
kegiatan seperti membuka hutan, mendirikan perhentian di tepi jalan,
atau membuka suatu perkampungan.
Dengan beragam kebudayaan menghasilkan tempat dan bangunan yang
berbeda. Ketaan pada norma ini juga menghasilkan cara-cara khas
dalam berpakaian, berperilaku, makan dan sebagainya. Ia
mempengaruhi cara manusia berinteraksi serta menyusun ruang dan
waktu. Pilihan-pilihan yang tetap inimenghasilkan gaya –baik pada
lingkungan buatan ataupun pada kehidupan.
Dalam membuat lingkungan yang ideal diperlukan nilai-nilai, norma-
norma, criteria, dan anggapan-anggapan tertentu.
Kebudayaan dapat dilihat dalam tiga cara utama, sebagai suatu cara
hidup yang mencirikan suatu kelompok; sebagai suatu sistem lambing,
arti, dan schemata kognitif, dan sebagai suatu perangkat strategi
penyesuaian diri guna kelangsungan hidup, dalam kaitannya dengan
ekologi dan sumber daya.
Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosial budaya, arsitektur
dapat dianggap sebagai suatu konstruksi yang dengan sengaja mengubah
lingkungan fisik. Perbedaan antara bangunan dan pemukiman adalah
perbedaan dalam skala. Seperti pernah dikatakan also van eyck : ‘
sebuah bangunan adalah suatu kota kecil, sebuah kota adalah suatu
bangunan yang besar.”
Manusia memikirkan lingkungan sebelum mereka membangunnya. Alam
pikiran menata ruang, waktu, kegiatan, status, peranan, dan perilaku.
Gagasan membantu perilaku dengan mengingatkan manusia tentang
bagaimana bertindak, bagaimana berperilaku, dan apa yang diharapkan
dari mereka. Semua lingkungan buatan –bangunan, pemukiman, dan
lansekap- merupakan satu cara untuk menata dunia dengan memuat
sistem tatanan atau pengaturan lingkungan.

4. Penataan lingkungan
Tujuan penyusunan ruang dan waktu adalah untuk mengatur dan
menyusun komunikasi (interaksi, penghindaran, doinasi, dan
sebagainya). Melalui perilaku yang suci dan berbagai cara menandai wilayah
kekuasaan, makna diberikan pada tempat dan perilaku.
Lingkungan dapat dianggap sebagai serangkaian hubungan antara benda
dengan benda lain, benda dengan manusia, dan antara manusia dengan
manusia yang lain. Hubungan ini teratur; ada pola dan strukturnya.
Lingkungan bukanlah sutau kumpulan benda acak.
Pengaturan perancangan pada semua skala, mulai dari daerah yang sangat
luas sampai pengaturan parabot rumah dapat dianggap sebagai pengaturan
ruang untuk berbagai kegunaan, menurut ketentuan yang mencerminkan
kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai dan hasrat-hasrat kelompok atau pribadi
yang melakukan pengaturan tersebut. Ketentuan-ketentuan juga mewujudkan
citra ideal yang menunjukan kesesuaian antara ruang fisik dan ruang sosial,
konseptual, dan jenis-jennis ruang lainnya.
Lingkungan mencerminkan dan mengendalikan interaksi, sifat, intensitas,
tingkat, arahnya, dan sebagainya. Bila masyarakat memperhatikan dan
memahami isyarat-isyarat dalam lingkungan yang menyatakan jenis-jenis
rona tertentu, mereka mngetahui bagaimana berperilaku wajar, berlakulah
konteks sosial. Tentu saja manusia juga harus diperisapkan untuk bertindak
wajar, tapi bila isyarat-isyarat tidak diperhatikan atau dipahami, perilaku
yang wajar menjadi tidak mungkin.
Akhirnya manusia hidup dalam waktu maupun dalam ruang; lingkungan
bersifat temporal dan dapat dianggap sebagai pengaturan waktu atu yang
mencerminkan dan mempengaruhi perilaku dalam waktu. Ini dapat dipahami
dalam dua cara. Yang pertama menunjukan pada penstrukturan waktu
kognitif dalam skala besar, seperti arus linear tehadap waktu daur, orientasi
masa depan
terhadap orientasi masa lampau, masa depan sebagai peningkatan atas
masa sekarang terhadap masa depan sebgai waktu yang lebih buruk,
bagaimana waktu dinilai, dan karena itu bagaiman halusnya ia dibagi
lagi dalam unit-unit. Pertimbangan akhir ini mempengaruhi cara kedua,
dimana pengaturan waktu dapat ditinjau; tempo, atau jumlah peristiwa
persatuan waktu, dan ritme, atau ditribusi kegiatan dalam waktu,
umpamanya siang dan malam. Tempo dan ritme bisa jadi bersesuaian
atau tidak bersesuaian satu sam alain, sehingga orang dapat dipisahkan
dalam waktu/atau dalam ruang. Jadi kelompok-kelompok dengan ritme
berbeda-beda yang menempati ruang yang sama tak mungkin pernah
berkomunikasi.

5. Sistem penataan
Tata lingkungan merupakan penampilan fisik dari sistem dan bagan
penataan, suatu sifat dasar dari alam pikiran manusia. Proses ini selalu
sama, walaupun bentuk khas penataan dan cara yang digunakan untuk
menampilkannya secara budaya adalah khas.
Bila semua bangunan dan lingkungan buatan dalam masyarakat
tradisional adalah suci, , mengapa banyak atau sebagian besar
kebudayaan memiliki bangunan-bangunan dengan kesucian yang
khusus?
Jawabannya adalah perbedaan kadar (tingkat), strukturnya berbeda dan
mencoba memperkirakan skema yang dicita-citakan secara lebih dekat.
- Tempat-tempat suci tertentu yang dilindungi dan jalan masuk ke
dalamnya lebih terbatas dibandingkan dengan tempat2 biasa.
Pembedaan ini mengandung arti bahwa terdapat suatu hirarki
kesucian (penjenjangan ada tahapan/tingkatan).
- Dalam rancangan gaya tinggi, untuk memperkirakan kedekatan dengan
sang maha besar, merasa lebih dekat dengan tuhan. Ditambahdengan
lambing-lambang, gambar, patung2 tertentu yang
menjadi kepercayaan manusia menambah nilai khusus khusyuk
beribadah yaitu apa itu kesan suci. Tekanan pada bangunan suci.
Merata, dengan berjamaah atau bersama-sama melakukan keyakinan
beribadah,
Contoh:
Aborigin, memiliki tempat-tempat suci tertentu, yang lebih dilindungi
dan jalan masuk kedalamnya lebih terbatas dibandingkan dengan ke
tempat-tempat biasa (tempat-tempat yang mengandung sumber-
sumber daya alam). Proses penataan dan pembedaan mengandung
arti bahwa terhadap suatu hirarki kesucian; inimmerupakan cara
yang jelas untuk melakukan pembedaa antara tempat-tempat. Suatu
hogan navaho adalah suci, tetapi sebuah hogan khusus dibangun
untuk upcara penobatan dan disucikan dengan ritual khusus, lukisan
pasir dan sebagainya. Sebuah permukiman maya disucikan
keseluruhannya melalui ritual, tetapi ritual ini tergantung pada
hubungan permukiman tersebut dengan tempat, bangunan, dan
monument yang secara khusus disucikan. Seperti kita lihat,
kekhususan demikian juga terdapat dalam rancangan gaya tinggi.

6. Tujuan Arsitektur
Mengapa manusia menciptakan lingkungan buatan yang demikian sulit?
Apa kah kiranya tujuan arsitektur itu? Bahkan analisis singkat yang
kita lakukan hingga kini mengemukakan bahwa tujuannya lebih dari
sekedar fungsi tempat bernaung guna mengubah cuaca (dgn adanya
arsitektur, lingkungan alam yg sebenarnya panas, menjadi adem. Contoh
rumah, taman, kolam
Arsitektur itu memberikan rona bagi kegiatan-kegiatan, kekuasaan,
status, atau hal2 pribadi; menampilkan; mendukung keyakinan,
menyampaikan informasi, membantu menetapkan identias pribadi,
kelompok, dan mengkiaskan sistem-sistem nilai. Arsitektur juga dapat
memisahkan wilayah, membedakan disana dan disini, adanya ruang,
hal2 suci, dan duniawi, pria dan wanita, depan dan belakang, kanan dan
kiri, pribadi, dan umum,dan sebagainya.
Arsitektur menjadi begitu menyatu dengan kebudayaan dan gaya hidup,
menciptakan bentuk sesuai dengan lingkungan dan menyampaikan hal-
hal yang lebih disukai, hirarki, gaya hidup dan sebagainya. Adanya
gagasan yang terus menerus membuat situasi perkembangan arsitektur,
perilaku, kebutuhan, lingkungan, sosial dan budaya berubah, semua itu
termasuk untuk pengaturan bentuk dan ruang.
Contoh yang belakangan ditunjukan oleh suatu permukiman liar di
afrika. Di sini batu-batu dilabur putih yang menandai pojok tanah
mencegah orang masuk melintasi tanah milik itu. Perubahan
ketinggian atau penghalang yang kokoh, mungkin mempunyai berbagai
tujuan yang tidak selalu harus sama menonjolnya. Penghalang seperti
itu dapat membatasi penglihatan, mencegah pergerakan, member
keteduhan, member perlindungan terhadap angin, memisahkan
wilayah, memberikan serangkaian rona yang dapat dikenali cirinya
untuk kegiatan yang berbeda-beda dan sebagainya. Jadi, bangunan
dapat di pahami dari segi bagaimana hubungannya dengan masyarakat
dan rona-rona alami bagaimana hubungan ini lama kelamaan berubah
bersama kebudayaan.

7. Sistem rumah-permukiman
Perbedaan-perbedaan dalam sistem rumah-permukiman ini,
hubungan antara unsur-unsur gaya tinggi dan matriks asli pribumi,
dan perbedaan-perbedaan dalam bagan juga mengarah pada
kesadaran bahwa sangatlah penting untuk memperhatikan segala
sesuatu secara lintas-budaya daan secara sejarah, atau mengapa kita
seyogyanya memperhatikan asal mula budaya arsitektur.
Bila tempat bernaung merupakan fungsi satu-satnya, kita akan mendapati
lebih sedikit ragam dalam bentuk. Kita sudah melihat menemukan rumah-
rumah yang sama dalam bentuk dan bahan dalam wilayah2 iklim yang sama
nih seperti australia, amerika itu. Ragam bentuknya sederhana karena hanya
merupakan tempat tinggal. Sepanjang waktu kita melihat bahwa kemajuan
arsitektur dengan bangunan2 tidak lagi berfungsi pokok sbg tempat bernaung.
Pentingnya sistem rumah-permukiman juga timbul dari pembahasan kita
tentang pembedaan, perkembangan berbagai rona/citra untuk tujuan yang
berbeda-beda.
Hirarki nilai.
Ingatlah bahwa penampilan fisik dari perbedaan-perbedaan merupakan
bantuan berguna yang mengingatkan orang akan banyak hal perlaku manusia,
identitas sosial, nilai sebuah bangunan, kegunaan atau fungsi bangunan.orang
hidup dalam ruang-waktu dan memiliki sistem kegiatan yang rumit dan
bertautan dengan kegiatan2 dari orang-orangnya. Masing2 individu berbeda
aktivitas dan kegiatannya, kebutuhan menjadi berbeda-beda.
Perbedaan budaya, gabungan dari kegiatan yang berbeda pula. Di kedai kopi,
merupakan pusat bagi kaum pria, sedang kan sumur pusat bagi kaum wanita.
Pola perlaku manusia, kegiatannya itu saja sudah menghasilkan kebudayaan
yang berbeda. Di korea selatan, kedai the merupakan unsur penting bagi kaum
pria; di inggris, menjadi kalangan kelas para pekerja, kedai minuman(pub)
yang penting; sedangkan dusun2 di hongaria kandang lah yang penting.
(tempat semua keputusan diambil).
8. Pelajaran lintas-budaya dan pelajaran dari sejarah
Hingga kini kita telah mencoba menjelaskan makna konsep arsitektur
dan dengan demikian memberikan suatu dasar yang lebih memadai
untuk perancangan berdasarkan suatu pemahaman yang penuh dan
utuh tentang perilaku manusia yang berinteraksi dengan lingkungan
buatan. Rita boleh bertanya, mengapa kita harus mengkaji masa lampau
nan jauh dan segala jenis bangsa “primitive” sementara banyak dari kita
menghadapi masalah-masalah masa depan.
Jawabannya adalah sederhana dan paling penting.
Jadi, sebenarnya, suatu pembahasan tentang asal mula arsitektur
dalam masa lampau yang suram dan jauh tampaknya menerangi
beberapa perubahan wawasan baru tentang apakah arsitektur itu –
hubungan perilaku dengan lingkungan, proses perancangan, dan
hubungan kebudayaan dengan bentuk. Bersamaan dengan itu, ia
membantu kita memperdalam dan memperjelas gagasan-gagasan baru
dan menempatkannya dengan kukuh dengan cara yang paling mendasar
dimana pikiran manusia bekerja. Memang, hewanpunmenata
lingkungan dengan menggambarkan dan menciptakan bagan.
Arsitektur dapat dipahami dengan baik bila ia dianggap jauh lebih
daripada sekedar tempat bernaung dan suatu tanggapan untuk
memanifestasikan fungsi. Jadi pengekpresian semua hal lain yang
dilakukan bangunan-bangunan dan lingkungan buatan menjadi hakiki
dan perlu terjadi. Makin sering kita semua berfikir dengan cara ini,
makin mungkinlah hal itu terjadi.
BAB III

Teori, kritik, dan sejarah arsitektur

1. Sejarah dalam arsitektur


Pembelajaran tentang sejarah dalam arsitektur akan terkait dengan
deskripsi dan interpretasi kajian akan keberhasilan dari produk
arsitektur. Kesalahan dan kekurangan masa lampau menjadi pelajaran
yang terbaik saat ini agar dapat menghasilkan karya arsitektur yang
bermanfaat dan berguna.
Monumen-monumen bangunan bersejarah hasil karya nenek moyang
yang sudah berdiri pada masa lampau sampai sekaang tetap terkenang
namanya bahakan masih dapat dijadikan konsumsi secara visual dan
edukasi dapat dijadikan suatu kebanggaan sebagai pelajaran bahwa
pada jaman dahulu orang sudah dapat membuat bangunan yang indah
dan megah.
Arsitektur dipandang sebagai bangunan atau teknik membuat bangunan
dimana melalui proses yang terdiri dari : perencanaan (ide atau
gagasan), perancangan (desain) dan pelaksanaan pembangunan.
Arsitektur juga dipandang sebagai ruang atau pemenuhan kebutuhan
akan ruang oleh manusia untuk melakukan segala aktivitas tertentu.
Arsitektur dipandang sebagai sejarah, dimana arsitektur merupakan
ungkapan fisik dan peninggalan budaya suatu mayarakat, dalam batasan
tempat dan waktu. Keberadaan arsitektur sendiri seumur dengan
peradaban manusia di muka bumi ini.
Sejarah dan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang tidak
dapat ditentukan batasannya. Oleh karenanya kajian terhadap sejarah
arsitektur dilakukan berdasarkan kronologis menurut ruang, dimensi
dan waktu. Pengkajian ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu : primitif
tradisional, klasik dan modern. Pembagian ini masih bersifat global
sehingga tiap-tiap periode masih harus dikelompokkan lagi secara
terperinci.
2. Teori dalam arsitektur
Teori dalam arsitektur merupakan deskripsi dari beberapa pertanyaan-
pertanyaan, yaitu :
 Apakah arsitektur itu?
 Apa yang harus dicapai dengan arsitektur?
 Bagaimana cara merancang/mendesain?
 Apa produk dari arsitektur?
 Bagaimana seorang arsitek menemukan ide?

3. Tujuan untuk mempelajari teori arsitektur adalah:


 Membantu mengenal dan mempelajari karya arsitektur;
 Membantu arsitek dalam proses merancang;
 Memberi arah dalam proses desain namun tidak dapat menjamin hasil
karya yang sempurna;
 Merupakan dugaan, harapan, hipotesis yang dapat diidentifikasikan
namjn sering tidak ilmiah.

4. Teori Vitruvius:
Marcus Vitruvus Pollio, arsitek dan insinyur Romawi Abad 1M.
Menyatakan bahwa di zamannya arsitektur dan desain secara umum
telah dinyatakan dalam pengertian suatu keseluruhan yang merupakan
gabungan dari tiga unsur sebagai berikut :
 Utilitas = komoditas = fungsi
 Firmitas = kemantapan = teknologi
 Venustas = kesenangan = keindahan
Teori berguna bagi para arsitek ada berbagai tahap dalam proses
perancangan dan dapat diterapkan pada banyak tipe bangunan.
Perancangan arsitektural sebagian besar lebih merupakan kegiatan
merumuskan daripada kegiatan menganalisis, kenapa karena arsitektur
tidak memilah bagian, tetapi mencerna dan memadukan bermacam
ragam unsur dalam cara baru dan keadaan baru, sehingga haslnya tidak
seluruhnya dapat diramalkan. Teori dalam arsitektur mengemukakan
arah, tapi tidak dapat menjamin hasilnya.
Beberapa hal ttg arsitektur dpt diketahui dlm arti ilmiah, misalnya kita
dpt menentukan reaksi psikologis terhadap ruangan yang panas atau
lembab. Itu ada hitungan teorinya di fisika bangunan atau arsitektur
tropis.
Teori dalam arsitektur adalah hipotesis, harapan, dan dugaan ttg apa
yang terjadi bila semua unsur membentuk bangunan dikumpulkan
dalam suatu cara, temat dan waktu tertentu.
Membuktikan.
Kenapa teorinya banyak dan tidak sama. Karena bangunan2 dan para
penggunanya tuh terlalu rumit banyak bermacam2 untuk dapat
dikenal dan diramalkanmenjadi complicated.
Pernyataan yang diyakini.
Contoh menara eiffel mulanya dianggap sebagai suatu cela di kaki
langit paris dan kemudian menjadi lambang kota yang langgeng dan
hakiki, tidak ada yang meramalkan seperti itu pada zaman dia, tapi
karena satu gejala sifat spekulatif (pemikiran dalam secara teori) dan
tak ilmiah dari teori arstiktur lah kecenderungan pernyataan teoritis
menjadi manifesto(pernyataan terbuka dari seseorang) dan
menggunakan bahasa evokatif (mampu mengguggah rasa)

5. Apa sebenarnya arsitektur itu?


Teori-teori tentang apakah sebenarnya arsitektur itu meliputi
identifikasi variabel-variabel penting – seperti ruang, struktur, atau
proses-proses kemasyarakatan – yang dengan pengertian demikian
bangunan seharusnya di lihat atau dinilai.
Umpamanya, Bruno Zevi menganjurkan suatu teori arsitektur di
mana ruang merupakan unsur pokok : “ Memahami ruang,
mengetahui bagaimana melihatnya, merupakan kunci untuk
mengerti bangunan.”
6. Analogi dalam arsitektur
a. Analogi Matematis
Beberapa ahli teori berpendapat bahwa matematika dan geometri merupakan
dasar penting bagi pengambilan keputusan dalam arsitektur. (Bangunan-
bangunan yang dirancang dengan bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan
geometri seperti golden section).
Arsitektur adalah permainan massa yang luar biasa, tepat, dan dahsyat dalam
cahaya. Mata kita diciptakan untuk melihat bentuk-bentuk dalam cahaya ;
cahaya dan bayangan mengungkapkan bentuk-bentuk ini; kubus, kerucut,
bulatan, silinder, atau piramida adalah bentuk-bentuk primer utama yang
diungkapkan cahaya hingga terlihat dengan baik; citra banda-benda ini jelas
dan nyata di dalam diri kita dan tanpa keragu-raguan. Karena alasan itulah
bentuk-bentuk ini merupakan bentuk-bentuk yang indah, bentuk-bentuk yang
paling indah.
Beberapa ahli teori menganggap bahwa bangunan-bangunan yang dirancang
dengan bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan geometri (seperti golden section)
akan sesuai dengan tatanan alam semesta dan merupakan bentuk yang paling
indah. Prinsip-prinsip ini banyak digunakan pada bangunan jaman
Renaissance.
Contoh :
System proporsi “golden section” yang berasal dari arsitektur zaman yunani
sering disebutsebagai tuntunan yang tepat dalam rancangan arsitektur. Golden
section adalah perbandingan 1 : 1,618

b. Analogi Biologis
“Membangun adalah proses Biologis... membangun bukanlah proses estetis”.
Teori yang didasarkan atas analogi biologis mempunyai dua bentuk. Yang satu
sangat umum dan memusatkan perhatian pada hubungan antara bagian-
bagian bangunan bangunan atau antara bangunan dan ronanya.
Mengikuti rintisan Frank Lloyd Wright, hal ini umum disebut “organik”.
Bentuk lain dari analogi ini yang lebih khusus disebut “biomorfik”, yang
memusatkan perhatian pada proses pertumbuhan Arsitektur organik FL
Wright mempunyai 4 karakter sifat ;
dan kemampuan pergerakan yang berkaitan dengan organisme.
 Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap sekitarnya dan tidak
dapat dipakai begitu saja.
 Pembangunan konstruksinya timbul sesuai dengan bahan-bahan alami,
apa adanya (kayu sebagai kayu, batu sebagai batu, dll).
 Elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat (integral).
 Mencerminkan waktu, massa, tempat dan tujuan.
Ilmu yang mempelajari tentang aspek kehidupan, manusia yang selalu
membutuhkan. Dalam teori ini arsitektur ada isitilah arsitektur organik
berarti sebagian untuk keseluruhan – keseluruhan untuk sebagian.
Dan akhirnya menggambarkan waktu, tempat dan tujuan “yang dibangun
oleh masyarakat di atas tanah dengan peralatan mereka sendiri – setia pada
waktu, tempat, lingkungan dan tujuan. Kita dapat menyebutnya sebagai
bangunan rakyat.
Arsitektur biomorfik berkembang dalam tahun 1960-an dan kurang terfokus
pada hubungan antara bangunan dan lingkungan daripada proses dinamik
yang berkaitaan dengan pertumbuhan dan perubahan organisme. Arsitektur
biomorfik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berubah melalui
perluasan, pergandaan, pemisahan, regenerasi, dan perbanyakan.
Ia dapat diubah guna menanggapi perubahan-perubahan lingkungan dan
tuntutan2dari dalam. Termasuk analogi biomorfik juga, Biomorfik
arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh melalui :
perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan. Contoh :
kota yang dapat dimakan (Rudolf Doernach), struktur pnemuatik yang
bersel banyak (Fisher, Conolly, Neumark, dll).
Secara asli dalam arsitektur istilah organik berarti sebagian untuk
keseluruhan – keseluruhan untuk sebagian. Arsitektur Biomorfik kurang
terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari pada
terhadap proses-proses dinamik yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perubahan organisme. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk
berkembang dan tumbuh melalui : perluasan, penggandaan, pemisahan,
regenerasi dan perbanyakan. Contoh : kota yang dapat dimakan (Rudolf
Doernach), struktur pnemuatik yang bersel banyak (Fisher, Conolly,
Neumark, dll).

c. Analogi Romantik
Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam diri si
pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan
menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa
lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan yang
dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang
mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain).

d. Analogi Linguistik
Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada para
pengamat dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut :
 Model Tata Bahasa
Arsitektur dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata
menurut aturan (tata bahasa dan sintaksis) yang memungkinkan
masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan
menafsirkaa apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut. lni akan
tercapai jika ‘bahasa’ yang digunakan adalah bahasa umum/publik
yang dimengerti semua orang (langue).

 Model Ekspresionis
Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yanng
digunakan arsitek untuk mengungkapakan sikapnya terhadap
proyek bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan
‘bahasa’nya pribadi (parole). Bahasa tersebut mungkin dimengerti
orang lain dan mungkin juga tidak.
 Model Semiotik
Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda. Penafsiran semiotik
tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan
suatu tanda penyampaian informasi mengenai apakah ia
sebenarnya dan apa yang dilakukannya. Sebuah bangunan
berbentuk bagaikan piano akan menjual piano. Sebuah menara
menjadi tanda bahwa bangunan itu adalah gereja.

e. Analogi Mekanik
Menurut Le Corbusier, sebuah rumah adalah mesin untuk berhuni
merupakan contoh analogi mekanik dalam arsitektur. Bangunan seperti
halnya dengan mesin hanya akan menunjukkan apa sesungguhnya
mereka, apa yang dilakukan, tidak menyembunyikan fakta melalui
hiasan yang tidak relevan dengan bentuk dan gaya-gaya, atau dengan
kata lain keindahan adalah fungsi yang akan menyatakan apakah
mereka itu dan apa yang mereka lakukan.

f. Analogi Pemecahan Masalah


Arsitektur adalah seni yang menuntut lebih banyak penalaran daripada
ilham, dan lebih banyak pengetahuan faktual daripada semangat
(Borgnis, 1823). Pendekatan ini sering juga disebut dengan pendekatan
rasionalis, logis, sistematik, atau parametrik. Pendekatan ini
menganggap bahwa kebutuhan-kebutuhan lingkungan merupakan
masalah yang dapat diselesaikan melalui analisis yang seksama dan
prosedur-prosedur yang khusus dirumuskan untuk itu.
Gambaran tentang perancang yang rasional, atau sistematik, mirip
sekali dengan komputer manusia, yaitu seseorang yang hanya
beroperasi berdasarkan informasi yang diberikan kepadanya, dan
mengikuti sepenuhnya serangkaian langkah dan daur-daur analitis,
sintesis, dan evaluatif yang direncanakan hingga ia mengenali yang
terbaik dari semua pemecahan yang mungkin dilakukan.

g. Analogi Adhocis
Pandangan seorang tradisionalis mengenai arsitektur akan menyatakan
bahwa tugas perancang adalah memilih unsur-unsur yang layak dan
membentuknya untuk memperkirakan suatu cita-cita.
Untuk menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh tanpa
membuat rujukan atau mengacu pada suatu cita-cita, tidak ada
pedoman baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut.
Berdasarkan Analisis, Sintesis, Evaluasi, berdasarkan Informasi dan
mengoptimumkan ketiganya.

h. Analogi Bahasa Pola


Manusia secara biologis adalah serupa, dan dalam suatu kebudayaan
tertentu terdapat kesepakatan-kesepakatan untuk perilaku dan juga
untuk bangunan. Jadi arsitektur harus mampu mengidentifikasi pola-
pola baku kebutuhan - kebutuhan agar dapat memuaskan kebutuhan -
kebutuhan tersebut. Pendekatan tipologis atau pola menganggap bahwa
hubungan lingkungan perilaku dapat dipandang dalam pengertian
satuan-satuan yang digabungkan untuk membangun sebuah bangunan
atau suatu rona kota.

i. Analogi Dramaturgi
Kegiatan-kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater dimana seluruh
dunia adalah panggungnya, karena itu lingkungan buatan dapat
dianggap sebagai pentas panggung. Manusia memainkan peranan dan
bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan perlengkapan yang
menunjang pagelaran panggung. Analogi dramaturgi digunakan dengan
dua cara, dari titik pandang para aktor dan dari titik pandang para
dramawan. Dalam hal pertama arsitek menyediakan alat-alat
perlengkapan dan rona-rona yang diperlukan untuk memainkan suatu
peranan tertentu. Dari titik pandang para dramawan, arsitek dapat
menyebabkan orang bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan
memberikan petunjuk-petunjuk visual. Pemanfaatan analogi
dramaturgi ini membuat sang arsitek yang bertindak hampir seperti
dalang, mengatur aksi seraya menunjangnya.
Jika kita amati perkembangannya (berdasarkan teori dan pandangan-pandangan di
atas), masalah arsitektur adalah masalah yang berkaitan dengan fungsi, komunikasi
dan keindahan. Mana yang paling penting, fungsi atau keindahan dan komunikasi
sebagai sarana pemuasan emosional ,atau kedua-duanya? Setiap orang berhak untuk
mengambil sikap atas pertanyaan ini. Cara pandang pemakai, pengamat dan arsitek
seringkali tidak sama bahkan bertentangan. Oleh pemakai, arsitektur pada awalnya
hanya dipandang sebagai obyek/produk/hasil yang muncul karena kebutuhan semata
(untuk melindungi diri dari alam). Selanjutnya arsitektur dianggap harus memiliki
nilai-nilai lain seperti komunikasi dan keindahan yang merupakan sarana pemuasan
’emosi’ (bagi pemakai, pengamat, atau arsitek?). Masalah fungsi, komunikasi dan
estetika selalu menjadi perdebatan sejak jaman Barok, Renaissance sampai ke jaman
arsitektur Post Modern. Persepsi nilai-nilai ini sangat berbeda sesuai dengan
perbedaan budaya, masyarakat, tempat, teknologi, dan waktu.

7. Kritik dalam arsitektur


Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built
environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif
dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan.
Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi
penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode
penyampaian tanggapan).
Metode kritik arsitektur terdiri dari :
 Kritik normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku
normatif.
 Kritik penafsiran; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat
pribadi.
 Kritik deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan,
semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya
ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan banguna

Anda mungkin juga menyukai