Anda di halaman 1dari 4

SI(APA) ARSITEKTUR NUSANTARA?

Nama : Nyayu Arista Mahdalena

NIM : 03061281722050

Dosen Pengajar : Dr. Johanes Adiyanto, S.T., M.T.

Mata Kuliah : Arsitektur Nusantara

Tugas : UTS Arsitektur Nusantara

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2019
SI(APA) ARSITEKTUR NUSANTARA?

Si(apa) Arsitektur nusantara? Pertanyaan tersebut bisa dimaknai dengan mempertanyakan siapa
itu arsitektur Nusantara? dan apa itu arsitektur nusantara? Jika kita meninjau arsitektur Nusantara
bermula, maka kita akan menemukan hubungan timbal-balik antara manusia dan arsitektur Nusantara,
dapat kita katakan bahwa arsitektur Nusantara merupakan hasil Pemikiran anak bangsa atau bermula
dari manusia sebagai penghadir arsitektur itu sendiri. Hasil itu terwujud dari pengetahuan dan pemikiran
anak bangsa pada saat itu. Menurut peryataan Josef Prijitomo saat mengkaji tentang arsitektur
Nusantara, Beliau menyampaikan bahwa, “...arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah
pengetahuan berlandaskan dan dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur... “

Maka dari itu, pertanyaan antara siapa dan apa itu arsitektur dapat ditemukan hubungannya,
bahwa siapa itu arsitektur Nusantara jawabannya ialah pencipta dari arsitektur itu sendiri yaitu anak
bangsa dan hasil pemikirannya pada saat itu, dan apa itu arsitektur, maka kita akan menemukan jawaban
bahwa arsitektur ialah hasil dari pemikiran dan pengetahuan tersebut, lalu pemikiran dan pengetahuan
apa yang dimaksud?

Kembali pada kata Nusantara, kita akan mengetahui apa itu Nusantara hanya dengan mencari
melalui internet atau buku mengenai apa itu Nusantara, kita akan menemukan jawaban bahwa
Nusantara merupakan setting tempat yang luas, terdiri dari beberapa pulau dan berisikan penduduk
dengan latar belakang budaya yang sangat beragam. Kapan Arsitektur Nusantara bermula? Maka sejak
zaman majapahit merupakan jawabannya, pada zaman itu karya yang dapat kita ingat ialah “sumpah
Palapa” yang menyatakan bahwa kita hidup dalam keberagaman, keberagaman yang dinaungi oleh
Nusantara. Maka jika kita kembali pada ‘arsitektur Nusantara', kita tidak dapat hanya mempelajari satu
tetapi mempelajari tentang keberagaman.

Arsitektur Nusantara tidak dapat dipelajari hanya dengan memandang satu arah atau melihat
kondisi fisiknya, kita dapat mepelajarinya dengan melihat arsitektur dalam sudut pandang lebih besar,
lebih dari sekedar sebuah pengetahuan, tetapi tetap dilatarbelakangi sebuah fungsi.

Lalu apa itu arsitektur Nusantara? Jika kita tidak bisa memahami itu hanya dengan melihat
kondisi fisiknya? Arsitektur Nusantara akan sampai pada sebuah nilai bangun sebagai sebuah
pernaungan. Pernaungan yang dimaksud dapat artikan sebuah tempat untuk tinggal sementara waktu.
Hal tersebut muncul karena iklim pada Nusantara membuat manusia saat itu dekat dengan ruang luar,
manusia atau masyarakat di Nusantara pada saat itu lebih banyak beraktivitas diluar, menanam padi,
bekerja, berinteraksi dan menyatu dengan alam, alam yang ramah yang saat ini sudah tidak bisa kita
jumpai. Maka sebutan pernaungan untuk rumah tinggal yang kita artikan saat ini memiliki fungsi yang
berbeda dengan fungsi arsitektur Nusantara.

Darimana munculnya Arsitektur dengan bangun sebagai rumah tinggal? Bukankah anak bangsa
sejak dulu memfungsikan bangun hanya sebagai pernaungan?

Manusia tidak hanya hidup pada sebuah lingkungan dengan kondisi alam yang cocok untuk ditinggali,
nyaman untuk berada di luar ruangan. Di belahan bumi masih ada lingkungan dengan kondisi yang
mengharuskan atau nyaman bagi manusia untuk tinggal di dalam sebuah ruang, ruang yang fungsinya
sebagai tempat berlindung disaat kondisi luar tidak akrab dengan fisik manusia.
Pernaungan bukanlah hal yang cocok untuk manusia pada lingkungan itu, dimana iklim dingin
lebih banyak hadir, pernaungan muncul karena sifat dan keadaan di luar tapak. Ketika keadaan eksternal
pernaungan itu berubah, maka kualitas pernaungan itupun berubah.

Saat ini keadaan arsitektur Nusantara hanya dimaknai sebagai sebuah lingkungan kumuh dan
dimilik orang tak punya, semrawut dan sumuk. Masyarakat yang berkembang saat ini tidak lagi hidup
menyatu dengan lingkungan dan aktivitas luar. Mahluk modern akan hidup pada suatu ruang dengan
penyejuk dan ruang tertutup, hal yang dianggap lumrah tapi menghilangkan keramahan pada alam.

Manusia pada lingkungan ramah yang diberikan tuhan seakan lupa diri, lebih menikmati
sesuatu yang lebih dan melupakan bagaimana tuhan memberkahi lingkungan nyaman untuk tinggal dan
menikmati hal yang masuk pada lingkungannya.

Kita dapat melihat bagaimana masyarakat menikmati ruangan dengan penyejuk ruang jendela
tertutup, memisahkan pada alam yang dulunya pernah hidup bersama dengan manusia tanpa merasa
tidak nyaman, hal itu pula yang menyebabkan pernaungan sebagai sebuah ciri dari arsitektur Nusantara
terlupakan, sama halnya dengan manusia pada lingkungan tersebut yang ikut melupakan hingga sampai
pada ketidaktahuan bahwa kita hidup dengan rumah tinggal hanya sebagai pernaungan.

Arsitektur Nusantara tidak bisa dikatakan sebagai sebuah rumah adat(tradisional), vernakular
dan sebagainya, arsitektur Nusantara merupakan arsitektur yang ada diantara keberagaman di
Nusantara, arsitektur Nusantara ada karena anak bangsa yang memanifestasikan ilmu pengetahuan
tersebut kedalam bentuk arsitektural, sehingga terciptalah arsitektur yang kita sebut sebagai arsitektur
Nusantara.

Arsitektur Nusantara bukanlah arsitektur tradisional, walaupun keduanya menunjuk pada sosok
arsitektur yang sama yakni arsitektur yang ditumbuhkembangkan oleh demikian banyak anak bangsa
atau suku bangsa di Indonesia.

Di dalam pendidikan arsitektur nampak lekat dengan pengaruh Barat khususnya dalam proses
desainnya, yang bermula dari penelusuran, pencarian konsep-konsep, pembuatan diagram, studi bentuk
yang akhirnya bermuara pada perwujudan bentuk. Lain halnya dengan kebiasaan kita (Timur) dalam
mendesain adalah melalui proses-proses, mencoba, memperbaiki, meralat (Frick Heinz. 1997: 54),
inilah yang sebenarnya perlu di capai karena sebenarnya kita berasal dari arsitektur tanpa tulis, sehingga
sketsa arsitektur sebagai program inilah yang perlu dikembangkan.

Untuk mengkinikan arsitektur Nusantara di Indonesia maka kita perlu mengambil kasus-kasus
rumah adat untuk dipelajari sehingga tujuan anak bangsa untuk menyajikan karya rumah adat yang bisa
dimondernkan/ dikinikan bisa tercapai.

Hal yang perlu dilakukan adalah mengenal bagaimana internal yang ada dalam bangunan
tradisional itu sehingga kita tidak akan menghilangkan internalnya, kita akan menerapkan apa yang ada
pada internal bangunan tersebut ke dalam sebuah desain baru yang disebut sebagai rumah yang sudah
dikinikan / dimodernkan(hal-hal yang dapat diubah ialah bagian eksternal tanpa mengganggu bagian
internal)

Kita dapat melihat bagaimana rumah-rumah adat yang kita pernah datangi berbeda dengan
rumah tempat kita tinggal saat ini, rumah yang umumnya hanya memiliki beberapa ruang luas dengan
sedikit sekat, kita dapat mengetahuinya hanya jika kita mengingat bagaimana masyarakat hidup saat
itu, bagaimana masyarakat hidup sebagai seorang petani, bagaimana masyarakat tidak berada di dalam
rumah tinggal di saat siang dan pulang hanya untuk tidur dan makan, maka kata ‘pernaungan' akan
cocok untuk sebutan rumah tinggal dengan kondisi fisik bangunan adat saat itu.
Kita tahu bahwa arsitektur yang hidup di Nusantara itu merupakan hasil ciptaan anak bangsa,
kita juga tahu bahwa arsitektur nusantara adalah sebuah pernaungan yang saat ini kita sebut sebagai
rumah adat, sebuah bangun dengan ruang luas dan tidak banyak sekat tetapi apa kita menyadari bahwa
arsitektur yang kita banggakan tersebut tidak lebih dari sebuah pernaungan dengan fungsi hanya untuk
beristirahat tapi lebih daripada itu, manusia seakan lupa akan kondisi alam sejak lama, lupa pada
keadaan yang sebenarnya tidak perlu ada dan malah merusak keadaan alam yang cocok untuk ditinggali
dengan nyaman tanpa takut berada dekat dengan alamnya.

Tentu kita berbeda dengan lingkungan sub tropik di mana iklim dingin lebih banyak hadir
dibandingkan musim panas, mereka menjadikan bangun sebagai sebuah perlindungan, berbeda dengan
bangun pada lingkungan tropik yang menjadikan rumah hanya sebagai pernaungan, manusia pada
lingkungan tersebut cenderung membuat rumah untuk kenyamanan karena banyak waktu yang
dihabiskan di dalam ruang untuk memisahkan diri dari iklim di luar, mereka menggunakan perapian
untuk menghangatkan diri, berbeda halnya dengan kita yang memanfaatkan perapian untuk
mengawetkan material rumah yang dulunya banyak terbuat dari kayu (asap perapian), banyak halnya
yang membuktikan perbedaan antara kita sebagai masyarakat yang hidup di 2 musim dan mereka yang
hidup di lingkungan 4 musim, mereka menjadikan dinding untuk memisahkan diri dari lingkungan luar,
lalu kita tidakkah perlu menerapkan hal tersebut, lalu jika kita melihat bagaimana kondisi bangunan
saat ini yang seharusnya merupakan bangunan Lingkungan 4 musim? Bagaimana bisa kita memisahkan
diri dari lingkungan luar yang seharusnya menjadi tempat kita beraktivitas lebih?

Maka dari itu, arsitektur Nusantara muncul dari filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu anak
bangsa dan memanifestasikan hasilnya ke dalam bentuk arsitektural sehingga arsitektur sebagai ciri dari
Nusantara bisa meyumbangkan arsitektur kepada dunia sebagai ciri khas arsitektur Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Judy O. Waani, dan Joseph Rengkung.2015. TEORI DAN METODA PERANCANGAN:
Suatu Kajian Pola Pemikiran Josef Prijotomo Terhadap Arsitektur Nusantara:Media Matrasain.
“Mengenal Arsitektur Nusantara Lebih Mendalam.” Suara Merdeka.13 mei 2018. Web. 24 Februari
2019.<https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/84796/mengenal-arsitektur-nusantara-lebih-
mendalam>

Anda mungkin juga menyukai