NIM : 03061282025054
MK : Arsitektur Nusantara
Berdasarkan materi Arsitektur Nusantara yang telah diberikan dan dari beberapa
artikel yang telah dibaca serta ditonton, Arsitektur Nusantara adalah suatu teknik/teknis
perancangan bangunan yang menyesuaikan iklim, letak geografis, dan kondisi geologis
Indonesia (Nusantara) agar dapat bertahan dalam iklim, bencana, dan sebagainya yang
terjadi di Indonesia. Dalam Arsitektur Nusantara dapat disisipkan juga nilai filosofi,
kebudayaan, dan spiritual masing-masing daerah di Indonesia sehinggan memunculkan ciri
khas daerah masing-masing.
Selain itu menurut beberapa ahli, Arsitektur Nusantara memiliki pengertian masing-
masing pendapat ahli tersebut, antara lain :
1. Abidin Kusno
Abidin Kusno menguraikan Arsitektur Nusantara menjadi 5 konsepsi :
a. Peri-peri (tanah seberang),Pemahaman bahwa Nusantara berdasarkan pemikiran
masa-masa Majapahit, disebutkan jika daerah di luar lokasi inti kerajaan Majapahit
ialah yang disebut Nusantara,
b. Nation’s Geo-Body, Mengacu pada buku ‘History of the Geo-Body of a Nation’
yang mengakatan Nusantara ditempatkan sebagai konsep yang mempersatukan
wilayah,
c. Bahari, Nusantara sebagai perwujudan budaya air yang berkaitan dengan
banyaknya suku di Indonesia yang bergantung pada keberadaan sumber air
(pantai, aliran sungai, maupun Danau),
d. Hibrida Budaya (Crossroad), wilayah Indonesia diapit oleh 2 samudra dan 2 benua
yang mengambil resiko terhadap persilangan budaya-budaya besar banyak ras di
dunia. Uniknya hal ini tidak saling menghilangkan dan memusnahkan satu budaya,
namun menggabungkannya dan menyesuaikannya dengan aktivitas atau pola
hidup masyarakat Indonesia.
e. Resistensi dalam kesetaraan, Abidin Kusno mengatakan adanya resietensi atau
keinginan kesetaraan dalam hegemoni arsitektur dunia. Adanya keinginan
nusantara meletakkan arsitektur Nusantara bersanding dengan arsitektur Barat
atau arsitektur dari belahan dunia lain menjadi salah satu kiblat atau contoh
arsitektur yang dipakai dalam arsitektur global.
3. Y. B. Mangunwijaya
Pemahaman Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya berjudul ‘Wastu Citra’, beliau
mengatakan arsitektur dapat disamakan dengan karya norma ataupun karya tulis.
Arsitektur bukan hanya dilihat dari segi keindahan namun juga dilihat dari guna/fungsi
karyanya. Isatilah arsitektur pertama kali dibawa oleh pedagang belanda yang juga
mempengaruhi arsitektur Indonesia pada masa itu, karena para warga Belanda
membangun bangunan penting seperti Gedung kantor, rumah, dan sebagainya denga
arsitektur Belanda yang memang berbeda dengan gaya aristektur dari negara wilayah
barat lainnya, namun tantangan lain yang diterima adalah permasalahan iklim Indonesia
yang berbeda dengan iklim di Belanda yang menciptakan kebudayaan dengan istilah
kebudayaan Indies.
Adapun perkataan yang dikutip dari buku beliau bahwa ‘..Arus vernakularisme pada
dasarnya adalah kesempatan bagus bagi arsitek Indonesia untuk mengembangkan suatu
arsitektur khas Indonesia..’. Kemudian ada bagian dari dalam buku ‘Wastu Citra’ yang
membahas pencarian ulang terhadapa makna Arsitektur sebenarnya, Wastuwidya yang
dapat diartikan sebagai ilmu bangunan namun memiliki makna yang lebih luas yang
mencakup norma, tolak ukur bangsa Indonesia, sehingga Arsitektur Nusantara dapat
dijadikan sebagai tempat menyimpan ilmu-ilmu pengetahuan masa lampau.