Anda di halaman 1dari 6

Definisi Arsitektur Nusantara

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
( www.id.wikipedia.org )
Sedangkan Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah
kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua, yang sekarang sebagian besar
merupakan wilayah negara Indonesia. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa
Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang
dianut Majapahit. Setelah sempat terlupakan, pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan
kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu nama alternatif untuk negara merdeka
pelanjut Hindia Belanda yang belum terwujud. Ketika penggunaan nama "Indonesia" (berarti
Kepulauan Hindia) disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara tetap dipakai sebagai
sinonim untuk kepulauan Indonesia. Pengertian ini sampai sekarang dipakai di Indonesia. Akibat
perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian dipakai pula untuk menggambarkan
kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia,
termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina. Dalam pengertian
terakhir ini, Nusantara merupakan padanan bagi Kepulauan Melayu (Malay Archipelago), suatu
istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama dalam literatur
berbahasa Inggris.
( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nusantara )

Jadi, Arsitektur Nusantara adalah sebuah ilmu seni arsitektural yang berfokus pada potensi-
potensi dari kebudayaan , tradisi , serta kondisi iklim di daerah negara kepulauan Indonesia.
Letak Geografis
Secara geografis, nusantara beriklim tropis sesuai dengan letaknya yang melintang di
sepanjang garis khatulistiwa. Dataran Indonesia memiliki luasan sekitar 1.902.000 km², terletak
antara 6o garis lintang utara dan 11o garis lintang selatan serta 95o dan 140o garis bujur timur.
Dataran ini terbagi menjadi 4 satuan geografis, yaitu kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi), kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Sumba, Sumbawa, Komodo, Flores,
Alor, Sayu, dan Lembata), kepulauan Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Seram, dan Ambon),
dan Irian Jaya beserta kepulauan Aru. Indonesia termasuk dalam Negara beriklim tropis lembab
dengan ciri- ciri sebagai berikut:
- Suhu udara rata-rata cukup tinggi (18-35oC) ;
- Variasi iklim kecil, perbedaan suhu maksimum dan minimum kecil ;
- Radiasi matahari cukup tinggi, langit cenderung berawan ;
- Kelembaban Tinggi (di atas 60%) ;
- Kecepatan angin relatif rendah, sebagai contoh kecepatan angin di Jakarta dalam satu hari
berkisar antara 1 m/s – 4 m/s ;
- Curah hujan tinggi (1500-5000 mm/thn) -
Habitat yang baik untuk perkembangbiakan flora dan fauna.

Negara beriklim tropis lembab memiliki beberapa masalah yang umumnya terjadi pada
bangunan antara lain:
- Panas yang tidak menyenangkan dan hujan yang cukup lebat.
- Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat.
- Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan disekitar lautan
perlu perlindungan terhadap angin keras.

Dari masalah-masalah di atas, maka hal-hal yang perlu diperhatikan pada bangunan di Negara
beriklim tropis lembab adalah:
- Bangunan sebaiknya terbuka, dengan jarak yang cukup antara masing- masing bangunan
untuk menjamin sirkulasi udara yang baik.
- Orientasi utara-selatan, untuk mencegah pemanasan fasad yang lebih lebar.
- Ruang sekitar bangunan diberi peneduh, tanpa mengganggu sirkulasi udara.
- Persiapan penyaluran air hujan dari atap dan halaman.
- Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah.
- Teritisan yang lebar pada bangunan guna melindungi penghuni bangunan dari hujan yang
berlangsung sepanjang tahun dan juga dari terik matahari yang menyengat.

Iklim secara tidak langsung dapat membentuk kebiasaan hidup masyarakatnya. Dalam
iklim tropis, manusia akan merasa nyaman, baik ketika berada di luar maupun di dalam
bangunan. Berbeda dengan negara-negara beriklim
dingin. Sehingga masyarakat Indonesia senang menikmati berbincang dengan rekan-
rekannya di luar bangunan. Pengaruh iklim tersebut akan mempengaruhi parancangan ruang
dalam dan ruang luar bangunan. Sebagai contoh, pada rumah tradisional Indonesia umumnya
memiliki serambi depan yang terbuka, hal ini menjawab perilaku masyarakat Indonesia akan
kesenangannya dengan ruang terbuka.

Keragaman Arsitektur Tradisional Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 18.018 buah pulau tersebar
di sekitar khatulistiwa. Diantara puluhan ribu pulau tersebut terdapat 5 pulau besar, yaitu Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi
dan Irian Jaya. Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat, dimana
sekitar 65% populasi Indonesia hidup di pulau ini. Banyaknya jumlah pulau Indonesia
menyebabkan Indonesia memiliki keberagaman etnis, dimana masing-masing etnis memiliki
keunikan adat istiadat dan kebudayaan yang direfleksikan dalam keunikan arsitektur lokal.
Keberagaman arsitektur lokal merupakan kekayaan yang tiada tara bagi Indonesia.

Setiap propinsi memiliki ciri khas tersendiri dari rumah adatnya. Ciri tersebut tercermin
dalam pola perkampungan, rumah dan tatanan ruang, serta teknologi bangunan (sistem sturktur
dan bahan bangunan).

a. Pola perkampungan

Tipikal perkampungan di Indonesia pada dasarnya menggambarkan respon terhadap


kondisi alam, tatanan sosial, system bercocok tanam, dan kosmologi masyarakat yang
mendiaminya. Di Indonesia terdapat dua tipe tatanan permukiman dan rumah dari
perkampungan tradisional Indonesia, yaitu linear dan konsentris. Kampung-kampung dengan
tatanan linear umumnya terdapat di pesisir pantai Indonesia dan juga di pedalaman Sumatera,
Nias, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan beberapa wilayah di Jawa. Di
Sumatera contohnya adalah pola perkampungan masyarakat Batak yang berjejer lurus
menghadap jalan desa, di Jawa contohnya adalah pola perkampungan masyarakat Betawi yang
rumah-rumahnya berjejer menghadap sungai. Di Nias, bangunan-bangunan pada kampungnya
berjejer lurus saling berhadapan, dimana diantara barisan bangunan tersebut terdapat ruang
bersama untuk berkumpul, kegiatan ritual keagamaan atau acara kesenian. Kampung dengan
pola linear menggambarkan demokrasi dari distribusi kekuasaan dengan strata sosial lebih
sederhana.

Perkampungan dengan pola kosentris terdapat di Flores, Sumba dan Jawa Tengah.
Tatanan perkampungan seperti ini memiliki bagian tengah yang dianggap sacral dan penting,
misalnya ruang terbuka tempat berkumpul, batu megalith, tugu atau kuburan para nenek
moyang. Orientasi dari barisan rumah menghadap ke titik tersebut yang terdiri dari
beberapa layer berdasarkan hirarki atau status sosial
masyarakat. Kampung dengan pola kosentris menyimbolkan penerapan sistem pemerintahan
pada kekuatan tunggal yang memusat. Terdapat strata sosial agak kompleks dengan kekuatan
terpusat pada satu orang, grup atau kelompok.

b. Rumah dan tatanan ruang

Konsep tatanan ruang rumah tradisonal Indonesia di bagi menjadi tatanan horizontal dan
vertikal. Untuk tatanan horizontal, rumah tradisional Indonesian umumnya dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian depan (publik), tengah (private), dan belakang (servis). Bagian depan yang
merupakan bagian publik umumnya diwadahi oleh serambi depan, bagian tengah terdapat
kamar-kamar, dan bagian belakang terdapat dapur.

Denah rumah Sulawesi Secara vertikal, pembagian ruang terdiri dari bagian atas,
tengah, bawah. Ruang atas merupakan ruang paling sakral dan private yang biasa digunakan
untuk menyimpan benda-benda berharga dan keramat, bagian tengah merupakan bagian untuk
kehidupan manusia, dan bagian bawah untuk binatang ternak atau gudang. Dari segi bentuk dan
morfologi ruang, umumnya rumah tradisional Indonesia umumnya berbentuk persegi panjang.

Gambar 13. Denah rumah Lampung Gambar 14. Denah rumah Sulawesi
Secara vertikal, pembagian ruang terdiri dari bagian atas,tengah, bawah.Ruang
atas merupakan ruang paling sakral dan private yang biasa digunakan untuk
menyimpan benda-benda berharga dan keramat, bagian tengah merupakan bagian
untuk kehidupan manusia,dan dagian bawah untuk binatang ternak atau gudang.
Dari segi bentuk dan morfologi ruang, umumnya rumah tradisional Indonesia
umumnya berbentuk persegi panjang dan bujursangkar, seperti rumah di Aceh,
Melayu, Batak, Nias Selatan,Mentawai, Jawa, Kalimantan, sulawesi, Bali dan
Sumba. Namun ada juga yang menggunakan bentuk lingkaran dan elips, seperti
rumah di Nias Utara, Lombok, dan Papua. Bentuk dan organisasi ruang bergantung
pada kebiasaan dan
adat istiadat setempat. Beberapa rumah tradisional Indonesia
merupakan tipe rumah komunal artinya terdapat beberapa generasi yang
berbeda, tinggal dalam satu rumah besar seperti rumah Batak Toba, Karo,
Minangkabau, Mentawai, kalimantan, Lio, Sumba.

c. Teknologi bangunan

Salah satu ciri arsitektur tradisional Indonesia adalah menggunakan bahan yang
alami dan teknik konstruksi yang sederhana dengan penyusunan tiang dan balok
atau biasa disebut dengan struktur rangka. Rumah tradisionalnya umumnya
berbentuk panggung, dengan jarak dari tanah ke lantai bangunan bervariasi, sesuai
dengan kebudayaan masing-masing daerah. Rumah-rumah tradisional Indonesia
dibangun oleh masyarakat setempat dengan kemampuan akan konstruksi dan
bahan yang dipelajari secara turun temurun dan didapat dari lokasi setempat. Hasil
karya ‘rakyat’ ini merefleksikan sebuah masyarakat yang akrab dengan
alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.

Bentuk, proporsi, dan dekorasinya merupakan simbol-simbol yang berarti.


Mereka tidak meletakkan tujuan untuk suatu keindahan tetapi menciptakan ruang
dengan prinsip-prinsip kehidupan menghadirkan bentuk struktur yang telah teruji
oleh alam.

Bahan bangunan yang digunakan pada rumah tradisional Indonesia umumnya


menggunakan bahan lokal seperti bambu, kayu, alang-alang untuk atap, nipa,
anyaman rotan, dll.

Ciri Arsitektur Nusantara Berdasarkan Pengaruh


Iklim dan Arsitektur
Tradisional Indonesia
Dari Keberagaman tipe arsitektur tradisional Indonesia, jika ditelusuri terdapat beberapa
persamaan yang dapat dijadikan ciri dari arsitektur Indonesia, antara lain:
Iklim dan geografi

- Sebagian besar rumah tradisional Indonesia menggunakan sistem rumah


panggung, sebagai adaptasi terhadap iklim dan geografis

- Beranda atau teras yang terdapat pada mayoritas rumah tradisional Indonesia
merupakan ruang perantara antara ruang dalam dan ruang luar, cocok untuk
diterapkan di Indonesia yang beriklim tropis lembab dan juga pas untuk mewadahi
perilaku masyarakatnya yang senang berkumpul dan bercengkrama.

Pola perkampungan

- Tatanan massa bangunan di perkampungan Indonesia mayoritas menggunakan


pola linear, yang kini mulai dikombinasikan dengan pola lainnya.

Tatanan ruang

- Mayoritas rumah tradisional Indonesia, terutama di daerah Jawa, tatanan ruang horizontal pada
rumah
terbagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian kepala (publik), bagian badan (privat) dan bagian kaki
(servis).

Material

- Material yang digunakan pada rumah tradisional Indonesia umumnya


menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu dan bambu.

Anda mungkin juga menyukai