Anda di halaman 1dari 15

BAB III

TINJAUAN LOKASI

A. Tinjauan Makro Kawasan


1. Kondisi Geografis
Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari yang sekaligus berkedudukan
sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian
selatan garis khatulistiwa berada di antara 30 54` 30`` - 40 3` 11`` Lintang Selatan
dan membentang dari Barat ke Timur diantara 1220 23` - 1220 39` Bujur Timur.
(http://www.kendarikota.go.id)
Luas wilayah daratan Kota Kendari 269,363 km2 atau 0,70 persen dari luas
daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat
beragam. Kecamatan Baruga merupakan wilayah kecamatan yang paling luas
(18,09%), selanjutnya Kecamatan Abeli (16,28%), Kecamatan Poasia (14,31%),
Kecamatan Puuwatu (14,24%), Kecamatan Kambu (8,88%), Kecamatan Mandonga
(8,65%), Kecamatan Kendari Barat (7,09%), Kecamatan Kendari (5,82%),
Kecamatan Wua- Wua (4,14%), dan Kecamatan Kadia (2,50%).
Berdasarkan ketinggian, wilayah Kota Kendari di atas permukaan laut,
Kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30 meter
di atas permukaan laut, selanjutnya wilayah Kecamatan Abeli dan Kecamatan
Kendari Barat berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut. (BPS Kota
Kendari Dalam Angka 2012)

2. Keadaan Iklim
a. Kondisi Klimatologis
1) Musim
Kota Kendari memiliki dua musim yakni musim kemarau dan musim
hujan.Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas
wilayahnya. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan
yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim Pancaroba atau Peralihan antara

32
musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus,
angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung
uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan didaerah ini. Pada bulan
Agustus sampai dengan bulan Oktober terjadi musim Kemarau. Kemudian pada
bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup banyak mengandung uap
air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa
lautan.Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya
terjadi musim Hujan.Pada tahun 2011 terjadi 187 hari hujan dengan curah hujan
1.855,4 mm.

Tabel III.1 Curah Hujan Wilayah Kota Kendari

Jumlah Hari hujan Curah Hujan


Bulan
(hh) (mm)

Januari 21 265,8

Februari 19 182,4

Maret 24 313,2

April 21 153,9
Mei 18 156,6

Juni 8 208,1

Juli 16 108,2
Agustus 7 107,0

September 8 102,0

Oktober 10 91,3

Sumber : BMKG Kota Kendari

2) Keadaan Suhu
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti, perbedaan
ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir
mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam
suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu

33
tropis. Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Maritim
Kendari, tahun 2011 suhu udara maksimum 31,4°C dan minimum 23,6°C. Tekanan
udara rata-rata 1.009,18 millibar dengan kelembaban udara ratarata 84,58 persen.
Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2011 pada umumnya berjalan normal,
mencapai 1,009,18 m/detik. Dari 64 kelurahan, 43,75 persen diantaranya merupakan
desa pesisir dan sebanyak 56,25 persenbukan desa pesisir.

Gambar III.1 Suhu Udara Kota Kendari


(Sumber : Kota Kendari Dalam Angka 2012)

b. Kondisi Topografi
Topografi wilayah Kota Kendari pada dasarnya bervariasi antara datar dan
berbukit.Daerah datar yang terdapat di bagian Barat dan Selatan Teluk Kendari.
Kecamatan Kendari yang terletak di sebelah Utara teluk sebagian besar terdiri dari
perbukitan (Pegunungan Nipa-nipa) dengan ketinggian ± 459 m dari garis pantai,
sedangkan ke arah Selatan tingkat kemiringan antara 4% - 30%, bagian Barat
(Kecamatan Mandonga) dan selatan (Kecamatan Poasia) terdiri dari daerah
perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari. Kondisi
tanah Kota Kendari terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu

34
diperkirakan berjenis aluvium berwarna cokelat keputihan dan ditutupi Prafesier (batu
lempung atau batu apung).

3. Pembagian Wilayah Kota Kendari


Tabel III.2 Pembagian Daerah Administrasi Kota Kendari, 2011

KECAMATAN IBUKOTA JUMLAH


KELURAHAN
Mandonga Wawombalata 6
Baruga Watubangga 4
Puuwatu Puuwatu 6
Kadia Kadia 5
Wua-Wua Anawai 4
Poasia Rahandouna 4
Abeli Anggalomelai 13
Kambu Padaleu 4
Kendari Kandai 9
Kendari Barat Benu Benua 9
Kota Kendari Mandonga 64

Sumber : BPS Kota Kendari Dalam Angka 2012

Wilayah administrasi Kota Kendari terdiri atas 10 wilayah Kecamatan, yaitu


Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia,
Kecamatan Wua-Wua, Kecamatan Poasia, Kecamatan Abeli, Kecamatan Kambu,
Kecamatan Kendari dan Kecamatan Kendari Barat berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Kendari Nomor 5 s/d 14 Tahun 2005 yang selanjutnya terbagi menjadi 64
kelurahan. (BPS Kota Kendari Dalam Angka 2012)
Berdasarkan potensi yang dimiliki Kota Kendari, maka kemampuan pelayanan
seluruh kegiatan potensial yang ada secara internal dan eksternal akan dapat
menentukan fungsi dan peran kota. Kota Kendari dalam masa yang akan datang
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota kendari 2010-2030 dalam peta
sistem pusat-pusat pelayanan kota akan berfungsi sebagai:

35
1. Pusat pelayanan kota, yakni:
a. Pusat Pemerintahan Kota
b. Perdagangan dan Jasa
c. Pariwisata
d. Pendidikan
e. Transportasi
f. Industri
g. Kesehatan
2. Sub Pusat Pelayanan Kota
3. Pusat Lingkungan

Gambar III.2 Peta Sistem Pusat Pelayanan Kota


(Sumber : Dinas Tata Kota dan Pemukiman 2013)

Sebagai suatu sistem wilayah, kota terbentuk oleh adanya interaksi antara
bagian wilayah kota (BWK) ataupun pembagian zona wilayah tertentu yang
direncakan oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari 2010-2030.
Sehubungan dengan perkembangan kebutuhan lahan kegiatan-kegiatan perkotaan,

36
maka fungsi eksisting BWK di Kota Kendari di masa mendatang mengalami
perubahan sebagaimana yang telah di lakukan oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman
Kota Kendari yang telah membuat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Kendari 2010-2030 yakni membagi wilayah-wilayah Kota Kendari melalui
penzoningan wilayah. Pembangunan wilayah kota kendari didasarkan pada Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota agar pembangunannya lebih berdaya guna, berhasil guna,
serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang tertib, aman, dan berkeadilan. (Dinas Tata Kota dan Pemukiman
2013)
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari tahun 2010
– 2030, pembagian pola ruang Kota Kendari terbagi atas beberapa zona peruntukan.
Rencana Pola Ruang yang telah dibuat oleh Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota
Kendari mengatur penzoningan pada wilayah-wilayah Kota Kendari tahun 2010
sampai tahun 2030. Hal tersebut diatas dapat dilihat pada peta berikut ini:

Gambar III.3 Peta Rencana Pola Ruang 2010-2030


(Sumber : Dinas Tata Kota dan Pemukiman 2013)

37
Tabel III.3 Arahan Perkembangan Zona Kota Kendari

Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang


memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
Kawasan Hutan Lindung bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi, serta memelihara kesuburan tanah. Terletak
dikecamatan kambu.

 Area memanjang/jalur dan mengelompok, yang


penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
Ruang Terbuka Hijau tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Terletak di Kecamatan kambu, kecamatan
poasia, dan kecamatan kendari barat.

 Kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang mempunyai


manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
Kawasan Sempadan Sungai
sungai. Terletak di kecamatan abeli, kecamatan wua-wua,
kecamatan kadia, kecamatan mandonga.

 Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi meresapkan air


hujan, sehingga merupakan tempat pengisisan air bumi (
akuiver ) yang berguna sebagai sumber air. Terletak di
Kawasan Resapan Air
kecamatan kendari, kecamatan kendari barat, kecamatan
baruga, kecamatan kambu, kecamatan poasia dan kecamatan
abeli.
 Kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk
Taman Wisata Alam
pariwisata dan rekreasi alam.
 Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
atau satwa yang alami dan bukan alami, jenis asli atau bukan
Kawasan Taman Kota asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekresasi.
 Satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
Kawasan Hutan Kota
kesekutuan alam lingkungannya, yang satu dan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan.
Kawasan Perumahan  Terletak di kawasan pusat kota dan pusat pertumbuhan baru

38
Kepadatan Tinggi meliputi Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat,
Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-
wua, Kecamatan Baruga, Kecamatan Poasia dan Kecamatan
Abeli.
 Terletak diantara kawasan perumahan kepadatan tinggi dan
Kawasan Perumahan kepadatan rendah meliputi kecamatan Kendari Barat,
Kepadatan Sedang Kecamatan Mandonga, Kecamatan Wua-wua, Kecamatan
Baruga, Kecamatan Kambu dan Kecamatan Abeli.

 Terletak berdekatan dengan kawasan lindung, kawasan


Kawasan Perumahan agrowisata dan kawasan pertanian meliputi Kecamatan
Kepadatan Rendah Puuwatu, Lecamatan Mandonga, Kecamatan Kambu,
Kecamatan Poasia dan Kecamatan Abeli.

Perkantoran Pemerintah
Terdapat di Kecamatan Poasia dengan rencana pengembangan
Provinsi Sulawesi Tenggara
di Kecamatan Kambu

Perkantoran Pemerintah
 Berada di Kecamatan Mandongan dan Kecamatan Kadia
Kota Kendari
 Berada di Kecamatan Kambu sebagai pusat pertumbuhan baru
Kawasan Pendidikan Tinggi
di bagian selatan.
 Pelayanan kesehatan untuk skala Provinsi di kecamatan
Kawasan Pelayanan
Baruga, dan rumah sakit skala kota berada di Kecamatan
Kesehatan
Kambu
 Untuk pasar tradisional berada di Kecamatan Kendari,
Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, dan Kecamatan
Baruga. Dan untuk pusat perbelanjaan berada di Kecamatan
Kawasan Perdagangan dan Kadia, Kecamatan Wua-wua, Kecamatan Poasia, dan
Jasa Kecamatan Abeli. Selanjutnya untuk pertokoan modern
berada di Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari barat,
Kecamatan Wua-wua, Kecamatan Kadia, Kecamatan Baruga
dan Kecamatan Abeli.
 Berada di Kawasan perdagangan Mandonga, dan kawasan
Sektor Informal pusat kota, kawasan teluk Kendari yang meliputi kecamatan
Kadia, kecamatan Wua-Wua dan kecamatan Poasia.
 Untuk pelayanan kantor kepolisian skala kota terletak di
Kawasan Pelayanan Umum
Kecamatan Wua-Wua dan skala pelayanan kecamatan

39
terdapat disetiap kecamatan.
 Meliputi industri manufaktur seluas 100 ha yang terletak di
Kawasan Industri terbatas
kecamatan Baruga.
 Dikembangkan untuk kegiatan indutri skala besar, terdapat di
Kawasan Industri terpadu kecamatan Abeli, dan kawasan agroindustri di kecamatan
Puuwatu dan kecamatan Kadia.
 Kawasan pariwisata budaya berupa pusat kawasan promosi
dan informasi daerah, serta rumah-rumah adat Sulawesi
Tenggara di kecamatan kadia, wisata perdagangan dan sejarah
kota lama di kecamatan kendari. Dan untuk kawasan
pariwisata alam berupa taman wisata alam di kecamatan
Puuwatu, kecamatan Wua-Wua, kecamatan Baruga,
Kawasan Pariwisata
kecamatan Kambu dan kecamatan Poasia.
 Selanjutnya kawasan pariwisata buatan, wisata agro, objek
wisata pantai, wisata religius, dan perdagangan di kecamatan
Mandonga, kecamatan puuwatu, kecamatan Kadia, kecamatan
Kambu dan kecamatan Poasia serta pusat kota dan kawasan
teluk Kendari
Kawasan pelabuhan  Terletak di kelurahan Bungkutoko.
 terletak di kecamatan Puuwatu, kecamatan Mandonga,
Kawasan tanaman pangan
kecamatan Baruga dan kecamatan Abeli.
Kawasan pertanian  Terletak di kecamatan Puuwatu, kecamatan Mandonga,
Hortikultura kecamatan Kambu, kecamatan Baruga dan kecamatan Poasia.
Sumber : Peraturan Daerah Kota No. 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Kendari Tahun 2010-2030

B. Tinjauan Mikro Kawasan


1. Ketentuan Teknis Site Perancangan
Beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan pada site perencanaan
bangunan yaitu Intensitas penggunaan ruang. Hal ini lebih memberikan pengertian
secara kuantitatif dari pemanfaatan ruang. Tolak ukur kuantitatif dari pemanfaatan
ruang adalah berupa koefisien pemanfaatan ruang yang lebih bersifat horizontal
(KDB) dan koefisien yang lebih menunjukan dimensi vertikal/ ketinggian (KLB).

40
Kota yang tidak terencana intensitas bangunannya akan menimbulkan adanya daerah-
daerah yang mempunyai kepadatan bangunan tinggi yang mengakibatkan
memburuknya kualitas lingkungan pada daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu
masalah kepadatan bangunan perlu mendapatkan perhatian serius. Dengan lebih
teraturnya kepadatan bangunan diharapkan akan memperoleh kualitas lingkungan
yang baik.

Tabel III.4 Klasifikasi Kepadatan Bangunan

Klasifikasi Kepadatan Bangunan


Sangat Rendah < 10 bangunan/ha
Rendah 11 – 40 bangunan/ha
Sedang 41 – 60 bangunan /ha
Tinggi 61 – 80 bangunan/ha
Sangat Tinggi >81 bangunan/ha

Sumber : Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/198

Beberapa strategi untuk pengaturan kepadatan dan ketinggian bangunan antara


lain:
a. Penataan ketinggian yang dicerminkan dari jumlah lantai bangunan, disesuaikan
dengan daya dukung lahan dan fungsi lahan yang telah ditetapkan.
b. Untuk kawasan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (pusat pelayanan,
jalan utama dan lain-lain) dimungkinkan untuk memiliki KLB yang lebih tinggi
dari kawasan lainnya.
c. Dalam kaitannya dengan ketinggian bangunan, kontruksi bangunan harus
didukung oleh teknologi konstruksi yang tepat.

41
Tabel III.5 Kepadatan dan Ketinggian Bangunan

Tinggi
Luas Kavling KDB Ʃ Lantai
KLB Bangunan Keterangan
(m2) (%)
Min Max Min Max
50 – 100 40 1 2 2xKDB - 12 Standar umum
200 40 - 3 3xKDB - 18 yang digunakan
200 – 300 40 3 4 4xKDB 12 20 pada daerah-
600 – 1.200 40 5 8 8xKDB 24 36 daerah yang sudah
1.200 – 2.400 40 9 11 9xKDB 40 48 berkembang
menjadi kawasan
permukiman
2.400-4.800 40 20 25 9xKDB 84 100 (perkotaan)

300-600 40 1 2 2xKDB - 12 Standar kota dalam


1200 40 - 3 3xKDB - 18 taman yang
1200-1800 40 3 4 4xKDB 12 20 dikembangkan
3600-7200 40 5 8 8xKDB 24 36 pada daerah yang
7200-14.400 40 9 11 9xKDB 40 48 masih kosong atau
daerah baru untuk
14400-28400 40 20 25 9xKDB 84 100 pengembangan
kawasan perkotaan
Standar pada
3.600 30 5 8 8xKDB 24 36 kawasan sepanjang
teluk kendari
2000 20 - 2 2xKDB - 12 Standar pada
kawasan Tanura
5000 20 - 2 2xKDB - 12 Murhum untuk
Villa dan Hotel
Sumber : Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987

2. Ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Selain kepadatan dan ketinggian bangunan, ketentuan gasir sempadan juga
bertujuan mewujudkan keteraturan bangunan, memperkecil resiko penjalaran
kebakaran, memperlancar aliran udara segar dan penentuan cahaya matahari.
Beberapa acuan yang digunakan dalam penetapan GSB pada kawasan Kadia :
a. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar (GSP) berdasarkan
status jalan :
1) Jalan arteri
a) GSP : ≥ 20 meter dari As jalan
b) GSB : ≥ 25 meter dari As jalan

42
2) Jalan kolektor
a) GSP : ≥ 15 meter dari As jalan
b) GSB : ≥ 20 meter dari As jalan
3) Jalan lokal I
a) GSP : ≥ 10 meter dari As jalan
b) GSB : ≥ 15 meter dari As jalan
4) Jalan lokal II
a) GSP : ≥ 7 meter dari As jalan
b) GSB : ≥ 12 meter dari As jalan

b. Rencana pengaturan Garis Sempadan Bangunan yang ditentukan untuk kawasan


Kadia didasarkan pada pertimbangan dan pengaturan bangunan nasional DPMB-
PU, sebagai berikut :
1) Garis Sempadan Bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan
ditetapkan ½ dari Daerah Milik Jalan (Damija) atau ¼ dari Daerah Pengawasan
Jalan (Dawasja).
2) Garis sempadan samping minimum 1,5 meter dari dinding bangunan
3) Garis sempadan belakang bangunan berjarak minimum 2 meter dari dinding
bangunan.

3. Lokasi Perancangan
Berdasarkan hasil analisa lokasi maka, Klinik kesehatan Ibu dan Anak dengan
Pendekatan Green Architecture ini direncanakan teletak pada kecamatan Kadia yang
berada pada Zona Kawasan Pemukiman Tinggi, yakni, di kawasan pusat kota dan
pusat pertumbuhan baru. Luas wilayah kecamatan Kadia adalah 6,721 km2 dengan
jumlah penduduk 41.026 jiwa. (Kota Kendari Dalam Angka, 2012) Selain sebagai
kawasan perumahan kepadatan tinggi, kawasan ini juga menampung kegiatan
pemerintahan provinsi, fasilitas penunjang pemukiman seperti pendidikan, kesehatan,
dan sebagainya. Dengan konsep Green Architecture, klinik kesehatan ibu dan anak
ini diharapkan dapat menyumbangkan kontribusinya terhadap lingkungan sekitarnya.

43
Memberikan kontribusi dalam hal lingkungan dan tentunya kesehatan masyarakat
terutama ibu dan anak.

C. Tinjauan Prospek Pengadaan Klinik Ibu dan Anak di Kota Kendari

Perbaikan mutu kesehatan Kota Kendari dengan pelayanan yang maksimal


terus diupayakan. Hal ini terlihat dengan mulai menurunnya angka kematian ibu dan
anak seperti yang dilansir oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari.

Tabel III.6 Jumlah kematian ibu dan bayi Kota Kendari tahun 2010-2012
Jumlah Jumlah
Jumlah
No. Tahun Kematian Kematian
Persalinan
Bayi Ibu
1 2010 3768 19 2
2. 2011 4591 23 8
3. 2012 6117 32 3

Sumber : Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Gizi dan KIA tahun 2010-
2012

Tabel III.7 Data Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Abunawas tahun 2010-2012
Tahun Rawat Jalan Rawat Inap
2010 4098 257
2011 3575 297
2012 1855 684

Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas

Berdasakan data diatas diketahui persentase angka kematian bayi mengalami


peningkatan sebesar 2,606% dalam 3 tahun yakni 2010 – 2012, sedangkan persentase
angka kematian ibu antara tahun 2010 – 2012 adalah 23%. Untuk, memperkiraan
jumlah pasien pada tahun 2020 dapat dihitung dengan rumus :

Pt = Po x (1 + r)n

44
Pt 2020 = Po(2012) x (1 +2,606% )8

= 6117 x (1+0,02606)8

= 6117 x (1,02606)8

= 6117 x 1,23

= 7523,91

≈ 7524 jiwa

Untuk, memperkiraan jumlah pasien ibu pada tahun 2020 yakni :

Pt 2020 = Po(2012) x (1+23%)8

= 6117 x (1+0,23)8

= 6117 x (1,23)8

= 6117 x 5,24

= 32053,08

≈ 32054 jiwa

Untuk, memperkiraan jumlah pasien anak pada tahun 2020 yakni :

Pt 2020 = Po(2011) x (1 +(-12% ))9

= 3575 x (1+0,12)9

= 3575 x (0,88)9

= 3575 x 0.31

= 1108,25

≈ 1109 jiwa

45
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat diperkirakan jumlah pasien ditahun 2020
adalah,

Pt 2020 = Jumlah pasien bayi + jumlah pasien ibu + jumlah pasien anak

= 7524+ 32054+ 1109

= 40687 jiwa

Dari total keseluruhan diperoleh perkiraan jumlah pasien di Kota Kendari pada
tahun 2020 adalah 40.687 jiwa dengan 13,53% didalamnya adalah pasien dari
Kecamatan Kadia. Jadi, proyeksi pasien pada Kecamatan Kadia adalah 5504,95 atau
5505 jiwa.

46

Anda mungkin juga menyukai