Anda di halaman 1dari 48

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

BAB I. SYARAT-SYARAT UMUM


A. KETENTUAN UMUM
1. Rencana Kerja Dan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kelender setelah dikeluarkannya
surat penunjukan/pelulusan sebagai pemenang pelelangan, pelaksanaan
pekerjaan wajib menyerahkan pengembangan/ penyempurnaan rencana kerja,
methode yang diusulkan dan tata cara pelaksanaan serta organisasi proyek
kepada konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan pemberi tugas.
b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang telah
disetujui tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja kepada
Konsultan pengawas yang menunjukan bilamana pekerjaan dilaksanakan, kapan
material/peralatan import akan sampai ditempat, yang secara keseluruhan harus
di buatkan Time Schedulle dan Procurenment Schedulle dalam bentuk balok
(Bart Cart) dilengkapi dengan Curva “ S “ dan jaringan kerja (Net Work
Planning).
c. Apabila terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan atau keterlambatan
waktu mendatangkan material/ peralatan maka pelaksanaan pekerjaan harus
membuat detail program kerja baru sesuai permintaan pengawas lapangan,
tanpa merubah jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
d. Pelaksana pekerjaan wajib meminta persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
pemberi tugas apabila ada penyimpangan-penyimpangan dari rencana kerja
yang telah di setujui.
e. Pelaksana pekerjaan wajib mendengarkan dan mentaati semua teguran
konsultan pengawas/supervisi yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan baik
secara lisan maupun secara tulisan.

2. Penyerahan Pekerjaan
a. Penyerahan pekerjaan, baik penyerahan pertama pekerjaan maupun penyerahan
kedua pekerjaan, oleh pelaksana pekerjaan harus dinyatakan secara tertulis
dengan menyebutkan tanggal penyerahan. Sebelum dilakukan penyerahan
pekerjaan, konsultan pengawas akan melakukan pemeriksaan serta evaluasi
bersama – sama pelaksanaan pekerjaan. Hasil pemeriksaan tersebut dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan pekerjaan.
b. Apabila dalam pemeriksaan tersebut tidak terdapat kekurangan– kekurangan
dan telah memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan, maka pemberi tugas
akan menerima penyerahan pekerjaan yang dinyatakan dalam berita acara serah
terima pekerjaan. Khusus untuk serah terima pertama pekerjaan, berita acaranya
harus disertai gambar sesuai pelaksanaan (As Built Drawing ).

3. Surat Perintah Mulai Kerja (Spmk)


a. Pemberi tugas harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari sejak (SPMK) penandatanganan kontrak, setelah

1
b. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak
yang akan dinyatakan kontraktor pelaksana dalam pernyataan dimulainya
pekerjaan.

4. Persiapan Pelaksanaan Kontrak


a. Sebelum pelaksanaan kontrak pemberi tugas bersama-sama dengan kontraktor
pelaksana, unsur perencanaan, dan unsur konsultan pengawasan, menyusun
rencana pelaksanaan kontrak.
b. Pemberi tugas harus menyenyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPMK.
c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat adalah:
1) Organisasi kerja;
2) Tata cara pengaturan pekerjaan;
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
4) Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil;
5) Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
6) Sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai
rencana kerja;
7) Penyusunan program mutu.

5. Program Mutu
a. Program mutu harus disusun oleh Kontraktor Pelaksana dan disepakati oleh
Pemberi Tugas dan dapat direvisi sesuai kebutuhan.
b. Program mutu minimal berisi:
1) Informasi pengadaan;
2) Organisasi proyek Pemberi Tugas dan Kontraktor Pelaksana;
3) Jadual pelaksanaan pekerjaan;
4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
5) Prosedur instruksi kerja;
6) Pelaksana kerja.

6. Pekerjaan Tambah Dan Kurang


a. Pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang dihitung dengan harga satuan Upah
dan Bahan berdasarkan dokumen penawaran yang telah disepakati.
b. Apabila jenis harga satuannya tidak terdapat dalam lampiran dokumen, maka
harga satuan yang digunakan adalah harga satuan hasil kesepakatan bersama
antara pemberi tugas dan pelaksana pekerjaan.
c. Semua jenis pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang baru boleh dilaksanakan
setelah ada persetujuan tertulis dari pemberi tugas.
d. Atas dasar persetujuan tertulis dan pemberi tugas pelaksana pekerjaan dapat
mengajukan rencana biaya. Rencana biaya dimaksud di teliti oleh pengawas
lapangan bersama-sama dengan pelaksana pekerjaan untuk kemudian diajukan
kepada pemberi tugas guna mendapatkan persetujuan.
e. Pelaksanaan pembayaran biaya pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang akan di
atur dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan.

2
7. Bahan / Material, Alat-Alat Dan Sarana Kerja
a. Yang di maksud dengan bahan/material, alat-alat dan sarana kerja adalah semua
peralatan yang di gunakan untuk melaksanakan pekerjaan demi tercapainya
kesempurnaan pekerjaan termasuk di dalamnya kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut bahan/material dari atau keluar tapak proyek. Agar
pelaksanaan pekerjaan dapat berhasil dengan baik, pelaksana pekerjaan harus
menyediakan bahan/material, alat-alat dan sarana kerja secara cukup, meskipun
tidak terlihat dalam gambar dan spesifikasi.
b. Semua bahan/material, alat-alat dan sarana kerja yang telah masuk
kelapangan/tapak proyek tidak boleh dikeluarkan tanpa izin konsultan
pengawas/pemberi tugas.
c. Pemberi tugas/konsultan pengawas tidak bertanggung jawab terhadap
kehilangan atau kerusakan bahan/material, alat-alat dan sarana kerja yang
berada di tapak proyek.
d. Semua bahan/material, alat-alat dan sarana kerja yang terpasang harus sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan di dalam spesifikasi dan gambar-gambar,
harus dalam keadaan baru, tidak cacat dan dari mutu terbaik, serta harus
menunjukan merk, etiket dari pabrik yang produksinya.
e. Detail-detail yang tidak di gambar atau di spesifikasikan, tetapi di anggap
penting untuk penyempurnaan pekerjaan, harus teteap dilaksanakan
sebagaimana umumnya dan harus sudah termasuk dalam pekerjaan ini.
f. Jika alat-alat kerja rusak, sebelum dibawa keluar untuk perbaikan, pelaksanaan
pekerjaan harus mencarikan gantinya terlebih dahulu.
g. Sarana kerja yang berupa keet pelaksanaan pekerjaan dan kelengkapan
disediakan oleh pelaksana pekerjaan. Penempatan Keet pelaksanaan akan
dikoordinasikan oleh konsultan pengawas.

8. Pengamanan
a. Pengamanan atau halaman kerja, pekerjaan yang telah dilaksanakan dan bahan-
bahan, selama pekerjaan berlangsung menjadi tanggung jawab pelaksana
pekerjaan.
b. Pelaksana pekerjaan wajib melindungi barang-barang milik pemberi tugas di
dalam dan di sekitar tapak proyek dari kehilangan, kerusakan, dan kebakaran.
c. Tempat penyimpanan bahan-bahan maupun alat-alat kerja milik pelaksana
pekerjaan akan di tetapkan kemudian dalam waktu pelaksanaan.
d. Untuk masalah keamanan ini pelaksana pekerjaan diharuskan tunduk kepada
segala ketentuan yang berkaitan dengan masalah keamanan dan bekerja sama
dengan aparat keamanan.

9. Pemeriksaan Bersama
a. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, direksi teknis
bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan kontraktor
pelaksana melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan

3
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata
pembayaran guna menetapkan kuantitas awal.
b. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila
dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus
dituangkan dalam bentuk addendum kontrak.
c. Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata pembayaran
harus dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, direksi teknis dan kontraktor
pelaksana selama periode pelaksanaan kontrak untuk menetapkan kuantitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan.

10. Perubahan Kegiatan Pekerjaan


a. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ditentukan dalam
dokumen kontrak, maka pemberi tugas bersama kontraktor pelaksana dapat
melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain:
1) Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
2) Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan;
3) Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan.
4) Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dan nilai
harga yang tercantum dalam kontrak awal.
b. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pemberi tugas secara tertulis kepada
kontraktor pelaksana, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan
tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
c. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan
amandemen kontrak.

11. Pembayaran Untuk Perubahan


a. Apabila diminta oleh pemberi tugas, kontraktor pelaksana wajib mengajukan
usulan biaya untuk melaksanakan perintah perubahan.
b. Direksi teknis wajib menilai usulan biaya tersebut selambat-lambatnya dalam
waktu 7 (tujuh) hari.
c. Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam
daftar kuantitas dan harga, dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan
bahwa kuantitas pekerjaan tidak melebihi batas sesuai ketentuan Pasal 13.2.
atau waktu pelaksanaan tidak mengakibatkan perubahan harga, maka harga
satuan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga digunakan sebagai
dasar untuk menghitung biaya perubahan.
d. Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak
ada harga satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka
usulan biaya dan kontraktor pelaksana merupakan harga satuan baru untuk
perubahan pekerjaan yang bersangkutan.

4
e. Apabila usulan biaya dan kontraktor pelaksana dinilai tidak wajar, maka
pemberi tugas mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga
kontrak berdasarkan harga perkiraan pemberi tugas.
f. Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan
biaya serta negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan
tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dan dan diberlakukan
sebagai peristiwa kompensasi sesuai Pasal 42.1.
g. Kontraktor pelaksana tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk
biaya-biaya yang sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.

12. Perubahan Kuantitas Dan Harga


a. Harga satuan dalam daftar kuantitas dan harga digunakan untuk membayar
prestasi pekerjaan.
b. Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah
lebih dari 10% (sepuluh persen) dan kuantitas awal, maka harga satuan
pembayaran utama tersebut disesuaikan dengan negosiasi.
c. Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka kontraktor pelaksana harus
menyerahkan analisa harga satuannya kepada pemberi tugas. Penentuan harga
satuan mata pembayaran baru dilakukan dengan negosiasi berdasarkan analisa
harga satuan tersebut dan harga satuan dasar penawaran.

13. Amandemen Kontrak


a. Amandemen kontrak harus dibuat bila terjadi perubahan kontrak. Perubahan
kontrak dapat terjadi apabila:
1) Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para
pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
2) Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan
pekerjaan;
3) Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan
perubahan pelaksanaan pekerjaan.
4) Amandemen bisa dibuat apabila disetujui oleh para pihak yang membuat
kontrak tersebut.
b. Prosedur amandemen kontrak dilakukan sebagai berikut:
1) Pemberi tugas memberikan perintah tertulis kepada kontraktor pelaksana
untuk melaksanakan perubahan kontrak, atau kontraktor pelaksana
mengusulkan perubahan kontrak;
2) Kontraktor pelaksana harus memberikan tanggapan atas perintah
perubahan dan pemberi tugas dan mengusulkan perubahan harga (bila ada)
selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari;
c. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita acara hasil
negosiasi;
d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat amandemen kontrak.

14. Laporan Hasil Pekerjaan

5
a. Buku harian diisi oleh kontraktor pelaksana dan diketahui oleh direksi teknis,
mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas pekerjaan sebagai bahan
laporan harian.
b. laporan harian dibuat oleh kontraktor pelaksana, diperiksa oleh direksi teknis,
dan diketahui oleh direksi pekerjaan.
c. Laporan harian berisi:
1) Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
2) Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
3) Jenis, jumlah dan kondisi peralatan di lapangan;
4) Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
5) Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan;
6) Catatan lain yang dianggap perlu.
d. Laporan mingguan dibuat oleh kontraktor pelaksana, terdiri dan rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan
yang dianggap perlu.
e. Laporan bulanan dibuat oleh kontraktor pelaksana, terdiri dan rangkuman
laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan serta
catatan yang dianggap perlu.
f. Untuk kelengkapan laporan, kontraktor pelaksana dan direksi teknis wajib
membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.

15. Cacat Mutu


a. Direksi teknis wajib memeriksa pekerjaan kontraktor pelaksana dan
memberitahu kontraktor pelaksana bila terdapat cacat mutu dalam pekerjaan.
Direksi teknis dapat memerintahkan kontraktor pelaksana untuk menguji hasil
pekerjaan yang dianggap terdapat cacat mutu.
b. Apabila direksi teknis memerintahkan kontraktor pelaksana untuk
melaksanakan pengujian dan temyata pengujian memperlihatkan adanya cacat
mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan menjadi tanggungjawab kontraktor
pelaksana. Apabila tidak ditemukan cacat mutu, maka biaya pengujian dan
perbaikan menjadi tanggungjawab pemberi tugas.
c. Setiap kali pemberitahuan cacat mutu, kontraktor pelaksana harus segera
memperbaiki dalam waktu sesuai yang tercantum dalam surat pembenitahuan
direksi teknis.
d. Direksi pekerjaan dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki cacat mutu
bila kontraktor pelaksana tidak melaksanakannya dalam waktu masa perbaikan
cacat mutu sesuai yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis
dengan biaya dibebankan kepada kontraktor pelaksana.
e. Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama pekerjaan dan selama
masa pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan dan masa pemeliharaàn
dapat diperpanjang sampai cacat mutu selesai diperbaiki.

16. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

6
a. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-
syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam
SPMK.
b. Pemberi tugas harus menerbitkan SPMK selambat- lambatnya 14 (empat belas)
hari sejak tanggal penandatanganan kontrak.
c. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat Iambatnya dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan,
kendaraan, menyiapkan fasilitas kantor, rumah, bengkel, gudang, dan
mendatangkan personil. Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
d. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila kontraktor pelaksana telah melaksanakan
pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan kontrak dan telah
dinyatakan dalam berita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan
oleh direksi pekerjaan.
e. Apabila kontraktor pelaksana berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya dan kontraktor pelaksana
telah melaporkan kejadian tersebut kepada pemberi tugas, maka pemberi tugas
melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas kontraktor pelaksana
dengan amandemen kontrak.

17. Wakil Kontraktor Pelaksana


a. Kontraktor pelaksana wajib menunjuk personil sebagai wakilnya yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan dan diberikan wewenang penuh
untuk bertindak atas nama kontraktor pelaksana, serta berdomisili di lokasi
pekerjaan.
b. Apabila direksi pekerjaan menilai bahwa wakil kontraktor pelaksana tersebut
pada pasal 18.1. tidak memadai, maka direksi pekerjaan secara tertulis dapat
meminta kontraktor pelaksana untuk mengganti dengan personil lain yang
kualifikasi, kemampuan, dan pengalamannya melebihi wakil kontraktor
pelaksana yang diganti selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
dan wakil kontraktor pelaksana yang akan diganti harus meninggalkan lapangan
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari.

18. Konsultan Pengawasan


Untuk melakukan konsultan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang sedang atau telah dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksana, pemberi tugas diwakili oleh direksi teknis.

19. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan


a. Apabila kontraktor pelaksana terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal,
maka pemberi tugas harus memberikan peringatan secara tertulis atau
dikenakan ketentuan sesuai pasal 21 tentang kontrak kritis.

7
b. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pemberi tugas.
maka dikenakan ketentuan sesuai pasal 42 tentang kompensasi.

20. Kontrak Kritis


a. Kontrak dinyatakan knitis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%— 70% dari kontrak),
realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 15% dari rencana;
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak),
realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.
b. Penanganan kontrak kritis
c. Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)
1) Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat
peringatan kepada kontraktor pelaksana dan selanjutnya
menyelenggarakan SCM.
2) Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan kontraktor pelaksana
membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai
oleh kontraktor pelaksana dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama)
yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat proyek.
3) Apabila kontraktor pelaksana gagal pada uji coba pertama, maka harus
diselenggarakan SCM tingkat atasan Iangsung yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oieh kontraktor
pelaksana dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan
dalam berita acara SCM tingkat atasan langsung.
4) Apabila kontraktor pelaksana gagal pada uji coba kedua, maka harus
diselenggarakan SCM tingkat atasan yang membahas dan menyepakati
besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh kontraktor pelaksana
dalam periode waktu tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam
berita acara SCM tingkat atasan.
5) Pada setiap uji coba yang gagal, pemberi tugas harus menerbitkan surat
peringatan kepada kontraktor pelaksana atas keterlambatan realisasi fisik
pelaksanaan pekerjaan.
6) Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pemberi tugas dapat
menyelesaikan pêkerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan
kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan pasal 1266 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
d. Kesepakatan tiga pihak
1) Kontraktor pelaksana masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
sesuai ketentuan kontrak.
2) Pemberi tugas menetapkan pihak ketiga sebagai kontraktor pelaksana
yang akan menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan kontraktor
pelaksana.
3) Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan
kontrak. Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan yang Iebih
tinggi dan harga satuan kontrak, maka selisih harga menjadi
tanggungjawab kontraktor pelaksana.

8
4) Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.
5) Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar
pembuatan amandemen kontrak.

21. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan


a. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pemberi tugas atas
pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk:
1) Pekerjaan tambah;
2) Perubahan disain;
3) Keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi tugas;
4) Masalah yang timbul di luar kendali kontraktor pelaksana;
b. Kontraktor pelaksana mengusulkan secara tertulis perpanjangan waktu
pelaksanaan dilengkapi alasan dan data kepada pemberi tugas. Pemberi tugas
menugaskan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan direksi teknis untuk
meneliti dan mengevaluasi usulan tersebut. Hasil penelitian dan evaluasi
dituangkan dalam berita acara dilengkapi dengan rekomendasi dapat atau
tidaknya diberi perpanjangan waktu.
c. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan evaluasi perpanjangan waktu
pelaksanaan dan rekomendasi, maka Pemberi Tugas dapat menyetujui/tidak
menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan.
d. Apabila perpanjangan waktu pelaksanaan disetujui, maka harus dituangkan di
dalam amandemen kontrak.
e. Perhitungan penyesuaian harga sesuai dengan Pasal 34.1.di dasarkan atas
amandemen kontrak Pasal 14.1.

22. Kerjasama Antara Kontraktor Pelaksana Dan Sub Kontraktor Pelaksana


a. Kontraktor pelaksana golongan non usaha kecil wajib bekerjasama dengan
kontraktor pelaksana golongan usaha kecil termasuk koperasi kecil, yaitu
dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama.
b. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan harus disetujui oleh pemberi tugas dan
tetap menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana.
c. Pemberi tugas mempunyai hak intervensi atas pelaksanaan sub kontrak meliputi
pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran

23. Peringatan Dini


a. Kontraktor pelaksana wajib menyampaikan peringatan dini kepada direksi
pekerjaan melalui direksi teknis selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu atau keadaan-keadaan yang dapat
berakibat buruk terhadap pekerjaan, kenaikan harga kontrak atau keterlambatan
tanggal penyelesaian pekerjaan. Direksi pekerjaan melalui direksi teknis dapat
meminta kontraktor pelaksana untuk membuat perkiraan akibat yang akan
timbul terhadap pekerjaan, harga kontrak dan tanggal penyelesaian pekerjaan.
Perkiraan tersebut wajib diserahkan kontraktor pelaksana sesegera mungkin.

9
b. Kontraktor pelaksana wajib bekerja sama dengan direksi pekerjaan melalui
direksi teknis dalam menyusun dan membahas upaya-upaya untuk menghindari
atau mengurangi akibat dan kejadian atau keadaan tersebut.
c. Kontraktor pelaksana tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk
biaya-biaya yang sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.

24. Rapat Pelaksanaan


a. Direksi pekerjaan, direksi teknis dan kontraktor pelaksana dapat meminta untuk
dilakukan rapat pelaksanaan yang dihadiri semua pihak, untuk membahas
pelaksanaan pekerjaan dan memecahkan masalah yang timbul sehubungan
dengan peringatan dini Pasal 25.1.
b. Direksi teknis wajib membuat risalah rapat pelaksanaan Pasal 26.1. Tanggung
jawab masing-masing pihak atas tindakan yang harus diambil ditetapkan oleh
direksi pekerjaan secara tertulis.

25. Itikad Balk


a. Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan dengan
hak dan kewajiban yang terdapat dalam kontrak.
b. Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa
menonjolkan kepentingan masing-masing pihak. Bila selama kontrak salah satu
pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk
mengatasi keadaan tersebut.

26. Penghentian Dan Pemutusan Kontrak


a. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai.
b. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan
(keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat
melaksanakan kewajiban yang ditentukan di dalam kontrak. Dalam hal kontrak
dihentikan, maka pemberi tugas wajib membayar kepada kontraktor pelaksana
sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.
c. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana kontraktor pelaksana cidera janji atau
tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di
dalam kontrak. Kepada kontraktor pelaksana dikenakan sanksi sesuai Pasal 28.5
d. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi,
kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses penunjukan maupun
pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini:
1) Kontraktor pelaksana dapat dikenakan sanksi yaitu:
a) Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke kas negara;
b) Sisa uang muka harus dilunasi oleh Kontraktor Pelaksana;
c) Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
e. Pemutusan kontrak oleh pemberi tugas. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
hari setelah pemberi tugas menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan
kontrak secara tertulis kepada kontraktor pelaksana untuk kejadian tersebut di

10
bawah ini, pemberi tugas dapat memutuskan kontrak. Kejadian dimaksud
adalah:
1) Kontraktor pelaksana tidak mulai melaksanakan pekerjaan berdasarkan
kontrak pada tanggal mulai kerja
2) Kontraktor pelaksana gagal pada uji coba ketiga dalam melaksanakan
SCM
3) Kontraktor pelaksana tidak berhasil memperbaiki suatu kegagalan
pelaksanaan
4) Kontraktor pelaksana tidak mampu lagi melaksanakan pekerjaan atau
bangkrut;
5) Kontraktor pelaksana gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian
perselisihari;
6) Kontraktor pelaksana menyampaikan pernyataan yang tidak benar kepada
pemberi tugas dan pernyataan tersebut berpengaruh besar pada hak,
kewajiban, atau kepentingan pemberi tugas;
7) Terjadi keadaan kahar dan kontraktor pelaksana tidak dapat melaksanakan
pekerjaan
f. Pemutusan kontrak oleh kontraktor pelaksana. Sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) hari setelah kontraktor pelaksana menyampaikan pemberitahuan rencana
pemutusan kontrak secara tertulis kepada pemberi tugas untuk kejadian tersebut
di bawah ini, kontraktor pelaksana dapat memutuskan kontrak. Kejadian
dimaksud adalah:
1) Sebagai akibat keadaan kahar, kontraktor pelaksana tidak dapat
melaksanakan pekerjaan.
2) Pemberi Tugas gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian perselisihan.
g. Prosedur pemutusan kontrak. Setelah salah satu pihak menyampaikan atau
menerima pemberitahuañ pemutusan kontrak, sebelum tanggal berlakunya
pemutusan tersebut kontraktor pelaksana harus:
1) Mengakhiri pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
pemberitahuan pemutusan kontrak;
2) Mengalihkan hak dan menyerahkan semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Pengalihan hak dan penyerahan tersebut harus dilakukan dengan cara dan
pada waktu yang ditentukan oleh pemberi tugas;
3) Menyerahkan semua fasilitas yang dibiayai oleh pemberi tugas.
h. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 28.5., pemberi tugas
tetap membayar hasil pekerjaan sampai dengan batas tanggal pemutusan, dan
jika terjadi pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 28.6., selain pembayaran
tersebut di atas pemberi tugas harus membayar pengeluaran langsung yang
dikeluarkan oleh kontraktor pelaksana sehubungan dengan pemutusan kontrak.
Sejak tanggal berlakunya pemutusan kontrak, kontraktor pelaksana tidak
bertanggung jawab lagi atas pelaksanaan kontrak.

27. Pemanfaatan Milik Kontraktor Pelaksana

11
Semua bahan, peralatan, instalasi, pekerjaan sementara, dan fasilitas milik kontraktor
pelaksana, dapat dimanfaatkan oleh pemberi tugas bila terjadi pemutusan kontrak
oleh kontraktor pelaksana.

28. Penyelesalan Perselisihan


a. Penyelesaian perselisihan dapat melalui:
1) Di luar pengadilan, yaitu dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi atau
arbitrase di Indonesia;
2) Pengadilan.
b. Penyelesaian perselisihan lebih lanjut diatur dalam syarat-syarat khusus
kontrak.
c. Pengeluaran biaya untuk penyelesaian perselisihan ditanggung kedua belah
pihak sesuai keputusan akhir.

29. Bahasa Dan Hukum


Kontrak dibuat dalam bahasa Indonesia serta tunduk kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.

30. Perpajakan
a. Kontraktor pelaksana harus mengetahui, memahami dan patuh terhadap semua
peraturan perundang undangan tentang pajak yang berlaku di Indonesia dan
sudah diperhitungkan dalam penawaran.
b. Perubahan peraturan perundang-undangan tentang pajak yang terjadi setelah
pembukaan penawaran harus dilakukan penyesuaian.

31. Korespondensi
a. Komunikasi antara para pihak hanya berlaku bila dibuat secara tertulis.
b. Korespondensi dapat dikirim langsung, atau melalui pos, telex.
c. Alamat para pihak ditetapkan sebelum tanda tangan kontrak.
d. Korespondensi harus menggunakan bahasa Indonesia.

32. Penyesuaian Harga


Penyesuaian harga dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam syarat-
syarat khusus kontrak. Penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak jangka
panjang lebih dan 12 (dua belas) bulan.

33. Denda Dan Ganti Rugi


a. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada kontraktor pelaksana,
sedangkan ganti rugi adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada pemberi
tugas, karena terjadinya cidera janji terhadap ketentuan yang tercantum dalam
kontrak.
b. Besarnya denda kepada kontraktor pelaksana atas keterlambatan penyelesaian
pekerjaan adalah 1 %o (per seribu) dan harga kontrak atau bagian kontrak untuk
setiap hari keterlambatan.

12
c. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pemberi tugas atas keterlambatan
pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihari yang terlambat
dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut
ketetapan bank indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan
dalam syarat-syarat khusus kontrak.
d. Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi sesuai ketentuan dalam syarat-
syarat khusus kontrak.

34. Serah Terima Pekerjaan


a. Pemberi tugas membentuk panitia penerima pekerjaan yang terdiri dan unsur
atasan langsung, proyek dan direksi teknis.
b. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen), kontraktor pelaksana
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pemberi tugas untuk penyerahan
pertama pekerjaan.
c. Pemberi tugas memerintahkan panitia penerima pekerjaan untuk melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor
pelaksana selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat
permintaan dan kontraktor pelaksana. Apabila terdapat kekurangan dan/atau
cacat hasil pekerjaan, kontraktor pelaksana wajib menyelesaikanlmemperbaiki,
kemudian panitia penerima pekerjaan melakukan pemeriksaan kembali dan
apabila sudah sesuai dengan ketentuan kontrak, maka dibuat berita acara
penyerahan pertama pekerjaan.
d. Setelah penyerahan pertama pekerjaan pemberi tugas membayar sebesar 100%
(seratus persen) dan nilai kontrak dan kontraktor pelaksana harus menyerahkan
jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak.
e. Kontraktor pelaksana wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap berada seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan.
f. Setelah masa pemeliharaan berakhir kontraktor pelaksana mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pemberi tugas untuk penyerahan akhir
pekerjaan.
g. Pemberi tugas menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah kontraktor
pelaksana melaksanakan semua kèwajibannya selama masa pemeliharaan
dengan baik, setelah diperiksa oleh panitia penyerahan pekerjaan dan telah
dibuat berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
h. Setelah penyerahan akhir pekerjaan pemberi tugas wajib mengembalikan
jaminan pemeliharaan dan jaminan pelaksanaan.

35. Gambar Pelaksanaan


a. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada direksi pekerjaan gambar
pelaksanaan (as built drawing) paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
penyerahan akhir pekerjaan.
b. Apabila kontraktor pelaksana terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan,
maka pemberi tugas dapat menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dalam
syarat-syarat khusus kontrak.

13
c. Apabila kontraktor pelaksana tidak menyerahkan gambar pelaksanaan, maka
pemberi tugas dapat memperhitungkan pembayaran kepada kontraktor
pelaksana sesuai dengan ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.

36. Kegagalan Bangunan


Kegagalan bangunan yang menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana ditentukan
terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan sesuai dengan umur konstruksi yang
direncanakan dan secara tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, paling lama
10 (sepuluh) tahun. Jangka waktu tertinggi atas kegagalan bangunan ditetapkan
dalam syarat-syarat khusus kontrak.

B. KETENTUAN KHUSUS
1. Personil
a. Kontraktor pelaksana wajib menugaskan personil inti yang tercantum dalam
daftar personil inti atau menugaskan personil lainnya yang disetujui oleh direksi
pekerjaan. Direksi pekerjaan hanya akan menyetujui usulan penggantian
personil inti apabila kualifikasi, kemampuan, dan pengalamannya sama atau
melebihi personil inti yang ada dalam daftar personil inti.
b. Apabila direksi pekerjaan meminta kontraktor pelaksana untuk
memberhentikan personilnya dengan alasan atas permintaan tersebut, maka
kontraktor pelaksana harus menjamin bahwa personil tersebut sudah harus
meninggalkán lapangan dalam waktu 7 (tujuh) hari dan harus diganti selambat
lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari.

2. Penilaian Pekerjaan
a. Pemberi tugas harus melakukan penilaian atas hasil pekerjaan dalam masa
pelaksanaan pekerjaan.
b. Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap mutu dan kemajuan fisik
pekerjaan.

3. Percepatan
a. Apabila Pemberi Tugas menginginkan agar kontraktor pelaksana
menyelesaikan pekerjaan sebelum rencana tanggal penyelesaian pekerjaan,
maka direksi pekerjaan akan meminta usulan biaya yang diperlukan oleh
kontraktor pelaksana untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan. Bila pemberi
tugas dapat menenima usulan biaya tersebut, maka rencana tanggal
penyelesaian pekerjaan dipercepat dan disahkan bersama oleh direksi pekerjaan
dan kontraktor pelaksana.
b. Apabila pemberi tugas menerima usulan biaya untuk percepatan pelaksanaan
pekerjaan, maka usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga kontrak dan
diperlakukan sebagai perintah perubahan untuk diproses menjadi amandemen
kontrak.

4. Kompensasi

14
a. Kompensasi dapat diberikan kepada kontraktor pelaksana bila dapat dibuktikan
merugikan kontraktor pelaksana dalam hal sebagai berikut:
1) Kontraktor pelaksana belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan, karena
pemberi tugas tidak menyerahkan seluruh sebagian lapangan kepada
kontraktor pelaksana;
2) Pemberi tugas tidak memberikan gambar, spesiftkasi, atau instruksi sesuai
jadwal yang telah ditetapkan;
3) Pemberi tugas memodifikasi atau mengubah jadwal yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
4) Pemberi tugas terlambat melakukan pembayaran seperti yang diatur dalam
kontrak kerjasama;
5) Pemberi tugas menginstruksikan untuk melakukan pengujian tambahan
yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan kerusakan
kegagalan/penyimpangan pekerjaan;
6) Pemberi tugas menolak sub kontraktor pelaksana tanpa alasan yang wajar;
7) Kontraktor pelaksana lain, petugas pemerintah, petugas utilitas atau
pemberi tugas tidak bekerja sesuai waktu yang ditentukan, sehingga
mengakibatkan keterlambatan dan/atau biaya tambah bagi kontraktor
pelaksana.
8) Dampak yang menimpa/membebani kontraktor pelaksana diakibatkan oleh
kejadian-kejadian yang menjadi resiko pemberi tugas.
9) Pemberi tugas menunda berita acara penyerahan pertama pekerjaan
dan/atau berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
10) Pemberi Tugas memerintahkan penundaan pekerjaan.
11) Kompensasi lain sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat khusus
kontrak.
b. Kontraktor pelaksana dapat meminta kompensasi biaya dan/atau waktu
pelaksanaan.

5. Penangguhan Pembayaran
a. Apabila kontraktor pelaksana tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan
dalam kontrak, maka dikenakan sanksi penangguhan pembayaran setelah
pemberi tugas memberitahukan penangguhan pembayaran tersebut secara
tertulis.
b. Pemberitahuan penangguhan pembayaran memuat rincian keterlambatan
disertai alasan-alasan yang jelas dan keharusan kontraktor pelaksana untuk
memperbaiki dan menyelésaikan pekerjaan dalam jangka waktu sesuai yang
tercantum dalam surat pemberitahuan penangguhan pembayaran.

6. Hari Kerja
a. Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan datanya disimpan oleh kontraktor
pelaksana. Daftar pembayaran ditandatangani oleh masing-masing pekerja dan
dapat diperiksa oleh Pemberi Tugas.
b. Kontraktor pelaksana harus membayar upah hari kerja kepada tenaga kerjanya
setelah formulir upah ditandatangani.

15
c. Jam kerja dan waktu cuti untuk karyawan harus dilampirkan.
d. Kontraktor pelaksana harus memberitahukan kepada direksi teknis sebelum
bekerja di luar jam kerja.

7. Kerja Lembur
a. Waktu kerja yang di pergunakan untuk melaksanakan pekerjaan yaitu : Hari
Senin s/d Hari Sabtu, Pukul 07.00 – 17.00 wita dengan waktu istirahat pukul
12.00 – 01.00 wita.
b. Apabila ditinjau dari segi sipatnya, pekerjaan tersebut mutlak tidak dapat
ditunda harus dilemburkan baik pada hari libur, hari besar walaupun
melampaui waktu kerja tersebut diatas maka pelaksana pekerjaan harus segera
mengajukan rencana kerja lembur kepada konsultan pengawas di lengkapi
dengan alasan-alasan untuk kemudian setelah di teliti disampaikan kepada
pemberi tugas guna mendapatkan persetujuan.
c. Apabila dipandang perlu pemberi tugas berhak menunda/menghentikan
pelaksanaan sebagian/seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan dalam
waktu kerja. Dalam hal demikian, maka pelaksana pekerjaan wajib
melanjutkannya yang tertunda di luar waktu kerja atau hari libur/besar dengan
biaya atas beban pelaksana pekerjaan sepenuhnya.
d. Pekerjaan yang dilemburkan harus di dampingi oleh konsultan pengawas dan
biaya lembur konsultan pengawas menjadi tanggungan pelaksana pekerjaan.
Besarnya biaya lembur akan di tentukan kemudian atas dasar kesepakatan
bersama antara konsultan pengawas dan pelaksana pekerjaan atas dasar
kehadiran dan keterlibatan personil konsultan dengan acuan Billing Rate yang
berlaku.
e. Sebelum melaksanakan pekerjaan lembur, kontraktor pelaksana terlebih dahulu
menyampaikan secara tertulis maupun lisan kepada konsultan pengawas
mengenai jadwal pelaksanaan lembur.
f. Apabila konsultan pengawas beranggapan bahwa pekerjaan yang di lemburkan
tidak perlu di awasi secara fisik, maka pelaksana pekerjaan wajib memberikan
laporan tertulis mengenai pekerjaan yang perlu di lemburkan dan jumlah waktu
yang di perlukan
g. Ketentuan lainnya yang di anggap perlu berkaitan dengan kerja lembur akan di
tentukan kemudian sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pelaksanaan
pekerjaan

8. Pengambilalihan
Pemberi Tugas akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka waktu
7 (tujuh) hari setelah diterbitkan berita acara serah terima akhir pekerjaan.
9. Penyesuaian Biaya
a. Harga kontrak dapat berubah akibat adanya penyesuaian biaya.

16
b. Penyesuaian biaya harus mengikuti peraturan yang berlaku, termasuk mata
uang yang dipakai untuk penyesuaian biaya sesuai dengan kesepakatan para
pihak-pihak yang bersangkutan.

10. Penundaan Atas Perintah Pemberi Tugas


a. Pemberi tugas dapat memerintahkan kontraktor pelaksana untuk menunda
dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau memperlambat kemajuan suatu
kegiatan pekerjaan.
b. Jika perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan
biaya serta pembahasannya akan menunda pekerjaan, maka perintah
perubahan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dan perintah
perubahan diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi.

11. Instruksi
a. Kontraktor pelaksana wajib melaksanakan semua instruksi direksi pekerjaan
yang berkaitan dengan kontrak.
b. Semua instruksi harus dilakukan secara tertulis.
c.

17
BAB II. SYARAT-SYARAT TEKNIS
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen kontrak adalah :


Satuan Kerja : LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN (LPMP)
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Nama Pekerjaan : RENOVASI GEDUNG UTAMA
Lokasi : Kota Kendari
Tahun Anggaran : 2017

PIHAK-PIHAK YANG BERKAITAN.


Pemberi Tugas : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) LPMP Provinsi
Sulawesi Tenggara
Perencana : CV DIMENSI KREASI CONSULTANT
Pengawas : Badan hukuk yang akan ditunjuk
Pemborong
/Pelaksana : Perusahaan yang berbadan hukum yang akan ditentukan
kemudian menurut ketentuan yang berlaku.
Pengelola Kegiatan : Pengelola Kegiatan adalah sebuah Tim yang
melaksanakan tugas Teknik Administrasi dan Keuangan
dalam bidang Perencanaan / Pembangunan.
Tugas dan Wewenang pengelola Kegiatan diatur dalam Surat
Keputusan Pembuat Komitmen/ Penanggungjawab Kegiatan.
Keanggotaan Pengelola Kegiatan terdiri dari unsur-unsur
yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :


1. Pekerjaan pendahuluan/persiapan,
2. Pekerjaan Pembongkaran
3. Pekerjaan tanah dan pasir
4. Pekerjaan pondasi batu gunung
5. Pekerjaan beton dan rabat
6. Pekerjaan penutup lantai dan tegel dinding

18
7. Pekerjaan dinding dan plesteran
8. Pekerjaan plafond
9. Pekerjaan kusen, pintu jendela, kaca dan alat penggantung
10. Pekerjaan baja dan allumuium composite panel
11. Pekerjaan atap
12. Pekerjaan mekanikal – elektrikal
13. Pekerjaan sanitasi
14. Pekerjaan finishing

PASAL I
PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN

I.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN MELIPUTI :


MOBILISASI ALAT, BAHAN DAN TENAGA
Mobilisasi adalah pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yang akan digunakan di
lapangan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan. Sumber daya yang harus
dipersiapkan berupa tenaga kerja, alat dan bahan.
I.1.1. Mobilisasi Alat
Alat berat maupun ringan yang akan digunakan harus sudah dipersiapkan di
lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Untuk lebih efisien, terlebih
dahulu harus dibuat daftar kebutuhan alat yang diperlukan selama pelaksanaan
proyek serta jadwal pelaksanaannya. Pengadaan alat didasarkan atas tingkat
kebutuhan alat dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Peralatan tersebut dapat
berupa barang investasi kontraktor maupun peralatan yang diperoleh dari hasil
sewa.
I.1.2. Mobilisasi Bahan
Persiapan bahan dilaksanakan menurut jadwal kebutuhannya. Bahan-bahan yang
akan digunakan disiapkan terlebih dahulu (untuk bahan yang perlu dilakukan
pengujian, minimal didatangkan satu minggu sebelum bahan dipakai) dan
ditempatkan sesuai dengan tingkat ketahanannya terhadap cuaca. Bahan yang tidak
tahan terhadap cuaca dapat diletakkan di lokasi dekat proyek berlangsung asalkan
tidak mengganggu kegiatan lalu lintas maupun kegiatan lainnya.
I.1.3. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai. Dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor harus menyiapkan tenaga kerja
menurut tingkat kebutuhan dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Sebagian
tenaga kerja untuk suatu proyek biasanya merupakan penduduk setempat, sehingga
tidak membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaannya. Sedangkan untuk tenaga
ahli didatangkan secara khusus dari luar proyek (bukan penduduk setempat).
I.1.4. Papan Nama Proyek dan Papan Peringatan
papan nama poyek yang penempatannya diawal proyek, selain itu dibuatkan dua
papan peringatan.

I.2. PENGUKURAN & PEMASANGAN BOUWPLANK


I.2.1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh pengawas.

19
I.2.2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm2,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang muncul di atas
muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.
I.2.3. Tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga
keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari pengawas untuk membongkarnya.
I.2.4. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti kelas III ukuran 3/20 diserut halus
bagian atas, dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
I.2.5. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah sehingga tidak
bisa digerak-gerakkan atau dirubah.
I.2.6. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali
dikehendaki lain oleh konsultan.
I.2.7. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada
pengawas untuk dimintakan persetujuannya, serta harus menjaga dan memelihara
keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan
dibongkar atas persetujuan pengawas.
I.2.8. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan
bouwplank/setting out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan
benchmarks yang diberikan Pengawas secara tertulis, serta bertanggung jawab
atas level, posisi, dimensi serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta
pengadaan peralatan, tenaga kerja yang perlu untuk itu.
I.2.9. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam
hal tersebut di atas, merupakan tanggung jawab Kontraktor serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan
tersebut disebabkan referensi tertulis dari pengawas.
I.2.10. Pengecekan setting-out atau lainnya oleh pengawas atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Kontraktor menjadi berkurang. Kontraktor wajib
melindungi semua bench-marks dan lain-lain hal yang perlu pada setting out
pekerjaan ini.
I.2.11. Sebelum memulai pekerjaan galian Kontraktor harus memastikan peil-peil dari
halaman dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik yang ditentukan di
dalam gambar kerja. Titik peil lantai diukur dari permukaan jalan.
I.2.12. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan dari peil-peil tersebut, maka Kontraktor
harus berkonsultasi dan memberikan laporan tertulis kepada pengawas.
I.3. ALAT, PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN
I.3.1. Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan pelaksanaan
dalam proyek ini, harus menyeidakan alat-alat dan pekerjaannya sesuai dengan
bidangnya masing-masing, seperti:
I.3.1.1. Alat-alat ukur (teodolit, waterpas dan lain-lain)
I.3.1.2. Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
I.3.1.3. Topi pengaman dan sepatu lapangan
I.3.2. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan
oleh Kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan
tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai adalah beban
Kontraktor.

20
I.3.3. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan
dari sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan tersebut. Kontraktor harus
memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air dan
mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan selesai. Biaya untuk pekerjaan
pengadaan air sementara adalah beban Kontraktor.
I.3.4. Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung dan menghisap air dari saluran induk
dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Pemilik
Proyek atau Pengawas.
I.3.5. Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan),
buku petunjuk alat-alat yang akan dipakai, rencana kerja dan menempatkan tenaga-
tenaga lapangan yang bertanggung jawab penuh untuk memutuskan segala
sesuatunya di lapangan dan bertindak atas nama kontraktor.

I.4. KANTOR KONTRAKTOR, GUDANG DAN LODS KERJA


I.4.1. Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara guna kepentingan kontraktor
sendiri (sebagai kantor Proyek lengkap dengan perabotnya, dan los/barak Pekerja),
yang lokasinya akan ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
I.4.2. Bentuk dan ukuran disesuaiakan Kantor Proyek, Gudang dan Los Pekerjaan
disesuaikan dengan kebutuhannya, dilengkapi ruang toilet dan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan lokasi yang
tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran.
I.4.3. Selesai proyek, seluruh bangunan sementara (bangunan saja) menjadi milik
kontraktor, dan kontraktor wajib membongkar serta memindahkan bongkaran
bangunan sementara tersebut setelah mendapat instruksi dari Konsultan Pengawas.
I.4.4. Kontraktor diwajibkan merawat peralatan seperti Pompa dan lain sebagainya
milik Pemilik Proyek (bila ada) serta menanggung biaya perawatan peralatan
selama berlangsungnya pekerjaan.

I.5. PENYIMPANAN BAHAN DAN MATERIAL


I.5.1. Kontraktor wajib membuat gudang sementara tempat penimbunan material
seperti pasir, koral, besi beton dan lain-lain. Material harus terlindung dengan
baik. Gudang dilengkapi dengan pintu serta kunci secukupnya. Gudang semen,
lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara minimal 30 cm diatas permukaan
lantai plesteran. Gudang dibongkar setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas
I.5.2. Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material
pelaksanaan baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-gudang sesuai dengan
sifat-sifat barang dan material tersebut dengan persetujuan Konsultan Pengawas,
sehingga akan menjamin keamanannya dan terhindar dari kerusakan-kerusakan
yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
I.5.3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak
simpan dengan pagar dari papan, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur
dengan lainnya.

21
I.5.4. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung
pada pekerjaan yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk disimpan didalam
site.

I.6. PEMBERSIHAN HALAMAN


I.6.1. Kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan
barang-barang dan material sedemikian rupa sehingga :
1.6.1.1. Memudahkan pekerjaan
1.6.1.2. Menjaga kebersihan sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-
puing), air yang menggenang
1.6.1.3. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

I.7. FASILITAS LAPANGAN


Seluruh fasilitas di lapangan pada saat kegiatan disediakan oleh kontraktor:
I.7.1. Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di Proyek
I.7.2. Alat-alat pemadam kebakaran ringan
I.7.3. Alat-alat PPPK
I.7.4. Air kerja, dan lain-lain yang menunjang kelancaran pekerjaan.

I.8. DIREKSI Keet


I.8.1. Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara harus disediakan saat
dimulai pekerjaan yaitu setelah adanya Serah Terima Lapangan.
I.8.2. Kantor Direksi bersifat bangunan sementara, sedangkan perlengkapannya bersifat
sewa, digunakan sampai dengan selesainya pembangunan. Seluruh biaya
perawatan dan operasionalnya menjadi tanggungan Kontraktor sampai dengan
Serah Terima Pertama Pekerjaan. Segera setelah Serah Terima Pertama Pekerjaan,
fasilitas ini harus dibongkar dan diangkut keluar.

PASAL II
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
II.1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran /
pembersihan/pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal
yang dinyatakan oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan
digunakanlagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya :
2.1.1. Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.
2.1.2. Pembersihan material yang ada di lokasi.
II.2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat
dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.
II.3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi
dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.

22
Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam
pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.

PASAL III
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
3.1. Pekerjaan Galian
3.1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan dalam
g ambar. Kontraktor harus menjaga supaya tanah di bawah dasar elevasi
seperti pada gambar rencana atau ditentukan oleh Direksi Lapangan,
tidak terganggu, jika terganggu Kontraktor harus mengurug kembali lalu
dipadatkan sesuai syarat yang tertera dalam spesifikasi di bawah ini.
3.1.2. Syarat-syarat Pelaksanaan.
3.1.2.1. Semua galian harus di laksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-
syarat yang ditentukan menurut keperluan.
3.1.2.2. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar
setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian
gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi
kembali dengan tanah merah, disiram dan dipadatkan sehingga
mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
3.1.2.3. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan
pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus
menerus, untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
3.1.2.4. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding
tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding
penahan atau penunjang sementara atau lereng yang cukup.
3.1.2.5. Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-langkah
pengamanan terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan
lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang sementara pada
bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut
tidakakan mengalami kerusakan.
3.1.2.6. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk
Direksi Lapangan.
3.1.2.7. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan
tanah yang bersih bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat-
syarat sebagai tanah urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis
dengan penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak di dalam
garis bangunan harus diisi kembali dengan tanah urug yang
diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 100% kepadatan
kering maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium.
3.1.2.8. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan
untuk dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin

23
ditemui di lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila
sampai menderita kerusakan harus direparasi/diganti oleh
Kontraktor atas tanggungannya sendiri.
3.1.2.9. Bila suatu alat atau pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui
di lapangan dan hal tersebut tidak tertera pada gambar atau dengan
cara lain yang dapat diketahui oleh Kontraktor dan ternyata
diperlukan perlindungan atau pemindahan, Kontraktor harus
bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk
menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak
terganggu. Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat
pekerjaan Kontraktor, Kontraktor harus segera mengganti kerugian
yang terjadi yang dapat berupa perbaikan dari barang yang rusak akibat
pekerjaan Kontraktor.
3.1.2.10. Sarana yang sudah tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan di
bawah tanah dan terletak di dalam lapangan pekerjaan harus
dipindahkan keluar lapangan ke tempat yang disetujui oleh Direksi
Lapangan atas tanggungan Kontraktor.

3.2. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan


Yang dimaksudkan di sini adalah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah dengan
syarat khusus dimana tanah hasil urugan ini akan dipergunakan sebagai pemikul
beban.

3.3. Lingkup Pekerjaan


3.3.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan,
metode kerja dan alat-alat bantu yang dibutuhkan demi terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik.
3.3.2. Pekerjaan galian ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
3.3.3. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan penimbunan
kembali, juga seluruh sisa-sisa, puing-puing, sampah-sampah harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung
jawab Kontraktor.

3.4. Bahan-bahan
3.4.1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum diberi 10 cm
urugan pasir padat (setelah disirami, diratakan dan dipadatkan) di bagian
atas dari urugan dibawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi
dangkal.
3.4.2. Urugan yang dipakai di bawah lapisan pasir padat tersebut adalah dari jenis tanah
silty clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk
serta bahan batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran dari batu pecah
tersebut tidak boleh lebih besar dari 15 cm.
3.4.3. Direksi Lapangan mengharuskan agar supaya semua bahan urugan hanya terdiri

24
dari mutu yang terbaik yang dapat dipergunakan. Sebelum memulai pekerjaan
kontraktor harus menyerahkan contoh material dengan dilampirIi data
laboratorium, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.

3.5. Syarat-syarat Pelaksanaan


3.5.1. Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis
sedemikian, sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan
padat. Tiap lapis harus dipadatkan dan lolos uji CBR dan sand-cone sebelum
lapisan berikutnya diurug.
3.5.2. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat / compactor vibrator type yang telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang
dari 95% kepadatan maksimum hasil laboratorium.
3.5.3. Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan Proctor :
3.5.4. Kontraktor harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap
kadar air optimum, minimal satu kali untuk setiap jenis tanah yang dijumpai di
lapangan.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk
bukti penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh,
kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya. Penelitian harus
mengikuti prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM D-1557-70.
3.5.5. Pengeringan/pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah
supaya daerah yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
3.5.6. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu
yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-
batu kecil dan tanah yang dipadatkan.
3.5.7. Kelebihan material galian harus dibuang oleh Kontraktor ke tempat pembuangan
yang ditentukan oleh Direksi Lapangan.
3.5.8. Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan dari
tempat lain, tanpa tambahan biaya.

3.6. Pengujian Mutu Pekerjaan


3.6.1. Direksi Lapangan harus diberitahu bila penelitian di lapangan sudah dapat
dilaksanakan untuk menentukan kepadatan relatif yang sebenarnya di lapangan.
3.6.2. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 95 % dari kepadatan maksimum, maka
Kontraktor harus memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai
memenuhi syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari 95 % kepadatan maksimum
di laboratorium.
Penelitian kepadatan di lapangan harus mengikuti prosedur ASTM D1556-70
atau prosedur lainnya yang disetujui Direksi Lapangan.
Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan Direksi Lapangan dan
semua biaya yang timbul untuk keperluan ini menjadi beban Kontraktor.
3.6.3. Penelitian kepadatan di lapangan tersebut dilaksanakan setiap 300 meter
persegi dari daerah yang dipadatkan atau ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
3.6.4. Penentuan kepadatan di lapangan dapat dipergunakan salah satu dari

25
cara/prosedur di bawah ini :
- Density of Soil Inplace by Sand-Cone Method, AASHTO.T.191.
- Density of Soil Inplace by Driven-Cylinder Method, AASHTO.T.204.
- Density of Soil Inplace by the Rubber Balloon Method, AASHTO.T.205.
- atau cara-cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Lapangan.

PASAL IV
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI
4.1. Pondasi Pasangan Batu Gunung
Pondasi Batu Gunung terdiri atas :
4.1.1. Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 5 cm, ditimbun dan
disiram air sampai mencapai kepadatan maksimum.
Bahan untuk pasangan pondasi:
4.1.1.1. Batu belah adalah batu belah ex. Lokal b) Pasir pasang ex. Lokal
4.1.1.2. Kerikil beton ek. Lokal atau batu pecah (split) ex. Lokal
4.1.1.3. Pasir urug dapat dipergunakan ex. Lokal
4.1.1.4. Adukan yang dipergunakan untuk pondasi batu gunung adalah 1 PC:5
Psr.
4.1.2. Air yang digunakan harus air bersih dan bukan air yang mengandung tanah atau
garam atau bahan organik lainnya.
4.1.3. Pasir pasang yang digunakan adalah pasir yang tidak mengandung tanah atau
kotoran yang dapat mengurangi mutu dan kualitas pasir itu.
4.1.4. Penggalian pondasi terlebih dahulu dilakukan menetapkan layout. Titik pondasi
ditentukan bersama–sama dengan Direksi.
4.1.5. Pemeriksaan tiap galian dilakukan terhadap kebenaran penempatan
kedalaman, besaran, letak dan kondisi tanah galian dan harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari direksi lapangan.
4.1.6. Pemborong harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom, stek tulangan ke
sloop dan spuring pipa plumbing yang menembus pondasi.
4.1.7. Karena kemungkinan terjadinya kupasan atau urugan, pemborong harus
memperhatikan kedalaman pondasi terhadap tanah dasar/keras.

PASAL V
PEKERJAAN BETON DAN RABAT

Beton Non Struktural


a. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok untuk pekerjaan beton
bukan struktur, seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/struktur pendukung
mengunakan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Split, hingga setara dengan mutu beton K-225 dan
harus memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2458-1991.
c. Campuran beton mengunakan perbandingan volume.
d. Untuk mencapai mutu beton setara K-175 menggunakan campuran 1 Pc : 3 Psr : 5 Split
sampai K-225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai volume campuran 1 Pc : 2
Ps : 3 Split.

26
Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan mutu U-24, dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang penting
harus ditanyakan oleh test laboratorium resmi dan sah.
b. Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam alkali dan bebas dari cacat
seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta memenuhi persyaratan SNI 07-0663-
1995.

PASAL VI
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN PENUTUP DINDING
6.1. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI
6.1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.
Pekerjaan penutup lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.
6.1.2. Persyaratan Bahan
6.1.2.1. Penutup lantai Lantai :
- Jenis : Granit Ex. ex. Roman/setara
- Type : Homogeneous
- Bahan Pengisi Siar : Semen Warna
- Bahan Perekat : spesi dengan adukan 1 Pc : 5 Psr
- Warna / texture : sesuai gambar rencana
- Ukuran : sesuai gambar rencana
6.1.2.2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-
peraturan ASTM, Peraturan Penutup lantai Indonesia (NI-19), PVBB
1970 dan PVBI 1982.
6.1.2.3. Bahan-bahan yang dipakai sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi
teknis dan Pengawas.
6.1.2.4. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan
teknis operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Pengawas.
6.1.2.5. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi
dibutuhkan untuk penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian
ini harus berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi
teknis dan Pengawas.

6.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


6.1.3.1. Pada permukaan penutup lantai dapat langsung diletakkan dengan
menggunakan perekat Spesi dengan adukan 1 Pc : 5 Psr, dengan
memperhatikan aturan sehingga mendapatkan ketebalan lantai seperti
tertera pada gambar.

27
6.1.3.2. Penutup lantai yang telah dipasang adalah yang telah diseleksi dengan
baik warna, motif tiap penutup lantai harus sama tidak boleh rusak,
gompal atau cacat lainnya.
6.1.3.3. Pemotongan penutup lantai harus menggunakan alat potong khusus
untuk itu sesuai petunjuk pabrik.
6.1.3.4. Sebelum penutup lantai dipasang, penutup lantai terlebih dahulu harus
direndam air sampai jenuh.
6.1.3.5. Pola penutup lantai harus memperhatikan ukuran atau letak sesuai
yang tertera dalam gambar.
6.1.3.6. Awal pemasangan penutup lantai pada lantai mengikuti gambar
rencana dan apabila ada perbedaan gambar dan lapangan dibicarakan
terlebih dahulu dengan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan
dimulai.
6.1.3.7. Bidang lantai penutup lantai harus benar-benar rata garis-garis, sisa
harus benar-benar lurus. Siar arah horizontal pada lantai yang berbeda
ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.
6.1.3.8. Penutup lantai harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar
maksimum 3 mm setiap perpotongan, siar harus membentuk garis
lurus. Siar-siar penutup lantai diisi dengan bahan pengisi siar sehingga
membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam
persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
6.1.3.9. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan.

PASAL VII
PEKERJAAN DINDING BATU BATA DAN PLESTERAN
7.1. PEKERJAAN DINDING BATA
7.1.1. Lingkup Pekerjaan
7.1.1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya
pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
7.1.1.2. Pekerjaan pasangan Bata ini sesuai detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai petunjuk Pengawasan.
7.1.2. Persyaratan Bahan
7.1.2.1. Batu bata harus memenuhi NI – 10
7.1.2.2. Batu bata harus berukuran sama (50x90x200 mm) dan mempunyai
kualitas kelas 1 (ex lokal), harus terbakar matang dan tidak retak /
pecah,
7.1.2.3. Semen Portland harus memenuhi NI – 8
7.1.2.4. Pasir harus memenuhi NI – 3
7.1.2.5. Air harus memenuhi PUBI – 1982 Pasal 9
7.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

28
7.1.3.1. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang, terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya
7.1.3.2. Semua pasangan bata mulai dari sloof sampai dengan +50 cm diatas
permukaan lantai 0.00 dan dinding sekeliling toilet dan daerah-daerah
basah sampai +150 cm di atas permukaan lantai 0.00 menggunakan
campuran adukan 1 Pc : 2 Psr
7.1.3.3. Steger tempat berpijak tidak boleh menembus tembok.
7.1.3.4. Sebelum digunakan batubata harus direndam dalam bak air hingga
jenuh hingga buihnya habis.
7.1.3.5. Setelah batubata terpasang dengan adukan, nad/siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan di bersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
dengan air.
7.1.3.6. Pasangan dinding batubata sebelum di plester harus dibasahi dengan
air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
7.1.3.7. Pemasangan dinding batubata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maximum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
7.1.3.8. Bidang dinding 0,5 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2
tambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran
12x12 cm, dengan tulangan pokok dia 12 mm, begel dia 8 mm jarak
20 cm.
7.1.3.9. Pembuatan lubang pada pemasangan untuk perancah / steiger sama
sekali tidak dibenarkan.
7.1.3.10. Pembuatan lubang pada pasangan batubata yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek
besi beton 8 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu di tanam dengan
baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang di tanam dalam
pasangan batubata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain
atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK).
7.1.3.11. Pekerjaan dapat dimulai hanya bila alignment horisontal atau vertikal
dari pondasi mempunyai kesalahan tidak melebihi dari 2,5 cm bila
dijumlahkan, bila lebih cara memperbaiki permukaan pondasi harus
diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari MK.
7.1.3.12. Tiap unit harus dipotong dengan tepat dan rapih, bila dipergunakan
lubang untuk saluran-saluran plumbing, elektrikal dan lain-lain lubang
ini nantinya harus ditutup kembali dengan rapih.
7.1.3.13. Pada daerah pengecoran adukan pasangan batubata harus disusun
berselang-selang dari bawah ke atas hingga tidak membentuk satu
garis vertikal.
7.1.3.14. Tebal dinding. Hasil akhir pasangan dinding bata dengan ketebalan 14
cm, rata dan tidak bergelombang, dengan sudut-sudut yang
membentuk siku
7.1.3.15. Pasangan bata harus  dilaksanakan  dengan toleransi  deviasi bidang
pada  arah diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari  0,5  cm
(sebelum diaci/diplester).

29
7.1.3.16. Toleransi  terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum
diplester).

7.2. PEKERJAAN PLESTERAN


7.2.1. Lingkup Pekerjaan
7.2.1.1. Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, termasuk alat-alat bantu dan alat-
alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran,
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
7.2.1.2. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dindng bagian
dalam dan luar serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam gambar.
7.2.2. Persyaratan Bahan
Untuk bahan plesteran dan acian menggunakan Portland Cement, dengan
persyaratan bahan sbb :
7.2.2.1. Plesteran dinding
- Semen harus memenuhi NI-8.
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982.
- Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
7.2.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
7.2.3.1. Untuk Persiapan pelaksanaan plesteran adalah : bersihkan permukaan
dari kotoran, debu, minyak, lemak, lilin, cat dan partikel lain yang
merugikan yang menempel pada dinding yang akan di plester.
7.2.3.2. Pencampuran direkomendasikan menggunakan mesin mixing. Apabila
tidak ada, pencampuran bisa dilakukan dengan cara manual.
Tambahkan air secara bertahap dan aduk sampai rata selama 3 atau 4
menit. Pencampuran yang benar sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang baik.
7.2.3.3. Untuk plesteran dinding trasraam dengan adukan 1 Pc : 2 Psr
7.2.3.4. Untuk Plesteran dinding selain trasraam dengan adukan 1 Pc : 5 Psr
7.2.3.5. Untuk plesteran beton dengan adukan 1 Pc : 3 Psr
7.2.3.6. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan MK sesuai uraian
dan syarat pekerjaan ini.
7.2.3.7. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang
beton atau pasangan dinding celcon blok dan bata telah disetujui oleh
MK sesuai uraian dan syarat pekerjaan yang tertulis dalam RKS ini.
7.2.3.8. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal / peil dan bentuk profilnya.
7.2.3.9. Yang harus diperhatikan sebelum memulai pekerjaan plesteran:
7.2.3.10. Kualitas pasangan yang akan diplester harus dalam keadaan baik, spesi
harus penuh dan tidak ada celah.

30
7.2.3.11. Dilatasi telah disiapkan dan sambungan antara bata dan beton telah
direkatkan.
7.2.3.12. Pasangan dinding dan beton harus dalam keadaan bersih dan siap
diplester.
7.2.3.13. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.
Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit.
7.2.3.14. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan Instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh
bangunan.
7.2.3.15. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan
semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup adukan plester.
7.2.3.16. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan
memakai spesi kedap air.
7.2.3.17. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaannya diberi alur-alur garis horisontal atau di ketrek (scrath)
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya,
kecuali untuk yang menerima cat.
7.2.3.18. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping multipleks setebal 9mm untuk patokan
kerataan bidang.
7.2.3.19. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding /
kolom yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang
diminta gambar. Tebal plesteran minimum 15 cm, jika ketebalan
melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang
diijinkan oleh MK.
7.2.3.20. Ketebalan setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang
bertemu dalam satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan
ukuran lebar 0,4 cm dalamnya 0,4 cm, kecuali bila ada petunjuk lain
didalam gambar.
7.2.3.21. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung
atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, Kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas
tanggungan Kontraktor.
7.2.3.22. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air
secara cepat.
7.2.3.23. Jika terjadi keretakan akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan diterima

31
oleh MK dengan biaya atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh)
hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air sampai sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
7.2.3.24. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

PASAL VIII
PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP PLAFOND
8.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan langit-langit gypsum dan konstruksi rangkanya, penyediaan
tempat serta pemasangan plafond gypsum dan penggantungnya pada tempat-tempat yang
ditentukan gambar kerja
8.2. Persyaratan Bahan
- Bahan yang dipakai : Gypsumboard ex. Jaya Board/Setara
- Tebal : 9 mm
- Ukuran : 1200mm x 2400mm
- Rangka : Hollow Galvalum 4x4 cm
- Modul rangka : 60x60 cm sesuai gambar rencana
8.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
8.3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan,  Kontraktor diwajibkan  untuk meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk
mempelajari bentuk,  pola lay-out/ penempatan, cara  pemasangan,  mekanisme
dan detail-detail sesuai gambar.
8.3.2. Kontraktor wajib membuat shop drawing sesuai  ukuran / bentuk / mekanisme
kerja yang disesuaikan gambar rencana dan telah disesuaikan  keadaan
dilapangan, shop drawing  harus mendapat persetujuan Direksi teknis dan
pengawas.
8.3.3. Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib  membuat  mock-up sebelum pekerjaan
dimulai dan dipasang.
8.3.4. Bahan-bahan yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan sudah disetujui
oleh Direksi teknis dan Pengawas.
8.3.5. Untuk sambungan antar unit plafond gypsum harus ditutup dengan menggunakan
plester dan compound kemudian setelah kering diratakan menggunakan amplas.
8.3.6. Setelah terpasang permukaan langit-langit harus rata waterpass dan tidak
bergelombang (toleransi kecembungan maksimal 2 mm untuk jarak 2 mm).
8.3.7. Penyelesaian akhir plafond gypsum menggunakan cat dengan cara sesuai
rekomendasi pabrik untuk cat yang berlaku hasil akhir berupa bidang rata tanpa
naat.
8.3.8. Lembar yang retak dan rusak setelah dipasang harus diganti.
8.3.9. Semua rangka harus terpasang siku,  rata pada permukaan bawahnya dan sesuai
peil  dalam gambar dan datar (tidak melebihi batas  toleransi kemiringin yang
diizinkan  dari  masing-masing bahan yang digunakan)
8.3.10. Perhatikan semua sambungan dengan  material lain,  sudut-sudut pertemuan
dengan bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan   dalam gambar, Kontraktor
wajib menanyakan hal  ini kepada Direksi teknis dan Pengawas.

32
8.3.11. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap
benturan - benturan, benda-benda lain  dan  kerusakan  akibat kelalaian  pekerjaan,
semua kerusakan   yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.

PASAL IX
PEKERJAAN BESI,ALUMINIUM , KACA DAN PENGGANTUNG
9.1. PEKERJAAN KOSEN ALUMINIUM
9.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi kosen pintu, kosen jendela, kosen bovelight seperti yang
dinyatakan/ditunjukan dalam gambar serta shop drawing.
9.1.2. Persyaratan Bahan
a. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan.
- Bahan yang dipakai : merek Alexindo/setara
- Bentuk Profil : Sesuai gambar rencana
- Warna Profil : putih (powder coating)
b. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan – ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan.
c. Konstruksi Kosen aluminium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam
detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
Kosen-kosen Aluminium khususnya Pintu harus mampu untuk menahan
engsel-engsel pintu panel yang cukup berat yang terbuat dari kayu utuh.
d. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan
pewarnaan yang dipersyaratkan.
e. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-
profil harus diseleksi secemat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-
unit, jendela, pintu partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya
sehingga dalam tiap mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai tpleransi
ukuran sebagai berikut :
- Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
- Untuk diagonal 2 mm.
f. Accessories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari
vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus
ditutup caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium
terbuat dari steel plate tebal 2 – 3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari
(13) micron sehingga dapat bergeser.
g. Bahan finishing

33
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment
dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation
lainnya.
9.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar –
gambar dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh
jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan
dengan system konstruksi bahan lain.
b. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk
Perencana/Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk,
kualitas, bentuk, ukuran.
c. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
d. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukuaannya. Didasarkan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
e. Pengelasan dibenarkan menggunakan non – activated gas (argon) dari arah
bagian dalam agar sambungan tidak tampak oleh mata.
f. Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap dan harus cocok.
Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai
dengan gambar.
g. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari steel plate setebal
2 – 3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
h. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hairline dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1000
kg/cm2.
Celah antara kaca dan system kosen aluminium harus ditutup oleh sealant.
i. Disyaratkan bahwa kosen aluminium dilengkapi oleh kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut :
- Dapat menjadi kosen untuk dinding kaca mati.
- Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
- Sistem kosen dapat menampung pintu kaca frameless.
- Untuk system partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langi-langit.
- Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan di atas.
j. Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kosen
aluminium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan

34
metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chorminium untuk menghindari
kontak korosi.
k. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 – 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
l. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan sebelum
rangka kosen terpasang.
Permukaan bidang dinding horizontal (perlubangan dinding) yang melekat
pada ambang bawah dan atas harus waterpass.
j. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang
yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika dapat digunakan
synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
Penggunaan ini pada swing door dan double door.
k. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap suara.
l. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.

9.2. PEKERJAAN SILICON SEALANT


9.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi : Pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan dan lain sebagainya,
untuk pekerjaan silicone sealant secara lengkap, terpasang sempurna sesuai
RKS.
9.2.2. Persyaratan Bahan
a. Silicon sealant yang digunakan adalah Wacker Silicon Elastosil atau yang
setara .
b. Bahan Pelindung
Aluminium harus dilindungi dengan Blue Protection Masking Tape
sekualitas GINZA.

9.2.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
b. Pekerjaan Silicon Sealant ini harus dilaksanakan oleh Pemborong Khusus
yang ahli dalam bidang pekerjaan sealant, dibuktikan dengan melampirkan CV
tenaga ahli yang bersangkutan.
c. Untuk kaca, aluminium, concrete dan steel sebelum diberi perlakuan sealant
harus dilakukan pembersihan, bebas dari debu, minyak dan lain sebagainya
yang Pembersihan dilakukan dengan Toluol.
d. Pemasangan Sealant harus dilakukan dengan menggunakan tekanan udara,
karena dapat mengatur keluarnya sealant dengan baik. Sesuaikan tekanan udara
untuk memperoleh pengisisn joint yang cukup.

35
e. Jika joint sudah diisi, ratakan sealant dengan alat yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat sealant. Masking Tape harus segera diangkat sebelum sealant
mongering (kira-kira 10 – 15 menit).
f. Silicon Sealant harus dibersihkan sebelum mengering, dengan menggunakan
kain lap yang dibasahi dengan cairan pelarut.
g. Jika ada yang tercecer dan sealant sudah mengeras dapat dirapihkan dengan
pisau cutter yang tajam.
h. Ukuran joint yang dipergunakan untuk sealant minimal harus 6 mm dengan
perbandingan lebar dan dalam 2 : 1 (sebagai contoh untuk lebar 12 mm, dalam
6 mm).

9.3. PEKERJAAN PENGGANTUNG


PEKERJAAN KUNCI ,PEGANGAN PINTU, ENGSEL DAN DOOR CLOSER,
DOOR STOPPER, SERTA DOOR HOLDER
9.3.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya
hail pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pemasangan alat penggantung atau pengunci meliputi seluruh pemasangan
pada daun pintu kayu, daun pintu aluminium, daun jendela, bouvenlight
aluminium dan bagian-bagian lain seperti yang dinyatakan/ditunjukan dalam
gambar.
9.3.2. Persyaratan Bahan
a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian hardware akibat dari pemilihan merk, Kontraktor wajib
melaporkan hal tersebut kepada MK untuk mendapatakn persetujuan.
b. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari plat
aluminium berukuran 3 x 6 cm dengan tebal 1 mm. Tanda pengenal ini
dihubungakn dengan cincin nikel kesetiap anak kunci.
a. Harus disediakan lemari penyimpanan anak kunci dengan Backed Enamel
Finish yang dilengkapi kait-kaitan untuk anak kunci lengkap dengan nomor
pengenalnya. Lemari berukuran lebar x tinggi adalah 40 x 50 cm, dengan
tebal 15 cm berdaun pintu tunggal memakai engsel piano dan handle
aluminium.
b. Kunci-kunci pintu dan pegangan pintu serta accesoriesnya, untuk semua jenis
pintu menggunakan produk Dekson atau setara.
c. Door stopper dan door holder menggunakan produk Dekson & Solid atau
yang setara.
d. Door closer, Floor Hinge menggunakan produk Dorma atau setara.
e. Engsel-engsel untuk semua jenis pintu dan jendela menggunakan produk
Dekson & Solid atau yang setara. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan
engsel lantai (floor hinges) double action dengan merk ex. Dorma. Untuk
pintu-pintu besi dipakai engsel kupu-kupu dibuat khusus untuk keperluan
masing-masing pintu.
f. Bahan dan produk :
1. Bahan Kunci dan Pegangan Pintu.
- Semua pintu menggunakan peralatan kunci dan pengangan pintu.

36
- Untuk pintu-pintu aluminium dan pintu-pintu besi dipakai adalah
kunci “mortise cylinder dead lock’ merk Dekson dua kali putar
.
- Untuk panel-panel listrik, pintu shaft dan lain-lain, kunci yang
dipakai merk Onassis.
- Untuk daun pintu jendela kaca dipakai handle pengunci merk
Dekson.
- Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu. Dipasang setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk
gambar dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

2. Bahan Engsel Pintu dan Jendela.


- Untuk pintu-pintu panil pada umumnya menggunakan engsel pintu
merk Dekson, dipasang sekurang-kurangnya 2 buah untuk setiap
daun dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna yang
sama dengan warna engsel.
Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat
daun pintu, tiap engsel memikul maksimal 20 kg.
- Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panel menggunakan engsel
lantai (floor hinge) double action, merk Dorma atau setara, dipasang
dengan baik pada lantai sehingga terjamin kekuatan dan
kerapihannya, dipasang sesuai dengan gambar.
- Untuk jendela digunakan engsel merk Dekson.
- Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel merk Dekson
disertai pada posisi single action.
- Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu dibuat khusus untuk
keperluan masing-masing pintu.
- Untuk seluruh pintu kecuali yang berengsel lantai diberi door
stopper merk Dekson atau setara. Door Stopper dipasang dengan
baik pada lantai dengan sekrup pintu kecuali pintu-pintu toilet, pintu
utama dan pintu-pintu besi. Door holder dengan injakan karet dan
spring pen release atau yang setara.
9.3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a)Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan di lapangan. Didalam shop drawing harus jelas
dicantumkan Konsultan Manajemen Konstruksi dan semua data yang
diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-
detail khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam Gambar
Dokumen Kontrak, sesuai dengan Standar Spesifikasi Pabrik. Shop
drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh MK.
b) Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan, warna dan elemen-
elemen pendukungnya dari pekerjaan ini, untuk mendapatkan
persetujuan MK.
Pemasangan
1. Seluruh daun pintu (kecuali ditentukan lain) dipasang Engsel 3
(tiga) Engsel atas dipasang lebih kurang 28 cm (as) dari
permukaan atas pintu.
2. Engsel bawah dipasang lebih kurang 32 cm (as) dari permukaan
bawah pintu. Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara
kedua engsel tersebut.

37
3. Penarik pintu (doorpull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan
lantai.
4. Semua kunci-kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada
rangka daun pintu, dan dipasang setinggi 90 cm (as) dari lantai.
5. Pemasangan lockcase, handel dari backplate serta door closer
ditentukan oleh MK. Apabila hal tersebut tidak tercapai,
Kontraktor wajib memperbaiki tanpa biaya tambah.
6. Door stoper dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun
pintu dan kunci tidak membentur tembok pada saat pintu dibuka.
7. Door holder didasar daun pintu dipasang 6 cm dari tepi daun
pintu. Pemasangan harus baik sehingga pada saat ditekan
kebawah, karet holder akan menekan lantai pada posisi yang
dikehendaki. Door holder dipasang hanya pada pintu yang tidak
menggunakan door closer.
8. Seluruh perangakt kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu
harus diadakan pengujian secara kasar dan halus.
8. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan
pintunya.

PASAL X
PEKERJAAN BAJA DAN ALLUMUNIUM COMPOSITE PANEL
10.1. PEKERJAAN BAJA
10.1.1. Lingkup Pekerjaan
a) Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan
yang diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b) Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, pabrikasi dan
pemasangan tentang  konstruksi baja penyokong (support), dan
sebagainya, sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar kerja.
10.1.2. Persyaratan bahan
a) Bahan struktur/konstruksi.
Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-
kisi untuk tujuan semua konstruksi dinuat atau di las harus baja karbon
yang memenuhi persyaratan A.S.T.M. A36 atau yang setara dan harus
mendapat persetujuan MK.
Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk
konstruksi  dengan  las harus dari baja karbon yang memenuhi A.S.T.M.
A53 type E atau S.
Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus
memenuhi spesifikasi "American Institute of Steel Construction
(AISC)" dan PPBBI Mei 1984.
b) Pengikat-pengikat :
Baut-baut, mur-mur/sekerup-sekerup dan ring-ring harus sebagai berikut:
Untuk sambungan bukan baja ke baja:
Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan
ASTM A370 dan harus digalvani.
Untuk sambungan baja ke baja:

38
Pengikat-pengikat harus baja karbon yang Memenuhi persyaratan ASTM
A325 dan atau : ASTM A490 dan harus terlapis Cadmium.
Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat
harus baja tahan korosi  memenuhi persyaratan ASTM A276
type  321  atau  type lainnya dari baja tahan korosi.
Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi A.N.S.I. B27, type A.
c) Bahan-bahan  las :
bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan  dari  "American Welding
Society" (AWS D1.0-69 : Code for Welding in Building Construction).
Baut angkur dan sekrup-sekrup/mur-mur harus memenuhi persyaratan
ASTM A36 atau A325.
Lapisan seng : baja terlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan
seng untuk produksi uliran sekrup harus memenuhi ASTM A153.
Baut  dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi
ASTM  A307 dan harus biasanya type segi enam (hexagon-bolt type).
Semua  bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan
baru,  yaitu  bahan yang belum  pernah  dipergunakan untuk konstruksi
lain  sebelumnya  dan  harus disertai sertifikat dari pabrik.

10.2. PEKERJAAN ALLUMUNIUM COMPOSITE PANEL


10.2.1. Lingkup Pekerjaan
c) Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan panel
aluminium composite seperti yang diajukan dalam ganbar rencana.
d) Pekerjaan ini dilaksanankan pada tempat-tempat seperti yang dianjurkan
dalam gambar. b. Pengendalian pekerjaan
e) Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan sesuai
dengan standart dan spesifikasi dari pabrik.
f) Bahan – bahan yang harus memenuhi standart antara lain.
− AA The aluminium Association
− AAMA Architectural Aluminium Manufactures Association
− ASTM E84 American Standart for Testing Materials
− DIN 4109 Isolasi udara
− DIN 52212 Penyerapan Sura
− DIN 53440 Pengurangan getaran
− DIN 17611/BS 1615 Proses anoda
− DIN 476 Panel Kerangka
− AS. 1530 Hasil Indikasif c. Komponen
g) Bracket/angkur dari material besi finis galvanis atau material aluminium
ekstrussion.
h) Rangka vertikal dan horizontal dari material aluminium ekstrussion
i) Rangka tepi panel aluminium composite dan reinforoe dari material dari
material aluminium ekstrussion.
j) Infil Dari aluminium ekstrussion finish powder coating warna ditentukan
kemudian sealant.

39
− Untuk pekerjaan luar, lihat Bab Seanlant
− Wrana akan ditentukan kemudian berdasarkan color chart dari pabrik
− Lokasi sealant antar panel dengan komponen lain
k) Bahan – bahan.
Bahan : Aluminium composite
− Tebal : 4mm terdiri dari 0,5mm Aluminium, 3mm Polyetlene dan
0,5mm Aluminium Aluminium.
− Length (mm) : 2440, 4880 or custum
− Width (mm) : 1220 or custom
− Bending Strengh : 45-50kg/4mm
− Heat Deformation : 200o C
− Sound Insulation : 24-39 Db − Finished : Flouracarbond factory
firished/PVdF Coating
− Warna : Lihat gambar
− Merek : Goodsense atau setara
l) Bahan composite harus dalam keadaan rata, warna akan ditentukan
kemudian
m) Bahan yang digunakan (produksi korea) atau setara.
n) Contoh-contoh: Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh-contoh bahan
kepada direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas.
o) Toleransi Dimensi mill finish : Stove dipernish + 0.2 mm

PASAL XI
PEKERJAAN ATAP
11.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan material atap, lengkap dengan peralatan dan alat bantunya,
pengangkutan material dilokasi sampai dengan terpasang dengan baik.
11.2. Syarat – syarat Bahan
a. Bahan atap baja (zinc alum steel)
Bahan atap lembaran baja zinc coated (zinc alum steel) yang dibentuk dengan press
pabrik ukuran dan segala kelengkapan peralatan fasteners, capping, flashing dan lain-
lain. Disesuaikan ketentuan pabrik warna yang ditetapkan (warna bisa dikondisikan
tanpa mengurangi atau menambah anggaran). Bahan penutup atap ini haus
SPANDEK produksi blue Scope Indonesia atau setara dengan ketebalan 0.5. warna
akan ditentukan oleh pemberi tugas/pengawas lapangan
11.3. Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Pemasangan menurut cara-cara petujunjuk serta syarat yang sitentukan pabrik dan
dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam pemasangan jenis bahan
tersebut dengan pedoman pelaksanaan sesuai gambar urutan lapisan penutup atas.

PASAL XII
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
40
12.1. PERSYARATAN TEKNIS UMUM BAHAN DAN PERALATAN :
1) Umum
a) Pemasanan instalasi pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai
berikut :
- PUIL tahun 2000 ;
- Peraturan-peaturan yang lain yang dikeluarkan olhe Perumtel, Ditjen Bina
Lindung, dan Lembaga Pemerintah lainnya yang berwenang ;
- ASHRAE, ARI, ASTM, ASME, dan SMACNA ;
- National Fire Protection Association (NFPA) ;
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.05/MEN/1982
- Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti
PLN, DInas Pemadam Kebakaran, d.l.l ;
- Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan.
b) Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki tenaga
ahli yang mempunyai surat izin Pemasangan Instalasi dari Instansi berwenang
yang telah biasa mengerjakan suatu daftar referensi pemasangan.
2) Gambar Rencana
a) Gambar Rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang
saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b) Gambar-gambar system ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasanan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada.
c) Gambar-gambar Arsitektur, Struktur/Sipil, maupun Interior harus dipakai sebagai
referensi untuk Pelaksanaan.
3) Koordinasi
a) Kontraktor hendaknya bekerja sama dengan teknisi internal (Teknisi Rumah
Tangga) aar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan..
b) Koordinasi dengan Tim Teknis dari Pemberi Tugas dan Tim Pengelola Teknis
PU harus selalu dijalankan agar kendal-kendala yang ada di lapangan dapat
segera diatasi.
4) Pelaksanaan Pemasangan
a) Sebelum melaksanakan pemasangan instalasi Kontraktor harus menyerahkan
gambar kerja dan detailnya kepada Direksi Lapangan/Pengawas dalam rangkap 4
(empat) untuk disetujui.. Yang dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang
menjadi pedoman dalam pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak
peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai,
dinding dan peralatan, dimensi accessories yang dipakai dan Pengawas berhak
menolak gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan diatas.
b) Kontraktor wajib mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang, apabila terdapat sesuatu yang diragukan
Kontraktor harus segera menghubungi Konsultan Pengawas.
c) Asumsi-asumsi Konsultan Perencana dalam penentuan performance suatu
peralatan harus diperiksa ulang oleh Kontraktor sesuai dengan peralatan yang

41
dipilih maupun kondisi actual/lapangan dan dimintakan persetujuan kepada
Konsultan Pengawas.
12.2. PERSETUJUAN MATERIAL, PERALATAN DAN DOKUMEN YANG
DISERAHKAN
1) Umum
Dalam jangka waktu 14 (empatbelas) hari setalah menerima SPK/KONTRAK/SPMK
dan sebelum memulai pekerjaan, pengadaan material dan peralatan, Kontraktor harus
menyerahkan shop drawing, daftar peralatan, dan bahan yang akan digunakan pada
proyek ini untuk disetujui oleh direksi teknis dan Konsultan Pengawas.
Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan
semua biaya yang timbul berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan
contoh/dokumen ini.
2) Shop Drawing
Kontraktor harus mengajukan gambar kerja berikut detail dan potongan yang
diperlukan untuk diperiksa dan disetujui. Dengan mengajukan gambar-gambar kerja
ini berarti Kontraktor sudah mempelajari keadaan lapangan setempat, gambar-gambar
Struktur, Arsitek maupun gambar-gambar instalasi lainnya
3) Daftar Peralatan dan Bahan
Suatu daftar yang lengkap untuk peralatan dan bahan yang akan digunakan pada
proyek ini harus diserahkan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
dengan dilampiri brosur-brosur yang lengkap dengan data-data teknis,performance
dari peralatan/bahan.
Daftar bahan dan peralatan ini harus sesuai spesifikasi.
12.3. PEKERJAAN LISTRIK :
1) Pekerjaan instalasi listrik yan termasuk pekerjaan ini adalah
system instalasi listrik secara lengkap sehingga instalasi ini dapat berjalan dengan
baik dan aman, sehingga pada waktu serah terima pertama instalasi tersebut harus
sudah dapat dipergunakan oleh Pengguna Jasa.
2) Seluruh peralatan yang direncanakan dalam instalasi ini adalah
untuk bekerja pada frekwensi 50 Hz s.d 60 Hz dan tegangan 220/380 Volt.
12.4. PERSYARATAN BAHAN :
Kabel Tegangan Rendah yan diapak harus dapat dipergunakan untuk teangan min. 0,6kV
untuk kabel NYM, NYY, & NYFbY dengan spesifikasi :
- Conductor : Plain Copper (NYM & NYY), solid or Stranded (NYY),
Copper/Sector Shape (NYFGbY)
- Insulation : PVC
- Core Filter : Compound Elastic / Soft PVC
- Sheath : PVC
- Produk Kabel : 4 besar (Supreme, Tranka, Kabelindo, Kabel Metal)
atau setara
- Produk conduit : EGA, Cipsal, Double-H atau setara
- Metal Conduit : Maruichi, Matsushita atau setara
Pada prinsipnya kabel-kabel instalasi daya dipergunakan adalah :
- Kabel-kabel instalasi daya dipergunakan jenis NYFGbY dan NYY ;

42
- Kabel instalasi penerangan dan kotak kontak dipergunakan NYM 3x2,5 mm2 dengan
HIP conduit diameter minimum 19mm sebagai pelindungnya.
Kabel-kabel daya yang ke sub-sub panel harus disertai dengan kawat BC atau NYA
sebagai kawat pentanahan dengan diameter sama dengan diameter kabel feedernya atau
minimal satu rating dibawahnya kecuali diatas diameter 50 mm 2 dipergunakan BC 50
mm2.
Penampang kabel minimum yang dapat diapaki untuk instalasi adala dengan diameter
2,5mm, sedangkan untuk arde dengan diameter 6mm.

12.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN INSTALASI


1) Menurut penjelasan-penjelasan atau peraturan-peraturan uraian ini dengan
menggunakan tegangan/voltage 220 VA atau menurut petunjuk Direksi dan
Konsultan Pengawas.
2) Penjelasan dari bahan-bahan :
a) Pemakaian bahan harus memenuhi spesifikasi teknik yang disyaratkan dan
dalam keadaan tidak cacat. Berkualitas baik dan memenuhi persyaratan
keamanan kerja.
b) Sebelum bahan-bahan tersebut dipasang, supaya diperlihatkan dulu kepada
Direksi untuk diperiksa kualitasnya dan mendapat persetujuan pemasangan.
c) Barang-barang yang sudah diapkir, dalam waktu 2 x 24 jam harus sudah
dikeluarkan dari tempat pekerjaan jika Kontraktor tidak mengindahkan,
Direksi berhak menyelenggarakan atas biaya Kontraktor.
3) Pekerjaan pemasangan pipa :
a) Pemasangan pipa seluruhnya ditanam di dalam tembok sedemikian rupa,
sehingga bila ditutup (plester) tidak menonjol keluar.
b) Pipa-pipa yang ditanam di dalam tembok harus diikat kuat dengan klem dan
pipa yang digunakan adalah pipa natloos ex union paralon.
c) Pemasangan pipa yang diletakan di atas kayu harus dibelapak (klos) yang
jarak pemasangan satu sama lain minimal 1 (satu) meter.
d) Pada tiap-tiap pemasangan pipa ada kemungkinan air dapat berkumpul supaya
dipasang inspektube.
e) Pada tiap-tiap pemasangan pipa jarak 8 meter harus diberi trekdoos.
f) Jumlah penarikan kabel dalam pipa harus sesuai dengan tebel (daftar) sebagai
pedoman yang masih berlaku di Indonesia.
4) Pemasangan kabel :
a) Kabel yang digunakan untuk pemasangan tersebut ialah kabel type NYY,
NYM ex. eterna atau yang sejenis. Ukuran kabel harus memenuhi standard
dan tidak boleh lebih kecil dari 2,5 mm.
b) Penarikan kabel di atas isolator dikerjakan di atas plafond yang tidak terlihat
dari bawah dibungkus dalam PVC
c) Isolator yang digunakan adalah R 25 berukuran 25 x 25 mm dengan jarak
kurang lebih 0,80 meter.
d) Sebagai pengikat digunakan kawat baja.
e) Pada tiap-tiap penyambungan kabel dipergunakan lasdop.

43
f) Pada tempat-tempat persilangan dan penyeberangan di atas tembok, maka
kabel itu dimasukan ke dalam pipa sebagai pengaman.
g) Semua kabel yang dimasukan ke dalam pipa tidak boleh ada sambungan.
h) Tarikan kabel di atas harus cukup tegang dan kencang tetapi isolasi tidak
boleh rusak karenanya.
5) Ukuran Isolasi : Untuk ukuran isolasi ditentukan antara 1/2 ohm sampai 0,3 ohm.
6) Papan-papan sekring (panel)
a) Papan sekring tersebut dari metal clad palat baja ukuran sesuai dengan
perencanaan serta dilengkapi dengan frame yang kuat.
b) Pemasangan papan-papan sekring/panel secara woll mounted terpasang kuat
dan rapi serta mudah untuk operasi dan maintenace/pemeliharaan.
c) Panel-panel tersebut setelah dipasang dengan baik dilengkapi dengan kotak
dari papan yang diplitur serta dilengkapi pintu dan kunci.
7) Sambungan pengaman ke tanah (arde) harus dilaksanakan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku, batang-batang yang ditanam harus dari jenis kuningan
minimum 2”1/2 mm2, dan panjang tidak kurang dari 3 meter ditanam lurus ke
bawah. Electrode yang ditanam harus disambung dengan kabel kuningan garis
tengahnya 5 mm2 pada bagianke batang panel distribusi yang ditanam, semua
sambungan harus memakai alat penghubung.
8) Pengujian seluruh instalasi setelah selesai harus diuji untuk menentukan apakah
bekerja sempurna dalam segala hal harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam peraturan PLN setempat.
9) Pekerjaan / pemasangan penangkal petir disesuaikan dengan Pedoman
Perencanaan Penangkal Petir. ( S.K.K.B.I. 1.3.53 )
10) Pemasangan Arde Penangkal Petir harus rapi dan ditanam ke dalam tanah
disambung dengan batang tembaga yang panjang batangnya ± 2 meter.

PASAL XIII
PEKERJAAN SANITAIR
13.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan tsb. untuk mendapatkan hasil yang
baik, dan sempurna dalam pemakaiannya.
b. Pekerjaan pemasangan wastafel, urinal, kloset, kran air, perlengkapan kloset, floor
drain, clean out dll.
13.2. Persyaratan Bahan
a. Untuk wastafel, urinal, kloset dan kran menggunakan merk : Sesuai Gambar
Rencana
13.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada
dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan
sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
b. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan
spesifkasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada
Perencana/Kontraktor Pengawas.

44
c. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
d. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
e. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya kontraktor, selama kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

13.4. Pekerjaan Kloset


- Kloset duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah sesuai dengan merk
yang ditetukan, type yang dipakai sesuai dengan gambar atau ketentuan.
- Kolset serta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui
Konsultan Pengawas.
- Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar, waterpass.
Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada
kebocoran-kebocoran.

13.5. Pekerjaan Kran Air


- Semua kran yang dipakai, adalah sesuai dengan merk yang ditentukan. Ukuran
disesuaikan keperluan masing-masing harus sesuai gambar plumbing dan brosur alat-
alat sanitair.
- Kran-kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya
harus sesuai dengan gambar.
13.6. Pekerjaan Floor Drain dan Clean Out
- Floor drain dan Clean Out yang digunakan adalah yang dilengkapi dengan siphon dan
penutup berengsel untuk floor drain dan depverchron dengan draad untuk clean out
merk sesuai dengan yang ditentukan
- Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai dengan gambar untuk pekerjaan tersebut.
- Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui Konsultan
Pengawas.
- Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilobangi
dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai ukuran floor
drain tersebut.
- Hubungan pipa metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton kedap air
Embeco ex. MTC dan pada lapis teratas setebal 5 mm diisi dengan lem Araldit ex.
Ciba.
- Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih waterpass,
dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kobocoran.
13.7. Pekerjaan Sink
- Sink yang digunakan ialah sesuai merk yang ditentukan typenya disesuaikan dengan
gambar yang ada.
- Sink yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik sehingga tidak ada bagian
yang cacat dan direkatkan dengan kuat pada dasarnya sesuai dengan gambar untuk
pekerjaan tersebut.

45
- Setelah Sink terpasang, letak ketinggian pemasangan sesuai dengan gambar untuk
pekerjaan tersebut, baik waterpassnya dan bebas dari kebocoran-kebocoran air.

PASAL XIV
PEKERJAAN FINISHING
14.1. PEKERJAAN CAT
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,  peralatan dan alat-alat
bantu lainnya  yang diperlukan  dalam  pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan  yang bermutu baik dan sempurna. Meliputi pengecatan dinding/ beton
bagian luar dan  dalam serta seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan dalam gambar.
Definisi pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan   pada berbagai material
untuk maksud-maksud perlindungan/ pemberian   warna, pemberian texture  dan
memberi kemungkinan untuk dicuci dari material tersebut.
Perincian  dari  pekerjaan  cat  ini  meliputi jenis-jenis berikut:
- Pekerjaan pengecatan dasar atau primer  dan.
- Pekerjaan cat dinding
- Pekerjaan cat langit-langit
14.2. Persyaratan Bahan
a) Persyaratan Standar/Mutu bahan
- Pengecatan seluruh pekerjaan   harus sesuai  dengan  NI-3 dan NI-4 atau
sesuai dengan spesifikasi  dari pabrik  cat  yang digunakan.
- Standar dari bahan prosedur  pengecatan ditentukan pabrik pembuat cat dan
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan
mencairkan yang  tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau  tanpa ijin dari
Direksi teknis dan Pengawas.
b) Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
- Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan  dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. berapa  bahan  tertentu  harus  masih  di dalam kotak aslinya yang
masih tersegel dan erlabel pabriknya.
- Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung  dan  tertutup,  kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan jenisnya.
- Kontraktor bertanggung-jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan dan pelaksanaan.
c) Bahan Yang Digunakan
- Untuk cat dinding eksterior digunakan jotun eksterior anti lumut/setara
- Untuk cat dinding interior digunakan jotun interior/setara
- Untuk cat langit-langit digunakan Jotun interior/setara.
- Untuk cat kusen dan panil pintu kayu digunakan jenis cat dico merk Impra
atau setara
- Untuk cat besi hollow digunakan merk avian/setara
14.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada Direksi teknis dan
Pengawas beserta ketentuan / persyaratan / jaminan pabrik   untuk mendapatkan

46
persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan pengganti harus
disetujui Direksiteknis dan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.
Pekerjaan pengecatan jangan dilakukan di daerah terbuka dalam keadaan
cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu yang akan mengurangi kualitas
pengecatan.
a) Setiap pekerjaan yang akan dimulai pada suatu bidang harus mendapat
persetujuan dari Direksi teknis dan Pengawas.
b) Sebelum memulai pelaksanaan   pengecatan, Kontraktor wajib melakukan
percobaan untuk disetujui Direksi teknis dan Pengawas.
c) Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di  suatu tempat bila  ada
kelainan/perbedaan  di tempat itu sebelum  kelainan /perbedaan tersebut
diselesaikan. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya,
maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi Pengawas. Kontraktor
wajib memperbaiki/mengulangi mengganti kerusakan yang terjadi selama masa
pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Kontraktor.

14.4. Gambar Detail Pelaksanaan :


Bila diperlukan, Kontraktor harus membuat gambar kerja pelaksanaan pengecatan
(untuk bagian-bagian yang dianggap perlu)
14.5. Cara Pelaksanaan :
Lakukan pengecatan dengan data terbaik yang umum dilakukan kecuali spesifikasi
lain. Urutan pengecatan, penggunaan   lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan penutup
minimal sama dengan syarat yang dikeluarkan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas-bekas yang menunjukan tanda-tanda
sapuan, semprotan dan roller. Sapukan semua dasar dengan cat dasar dan kuas,
penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila disetujui Direksi teknis dan Pengawas.
14.6. Pengecatan Kembali :
Dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau lepas.
Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukan oleh Direksi teknis dan
Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik
yang bersangkutan.
14.7. Pembersihan permukaan, pekerjaan termasuk penggunaan biaya, pengupasan cat
teksture, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain   kering, harus
mendapat persetujuan. Kerapihan pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan
mengganggu pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah
terpasang. Pekerjaan yang   tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan
Kontraktor.
14.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan
 Agar daerah-daerah yang sedang dicat ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain,
maupun kegiatan lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan
kotoran lainnya sampai cat daerah tersebut kering.
 Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau material lain yang dekat dengan
pekerjaan ini dengan cara menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan

47
pengecatan berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki   atau
mengganti material yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.

48

Anda mungkin juga menyukai