Anda di halaman 1dari 5

Nama :Rakha Ibnu Arghanisyah

NIM :15221011

RESUME M12 REGION NUSA TENGGARA

Dari segi teori, tradisi dapat diartikan sebagai pengetahuan yang terus diwariskan dari
masa lampau ke masa sekarang, terutama dalam konteks sosial tertentu. Ini menjadikan
pengetahuan tersebut sebagai unsur yang sangat dasar, meskipun dalam kenyataannya,
tindakan-tindakan atau aktivitas tertentu juga terus-menerus berulang sepanjang waktu.
Berdasarkan konsep ini, Arsitektur Tradisional merupakan gaya arsitektur atau ekspresi budaya
yang dianggap berhasil dan didasarkan pada praktik atau aktivitas tertentu yang telah
berlangsung selama periode waktu yang panjang, diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

Paul Oliver, dalam Encyclopedia of Vernacular Architecture of the World, menjelaskan


bahwa arsitektur vernakular terdiri dari rumah-rumah rakyat dan struktur lain yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar mereka. Mereka dibangun dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia dan menerapkan teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur
vernakular dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus yang sesuai dengan nilai-nilai, kondisi
ekonomi, dan gaya hidup budaya yang berkembang.

Perbedaan Arsitektur Vernakuler dan Tradisional

Tradisional

Dalam konteks arsitektur tradisional, beberapa poin penting adalah:

1. Adanya aktifitas atau tindakan tertentu (adat istiadat) untuk membuat suatu bangunan.

2. Praktik ini diturunkan dari generasi ke generasi.

3. Praktik tersebut telah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama/panjang.

4. Memiliki pakem atau aturan yang tidak dapat diubah.


Vernakuler

Dalam konteks arsitektur vernakular, terdapat poin-poin berikut:

1. Terbentuk karena adanya keterkaitan dengan lingkungan sekitar, termasuk sumber daya
yang tersedia dan iklim, yang memengaruhi cara bangunan dibangun.

2. Dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik yang sesuai dengan kondisi saat itu.

3. Mampu berkembang sesuai dengan budaya dan gaya hidup yang ada.

Latar Belakang

Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur adalah dua provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian timur kepulauan Nusa Tenggara. Wilayah ini terdiri dari berbagai pulau, seperti Lombok,
Sumbawa, Flores, Timor, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Karakteristik geografis, termasuk
iklim, topografi, dan jenis tanah, telah berpengaruh besar terhadap desain bangunan di daerah
ini. Rumah adat setempat harus mampu bertahan dalam cuaca tropis, angin kencang, dan hujan
musiman yang sering terjadi. Selain itu, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menjadi
rumah bagi beragam kelompok etnis dan budaya, yang tercermin dalam gaya dan teknik
bangunan yang unik, serta perbedaan dalam bahan bangunan, dekorasi, dan asal usul
bangunan tersebut. Oleh karena itu, arsitektur vernakular di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan
Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki pengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat
setempat.. Berikut adalah

beberapa pengaruh arsitektur vernakular di NTT dan NTB terhadap kehidupan masyarakat:

1. Identitas budaya: Arsitektur vernakular di NTT dan NTB merupakan warisan budaya yang
menjadi identitas masyarakat setempat. Arsitektur vernakular ini menjadi simbol dari kekayaan
budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

2. Kehidupan sehari-hari: Arsitektur vernakular di NTT dan NTB sangat terkait dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Bangunan-bangunan vernakular ini dirancang
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aktivitas sehari-hari masyarakat.

3. Pemanfaatan material lokal: Arsitektur vernakular di NTT dan NTB menggunakan material
lokal yang tersedia di sekitar lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Hal ini
mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat dalam hal pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di sekitar mereka. Contohnya rumah adat Sasak yang terbuat dari bambu dan beratap
ilalang.

Dapat disimpulkan bahwa arsitektur vernakular di NTT dan NTB memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kehidupan masyarakat setempat. Arsitektur vernakular ini menjadi identitas
budaya, terkait dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, dan memanfaatkan material local

Karakteristik

NTB

Atap menyerupai kubah, proporsi atap lebih besar, jenis rumah adat panggung,
mengombinasikan atap Jerami dinding dari anyaman bambu

NTT

Bentuk rumah berbeda beda, biasanya rumah panggung dengan struktr agar persegi Panjang
kecuali rumah adat timor timur, persamaanya terdaoat pada tersedianya tempat suci untuk
para arwan nenek moyang Rumah Mbaru Niang

Manggarai, NTT

LOKASI : Dusun Wae Rebo, Kecamatan Satarmase Barat, Kabupaten

Mbaru Niang adalah bangunan tradisional suku Manggarai yang berbentuk kerucut, memiliki
simbolisasi sebagai representasi persatuan komunitas dan perlindungan yang diberikan oleh
seorang ibu kepada penghuni rumah. Bangunan ini mencapai tinggi 15 meter dan ditempatkan
di dataran tinggi, yang berdampak pada tingginya kecepatan angin di daerah tersebut. Semakin
tinggi lokasi bangunan, semakin besar pula kecepatan angin yang memengaruhi daerah
tersebut.

MUSALAKI

LOKASI : Desa Wolotolo, Flores, Nusa Tenggara Timur

Musalaki adalah istilah dalam bahasa Ende Lio, yang terdiri dari "Mosa" yang berarti "ketua"
dan "Laki" yang berarti "adat". Jadi, secara harfiah, Musalaki berarti "Ketua Adat". Bangunan ini
digunakan sebagai kediaman bagi pemimpin adat suku Ende Lio dan juga dihormati sebagai
warisan leluhur. Musalaki memiliki bentuk bangunan berbentuk persegi empat dengan atap
tinggi yang melambangkan kesatuan dengan pencipta. Atap tersebut menyerupai layar perahu,
sesuai dengan cerita lokal tentang nenek moyang suku Ende Lio yang mahir dalam
menggunakan perahu.

SAO RIA

Selain sebagai tempat perlindungan, Sao Ria juga berfungsi sebagai tempat pertemuan bagi
kepala suku. Secara religius, Sao Ria digunakan sebagai lokasi pelaksanaan upacara adat dan
sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka suku. Dipercayai bahwa Sao Ria juga dihuni
oleh roh nenek moyang suku dan dianggap sebagai titik pertemuan antara manusia dengan Dua
Ngga'e, yang dianggap sebagai sumber tujuan akhir dan penjaga kehidupan di alam semesta.

Rumah Tradisional NTB

BALE TANI

Selain berperan sebagai tempat penampungan dan perlindungan, Sao Ria juga berfungsi
sebagai tempat pertemuan kepala suku. Secara aspek keagamaan, Sao Ria digunakan sebagai
tempat diadakannya upacara adat dan untuk menyimpan barang-barang bersejarah suku. Sao
Ria dipercayai sebagai tempat kediaman roh nenek moyang suku dan dianggap sebagai tempat
di mana manusia dapat berinteraksi dengan Dua Ngga'e, yang dianggap sebagai asal tujuan
akhir serta penjaga kehidupan di seluruh alam semesta.

BALE LUMBUNG

Lumbung adalah tempat penyimpanan padi dan juga merupakan simbol kekayaan bagi suku
Sasak. Lumbung ini dirancang dengan bentuk yang tinggi untuk mencegah tikus dan hama
masuk ke dalamnya. Biasanya, satu lumbung dimiliki oleh kelompok keluarga yang terdiri dari
lima hingga enam kepala keluarga. Hal ini disebabkan oleh tuntutan biaya dan persyaratan yang
tinggi dalam proses pembangunan lumbung. Awalnya, lumbung ditempatkan di sebelah kiri
rumah, namun seiring berkembangnya kebutuhan lahan untuk rumah, kini lumbung sering
ditempatkan di depan rumah, berdekatan dengan berugaq.

MBARU NIANG

Kampung adat Waerebo memiliki Rumah Panggung yang dirancang untuk menghindari
genangan air selama musim hujan dan memberikan perlindungan dari serangan hewan buas.
Atap berbentuk kerucut yang hampir menyentuh tanah berfungsi sebagai dinding rumah dan
melindungi penghuni dari cuaca ekstrim. Rumah ini memiliki 5 lantai dengan berbagai fungsi
yang berbeda.
Atap menggunakan daun lontar karena tersedia secara melimpah di sekitar lingkungan, tahan
terhadap hujan dan angin, serta mengikuti tradisi dan budaya setempat. Struktur bangunan
dihubungkan dengan tali rotan.

Rumah adat Musalaki

Penggunaan pondasi di atas batu besar dalam Rumah Musalaki bertujuan untuk mengurangi
risiko retakan dan memberikan fleksibilitas pada struktur lantai. Lantai Rumah Musalaki terbuat
dari bilah papan yang disusun sejajar ke arah tertentu. Penyusunan papan ini dengan tinggi
yang berbeda disengaja untuk tujuan ventilasi udara. Rumah ini berbentuk persegi dengan atap
tinggi yang menjulang ke atas, melambangkan kesatuan dengan pencipta.

Atap besar dan tinggi yang menyerupai layar perahu bukan sekadar hiasan, melainkan memiliki
makna kesatuan. Atap berbentuk layar perahu juga mencerminkan peran nenek moyang
sebagai nelayan.

Anda mungkin juga menyukai