Anda di halaman 1dari 6

PLURALISME NUSANTARA

KEANEKARAGAMAN BUDAYA MELALUI RUMAH ADAT PANGGUNG

DI INDONESIA

Oleh :

A A Ngurah Kicko Indrawan (202105020)

DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rumah adat Indonesia mencerminkan keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa
di Indonesia. Rumah adat di Indonesia digunakan dalam berbagai upacara adat dan
keagamaan, yang mencerminkan pluralisme agama dalam masyarakat. Selain itu,
terdapat catatan mengenai modernisasi rumah adat di perkotaan sebagai tanda toleransi
terhadap keberagaman budaya dan pandangan. Rumah adat juga diakui sebagai daya
tarik wisata budaya yang mempromosikan keberagaman budaya Indonesia. Upaya
pelestarian budaya rumah adat mencerminkan komitmen terhadap pluralisme budaya, dan
rumah adat Indonesia menjadi simbol identitas budaya yang beragam di seluruh
Indonesia. keragaman budaya di Indonesia yang tercermin melalui beragam jenis rumah
adat panggung yang ada di berbagai daerah. Rumah panggung adalah jenis rumah
tradisional yang populer di Indonesia dan dibangun di atas tiang-tiang kayu. Paragraf
tersebut merinci beberapa informasi penting tentang rumah panggung, termasuk tradisi
budaya, perlindungan dari banjir dan binatang liar, bahan bangunan tradisional,
keberlanjutan budaya, dan adaptasi modern. Rumah panggung di Indonesia juga
mencerminkan kedekatan masyarakat dengan alam serta kearifan lokal dalam
membangun rumah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rumah adat Indonesia mencerminkan keberagaman budaya, agama, dan
suku bangsa di Indonesia?
2. Apa peran rumah adat dalam upacara adat dan keagamaan, serta bagaimana hal ini
mencerminkan pluralisme agama dalam masyarakat?
3. Bagaimana upaya pelestarian budaya rumah adat mencerminkan komitmen terhadap
pluralisme budaya di Indonesia?
4. Bagaimana karakteristik dan peran rumah panggung dalam mencerminkan
keragaman budaya di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

1. Menggambarkan Pluralisme dalam Konteks Rumah Adat


2. Menunjukkan Keberagaman Budaya, Agama, dan Suku Bangsa
3. Mengungkapkan Upaya Pelestarian Budaya Rumah Adat
4. Menggambarkan Karakteristik dan Peran Rumah Panggung
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Hubungan Pluralisme dengan Rumah Adat di Indonesia


Pluralisme adalah pengakuan, penghargaan, dan penerimaan keberagaman dalam
masyarakat. Rumah adat Indonesia mencerminkan keberagaman budaya, agama, dan
suku bangsa di Indonesia. Setiap suku memiliki rumah adat dengan gaya arsitektur unik,
seperti rumah adat Minangkabau, Toraja, dan Dayak. Rumah adat digunakan dalam
upacara adat dan keagamaan, mencerminkan pluralisme agama. Di perkotaan, banyak
rumah adat mengalami modernisasi, menunjukkan toleransi terhadap keberagaman
budaya dan pandangan. Rumah adat juga menjadi daya tarik wisata budaya yang
mempromosikan keberagaman budaya Indonesia. Upaya pelestarian budaya rumah adat
mencerminkan komitmen terhadap pluralisme budaya. Rumah adat Indonesia adalah
simbol identitas budaya yang beragam di seluruh Indonesia.
B. Rumah Panggung
Keanekearagaman budaya di Indonesia tercermin melalui beragam jenis rumah adat
panggung yang ada di berbagai daerah, menunjukkan keragaman budaya yang kaya dan
unik di seluruh nusantara. Rumah panggung adalah salah satu jenis rumah tradisional
yang cukup populer di berbagai daerah di Indonesia. Rumah panggung dibangun di atas
tiang-tiang atau tiang-tiang kayu yang tinggi, sehingga rumah tersebut terangkat dari
tanah. Jenis rumah ini memiliki sejarah dan latar belakang yang panjang di Indonesia,
dan berikut adalah beberapa informasi tentang rumah panggung di Indonesia:
• Tradisi Budaya: Rumah panggung merupakan bagian penting dari tradisi budaya
masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah dengan iklim tropis dan rawan
banjir. Dalam banyak kasus, rumah panggung digunakan oleh suku-suku asli
Indonesia, seperti suku Dayak di Kalimantan, suku Minangkabau di Sumatra
Barat, dan suku Toraja di Sulawesi.
• Perlindungan dari Banjir dan Binatang Liar: Ketinggian rumah panggung
membantu melindungi penghuninya dari banjir yang sering terjadi di wilayah-
wilayah tertentu di Indonesia. Selain itu, rumah panggung juga melindungi
penghuninya dari serangan binatang liar dan nyamuk yang dapat membawa
penyakit.
• Bahan Bangunan Tradisional: Biasanya, rumah panggung dibangun dengan
menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan daun rumbia atau ijuk
untuk atapnya. Konstruksi rumah panggung ini sering kali mengikuti prinsip-prinsip
tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
• Keberlanjutan Budaya: Meskipun beberapa bagian dari Indonesia telah modern,
rumah panggung masih menjadi bagian penting dari budaya masyarakat di
berbagai daerah. Beberapa upaya telah dilakukan untuk melestarikan dan
mempromosikan rumah panggung sebagai warisan budaya Indonesia.
• Adaptasi Modern: Beberapa rumah panggung telah mengalami adaptasi modern
dengan penambahan fasilitas-fasilitas modern seperti listrik, air mengalir, dan
fasilitas sanitasi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penghuni yang
lebih modern.
Rumah panggung di Indonesia memiliki keunikan arsitektur dan fungsi yang berbeda-
beda tergantung pada suku, budaya, dan geografi daerah tersebut. Rumah panggung
juga merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dan menggambarkan kedekatan
masyarakat Indonesia dengan alam serta kearifan lokal dalam membangun rumah.

C. Contoh Rumah Panggung Indonesia


Rumah lamin merupakan hunian adat Masyarakat Dayak, khususnya yang berada
di Kalimantan Timur. Kata Rumah Lamin memiliki arti rumah panjang, yang diasumsikan
dengan milik kita semua, sebab rumah ini digunakan untuk beberapa keluarga yang
tergabung dalam satu keluarga besar, bisa digunakan untuk 25 sampai 30 keluarga
sekaligus, bahkan dapat mencapai 60 keluarga. Bentuk arsitektur rumah lamin antara
suku yang satu dengan yang lain memiliki kemiripan. Perbedaan hanya terdapat pada
penamaan komponen bangunan dan motif ornamennya. Namun diantara semua suku,
Suku Dayak Kenyah memiliki ciri yang paling khas, yakni ornamen yang lebih meria
dengan hiasan seni ukir dan lukisan yang bermotif lebih khas dan dinamis. Satu hal yang
menarik, bahwa kepercayaan pada alam gaib sangat mempengaruhi proses
pembangunan rumah adat. Nilai spiritual yang dijunjung tinggi tersebut membentuk suatu
ikatan kultural yang kuat antara manusia dan alam. Terdapat dua roh nenek moyang yang
dipercaya mempunyai kekuatan besar dan berperan sebagai pengatur seluruh kehidupan.
Roh nenek moyang tersebut dinamakan Jalong Nyelong (roh lelaki yang menciptakan
manusia) dan Bungan Malan (roh wanita yang mengatur seluruh kehidupan manusia).
Dalam kehidupan sehari-hari, kekuatan kedua roh nenek moyang itu menjelma dalam
bentuk binatang seperti kijang, musang, ular dan beberapa jenis burung. Simbol ini
merupakan pertanda untuk kebaikan yan bisa menyebabkan masyarakat hidup makmur
atau celaka. Maka dalam pembuatan rumah adatpun, pertanda dari roh nenek moyang
tersebut juga memegang peranan penting.
Rumah adat lamin suku Dayak adalah rumah tradisional yang digunakan oleh suku
Dayak, yang tersebar di berbagai wilayah di Kalimantan (Borneo), Indonesia. Berikut
adalah deskripsi umum tentang rumah adat lamin suku Dayak:
1. Panjang dan Bertingkat: Rumah adat lamin suku Dayak biasanya memiliki bentuk
yang panjang dan berbentuk tingkat. Rumah ini dirancang dengan pertimbangan
keamanan dan pertahanan terhadap serangan dari luar. Beberapa rumah panjang
bisa mencapai panjang yang sangat besar, mencapai puluhan meter.
2. Konstruksi Kayu: Rumah adat lamin suku Dayak dibangun dari kayu-kayuan yang
kuat dan tahan lama. Kayu-kayu ini sering kali diukir dengan motif-motif tradisional
yang khas.
3. Atap Genteng: Atap rumah adat lamin biasanya terbuat dari genteng atau bahan
atap lainnya yang tahan lama. Atap ini memiliki kemiringan yang cukup curam dan
menciptakan bentuk atap yang khas.
4. Bilik-bilik Tertutup: Di dalam rumah adat lamin, terdapat bilik-bilik tertutup yang
digunakan sebagai tempat tinggal oleh keluarga-keluarga suku Dayak. Bilik-bilik ini
seringkali memiliki pintu yang besar dan tinggi untuk memudahkan masuk dan
keluar.
5. Dekorasi dan Ukiran: Rumah adat lamin suku Dayak sering kali dihiasi dengan
ukiran-ukiran kayu yang indah dan motif-motif khas suku Dayak. Motif-motif ini
dapat mencerminkan alam, binatang, atau aspek-aspek budaya suku Dayak.
6. Fungsi Sosial dan Budaya: Rumah adat lamin bukan hanya sebagai tempat tinggal,
tetapi juga menjadi pusat kehidupan sosial dan budaya suku Dayak. Rumah ini
sering digunakan dalam berbagai upacara adat, perayaan, dan pertemuan
komunitas.
Rumah adat lamin suku Dayak adalah simbol penting dari identitas dan budaya suku
Dayak di Kalimantan. Selain sebagai tempat tinggal, rumah ini juga memiliki peran penting
dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya yang turun-temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Selain rumah adat dari suku Dayak, Indonesia juga memiliki jenis rumah adat
panggung lainnya yang memiliki karakteristik yang hamper serupa . Rumah Minahasa,
juga dikenal sebagai "Tongkonan," adalah rumah adat tradisional yang berasal dari
masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara, Indonesia. Rumah ini memiliki sejarah yang
panjang dan mencerminkan budaya dan kearifan lokal masyarakat Minahasa. Berikut
adalah gambaran singkat tentang sejarah rumah Minahasa:
1. Asal Usul dan Pengaruh Budaya: Rumah Minahasa, atau Tongkonan, telah ada
dalam budaya Minahasa selama berabad-abad. Rumah ini memiliki karakteristik
arsitektur yang unik yang mencerminkan kearifan lokal dan pengaruh budaya
setempat. Arsitektur rumah ini dipengaruhi oleh kondisi geografis Sulawesi Utara
yang berbukit-bukit dan medan yang beragam.
2. Konstruksi Kayu: Rumah Minahasa dibangun dengan menggunakan kayu-kayuan
lokal yang kuat, seperti kayu ulin dan kayu meranti. Konstruksi rumah ini dirancang
untuk menghadapi berbagai tantangan lingkungan, termasuk banjir dan gempa
bumi.
3. Atap Bertingkat: Salah satu ciri khas rumah Minahasa adalah atapnya yang
bertingkat, yang sering kali terbuat dari bahan alamiah seperti daun rumbia atau
ijuk. Atap ini memiliki bentuk melengkung yang khas dan sering disebut sebagai
"atap kalabia."
4. Ukiran Kayu dan Motif Khas: Rumah Minahasa sering dihiasi dengan ukiran-ukiran
kayu yang rumit dan motif-motif tradisional Minahasa. Motif-motif ini mencerminkan
budaya, kepercayaan, dan alam sekitar masyarakat Minahasa.
5. Fungsi Sosial dan Budaya: Rumah Minahasa bukan hanya tempat tinggal, tetapi
juga merupakan pusat kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Rumah ini sering
digunakan untuk upacara adat, pertemuan komunitas, perayaan budaya, dan
sebagai tempat penyimpanan perlengkapan adat.
6. Keberlanjutan Budaya: Meskipun beberapa rumah Minahasa telah mengalami
modernisasi dengan penambahan fasilitas-fasilitas modern seperti listrik dan air
mengalir, banyak masyarakat di Minahasa yang masih mempertahankan tradisi
dan budaya dengan mempertahankan rumah Minahasa sebagai bagian dari
warisan budaya mereka.
Rumah Minahasa adalah simbol penting dari identitas dan budaya masyarakat
Minahasa di Sulawesi Utara. Rumah adat ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang
populer di wilayah tersebut dan membantu dalam melestarikan tradisi dan nilai-nilai
budaya masyarakat Minahasa.
BAB 3
PEN UTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya, rumah adat Indonesia, termasuk rumah adat panggung seperti rumah
lamin suku Dayak dan rumah Minahasa, merupakan bagian integral dari keberagaman
budaya, agama, dan etnis di Indonesia. Rumah adat ini mencerminkan pluralisme budaya
yang kaya di seluruh kepulauan Indonesia, serta berperan dalam menjaga tradisi dan nilai-
nilai budaya setempat. Dalam menghadapi perkembangan zaman, upaya pelestarian
budaya rumah adat tetap menjadi fokus, menunjukkan komitmen terhadap pluralisme
budaya yang ada di Indonesia. Rumah adat bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi
juga sebagai simbol identitas budaya yang beragam di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.wisatapedia.net/index.php/telusur/kalimantan-timur/komponenbudaya/lamin
Soemarwoto, Otto. (1992). "Peran Etnis Tionghoa dalam Pembangunan Ekonomi
Indonesia" dalam "Bunga Rampai Etnis Tionghoa di Indonesia." Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Abdullah, Taufik. (1986). "Indonesia: Towards Constitutional Democracy." Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Subagya, Rachmat. (2005). "Rumah Adat Dayak sebagai Ekspresi Kearifan Lokal" dalam
"Warisan Budaya Tak Benda di Indonesia." Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Suparlan, Parsudi. (2006). "Rumah Minahasa: Kajian Arkeologi Struktural dan Budaya."
Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai