Oleh:
Nama Mhs. : Nabila Mega Ardarina
NIM : 20100005
Pembimbing
Ir. Adibowo, MT
Berikut beberapa Indikasi kearifan tradisional Suku Minangkabau dalam ‘meramu bahan‘
bangunan rumah gadang dan alasan ilmiahnya :
1. Kayu yang dipilih tidak boleh ada tanaman merambat yang melilit pohonnya.
Menurut kepercayaan kalau kayu dijadikan bahan bangunan, maka penghuni akan
dililit hutang. Alasan ilmiahnya adalah Tumbuhan merambat diistilahkan dengan
liana. Pohon yang dijadikan sebagai tempat merambat liana akan mengalami
kemunduran kualitas kayu karena liana akan mengambil bahan makanan dari kulit
pohon sehingga nutrisi pohon menjadi tidak penuh. Tidak hanya mengambil nutrisi
makanan, ada juga liana yang dapat membunuh pohon. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan kayu berkualitas baik untuk bangunan rumah gadang tidak diambil dari
pohon yang dililit oleh tanaman merambat.
2. Pohon yang dipilih tidak boleh dalam keadaan bersemi atau berbunga. Alasan
ilmiahnya adalah Pada saat bersemi atau berbunga, kadar pati dalam pohon tinggi
sehingga rentan terhadap serangan. Pada saat bersemi atau berbunga, pohon dalam
keadaan muda dengan ketersediaan air yang banyak dan proses fotosintesis sedang
berlangsung.
3. Sebelum pohon ditebang, pohon tersebut dipukul dengan palu kayu sebanyak tiga
kali, ditunggu beberapa saat. Alasan ilmiahnya adalah Mengetok-ngetok kayu
merupakan sarana untuk mengetahui rongga dalam kayu. Palu kayu digunakan
karena memberikan resonansi suara yang berbeda. Daun yang menempel pada
ranting memiliki tingkat kelengketan yang berbeda. Di pucuk daun kelengketannya
semakin tinggi dibandingkan pada bagian pangkal. Defisiensi nutrisi dimulai dari
menggugurkan daun, sehingga daun muda atau pucuk pohon yang jatuh
menunjukkan kemuduran kualitas kayu. Binatang umumnya hidup di pohon yang
berongga. Kalau yang jatuh binatang mengindikasikan kalau terdapat rongga di dalam
pohon, sehingga pohon tersebut bukan merupakan pohon berkualitas baik untuk
bahan bangunan.
Adakah karya arsitektur baru/ saat ini disana yang menurut saudara mengikuti kearifan lokal di
daerah tersebut? (berilah contoh gambar dan penjelasannya)
Masjid Raya Sumatera Barat
(Sumbar) telah menjadi ikon baru di
daerah Minangkabau. Masjid yang
berada di jantung kota Padang ini
berada di Jalan Khatib Sulaiman,
Kecamatan Padang Utara, Kota Padang,
Sumatera Barat.
Berada di jantung kota Padang,
Masid Raya Sumbar ini menjadi ikon
baru di daerah Minangkabau. Arsitektur
masjid ini kental dengan kearifan lokal Minangkabau, dengan bentuknya yang
menyerupai rumah gadang tanpa penyangga atau tiang di dalam masjid.
Masjid Raya Sumatera Barat selain atapnya yang mirip rumah gadang, juga memiliki
corak ukiran Minangkabau di dinding-dindingnya.
Ruang utama masjid ini dipenuhi interior ukiran Minang dan kaligrafi. Bagian Mihrobnya
seperti hajar aswad dan terdapat ukiran asmaul husna berwarna emas.
Meski berbentuk seperti gonjong Rumah Gadang, namun sebenarnya atap masjid ini
mencerminkan 4 sudut kain yang digunakan 4 khalifah untuk memindahkan batu Hajar
Aswad. Atap gonjong pada masjid ini juga merupakan akulturasi antara budaya Islam dan
Minangkabau.
Secara keseluruhan bangunan masjid dirancang dengan memadukan aspek tradisional
masyarakat setempat dan kebudayaan Islam dengan konsep modern. Hal ini sejalan
dengan falsafah adat masyarakat Minangkabau yaitu “Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi
Kitabullah”. Falsafah ini berarti adat dan agama adalah dua hal yang senantiasa berjalan
beriringan.