1. Dekke Na Niura
2. Arsik
Sekilas terlihat mirip dengan na niura tapi ini berbeda,
berbahan utama ikan mas juga dan ditambah bumbu khas
daerah tapanuli. Perbedaan arsik ini dengan na niura
terletak pada proses pembuatannya, setelah ikan
dicampur dengan bumbu lain kemudian dimasak dengan
sedikit minyak dan air kemudian ditunggu sampai air
mengering dan bumbu meresap baru kemudian bisa
disantap.
3. Dali Ni Horbo
4. Manuk Napinadar
5. Saksang
3. Tarian Sigale-Gale
Sigale-gale adalah boneka kayu menyerupai manusia,
dan biasanya patung ini berada di rumah adat Batak Desa
Tomok. Boneka ini digerakkan oleh manusia yang
berada di belakang patung Sigale-gale. Menurut legenda
masyarakat suku Batak, Sigale-gale adalah putra tunggal
kesayangan dari raja Rahat. Namun Sigale-gale
meninggal karena sakit. Raja merasa sangat kehilangan
anaknya, kemudian demi mengobati kesedihan raja,
maka dibuatlah sebuah boneka kayu yang menyerupai
Sigale-gale.
4. Mangongkal Holi
Mangongkal Holi adalah salah satu tradisi Batak yang
masih dilestarikan oleh sebagian etnis Batak sampai saat
ini. “Mangongkal” dalam bahasa Indonesia artinya
menggali, sedangkan “Holi” artinya tulang, sehingga
mangongkal holi adalah menggali tulang – dalam hal ini
menggali kuburan manusia untuk memindahkan tulang
orang yang sudah lama meninggal dunia ke kuburan
baru. Menurut kepercayaan, orang yang telah meninggal
dunia, maka bukanlah “tiada” melainkan mereka menuju
ke proses yang sempurna di alam keabadian dan
berkumpul dengan arwah satu keluarga. Sehingga
dengan adanya kepercayaan yang telah turun temurun,
maka etnis Batak pun melakukan prosesi upacara
Mangongkal Holi. Seringkali, Mangongkal Holi, bukan
hanya sekeda memindahkan ke kuburan yang baru, tetapi
membuat “Tugu Marga”.
Tarian Daerah Sumatera Utara
1. Tari Adat Souan
Tari ini berasal dari daerah Tapanuli Utara. Tari ini
merupakan tari ritual, dahulunya tari ini dibawakan oleh
dukun sambil membawa cawan berisi sesajen yang
Sebagai media penyembuhan penyakit bagi masyarakat
Tapanuli Utara.
3. Piso Karo
Senjata tradisional Sumatera Utara lainnya yang juga
memiliki nilai sejarah yang tinggi adalah piso karo.
Menurut sejarah senjata ini sudah ada sejak abad ke 19.
Tidak hanya itu, panjang piso karo juga bervariasi mulai
dari 31-5 cm. Selain memiliki sejarah yang panjang, ada
keunikan lain yang ada di senjata ini. Keunikan yang
paling mencolok adalah dari sarung piso karo sendiri.
Dimana sarung senjata ini ditutupi dengan perak dan
suasana yang membuat nilai estetikanya semakin terlihat
menarik.
4. Piso Toba
Piso toba juga termasuk senjata tradisional dari Sumatera
Utara yang masih ada hingga sekarang. Hal Ini
dikarenakan benda tersebut juga memiliki nilai sejarah
yang tinggi. Tidak heran jika piso toba juga sangat dijaga
keberadaannya. Menurut sejarah piso toba dibuat pada
abad ke 19. Tidak hanya itu bahan untuk membuatnya pun
terdiri dari 3 jenis yaitu kayu, kuningan, dan besi. Dan
untuk keamanan serta keutuhan bentuknya, piso toba
disimpan dalam sebuah museum di Sumatera Utara.
Lagu Daerah Sumatera Utara
1. Sinanggar Tulo
Berasal dari Tapanuli, lagu Batak ini termasuk salah satu lagu populer yang juga kerap
dinyanyikan tidak hanya oleh suku Batak saja, namun juag dinyanyikan dari suku lain.
Makna lagu Sinanggar Tulo menggambarkan keluh kesah seorang perjaka yang harus
menuruti perintah ibunya, sang wanita yang melahirkannya menginginkan putranya
mendapatkan kekasih dari keturunan Marga Tobing dan juga merupakan pariban. Artinya
marga dari sang ibu harus sama dengan marga sang calon kekasih dari sang perjaka.
2. Ketabo
Salah satu lagu daerah terkenal dari Sumatera Utara yaitu berjudul “Ketabo”. Ketabo
dalam bahasa Indonesia berati “marilah.” Lagu Mandailing ini diciptakan oleh Nahum
Situmorang. Lagu Ketabo menceritakan tentang Kota Sidempuan. Ajakan untuk datang ke
Sidempuan. Dalam liriknya, disebutkan bahwa di Sidempuan sedang musim salak. Kita
ketahui bersama bahwa Kota Padang Sidempuan dijuluki sebagai “Kota Salak”. Kota ini
dikelilingi oleh perkebunan salak terutama di kaki Gunung Lubukraya. Tak hanya daya
tariknya dengan buah salak. Lirik Ketabo menceritakan bahwa ketika musim Salak tiba,
banyak gadis-gadis yang berjualan. Gadis-gadis itu semuanya cantik-cantik. Jika
pelancong datang ke Sidempuan, dan terpincut gadis Sidempuan, berkenalanlah lebih
lanjut agar benar-benar saling mengenal. Siapa tahu bisa Markusip. Dalam istilah
Mandailing, Markusip berarti memadu kasih. Markusip ini berarti berkunjungnya seorang
pria ke rumah seorang perempuan.
3. Lisoi
Lisoi merupakan sebuah lagu yang menggambarkan kebiasaan orang Batak. Lagu yang
kembali dipopulerkan oleh Band Seringai ini menggambarkan bagaimana tradisi orang
Batak di berbagai daerah. Tradisi yang terdapat dalam lagu ini adalah kebiasaan orang
Batak minum tuak. Tuak sendiri merupakan salah satu minuman beralkohol asli Indonesia.
Kebiasaan ini merupakan bagian dari adat turun-menurun suku Batak.
4. Butet
Tak hanya orang dari suku Batak saja, lagu ini bahkan sudah familiar bagi banyak orang
diluar suku Batak. Lagu BUTET ini adalah lagu yang mengalun dengan tempo pelan dan
mendayu ini memang telah melegenda. Bagi anda yang belum tahu, Butet merupakan
nama panggilan yang diberikan kepada seorang Bayi Perempuan yang belum diberi Nama
secara “resmi”. Untuk bayi laki-laki dipanggil dengan sebutan “Ucok”. Lagu Butet
merupakan salah satu Lagu Wajib Nasional, yang masuk dalam Kategori Lagu
Perjuangan.