Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

Nama: Aryus Ajruna Azifah


NIM : 211501053

Mata Kuliah: Interior nusantara


Dosen: Dr. Hj. Sunarmi, M.Hum

Materi: Tipologi dan Morfologi Elemen Interior Rumah Tradisional Jawa


1. Jelaskan kondisi sosial budaya yang melatari (meliputi: mata pencaharian, religi,
kemasyarakatan, dan kesenian) rumah tradisi Jawa.

Rumah tradisional Jawa dilatarbelakangi oleh kondisi sosial budaya masyarakat Jawa yaitu:
a. Mata Pencaharian
1) Petani
Secara tradisional, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Pertanian sangat umum
karena tanah vulkanik yang subur di Jawa. Komoditas pertanian terpenting adalah beras.
Pada tahun 1997, diperkirakan bahwa Jawa menghasilkan 55% dari total hasil panen
Indonesia.
2) Pedagang-Pelaut
Pada zaman kuno, orang Jawa unggul dalam menjelajahi lautan dan berdagang. Ini
karena tidak semua komoditas dan barang kebutuhan dapat ditemukan di Pulau Jawa,
dan perdagangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para pedagang dan
pelaut Jawa sudah sering melakukan pelayaran di lautan antara India dan Tiongkok pada
awal abad ke-1.
3) Pembuat Kapal
Orang Jawa dikenal memproduksi kapal besar yang disebut jong. Kapal-kapal ini telah
melintasi lautan antara India dan Tiongkok pada awal abad ke-1, membawa hingga 1000
orang bersama 250–1000 ton kargo. Jong dibangun terutama di dua pusat pembuatan
kapal utama di sekitar Jawa: Di pantai utara Jawa, di sekitar Cirebon dan Rembang-
Demak (di selat Muria yang memisahkan gunung Muria dengan pulau Jawa), dan juga di
pesisir Selatan Kalimantan, terutama di Banjarmasin dan pulau-pulau sekitarnya.
4) Pandai Besi
Pandai besi Jawa menciptakan berbagai alat dan peralatan pertanian, dan juga barang-
barang budaya seperti instrumen gamelan dan keris.
5) Pembuat Batik
Batik tradisional dibuat oleh perempuan sebagai hobi, tetapi beberapa kota dan desa
memiliki spesialisasi dalam pembuatan batik, seperti Pekalongan, Kauman, Kampung
Taman, dan Laweyan.
6) Pengukir Kayu
Seni ukir kayu Jawa secara tradisional diterapkan pada berbagai atribut budaya seperti
patung, boneka (wayang), dan topeng. Ukiran kayu juga menonjol sebagai ornamen dan
detail rumah. Omah Kudus yang diukir dengan rumit adalah contoh bagus penguasaan
ukiran kayu Jawa. Kota Jepara Jawa Tengah terkenal sebagai pusat lokakarya ukiran kayu
Jawa, di mana para seniman dan tukang kayu secara khusus mengolah kayu jati Jawa.
b. Religi
Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam (sekitar 97%). Masyarakat Muslim Jawa
umumnya dikategorikan ke dalam dua kultur, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum
santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum
abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih
terpengaruh Kejawen yang kuat. Orang Jawa juga ada yang menganut
agama Kristen (sekitar 2,5%), baik Protestan maupun Katolik. Sekitar 1% orang Jawa
lainnya juga menganut agama Hindu, Buddha, maupun kepercayaan suku Jawa yang
disebut sebagai Kejawen. Kantong masyarakat Jawa Hindu masih ditemukan seperti di
kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, sedangkan kantong masyarakat Jawa
Buddha dapat ditemukan di kawasan sekitar Candi Borobudur.
c. Kemasyarakatan
Suyanto (1990) dalam bukunya yang berjudul Pandangan Hidup Jawa menerangkan,
bahwa karakteristik budaya Jawa adalah religious, non-doktriner, toleran, akomodatif,
dan optimistic. Karakteristik budaya Jawa ini melahirkan sifat kecenderungan yang khas
bagi masyarakat Jawa seperti: percaya pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sangkan
Paraning Dumadi dengan segala sifat dan kebesaran-Nya, bercorak idealistis (percaya
kepada sesuatu yang bersifat immaterial-bukan kebendaan dan hal-hal yang bersifat
adikodrati-supernatural serta cenderung ke arah mistik, lebih mengutamakan hakikat
daripada segi-segi formal dan ritual, mengutamakan cinta kasih sebagai landasan pokok
hubungan antar manusia, percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasarah,
bersifat konvergen dan universal, momot dan non-sektarian, cenderung pada
simbolisme, cenderung pada gotong royong, rukun, damai, dan kurang kompetitif
karena kurang mengutamakan materi.
d. Kesenian
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama
Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian
besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India,
pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk
ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan yang juga dijumpai di Bali memegang
peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.
2. Identifikasi jenis dan bentuk elemen interior berikut makna simbolik pada masing-masing rumah
tradisional Jawa, Sajikan dengan gambar dan penjelasan. Objek dapat anda temukan pada buku
atau fakta di lapangan/artefak yang masih sampai sekarang.

Rumah tradisional Jawa dikelompokkan sesuai status sosial pemiliknya mulai dari ningrat hingga
rakyat biasa. Bentuk rumahnya berjenjang tingkatannya mulai dari joglo hingga kampung.
Kategori ini berpengaruh pada pola tata ruang dan tata elemen arsitektural yang menyampaikan
peran dan simbol tertentu. Dalam hal ini, lingkup fungsi bangunannya adalah rumah tinggal.
Tipologi arsitektur Jawa diklasifikasi terutama dalam karakter atap dan pembagian ruang.
Bentuk bangunan terbagi dalam susunan mulai dari tingkatan yang tertinggi yaitu tajug (masjid),
joglo (golongan ningrat), limasan (golongan menengah), kampung (rakyat biasa), dan panggang
pe (rakyat biasa).
Rumah-rumah tersebut memiliki jenis atap yang berbeda untuk menunjukkan kedudukan sosial
dan ekonomi pemilik rumah:
a. Joglo
Jenis atap ini secara tradisional merupakan tempat kediaman keluarga bangsawan. Saat
ini pemiliknya tidak lagi terbatas pada keluarga bangsawan, tapi siapa saja yang memiliki
cukup dana untuk membangunnya. Sebab, untuk membangun rumah joglo dibutuhkan
bahan bangunan yang lebih banyak dan lebih mahal.
Selain itu, jika rumah joglo terjadi kerusakan, proses perbaikan tidak boleh mengubah
bentuk semula. Orang Jawa percaya, melanggar aturan ini akan menimbulkan pengaruh
yang kurang baik pada penghuni rumah.
Atap utama lebih curam, sementara bubungan atap tidak sepanjang rumah limasan.
Empat tiang utama mendukung atap yang di atasnya terdapat susunan khas berupa
tiang-tiang berlapis yang diartikan sebagai tumpang sari.
Beberapa jenis bentuk dan contoh atap joglo:
b. Limasan
Limasan merupakan rumah keluarga Jawa yang berkedudukan lebih tinggi. Jenis rumah
ini memiliki struktur atap yang rumit. Denah dasar empat tiang rumah diperluas dengan
menambah sepasang tiang di salah satu ujung atap.
Kaso yang menyusur dari ujung tiang bubungan hingga tiang luar mengubah atap pelana
datar menjadi atap pinggul dengan bagian trapezoidal membujur dengan lima bubungan
atap.
Beberapa jenis bentuk atap limasan:
c. Panggang Pe
Panggang artinya dipanaskan, Epe artinya dijemur. Rumah ini biasanya digunakan untuk
menjemur barang – barang ladang seperti daun teh, pati, ketela pohon, dsb. Sedangkan
menurut istilah Rumah Panggang-Pe adalah rumah yang berdenah persegi panjang
dengan atap yang terdiri dari satu sisi atap miring serta dengan bentuk sederhana.
Rumah model ini sering pula digunakan untuk warung, pasar untuk berjualan ( bango ),
gubuk kecil ditengah sawah, gudang, dan sebagainya. Jenis bangunan ini sangat mudah
dibuat dan ringan sehingga bila rusak sangat mudah untuk diperbaiki. Jenis rumah ini
umurnya jauh lebih tua dibandingkan dengan Rumah Kampung.
Contoh bentuk atap panggang pe:

d. Kampung
Kampung berarti desa. Rumah bentuk ini banyak di miliki oleh orang desa. Pada masa lalu
rumah bentuk kampung merupakan tempat tinggal yang paling banyak ditemukan. Sehingga
ada sebagaian masyarakat yang berpendapat bahwa rumah kampung sebagian besar
dimiliki oleh orang-orang desa yang kemampuan finansial/ ekonominya berada di bawah.
Contoh bentuk atap kampung:
e. Tajug
Merupakan rumah yang berbentuk bujur sangkar, tanpa bubungan dan bentuknya
runcing. Dari sekian banyak bentuk rumah jawa, bentuk rumah tajug paling banyak di
gunakan dan bentuk aslinya masih di pertahankan. Rumah tajug paling banyak di
gunakan sebagai Masjid dan Makam, meskipun ada juga yang menggunakan model ini
untuk rumah tinggal.
Contoh bentuk atap tajug:

Selain atap ada bagian-bagian penting lainnya dalam rumah adat jawa seperti, dinding, pintu, jendela
beserta hiasan-hiasannya.

a. Dinding
Terdapat enam jenis dinding pada rumah tradisional Jawa:
1) Bleketepe: terbuat dari daun kelapa
2) Alang-alang: terbuat dari tanaman ilalang

3) Daun nipah

4) Gedheg: terbuat dari bamboo

5) Gebyong: terbuat dari kayu jati


6) Kotangan: kombinasi antara dinding kayu dengan dinding bata atau antara dinding
anyaman bambo dengan dinding bata.

b. Pintu
Terdapat dua jenis pintu dalam rumah tradisional Jawa:
1) Pintu kayu
 Ineb siji

 Kupu tarung

2) Pintu bamboo
 Slorogan
c. Hiasan pintu

NAMA WUJUD LETAK ARTI


1. Garuda Burung garuda. Bubungan, tebeng Pemberantas
Denganwarna (papandatar di kejahatan
emas. atas pintu,
jendela)senthong
tengah dan
patang aring, dan
gerbang.

2. Anak panah Anak panah yang Tebeng pintu Sebagai ventilasi,


menujuke satu titik (sebelah atas dela- pan senjata
dalam bidang pintu), tebeng dari 8 arah mata
segiempat jendela angin dapat
sebagaipenolak
bala.

3. Kaligrafi Huruf Rangka, Nabi Muhammad


arab,destilisasi, dadapeksi, S.A.W.,Tuhan
dirangkum, dan patangaring, YME, mohon
kata Jawa tebeng pintu, berkat
tiang
*perhatikan
lafaldznya

Anda mungkin juga menyukai