Anda di halaman 1dari 23

Rumah Adat Jawa Tengah

Rumah Adat Jawa – Sebagai warga


negara Indonesia kita memang sudah
sepatutnya bersyukur akan kekayaan yang
kita miliki. Tidak hanya kaya akan sumber
daya alamnya, kekayaan budaya Indonesia
memang sudah tidak diragukan lagi dan
sudah di akui dunia.Salah satu bentuk
kekayaan Budaya Indonesia adalah rumah
adat.

Setiap daerah memiliki rumah adatnya


masing-masing. Rumah adat jawa dengan
ciri khasnya sangat menarik untuk
dipelajari. Rumah adat jawa pada umumnya merupakan rumah yang didirikan oleh
masyarakat yang tinggal di daerah jawa tengah dan jawa timur.

Arsitektur rumah adat jawa memiliki aturan hierarki yang dominan seperti yang
tercermin pada bentuk atap rumah. Masing-masing rumah adat jawa memiliki tata
letak yang sama, tetapi bentuk atap ditentukan oleh status sosial dan ekonomi dari
pemilik rumah. Proses pembuatan rumah adat jawa juga tidak sembarangan. Harus
ada di-peteng (di perhitungkan) terlebih dahulu sebelum membangun rumah.

Letak,arah ,bentuk kerangka, posisi pintu, ukuran dari bangunan harus diperhitungkan
terlebih dahulu. Dalam perkembangannya, bentuk rumah adat jawa dipengaruhi oleh
kemajuan zaman.Berdasarkan tinjauan terhadap perubahan atapnya, rumah adat
jawa dibedakan menjadi lima macam, yaitu bentuk rumah Panggangpe, Joglo,
Limasan, Tajug dan Kampung.

1. Rumah Joglo
Umumnya rumah Joglo merupakan
rumah adat yang dibangun oleh
masyarakat yang tinggal di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Keunikan bentuk rumah Joglo terletak
pada bentuk atap ruang yang tinggi
dan disangga oleh empat tiang yang
disebut “soko guru”.

Bentuk dan ukuran rumah Joglo


memang terlihat lebih besar
dibandingkan dengan rumah adat
jawa yang lain. Nama Joglo diambil
berdasarkan bentuk atapnya yang
berbentuk Joglo. Rumah Joglo merupakan bangunan yang paling populer di antara
rumah adat jawa yang lain.
Rumah Joglo umumnya dimiliki oleh masyarakat kalangan menengah keatas, baik itu
bangsawan atau priayi. Hal ini dapat dengan mudah dipahami mengingat untuk
membangun rumah Joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan
lahan yang lebih luas.Fakta inilah yang mungkin mempengaruhi mitos masyarakat
jawa bahwa rakyat jelata tidak pantas untuk mendirikan rumah Joglo.

Bentuk atapnya yang rumit menjadi ciri khas rumah Joglo. Bentuk atap Joglo sering
dikaitkan dengan tempat tinggal kaum bangsawan. Namun, saat ini kepemilikan
rumah Joglo sudah tidak terbatas, masyarakat bebas membangunnya sesuai
kebutuhan dan kenyamanan pemiliknya. Rumah adat jawa idealnya memiliki 3 bagian
utama yaitu Omah, Pendapa, dan Peringgitan, akan tetapi ada 2 tambahan seperti
dalem dan senthong. Berikut ulasannya:

a. Pendopo
Pendopo atau paviliun merupakan bangunan yang terletak di depan kompleks.
Bangunan ini dipergunakan untuk menyambut tamu, pagelaran adat atau kegiatan
sosial lainnya.Pendopo menggunakan atap Joglo dan hanya dimiliki oleh orang kaya
saja.

b. Peringgitan
Peringgitan merupakan bangunan yang menghubungkan Pendopo dengan Omah.
Bagian ruang peringgitan digunakan sebagai tempat ringgit yang artinya wayang atau
bermain wayang.Peringgitan memiliki bentuk atap kampung atau limasan.

c. Omah
Omah merupakan bagian utama kompleks. Kata omah berasal dari kata Astro
indonesia yang berarti rumah. Omah merupakan bangunan persegi yang
menggunakan atap Joglo atau limasan dengan lantai yang ditinggikan.

d. Dalem
Dalem merupakan bangunan tertutup yang bagi menjadi beberapa bagian. Pada
rumah kampung atau limas Dalem digunakan untuk membedakan antara bagian
depan da bagian belakang. Namun pada rumah joglo terdapat pembagian yang rumit
antara depan,tengah dan belakang.

e. Senthong
Senthong merupakan bagian belakang Omah yang terdiri dari 3 ruangan tertutup.
Bagian barat Senthong digunakan untuk menyimpan beras atau hasil panen lainnya.
Sementara bagian timur digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan pertanian.
Bagian tengah sering digunakan sebagai tempat tidur pasangan baru.
2. Rumah Kampung
Bentuk rumah kampung merupakan
bangunan persegi panjang, bertiang
dengan dua buah atap persegi
panjang pada sisi samping atas ditutup
dengan tutup keyong. Atap rumah
kampung diidentikkan dengan
pemiliknya yang merupakan rakyat
biasa. Secara struktural, bentuk atap
rumah kampung merupakan bentuk yang
paling sederhana. Pada rumah Kampung
terdapat empat tiang tengah dan dua
lapis tiang pengikat yang berfungsi
sebagai tempat bersandar atap puncak rumah. Rumah ini dimiliki oleh kebanyakan
masyarakat yang tinggal di pedesaan. Dahulunya bentuk rumah kampung merupakan
rumah yang paling banyak ditemukan. Sehingga ada anggapan bahwa rumah
kampung merupakan bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi rendah.

3. Rumah Limasan
Limasan adalah salah satu jenis arsitektur
tradisional Jawa. Rumah tradisional ini
telah ada sejak zaman nenek moyang
orang Jawa. Hal ini terbukti dengan adanya
relief yang menggambarkan
keadaannya.Dalam membangun rumah
Limasan juga tidak asal membangun.
Rumah Limasan memiliki falsafah yang
sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural.

Limasan merupakan rumah keluarga jawa


yang berkedudukan lebih tinggi dan
memiliki struktur yang lebih rumit dari pada rumah Kampung. Denah dasar tiang
rumah diperluas dengan menambah sepasang tiang di salah satu ujung atapnya.

Bangunan rumah Limasan dicirikan dengan pemakaian konstruksi atap yang kokoh
dan berbentuk lengkungan-lengkungan yang terpisah pada satu ruang dengan ruang
lainnya. Sebuah rumah limasan terbangun dari empat tiang utama.

Dinamakan Limasan, karena jenis rumah adat jawa satu ini memiliki denah empat
persegi panjang atau berbentuk limas. Rumah ini terdiri dari empat buah atap, dua
buah atap bernama kejen atau cocor serta dua buah atap yang disebut bronjong yang
berbentuk jajar genjang sama kaki.

Bentuk kejen adalah segitiga sama kaki seperti atap keyong dan memiliki fungsi
masing-masin. Setelah mengalami pengembangan, terdapat penambahan atap
emper pada sisi-sisinya tersebut.
4. Rumah Panggangpe
Rumah Panggangpe merupakan bentuk yang
paling sederhana. Panggangpe adalah bentuk
bangunan dasar juga merupakan bangunan
pertama yang dipakai orang untuk berlindung dari
gangguan angin,hujan,dingin ada panas matahari.
Bangunan rumah Panggangpe yang sederhana
mempunyai bentuk pokok berupa tiang atau “saka”
berjumlah 4 atau 6 buah. Pada bagian sisi
sekelilingnya diberi dinding yang hanya berfungsi
sebagai pelindung dari hawa lingkungan
sekitar.Bangunan hanya dengan atap sebelah sisi saja, biasanya panggangpe ini
digunakan sebagai warung, pos jaga atau pos kamling.

5. Rumah Tajug

Bentuk rumah Tajug merupakan rumah


adat jawa yang difungsikan sebagai
rumah ibadah.Keunikan rumah Tajug
terdapat pada langgar tanpa penanggap
(bertemu-beradu).Denah rumah ini
berbentuk bujur sangkar dan masih
dipertahankan dari bentuk aslinya hingga
saat ini.

Tajug atau Masjid merupakan bangunan


dengan bentuk atap berupa piramidal.
Dalunya bentuk Tajug ini hanya berupa “Punden/Cungkup” yang artinya tempa
memudhi atau memuja para arwah leluhur.

Rumah Tajug adalah bentuk masjid khas masyarakat Jawa dan berbeda dengan
bentuk masjid pada umumnya yang memiliki kubah. Desain tersebut merupakan hasil
kolaborasi lingkungan, tradisi dan budaya masyarakat setempat.Secara umum Tajug
memiliki bentuk yang sama dengan Joglo yaitu dengan denah ruangan bujur sangkar
serta beratap brunjung yang tinggi menjulang serta berciri khas memiliki konstruksi
“Tumpang Sari”.

Yang membedakan Rumah Tajug dengan Joglo adalah atap brunjung pada dua
sisinya berbentuk trapesium sedangkan pada Tajug keempat sisi atap Brunjungnya
berbentuk segitiga dan lancip. Bentuk tersebut melambangkan keabadian dan
keesaan Tuhan.

Manusia modern boleh saja memiliki arsitektur modern. Namun, warisan arsitektur
dari nenek moyang kita tetap harus kita jaga. Rumah adat jawa adalah karya arsitektur
yang luar biasa, penuh perhitungan dalam proses pembangunannya. Sangat cocok
bagi wilayah tropis, sehingga tidak jarang banyak manusia modern yang membangun
rumah adat jawa yang sedikit di modernisasi untuk kepentingan kenyamanan.
Pakaian Adat Jawa Tengah
Pakaian Adat Jawa Tengah – Di era globalisasi ini banyak sekali orang Indonesia
yang mulai lupa dengan ciri khasnya sendiri. Dari tingkah laku, tutur kata hingga
pakaian adatnya. Saat ini banyak masyarakat Jawa Tengah yang mulai melupakan
pakaian adat Jawa Tengah.

Pakaian adat Jawa tengah memiliki berbagai macam jenis dan juga bahan yang
beranekaragam. Sebagai warga yang baik, tentu kita tidak akan meninggalkan adat
berpakaian yang sudah menjadi khas bangsa kita.

Jangan sekali kali kita melupakan pakaian adat peninggalan dari nenek moyang dulu
yang dipakai untuk aktivitas setiap harinya. Seperti pakaian batik, merupakan ikon
tersendiri yang selalu dikenakan orang jawa khususnya Jawa Tengah.

Kita sebagai masyarakat yang baik harus menjaga kekayaan yang kita miliki tersebut.
Pakaian adat Jawa Tengah ada banyak sekali macamnya. Berikut akan dijelaskan
satu persatu.

Macam-Macam Pakaian Adat Yang Ada Di Jawa Tengah


Pakaian adat Jawa Tengah perlu dikenalkan pada masyarakat khususnya golongan
muda. Jangan sampai karena banyaknya produk pakaian asing yang masuk sehingga
generasi kita melupakan pakaian adat.

1. Batik
Mungkin pakaian batik sudah tidak asing lagi
di telinga kita, bahkan masyarakat luas sudah
mengenal dengan nama pakaian adat ini
sampai batik dikampanyekan di kancah luar
negeri dengan asli budaya pakaian Indonesia.
Pada tanggal 2 Oktober dari Sabang sampai
Merauke diharuskan mengenakan batik saat
bekerja, sekolah, ataupun melakukan kegiatan
lainnya.

Batik yang menjadi ikon negara Indonesia dan sorotan negara asing merupakan asli
pakaian adat Jawa Tengah. Bahkan Unesco sudah menentukan bahwa batik
merupakan warisan budaya Indonesia.

Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai warga Jawa Tengah. Pasalnya orang
akan mengenal kita dengan ciri dari adat kita yaitu berpakaian batik.

2. Jarik
Pakaian adat Jawa Tengah yang kedua yaitu jarik.
Jarik merupakan sebuah kain yang bermotifkan batik
dengan berbagai corak. Jarik sendiri mempunyai
filosofi tersendiri yaitu sebuah tingkatan dalam hidup.
Batik dulunya dipakai untuk beraktivitas sehari hari
oleh kaum wanita baik muda maupun tua. Kita sebagai
kaum jawa alangkah baiknya menjaga warisan nenek
moyang ini dengan baik. Meskipun wanita kini cenderung mengenakan celana, tidak
ada salahnya jika sesekali mengenakan jarik untuk beraktivitas misalkan kondangan
dan lainnya.

3. Surjan
Surjan adalah pakaian atasan resmi adat jawa yang
diperuntukkan untuk kaum pria. Bentuk surjan hampir
seperti jas yang dulunya didesain oleh bangsa
Belanda. Untuk letak kantong kancing surjan berbeda
dengan pakaian atau jas sekarang yaitu berada disamping.

Pakaian adat surjan saat ini sudah sangat langka. Surjan ini
biasanya untuk sekarang digunakan untuk resepsi
pernikahan di Jawa Tengah. Bahkan yang masih mengenakan sehari hari biasanya
para abdi kerajaan. Sangat disayangkan pakaian adat yang benar benar peninggalan
nenek moyang kini semakin dilupakan.

4. Keris
Keris memang bukan untuk dipakai dan bukan menjadi pakaian adat. Tapi jangan
salah, keris merupakan pelengkap utama pakaian surjan. Serasa ada yang kurang
jika mengenakan surjan tanpa ada hiasan keris di punggungnya. Keris disini bukan
merupakan keris yang asli dan tajam. Hanya sepotong kayu yang diukir menyerupai
keris sungguhan dan dikemas dengan tempat keris sungguhan. Sungguh unik dan
langka sekali adat dari masyarakat jawa ini.

5. Kebaya
Pakaian adat yang berada di Jawa Tengah
selanjutnya adalah kebaya. Kebaya merupakan
pakaian khas asli Jawa Tengah yang bahannya tipis
jika dipakai seringkali kelihatan kulitnya. Kebaya
sendiri merupakan busana khusus wanita.

Biasanya seorang wanita mengenakan kebaya


dipakai saat menghadiri pesta pernikahan atupun
menghadiri adat lainya. Kebaya seringkali dipakai bersamaan dengan jarik. Karena
yang cocok dipakai bersamaan jarik adalah kebaya sendiri.

6. Jawi Lengkap
Sebaliknya dengan kebaya, pakaian adat khas
Jawa Tengah ini dikhususkan untuk seorang pria.
Jawi lengkap merupakan perpaduan dari pakaian
beskap bermotif kembang, dengan mengenakan
blankon di kepala.

Jawi lengkap merupakan pakaian khas Jawa


Tengah. Biasa digunakan oleh abdi keraton dan
seringkali dijadikan untuk resepsi pernikahan.
Seseorang yang menggunakan jawi lengkap untuk saat ini terbilang sangat langka.
7. Blankon
Blankon merupakan tutup kepala yang terbuat dari kain diikat, bercorak larik. Di
bagian blankon yang belakang terdapat monjolan dari kain yang dibundel. Blankon di
Jawa Tengah terdapat dua ikatan yang diibaratkan dengan dua kalimat syahadat.

Ikatan pada bagian belakang blankon diikat dengan kuat, karena menjadi filosofi
tentang pentingnya berteguh pada pendirian yang kuat. Blankon sendiri juga berfungsi
untuk menyembunyikan rambut yang panjang. Konon rambut yang panjang adalah
aib, maka kita harus selalu menyembunyikan aib dengan blankon.

8. Kemben
Pakaian adat selanjutnya adalah kemben. Kemben merupakan penutup dada seorang
wanita terbuat dari kain panjang. Kain tersebut dililitkan dari daerah dada hingga
sampai bawah pinggul.

Kemben sebenarnya hanyalah sebuah pelengkap sebuah pakaian adat. Akan tetapi
kemben dari dulu hingga sekarang hanyalah digunakan oleh masyarakat Jawa
Tengah. Tentu kita harus tau meskipun pakaian ini tidak terlalu penting karena tidak
kelihatan.

9. Kuluk
Hampir sama dengan blankon, kuluk merupakan penutup kepala yang kaku dan tinggi.
Kuluk salah satu pakaian adat yang sering digunakan untuk pernikahan. Saat
menghadiri acara adat jawa kuluk ini juga sering digunakan. Selain digunakan untuk
pernikahan, kuluk juga dipakai raja raja yang digunakan untuk upacara di masing
masing kerajaan. Kuluk memang dikhususkan untuk acara tertentu, serta tidak semua
orang bisa menggunakannya.

10. Stagen
Stagen merupakan sebuah kain yang panjang berbentuk gulungan. Biasa yang
digunakan untuk menahan jarik agar tidak melorot. Stagen merupakan pakaian
pelengkap yang dikenakan sebelum memakai kebaya atau beskap. Stagen saat ini
jarang sekali digunakan, hanya beberapa yang masih mengenakan stagen. Selain
barangnya sudah langka, memakai stagen sangat ribet. Stagen biasanya juga
digunakan untuk terapi perut agar perut tidak terlalu besar.

11. Kain Tapih Pinjung


Kain tapih pinjung merupakan pakaian adat yang sering digunakan dililitkan di
pinggang. Dari kiri ke kanan untuk melilitkan ke perut dan pinggang. Kain tapih pinjung
terbuat dari jarik yang bermotif batik. Tujuan utama mengenakan kain ini adalah agar
menutupi stagen yang sudah dikenakan. Kain tapih pinjung hanya dijadikan sebagai
penambah dari berpakaian adat khususnya Jawa Tengah. Tidak ada salahnya jika
kita tetap membudidayakan peninggalan nenek moyang ini.
Makanan Khas Jawa Tengah
Saat berkunjung ke suatu daerah, entah untuk urusan pekerjaan atau hanya
sekadar refreshing, mencoba makanan khas yang ada di daerah tersebut adalah hal
wajib yang harus dilakukan.
Ya, setiap daerah di Indonesia pasti memiliki makanan khas yang begitu menggugah
selera. Anda yang suka dengan wisata kuliner tentu akan sangat terhibur karenanya.
Diantara daerah yang memiliki cukup banyak pilihan makanan khas adalah Jawa
Tengah. Salah satu provinsi terluas di Pulau Jawa ini menawarkan banyak sekali
makanan khas yang lezat dan wajib dicoba. Nah, pada kesempatan ini kita akan
membahas tentang ragam makanan khas Jawa Tengah untuk Anda coba.
Sebagaimana disinggung di awal bahwa ada cukup banyak makanan khas Jawa
Tengah yang bisa menjadi daftar makanan favorit Anda. Dengan ragam makanan
khas yang tersedia, tentu Anda akan leluasa memilih mana makanan khas yang
hendak Anda santap.

Adapun beberapa makanan khas terbaik dari Jawa Tengah untuk Anda coba adalah
sebagai berikut:

Lumpia Semarang
Jika Anda berada di kawasan Semarang tidak
lengkap rasanya jika melewatkan waktu untuk
mencoba lumpia khas Semarang. Lumpia adalah
salah satu makanan khas Jawa Tengah yang sudah
sangat terkenal. Asal makanan ini memang dari
Semarang meskipun kini sudah banyak menyebar di
daerah lainnya. Camilan khas ini dibuat dengan menggunakan tepung terigu yang
dibentuk menjadi kulit. Setelah itu, kulit tersebut akan membungkus beberapa pilihan
isi lumpia, seperti sayuran, udang, telur dan ayam. Menikmati lumpia yang hangat
lengkap dengan cabai rawit yang pedas pasti akan sangat menggugah selera!

Tahu Petis
Tahu petis adalah salah satu makanan khas Jawa Tengah yang juga cukup terkenal
dan populer di berbagai kalangan masyarakat. Seperti
namanya, makanan khas ini adalah paduan dari tahu dan
petis. Biasanya, makanan ini dijadikan camilan nikmat
untuk rapat atau sekadar menikmati waktu luang.

Nah, panganan ini dibuat dengan bahan dasar tahu pong.


Setelah itu, tahu digoreng hingga cukup kering.
Kemudian, dalam penyajiannya, tahu akan disiram dengan
saus petis yang berwarna hitam. Selain disiram, beberapa
penjual makanan khas Jawa Tengah ini menggunakan
petis sebagai isian tahu. Sangat menarik, bukan?
Telur Asin
Anda tentu sudah sangat familiar dengan makanan
yang satu ini, bukan? Ya, telur asin memang cukup
mudah ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar
Jawa Tengah sekalipun.
Makanan ini umumnya dibuat dengan bahan dasar
telur bebek yang sudah mengalami proses direndam
larutan garam hingga rasanya berubah menjadi asin.
Namun, tahukah Anda jika sebenarnya telur asin
adalah makanan khas Jawa Tengah? Nah, telur asin
awalnya berasal dari daerah Brebes, Jawa Tengah.
Daerah ini menjadi sentra penghasil telur asin terbesar
di Jawa Tengah. Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Brebes tanpa membeli
telur asin khas daerah tersebut.

Mendoan
Siapa yang tidak kenal dengan camilan yang
satu ini? Mendoan masuk dalam salah satu
gorengan paling terkenal di Indonesia.
Namun, sebenarnya, gorengan legendaris ini
berasal dari Jawa Tengah. Ya, awalnya,
makanan khas Jawa Tengah ini banyak
ditemukan di daerah Purwokerto dan
Banyumas. Di daerah tersebut, mendoan
memang disebut dengan nama yang berbeda,
salah satunya adalah tempe kemul.

Enting-Enting Gepuk
Enting-enting adalah salah satu makanan
khas Jawa Tengah yang cukup populer.
Makanan ini dibuat dengan bahan dasar
kacang tanah yang dicampur dengan gula
jawa dan dipadatkan. Rasa kacang dan
manis dari gula menyatu dengan sangat
sempurna yang membuat camilan ini terasa
begitu nikmat.

Nah, makanan khas Jawa Tengah ini dulunya


berasal dari daerah Salatiga. Namun, kini Anda sudah cukup mudah menemukannya.
Hal ini dikarenakan enting-enting sudah tersebar di berbagai daerah dan biasanya
menghiasi etalase toko oleh-oleh.
Nasi Gandul
Pernahkah Anda mendengar menu nasi yang
satu ini? Ya, nasi gandul adalah salah satu
makanan khas Jawa Tengah yang menawarkan
rasa yang khas. Berasal dari Pati, nasi gandul
bisa menjadi menu makan siang atau makan
malam yang sangat nikmat, terlebih untuk Anda
yang suka dengan kuliner pedas. Apa yang
menarik dari menu nasi ini adalah rasa gurih
yang begitu kental hadir dalam setiap bulir nasi yang Anda makan. Selain itu, menu
ini dilengkapi dengan daging sapi, telur dan disiram dengan kuah pedas yang akan
menambah selera.

Nasi Liwet
Menu nasi lain yang tidak boleh dilewatkan saat
Anda berada di Jawa Tengah adalah nasi liwet.
Salah satu makanan khas Jawa Tengah ini
berasal dari daerah Solo dan sudah sangat
terkenal di berbagai daerah. Bahkan, jika
disimak, nasi liwet sudah menjadi ikon dari
provinsi Jawa Tengah untuk hal kuliner.
Apa yang menarik dari menu nasi liwet adalah
cara masak nasi yang unik dengan tambahan
santan dan daun pandan untuk membuatnya lebih gurih. Selain itu, untuk
penyajiannya, nasi liwet dihidangkan dengan daun pisang dan diberi lauk yang cukup
lengkap yang biasanya bisa Anda pilih sendiri.

Rondo Royal
Nama makanan ini memang sering
menimbulkan tafsir ganda. Ya, hal ini
dikarenakan rondo dalam bahasa Jawa berarti
janda dan royal adalah suka memberi.
Namun, makanan khas Jawa Tengah ini tidak
lantas diartikan sebagai janda murah hati
yang suka memberi. Entah bagaimana asal
dari nama makanan ini. Nah, camilan satu ini
berasal dari Jepara dan cukup terkenal di kalangan masyarakat. Camilan ini dibuat
dengan bahan dasar tape singkong yang kemudian dibalut dengan adonan tepung
dan digoreng. Ya, secara singkat, rondo royal adalah tape singkong goreng! Namun,
makanan ini memiliki rasa yang begitu gurih dan lezat.
Soto Kudus
Buat Anda pecinta kuliner soto, menikmati soto
Kudus di pagi atau siang hari adalah ide yang tepat.
Soto Kudus adalah salah satu makanan khas Jawa
Tengah yang sangat nikmat dan terkenal. Seperti
namanya, panganan ini awalnya berasal dari
Kudus. Namun, kini di beberapa tempat sudah
sering ditemukan jenis soto yang satu ini. Apa yang
menarik dari soto Kudus salah satunya adalah cara
penyajiannya. Biasanya, soto ini disajikan dengan menggunakan mangkuk yang kecil.
Namun, jangan salah, rasa soto ini begitu nikmat. Selain itu, untuk pilihan daging,
Anda bisa memilih soto dengan daging sapi atau kerbau. Cukup unik, bukan?

Getuk
Anda tentu sudah kenal dengan makanan ini,
bukan? Memang, getuk sudah banyak
ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar
Jawa Tengah. Namun, awalnya, makanan ini
muncul di daerah Jawa Tengah sehingga
menjadi salah satu makanan khas Jawa Tengah
hingga kini.

Pada mulanya, getuk muncul dengan warna


putih saja. Namun, kini, camilan dengan bahan
dasar singkong ini muncul dengan beragam variasi yang berbeda. Getuk yang diberi
tambahan kelapa muda parut memiliki rasa yang cukup manis dan sangat gurih
sehingga cocok untuk camilan bersama dengan teh hangat.

Wajik
Makanan khas Jawa Tengah lain yang wajib
Anda coba adalah wajik. Bisa dikatakan bahwa
camilan ini termasuk salah satu yang masih ada
meskipun termasuk panganan yang tradisional.
Ya, hal ini dikarenakan wajik sudah muncul sejak
zaman dahulu, namun bisa bertahan diantara
gerusan makanan modern karena rasanya yang
khas. Camilan ini dibuat dengan bahan dasar
beras ketan yang dimasak dengan campuran gula jawa. Nah, karena campurannya
ini maka wajik dulunya muncul dengan warna cokelat. Namun, kini makanan khas
Jawa Tengah ini muncul dengan aneka warna yang lebih menarik. Untuk produk yang
satu ini, wajik dibuat dengan bahan gula pasir.
Dawet Ireng
Jika Anda berada di Purworejo, ada baiknya jika
Anda mampir ke warung dan merasakan dawet
ireng. Ya, dawet iring adalah salah satu sajian khas
dari Jawa Tengah. Seperti namanya, apa yang
menarik dari minuman dawet ini adalah warnanya
yang hitam.

Warna hitam dari dawet ini berasal dari bahan alami


yang digunakan, yakni abu jerami. Bahan tersebut
ditambahkan pada saat proses pembuatan cendol. Rasa dawet ini begitu nikmat dan
manis. Menikmati dawet ireng di siang hari yang panas pasti akan sangat
menyegarkan.

Mangut Beong
Salah satu makanan khas Jawa Tengah
yang wajib Anda coba. Ya, hal ini
beralasan karena sajian ini hanya bisa
ditemukan di daerah Magelang saja,
tepatnya di sekitar Candi Borobudur.
Makanan ini sangat terkenal karena
keunikan dan rasanya yang begitu lezat.
Nah, mungkin Anda bertanya apa itu
beong, bukan? Secara sekilas, beong
mirip dengan ikan lele namun tentu saja
bukan termasuk keluarga lele. Ikan ini ditemukan di Sungai Progo. Selain itu, ikan
memiliki rasa yang lezat dan daging yang meskipun lembut namun tidak mudah
hancur.

Berkecek
Pernahkah Anda mendengar
nama makanan khas Jawa
Tengah ini? Memang, nama
makanan khas ini sedikit aneh dan
susah diucapkan. Jika dilihat,
sajian ini mirip dengan pecel
dengan beberapa sayuran dan
guyuran sambal kacang yang
pedas. Namun, beberapa sayuran
yang digunakan dalam kondisi mentah.

Makanan yang berasal dari Cilacap ini menjadi idola bagi masyarakat sekitar. Selain
rasanya yang nikmat, harga berkecek cenderung murah dan pas di kantong.
Nasi Grombyang
Nasi grombyang adalah salah satu makanan
khas Jawa Tengah yang cukup terkenal dan
nikmat. Olahan nasi ini berasal dari daerah
Pemalang. Hingga kini, nasi grombyang
masih cukup ramai dicari oleh masyarakat
sekitar, terutama para wisatawan yang
datang ke Pemalang.

Nah, apa yang menarik dari menu ini adalah cara penyajiannya. Olahan nasi disajikan
dengan kuah yang lebih banyak daripada isinya sehingga menu nasi terlihat
grombyang-grombyang. Isi makanan khas Jawa Tengah ini adalah nasi, daging
kerbau dan kuah pedas. Kombinasi ini akan menciptakan rasa kuliner yang mantap
dan menggugah selera.

Getuk Goreng
Sebagaimana dibahas di awal bahwa
getuk adalah salah satu makanan khas
Jawa Tengah yang begitu terkenal dan
menjadi legenda. Namun, pernahkah Anda
mendengar tentang getuk goreng? Ya,
getuk memang pada dasarnya disajikan
dengan cara di kukus. Namun, getuk dari
Banyumas ini memiliki cara yang unik.
Getuk yang dibuat dari singkong dan campuran gula ini akan digoreng untuk disajikan.
Ada kesan kering dari makanan ini. Namun, saat dinikmati, salah satu makanan khas
Jawa Tengah akan terasa begitu gurih dan manis. Anda pasti akan menyukainya!

Jenang Kudus
Apakah Anda pernah mencoba dodol Garut? Nah,
Jawa Tengah punya jenang dodol versi mereka
sendiri. Salah satu makanan khas ini muncul di
daerah Kudus. Secara sekilas, jenang Kudus
memiliki detail yang sama dengan dodol Garut.
Hanya saja, camilan ini dibungkus memanjang
dengan ukuran kecil menggunakan plastik bening.

Nah, di Kudus, Anda bisa dengan mudah


mendapatkan produk camilan ini karena banyak toko oleh-oleh yang
menyediakannya. Selain itu, jenang Kudus juga sudah mulai menyebar di berbagai
daerah lain dan menjadi salah satu ikon makanan khas Jawa Tengah yang istimewa.
Mi Ongklok
Untuk Anda pecinta kuliner mi, maka
mencoba mi ongklok adalah salah satu
pilihan yang tepat. Mi ongklok merupakan
makanan khas yang berasal dari daerah
Wonosobo. Kuliner mi ini cukup unik dengan
campuran kol dan juga daun kucai.

Selain itu, apa yang menarik dari makanan


khas ini adalah kuah mi dicampur dengan
bahan tepung kanji. Campuran tepung kanji ini akan membuat kuah mi menjadi lebih
kental. Nah, kamu bisa menambahkan beberapa lauk, seperti sate sapi, tempe kemul
atau keripik tahu sebagai pendamping saat menikmati mi.

Garang Asem
Berkunjung ke Jawa Tengah tidak lengkap
rasanya jika tidak mencoba garang asem. Ya, ini
adalah salah satu kuliner khas Jawa Tengah
yang begitu familiar di kalangan masyarakat
Jawa Tengah. Sajian kuliner yang satu ini cukup
mudah ditemukan di beberapa kabupaten di
Jawa Tengah, seperti Kudus, Semarang, Pati,
Demak dan juga Pekalongan. Garang asem
dibuat dengan bahan dasar daging ayam. Nah, apa yang menarik dari makanan ini
adalah daging ayam diolah dengan santan, asam dan cabai. Ketika matang, Anda
akan merasakan olahan daging yang unik dan lezat. Dalam penyajiannya, kuliner khas
Jawa Tengah ini disajikan dengan daun pisang sehingga terlihat lebih tradisional.

Intip
Intip adalah makanan khas yang berasal dari
Solo. Panganan ini sebenarnya merupakan
kerak nasi. Ya, kerak nasi tersebut dikeringkan,
diberi bumbu lantas digoreng.

Salah satu makanan khas ini menjadi camilan


rakyat yang murah meriah dan cukup mudah
didapatkan di banyak lokasi di Jawa Tengah.
Mata Maling
Nama makanan khas dari Jawa Tengah ini
memang sangat unik dan cenderung aneh.
Namun, saat Anda melihat wujudnya, Anda pasti
tidak akan menyangka. Ya, mata maling adalah
camilan khas dari Jawa Tengah yang dibuat dari
kulit melinjo.
Kulit melinjo tersebut akan dibersihkan, diberi
bumbu rempah, sedikit gula dan cabai lantas
digoreng. Ya, mata maling adalah kulit melinjo
goreng! Meskipun tampak sederhana, makanan
khas Jawa Tengah ini memiliki rasa khas yang
gurih, manis dan pedas. Sangat cocok untuk
camilan saat santai.

Karang Gesing
Kuliner khas Jawa Tengah lain yang patut
untuk Anda coba adalah karang gesing.
Beberapa orang menyangka bahwa makanan
ini adalah olahan seafood.

Padahal, karang gesing adalah makanan


khas dari Solo yang dibuat dengan bahan
pisang! Pisang tersebut diolah dengan santan
dan gula hingga memiliki rasa yang sangat gurih dan manis.

Sosis Solo

Sosis pada umumnya terbuat dari daging


yang dihaluskan dan dibungkus dengan
usus atau semacamnya. Namun, di Solo,
Anda akan menemukan sosis yang unik. Ya,
salah satu makanan khas Jawa Tengah ini
sangat terkenal dan menjadi ikon di Jawa
Tengah.
Sosis Solo dibuat dengan bahan telur dadar
sebagai kulit –sebagaimana kulit lumpia
namun lebih lembut. Setelah itu, kulit
tersebut diisi dengan gilingan daging ayam
atau daging sapi. Di Solo, ada dua jenis makanan khas Jawa Tengah ini, yaitu sosis
solo basah yang di kukus dan sosis Solo kering yang digoreng.
Bahasa Daerah Jawa Tengah Lengkap
Bahasa Daerah Jawa Tengah Lengkap Penjelasannya - Mayoritas penduduk Provinsi
Jawa Tengah adalah suku bangsa jawa. Suku bangsa Jawa memiliki bahasa sendiri
yang disebut bahasa Jawa. Bahasa ini digunakan dalam pergaulan sehari-hari.
Bahasa Jawa memiliki jenis huruf sendiri yang dinamakan huruf Jawa "Honocoroko".
Ada beragam bahasa jawa yang berkembang di Provinsi Jawa Tengah.
Keanekaragaman bahasa ini disebabkan perbedaan dialek. Dialek adalah variasi
bahasa yang berbeda-beda menurut daerah asal pemakainya. Dialek juga disebut
logat atau aksen. Pada dasarnya dialek bahasa jawa terbagi atas dua klasifikasi. Yaitu
dialek daerah dan dialek sosial. Dialek daerah didasarkan pada wilayah, karakter, dan
budaya setempat. Sebaliknya, dialek sosial didasarkan pada status sosial
pemakainya. Pengelompokan bahasa Jawa menurut dialek daerah mengacu
pendapat E.M. Uhlenbeck dalam bukunya "A Critical Survey of Studies on the
Languages of Java and Madura". Berdasarkan dialeknya, bahasa Jawa dibedakan
sebagai berikut.
 Kelompok bahasa Jawa bagian barat, meliputi dialek Banten, dialek
Indramayu-Cirebon, dialek
Tegal, dialek Banyumasan,
dan dialek Bumiayu
(peralihan Tegal dan
Banyumas). Kelompok ini
sering disebut bahasa
Jawa ngapak-ngapak.
 Kelompok bahasa Jawa
bagian tengah, meliputi
dialek Pekalongan, dialek
Kedu, dialek Bagelen,
dialek Semarang, dialek
Pantai Utara Timur
(Jepara, Rembang,
Demak, Kudus, Pati),
dialek Blora, dialek
Surakarta, dan dialek
Yogyakarta. Kelompok ini sering disebut bahasa Jawa standar, khususnya
dialek Surakarta dan Yogyakarta.
 Kelompok bahasa Jawa bagian timur, meliputi dialek Madiun, dialek Pantura
Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro), dialek Surabaya, dialek Malang, dialek
Tengger, dialek Banyuwangi (disebut bahasa Osing) kelompok ini sering
disebut bahasa Jawa Timuran.
Dialek sosial dalam bahasa Jawa disebut ngoko, ngoko andhap, madya,
madhyantara, krama, krama inggil, bangongan, dan kedhaton. Dialek bagongan dan
kedhaton digunakan oleh kalangan keluarga keraton. Dialek ini sulit dipahami oleh
orang Jawa kebanyakan. Bahasa Jawa yang digunakan di lingkungan Keraton
Surakarta sering disebut basa kedhaton atau bahasa keraton. Bahasa Jawa jenis ini
memiliki perbedaan kosakata dengan bahasa jawa pada umumnya. Meskipun bahasa
Jawa memiliki banyak dialek, tetapi dialek bakunya didasarkan pada dialek Jawa
Tengah, terutama dialek kota Surakarta
Upacara adat Jawa Tengah

Upacara adat Jawa Tengah biasanya digelar untuk berbagai hajatan masyarakat,
ada untuk hajatan pernikahan, syukuran atau menghindari bala. Mulai dari sifatnya
yang pribadi sampai kepentingan bersama.

Keberadaan upacara tradisional Jawa Tengah ini pun ada yang bisa bertahan
sampai sekarang dan ada juga yang sudah tidak dibiasakan lagi oleh masyarakat.
Lama – kelamaan tradisi ini pun menjadi asing karena tidak diwariskan kepada
generasi selanjutnya.

Penting untuk diketahui, beberapa tulisan mengenai upacara adat daerah berbagai
daerah sudah kami sampaikan di blog ini. Kami pernah menulis upacara adat Jawa
Timur , upacara adat Sumatera Barat dan upacara adat Aceh serta lain sebagainya.

Terkait khusus untuk daerah jawa Tengah, kami pun sudah menulis mengenai
pakaian adat Jawa Tengah sebagai salah satu budaya yang jangan dilupakan.

Baiklah, tanpa berlama-lama lagi, langsung saja kita membahas satu persatu
tentang judul diatas ini.

Nama – nama upacara adat Jawa Tengah dan gambar serta penjelasannya, simak
informasinya berikut ini.

1. Wetonan (wedalan)
Wetonan (wedalan) merupakan upacara adat Jawa
Tengah yang masih banyak dikenal oleh manusia.
Pengertian dari Wetonan menurut bahasa Jawa
berarti keluar tetapi yang di maksud di sini yaitu
lahirnya seseorang. Dalam menyambut kelahirannya
itu, masyarakat akan melakukan upacara ini sebagai
sarana mendoakan agar diberi panjang umur dan di
hindarkan berbagai macam mara bahaya.

2. Popokan
Popokan adalah upacara adat di Jawa Tengah.
Kegiatan tradisi tradisional ini yaitu melempar lumpur
yang dilakukan oleh warga Beringin di Semarang.
Waktu melakukan Popokan sendiri dilakukan pada
saat bulan Agustus di hari Jum’at Kliwon. Konon, asal
usul tradisi Popokan ini berawal dari dahulu di daerah
Beringin. Dimana masyarakat setempat didatangi
seekor macan yang mengganggu dan mengancam
warga desa, sehingga segala macam peralatan digunakan untuk mengusirnya
termasuk dengan melempar lumpur. Dari situlah upacara Popokan ini dilaksanakan.
Tujuannya untuk menghilangkan kejahatan dan tolak bala di daerah mereka. Kabar
menggembirakan, upacara Popokan ini masih terjaga dengan baik hingga sekarang.

3. Upacara Mendak Kematian


Selanjutnya yaitu tradisi atau upcara
Mendak Kematian yang berasa dari
Jawa Tengah. Secara bahasa
indonesia, Mendak Kematian
merupakan memperingati kematian
setelah satu tahun. Sebenarnya tidak
hanya itu saja dalam adat Jawa seperti
Mitoni (tujuh hari pasca kematian).
Berdasarkan sejarah, upacara tersebut
memiliki hubungan sangat erat dengan agama Hindu-Budha.

4. Upacara Ruwatan
Ruwatan merupakan upacara adat propinsi Jawa
Tengah sebagai sarana pembebasan atau
penyucian manusia dari dosa dan kesalahannya.
Contohnya yaitu masyarakat sekitar Dieng
Wonosobo. Anak-anak yang memiliki rambut
gimbal biasanya di anggap sebagai keturunan
Buto Ijo segara di ruwat supaya selamat dari
marabahaya.

5. Padusan
Upacara Padusan ini ditujukan untuk menyambut
bulan suci Ramadhan. Padusan sendiri berasal
dari kata Adus yang berarti ‘mandi’ dan
‘membersihkan diri’. Tradisi Padusan dilakukan
dengan mandi bersama dimana warga setempat
akan mandi sekaligus mensucikan diri baik jiwa
dan raga guna menyambut datangnya bulan
Ramadhan dalam kehidupan mereka yang mereka jalani. Ada yang sebut Padusan
salah satu peninggalan budaya Walisongo ketika mereka menyebarkan ajaran Islam
dengan mengkawinkan dengan budaya Jawa yang kala itu didominasi oleh budaya
Hindu.
6. Upacara Nyewu (1000)
Tradisi Upacara Nyewu 1000 hari setelah
kematian (nyewu) adalah upacara/tradisi
masyarakat Jawa untuk memperingati kematian
seseorang di Jawa Tengah. Upacara tersebut di
lakukan masyarakat setempat secara bersama-
sama. Tradisi ini yaitu mendoakan orang yang
telah meninggal seperti bacaan tahlil dan surah
Yasin serta doa yang di pimpin oleh tokoh agama.

7. Upacara Kenduren
Kenduren termasuk sebagai upacara daerah
Jawa Tengah. Kata lain dari Kenduren adalah
Slametan yang lebih dikenal kalangan
masyarakat. Kebiasaan ini merupakan adat
yang pertama. Sebelum adanya agama Islam di
Jawa, Kenduren ialah kegiatan doa bersama
yang di pimpin oleh tokoh agama atau ketua
suku. Tetapi pada zaman dahulu makanan sebagai sesaji dan untuk
persembahannya. Disebabkan adanya perpaduan budaya Islam, akhirnya upacara
Jawa mengalami perubahan yang sangat besar. Kebiasaan yang tadinya sejaji
digunakan persembahan kemudian dihilangkan dan di makan bersama setelah
acara usai.

8. Sadran (Nyadran)
Poin yang ini adalah Nyadran. Tradisi Jawa
Tengah ini merupakan upacara yang di lakukan
oleh masyarakat Jawa guna menyambut bulan
suci Ramadhan. Perlu diketahui, sebelum
adanya agama Islam Nyadran adalah tradisi
dari agama Hindu-Budha. Dan sejak adanya
Walisongo di tanah Jawa para Sunan
menyebarkan agama Islam dengan
menggabungkan dan meluruskan tradisi-tradisi
tersebut. Agar mudah di terima masyarakat yang masih memuja-muja roh yang di
dalam agama islam itu musyrik. Para sunan mengganti doa dan bacaan-bacaan Al
Qur’an walaupun itu berbenturan dengan tradisi Jawa. Seiring waktu akhirnya bisa di
terima dan diamalkan oleh orang Jawa.
9. Selikuran
Selikuran merupakan upacara yang berlaku
di Jawa Tengah. Malam 21 Ramadhan
adalah waktu pelaksanaan tradisi ini. Orang
Jawa daerah setempat biasanya dengan
melakukan doa bersama yang dipimpin oleh
tokoh agama yang mendapat mandat.
Mengetahui artinya, Selikur dalam bahasa
Jawa mempunyai arti yang sangat spesial.

Waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendoakan orang-orang
Islam yang telah mendahuluinya. Masyarakat Jawa setempat menganggap
kebiasaan ini sebagai rasa kecintaan mereka kepada agama Islam dan Rasulullah
Saw.

10. Upacara Maulid Nabi (Muludan)


Upacara atau tradisi Maulid Nabi berlaku
juga di Jawa Tengah. Muludan atau
maulid nabi yang dalam adat Jawa
mempunyai arti sebagai hari peringatan
lahirnya nabi Muhammad Saw dan
perayaan itu setiap tanggal 12 rabiul awal.
Tradisi merayakan maulid nabi
Muhammad Saw tidak hanyak berlaku di
Jawa Tengah. Daerah lain seperti
Sumatera Utara, banyak juga umat Islam
yang melaksanakannya. Hanya saja dalam tertib acara disesuaikan dengan
kebiasaan yang berlaku di daerah setempat.

11. Kebo-keboan
Salah satu cara menolak bala bagi masyarakat
Jawa Tengah adalah dengan merayakan upacara
Kebo-keboan ini. Tradisi tersebut lazimnya
dilakukan oleh para petani jelang menanam atau
memanen.

Bagi mereka, dengan melaksanakan upacara ini


semoga tanaman mereka dapat tumbuh dengan
baik dan mendapatkan hasil panen yang maksimal. Salah satu simbol dalam tradisi
ini yaitu ditandai dengan 30 orang menyerupai kerbau dan akan di arak keliling
kampung. Mereka akan berjalan seperti kerbau sedang membajak sawah.
12. Upacara Larung Sesaji
Larung Sesaji merupakan upacara yang di lakukan
masyarakat Jawa Tengah bagian pesisir Utara dan
Selatan. Motivasi melakukan tradisi ini yaitu wujud
rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil ikan
tangkapan mereka selama melaut. Dan memohon
agar selalu di beri keselamatan dan hasil yang
cukup dalam usahanya. Kebiasaan ini di tandai berbagai bahan pangan dan hewan
sembelihan yang di hanyutkan ke laut. Dan di laksanakan pada tanggal 01
muharram.

13. Upacara Ngapati

Ngapati via Blogger

Upacara Ngapati yaitu ketika ada seorang wanita hamil yang masa kehamilan
tersebut telah mencapai 4 bulan. Biasanya, orang jawa melakukan acara ini yaitu
karena di usia 4 bulan janin akan diberi nyawa oleh Allah SWT sehingga orang Jawa
akan mendoakannya. Dan sebagai rasa syukur atas karunia yang telah di berikan
dengan cara Ngapati.

Ketika proses Ngapati yaitu berdoa bersama agar kelak ketika sudah lahir akan
menjadi orang yang bermanfaat dan di jauhkan dari larangan agama.

14. Dugderan
Dugderan merupakan upacara tradisional yang
dilakukan oleh warga Kota Semarang (Jawa
Tengah) guna menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan. Tradisi ini diawali dengan pemukulan
beduk yang berbunyi “dug dug dug”, kemudian
disambut dengan suara dentuman meriam “der”
sehingga masyarakat setempat menamakannya
dengan nama Dugderan. Usai prosesi Dugderan selesai digelar pawai keliling kota
dimana masyarakat tumpah ruah berpakaian adat dan menyajikan aneka festival
tradisonal khas Semarang yang ditujukan untuk menyambut datangnya bulan puasa
yaitu Bulan Ramadhan di Kota Semarang.
15. Siraman
Tradisi Siraman merupakan upacara adat
khas Semarang dimana calon pengantin
wanita harus dimandikan dan disucikan
dengan air bunga 7 rupa. Tradisi ini
dilakukan dengan cara menguyurkan dan
memandikan calon pengantin perempuan
agar dirinya bisa suci sebelum prosesi
pernikahan digelar.

Usai Siraman selesai biasanya calon


pengantin perempuan akan dibopong oleh ayahnya atau keluarganya guna dirias
untuk acara sungkeman meminta doa restu kepada pihak ayah dan ibunya agar
pernikahannya bisa lancar dan berkah.

16. Nyadran
Upacara Nyadran merupakan prosesi adat khas Kota Semarang yang sering
dilakukan oleh warganya dengan cara berkumpul dan membersihkan kuburan desa
secara bersama – sama. Tradisi ini biasa dilakukan pada saat bulan Ruwah tiba.
Usai kuburan selesai dibersihkan, akan diadakan upacara makan bersama karena
mereka telah selesai membersihkan kuburan desa secara bersama-sama.

Nyadran ini juga dipraktekkan secara personal di kalangan masyarakat Jawa


biasanya mereka pergi ke kuburan keluarga mereka yang lebih tua untuk
membersihkan dan mendoakan mereka pada saat bulan Ruwah tiba.
Adat Istiadat Provinsi
Jawa Tengah

Nama : Zahwa Ghaisani .H.


Kelas : IV – B
No. Absen : 30

SDN PEKAYON 18 PAGI

Anda mungkin juga menyukai