Anda di halaman 1dari 12

"Menggali Kekayaan Budaya: Gambaran Komprehensif Aspek

Tradisional di Sulawesi Utara"

Oleh:
(Kelompok IX)
Putra Saliareng
Mutiara
Rian
Zahra

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata Pelajaran PKN

Sekolah Menengah Kejuruan 20 Samarinda


Kelas X, AKL II
2024
PENDAHULUAN

Sulawesi Utara, sebuah provinsi di bagian utara pulau Sulawesi, memikat bukan hanya
karena keindahan alamnya yang menakjubkan, tetapi juga karena kekayaan budaya yang
melimpah. Sebuah perpaduan harmonis dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan tradisi
menjadikan wilayah ini sebagai tempat yang menarik untuk dijelajahi. Dalam perjalanan kita
menyusuri keindahan budaya Sulawesi Utara, mari kita memahami lebih dalam enam wilayah
menonjol yang memiliki ciri khasnya masing-masing.

Wilayah Minahasa, dengan ibu kota Kota Manado, menghadirkan keunikan budaya
dalam rumah adat "Wale Ne Tou" dan seni ukir kayu yang mencolok. Kuliner khas seperti
"Bubur Manado" dan "Ayam Rica-Rica" turut menyumbangkan warna dalam keberagaman
budaya mereka.

Bolaang Mongondow memperkenalkan kita pada tarian "Maengket" yang elegan dan
seni kerajinan anyaman bambu yang menjadi daya tarik ekspor yang populer, sementara suku
Sangir Talaud di ujung utara provinsi mempertahankan bahasa, adat istiadat, dan festival
budaya untuk merayakan keberagaman mereka.

Gorontalo, yang dahulu merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara, menonjolkan
seni tradisional "Pentas Seni Rupa Eksplorasi" yang mencampur musik, tari, dan drama untuk
menceritakan kisah lokal dan legenda suku Gorontalo.

Masyarakat Bajo, atau lebih dikenal sebagai "Suku Laut," menghidupi kebudayaan unik
di wilayah pesisir Sulawesi Utara dengan keahlian pelaut ulung mereka, sementara berbagai
festival seperti "Festival Pesona Bunaken" dan "Festival Nyale" menjadi panggung bagi pesona
budaya Sulawesi Utara yang menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru.

Dengan menghargai keberagaman budaya Sulawesi Utara, kita membuka pintu untuk
saling belajar dan bertukar pengalaman, memperkaya kehidupan kita semua. Semoga budaya
Sulawesi Utara tetap lestari dan terus menjadi sumber inspirasi bagi generasi masa depan.
A. Baju Adat di Sulawesi Utara

Sulawesi Utara, yang dikenal dengan keberagaman etnisnya, memiliki sejumlah


pakaian adat yang memukau. Artikel ini mengulas ragam baju adat dari beberapa suku di
Sulawesi Utara, antara lain Suku Minahasa, Suku Bolaang Mongondow, Suku Sangihe, dan
Suku Talaud. Berikut adalah beberapa pakaian adat yang mencerminkan keindahan dan cerita
menarik di balik tradisi setiap suku.

1. Baju Karai dan Wuyang (Suku Minahasa):

Pakaian adat khas Minahasa di masa lalu terdiri dari baju


karai untuk laki-laki dan wuyang untuk perempuan. Baju karai,
berbentuk tanpa lengan, lurus, dan berwarna hitam, terbuat dari
ijuk. Ada juga varian dengan lengan panjang dan disebut baju
baniang. Sementara itu, baju wuyang untuk perempuan terbuat
dari kulit kayu menyerupai kebaya. Seiring waktu, busana
Minahasa berkembang dengan pengaruh dari luar, seperti
Tiongkok dan Spanyol.

2. Busana Pengantin Khas Minahasa:

Busana pengantin perempuan khas Minahasa dikenal


sebagai "baju ikan duyung." Terdiri dari kebaya putih dan sarong
dengan motif sisik ikan. Pengantin pria mengenakan baju tatutu
berlengan panjang, seringkali berwarna putih, dengan motif bunga
padi. Aksesoris seperti topi porong dan perhiasan khas menambah
keanggunan pada busana pengantin.

3. Busana Tonaas dan Walian Wangko (Suku Minahasa):

Busana tonaas wangko, berupa baju kemeja lengan


panjang berkerah tinggi, dipadukan dengan topi berwarna merah.
Pengantin pria juga memakai walian wangko, berbentuk jubah
putih dengan hiasan corak bunga padi. Pengantin wanita
mengenakan baju kebaya panjang tanpa kerah dan kancing, dipadukan dengan kain sarong
batik, topi mahkota, dan aksesoris khas.

4. Laku Tepu (Suku Sangihe)

Laku tepu adalah pakaian adat khas suku Sangihe, baik


untuk laki-laki maupun perempuan. Baju ini memiliki potongan
panjang, dengan baju pria mencapai lutut dan telapak kaki,
dilengkapi dengan ikat kepala paporong. Warna yang mencolok
pada baju laku tepu menunjukkan identitas pemakainya, dan
pemimpin atau bangsawan memiliki warna yang berbeda dengan
pegawai biasa.

5. Baju Pengantin Bolaang Mongondow:

Baju pengantin Bolaang Mongondow menampilkan


baju kurung pria dari kain satin antalas berwarna kekuning-
kuningan. Pengantin wanita mengenakan baju salu dengan leher
model huruf V, lengan panjang, dan warna yang senada dengan
pakaian pengantin pria. Aksesoris seperti perhiasan hamsei,
kalung emas, dan mahkota menambah keelokan busana.

6. Kohongian:

Pakaian kohongian, yang digunakan oleh golongan


kedua setelah bangsawan, menampilkan busana yang lebih
sederhana namun tetap istimewa. Pada awalnya, kohongian
digunakan oleh kaum bangsawan, tetapi seiring waktu, pakaian
ini mulai diterima oleh berbagai kalangan sebagai bagian dari
pelestarian warisan budaya Sulawesi Utara.
7. Biliu (Gorontalo):

Biliu adalah pakaian adat khas Gorontalo yang hadir


dalam berbagai warna dengan masing-masing warna memiliki
makna tersendiri. Pakaian ini digunakan oleh berbagai
kalangan, termasuk Kaesang Pangarep dalam pemotretan pre-
wedding. Warna-warna seperti hijau, ungu, kuning, dan merah
melambangkan nilai-nilai seperti kedamaian, kesuburan,
kemuliaan, dan keberanian.

8. Minahasa Bajang:

Pakaian tradisional Minahasa Bajang terdiri dari


sarung sebagai bawahan untuk pria, dipadukan dengan dasi dan
destar. Perempuan mengenakan kebaya dan kain Yapon sebagai
bawahan. Pakaian adat ini umumnya digunakan pada acara-
upacara adat atau acara formal.

Keunikan setiap pakaian adat mencerminkan keragaman budaya Sulawesi Utara, yang
terus dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat hingga saat ini.

B. Rumah Adat Sulawesi Utara


1. Rumah Adat Suku Bolaang Mongondow
Nama Istilah Rumah:
- Komalig: Rumah istana raja.
- Baloi: Rumah permanen penduduk.
- Lurung (laig): Rumah sederhana atau pondok kecil.
- Genggulang:Rumah darurat di kebun sebagai tempat beristirahat.
Bentuk Umum Rumah:
- Rumah panggung memanjang ke belakang.
- Tinggi antara 1,5 hingga 2 meter.
- Satu tangga dan satu pintu di tengah bagian depan.
- truktur Arsitektur Rumah:
- Terdiri dari bagian bawah (kolong), tengah rumah, dan bagian atap.
- Bagian atap dengan berbagai jenis dan bentuk seperti atap rumah bungkus nasi,
atap rumah sinumuntotoi, lumalako, dan binou.
Bagian Utama Rumah:
- Serambi (Dokulon): Tempat menerima tamu dan musyawarah keluarga.
- Ruang Dalam (Yu'ong in Baloi): Tempat makan, berkumpul, bermain, dan tidur
keluarga.
- Kamar Utama (Situp): Tempat tidur ayah, ibu, dan anak kecil.
- Bagian Dapur (Dodunguon):Tempat memasak dan menyimpan bahan makanan.
-
2. Rumah Adat Suku Sangir Talaud
- Nama Istilah Rumah:
- Bale, Daseng, Sabua: Menunjukkan sifat dan bentuk rumah serta simbol tata
krama.
- Bentuk dan Struktur Rumah:
- Rumah panggung atau berlantai langsung di atas tanah.
- Struktur bangunan dengan sistem rangka kayu.
- Bagian kolong pada rumah panggung.
- Dinding dan Pintu Rumah:
- Dinding menggunakan bambu tetak atau gedek.
- Pintu rumah biasanya dua pintu di depan dan belakang.
- Tangga penghubung di depan pintu rumah panggung.
Interior Rumah:
- Sederhana, satu ruangan tanpa sekat pemisah.
- Seiring waktu, masyarakat mulai membangun kamar dan sekat permanen di
dalam rumah.
-
3. Rumah Adat Suku Minahasa (Wale Wangko)
- Kelompok Etnis dan Lokasi:
- Suku Minahasa di ujung utara Pulau
Sulawesi.
Tipe Rumah:
- Rumah panggung di atas tiang-tiang besar.
- Ruangan besar tengah untuk menyimpan
hasil panen padi.
- Bilik kecil di samping untuk keluarga.
- Atap dan Bahan Bangunan:
- Atap menggunakan daun rumbia dengan ukuran 1,5 hingga 1,8 meter.
- Bahan bangunan dengan struktur rangka kayu.
- Pintu dan Jendela:
- Dua pintu (depan dan belakang) dan 4-6 jendela berukuran 60x90 cm.
- Sejumlah jendela terletak di bagian depan dan samping kiri dan kanan rumah.
C. Tarian adat Sulawesi Utara

1. Tarian Kabasaran

Tarian Kabasaran, yang merupakan tarian


perang oleh etnis Minahasa, menjadi salah satu
tarian tradisional yang paling mencolok. Kostum
yang digunakan dalam tarian ini dilengkapi
dengan pedang, tombak, dan perisai. Menariknya,
pembuatan kostum tarian Kabasaran melibatkan
penggunaan kepala kera dan buluh ayam. Tarian
ini mencerminkan keberanian dan kegagahan para
penari dalam konteks tradisional.

2. Tarian Maengket

Tarian Maengket, sangat terkait dengan


budaya etnis Minahasa, menjadi lambang
syukur terhadap Tuhan atas berkah dalam
pertanian pada masa lalu. Kata "Maengket"
berasal dari "Engket," yang artinya menari
dengan gerakan tumit naik dan turun. Tarian
ini terbagi menjadi tiga bagian utama:
Maowey Kamberu, Marambak, dan Lalayaan.
Masing-masing bagian mengandung makna
mendalam, seperti rasa syukur, gotong royong,
dan kehidupan muda mudi dalam mencari jodoh.

D. Makanan Khas Sulawesi Utara


1. Bubur Manado
- Lokasi: Jl. Sudirman, Manado.
- Jam Buka: 05.00 - 19.00
- Harga: Rp. 20.000
- Deskripsi: Bubur Manado merupakan hidangan bubur
yang terdiri dari labu, bayam, kangkung, daun gedi,
singkong, daun kemangi, dan jagung. Kuahnya berwarna kuning dan kental.
Biasanya disantap dengan ikan asin atau ayam goreng, serta disertai sambal roa
untuk tambahan rasa.

2. Mie Cakalang
- Lokasi: Ruko Megamas Blok B1 19-20, Manado.
- Jam Buka: 10.00 - 21.00
- Harga: Rp. 27.000
- Deskripsi: Mie Cakalang adalah mie kuning yang
disajikan dengan kuah ikan cakalang. Isiannya meliputi
mie kuning, ikan cakalang, kubis, daun bawang, bawang
putih, caisim, bawang merah, dan cabai. Sambal roa atau
sambal ijo dapat menambah cita rasa khas.

3. Ayam Tuturuga
- Lokasi: Jl. Jendral Sudirman No. 85, Manado
- Jam Buka: 10.00 - 20.00
- Harga: Rp. 25.000
- Deskripsi: Ayam Tuturuga adalah ayam yang
dihidangkan dengan kuah santan berwarna merah.
Kuah ini dicampur dengan jeruk nipis dan cabai
merah, memberikan rasa asam yang menyegarkan.
Bumbu-bumbu seperti jahe, bawang merah, bawang
putih, dan kunyit memberikan cita rasa khas.

4. Sate Kolombi
- Lokasi: Jl. Sam Ratulangi, Manado. - RM HoHo
- Jam Buka: 10.00 - 20.00
- Harga: Rp. 25.000
- Deskripsi: Sate Kolombi terbuat dari daging keong emas, yang disajikan
dengan nasi hangat. Dibedakan dari sate biasa, sate ini memiliki keunikan
dengan bahan dasar yang tidak lazim. Biasanya disantap pada siang dan malam
hari.

5. Cakalang Fufu
- Lokasi: Jl. Raya Manado, Bitung, Manado.
- Jam Buka: 07.00 - 22.00
- Harga: Rp. 25.000
- Deskripsi: Cakalang Fufu adalah hidangan terbuat dari
ikan cakalang yang dibumbui, diasapi, dan dijepit
menggunakan kerangka bambu. Proses memasaknya
yang lama, sekitar 4 jam, dan pendinginan selama 2 jam
memberikan cita rasa khas. Disajikan dengan sambal dabu-dabu dan nasi
hangat.
6. Gohu Manado
- Lokasi: Jl. Bengawan Solo, Singkil, Manado.
- Jam Buka: 10.00 - 19.00
- Harga: Rp. 15.000
- Deskripsi: Gohu Manado adalah asinan dari pepaya, disantap di siang hari.
Banyak kios dan pedagang kaki lima yang menawarkan Gohu Manado. Salah
satu tempat terbaik untuk mencicipi adalah Gohu Ka Anna di Singkil.

7. Brenebon
- Lokasi: Jl. Pembina, Karombasan, Manado.
- Jam Buka: 10.00 - 19.00
- Harga: Rp. 5.000 - Rp. 8.000
- Deskripsi: Brenebon adalah sup kacang merah dengan
aneka sayuran, disajikan dengan kuah kaldu yang gurih.
Bumbu-bumbu seperti merica, gula, bawang putih, bawang
merah, cengkeh, pala, dan garam memberikan cita rasa
khas.
8. Pampis
- Lokasi: Jl. 14 Februari, Wanea, Manado.
- Jam Buka: 10.00 - 20.00
- Harga: Rp. 25.000
- Deskripsi: Pampis adalah ikan cakalang yang disuwir-suwir dan dihidangkan
dengan nasi hangat. Dibuat dari ikan cakalang atau ikan tongkol, pampis
dimasak kering tanpa campuran bumbu selain bumbu dapur.

9. Mujair Bakar Woku


- Lokasi: Jl. Pierre Tendean, Wenang, Manado.
- Jam Buka: 11.00 - 22.00
- Harga: Rp. 58.000 per orang
- Deskripsi: Mujair Bakar Woku terbuat dari ikan mujair
yang dicampur dengan bumbu woku. Ada dua versi woku,
yaitu woku daun dan woku belanga. Ikan mujair dibakar
setelah diberi bumbu woku, dan biasanya disajikan dengan
cara digoreng.

10. Rica Roa


- Lokasi: Bastianos Megamas - Ruko Megamas Blok B1
19-20, Manado.
- Jam Buka: 10.00 - 21.00
- Harga: Rp. 10.000 - Rp. 20.000
- Deskripsi: Rica Roa adalah hidangan ikan roa yang
diberi bumbu rica. Ikan roa yang pipih dan berwarna perak
keabu-abuan diolah menjadi sambal. Disajikan di Bastianos Megamas, restoran
terkenal di Manado.
E. Bahasa Daerah Sulawesi Utara
Bahasa yang digunakan oleh penduduk di wilayah Sulawesi Utara adalah:
1. Bahasa Minahasa
2. Bahasa Kaidipang
3. Bahasa Manado
4. Bahasa Mangondow
5. Bahasa Ponosakan
6. Bahasa Sangir
7. Bahasa Talaud
8. Bahasa Tombulu
9. Bahasa Tonsawang
10. Bahasa Tonsea
11. Bahasa Tonbtemboan

F. Tradisi Suku Minahasa:


1. Mapalus:
Perayaan rasa kebersamaan dan gotong royong yang melibatkan
berbagai kegiatan seperti pembukaan kebun baru, membersihkan kebun,
memanen hasil pertanian, dan membantu pemasangan rumah panggung.
2. Toki Pintu:
Upacara adat pernikahan yang melibatkan tradisi mengetuk pintu
dengan makna tertentu.
3. Tari Kabasaran:
Tarian tradisional yang menggambarkan semangat patriotik rakyat
Minahasa dalam membela dan mempertahankan tanah Minahasa.
4. Waruga:
Kuburan batu kuno yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat
Minahasa di masa lampau.
KESIMPULAN

Dalam teks ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Sulawesi Utara, sebagai provinsi yang
terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, tidak hanya mempesona dengan keindahan alamnya,
tetapi juga menawarkan kekayaan budaya yang melimpah. Keberagaman ini tercermin dalam
berbagai aspek tradisional yang mencakup pakaian adat, rumah adat, tarian adat, makanan
khas, bahasa daerah, dan tradisi suku Minahasa.

Pada bagian pertama, kita diperkenalkan dengan enam wilayah menonjol di Sulawesi
Utara, termasuk Minahasa, Bolaang Mongondow, Sangir Talaud, Gorontalo, masyarakat Bajo,
dan berbagai festival budaya. Setiap wilayah menonjol dengan ciri khasnya, seperti rumah adat
"Wale Ne Tou" di Minahasa, tarian "Maengket" di Bolaang Mongondow, seni tradisional
"Pentas Seni Rupa Eksplorasi" di Gorontalo, dan kebudayaan unik "Suku Laut" di pesisir
Sulawesi Utara.

Selanjutnya, teks membahas ragam pakaian adat dari beberapa suku di Sulawesi Utara,
memberikan gambaran rinci tentang busana tradisional Suku Minahasa, Bolaang Mongondow,
Sangihe, dan Talaud. Kita melihat evolusi busana Minahasa dari baju karai dan wuyang hingga
busana pengantin yang terkenal sebagai "baju ikan duyung." Pakaian adat dari suku lainnya
seperti Bolaang Mongondow, Gorontalo, dan Sangihe juga diuraikan dengan detail,
mencerminkan identitas budaya masing-masing.

Sektor rumah adat di Sulawesi Utara juga turut memberikan wawasan mendalam.
Setiap suku, seperti Bolaang Mongondow, Sangir Talaud, dan Minahasa, memiliki istilah dan
bentuk rumah adat yang unik, dengan struktur, bagian utama, dan interior yang mencerminkan
kehidupan dan nilai-nilai masyarakat setempat.

Tarian adat Sulawesi Utara, seperti Kabasaran dan Maengket, tidak hanya menjadi
pertunjukan seni, tetapi juga sarana untuk mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai budaya
dari generasi ke generasi. Kostum yang digunakan dalam tarian Kabasaran, misalnya,
mencerminkan keberanian dan kegagahan penari dalam konteks tradisional.

Teks juga mengajak kita untuk menikmati kelezatan makanan khas Sulawesi Utara,
seperti Bubur Manado, Mie Cakalang, Ayam Tuturuga, Sate Kolombi, Cakalang Fufu, Gohu
Manado, Brenebon, Pampis, Mujair Bakar Woku, dan Rica Roa. Setiap hidangan tidak hanya
menjadi kuliner lezat tetapi juga membawa cita rasa dan keunikan budaya Sulawesi Utara.
Bahasa daerah di Sulawesi Utara mencakup sejumlah dialek, antara lain Bahasa
Minahasa, Kaidipang, Manado, Mangondow, Ponosakan, Sangir, Talaud, Tombulu,
Tonsawang, Tonsea, dan Tonbtemboan.

Terakhir, teks menyinggung tradisi suku Minahasa seperti Mapalus, Toki Pintu, Tari
Kabasaran, dan Waruga. Perayaan rasa kebersamaan, upacara adat pernikahan, tarian
tradisional, dan kuburan batu kuno menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Minahasa dan
menjadi warisan budaya yang dijaga dengan cermat.

Keseluruhan teks menyiratkan pentingnya menghargai dan melestarikan keberagaman


budaya Sulawesi Utara. Dengan membuka pintu untuk saling belajar dan bertukar pengalaman,
diharapkan budaya Sulawesi Utara dapat terus berkembang dan menjadi sumber inspirasi bagi
generasi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai