“RUMAH SOURAJA”
DISUSUN OLEH :
Andi Faidilah
Mohamad Yusril
Rita Arimurti
Sri Wahyuni
UNIVERSITAS TADULAKO
TEKNIK ARSITEKTUR
2018/2019
A. Pengertian Arsitektur Tradisional
a. Pengertian Arsitektur Tradisional Menurut Para Ahli
“Arsitektur tradisional adalah karya dari pewarisan /penerusan norma-norma adat
istiadat atau pewarisan budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur
tradisional sebagai bagian dari kebudayaan kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-
norma agama, adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Karena
berbudayalah cenderung setiap saat kita mengadakan pembaharuan - pembaharuan yang
sering disebut modernisasi. Kebudayaan melatar belakangi setiap masalah dan sering
menimbulkan dilema antara tradisi yang cenderung bertahan dan modernisasi yang
cenderung merombak dengan membawa nilai-nilai baru.
Menurut Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan bentukan
arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari
bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar
tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi
konsesi dalam hidup bersama.
Istilah arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular sangat sering digunakan
dalam ranah arsitektur. Kedua istilah ini acap kali muncul ketika dikaitkan dengan konsep
dan desain yang bersentuhan dengan aspek budaya, genius lokal, dengan rentang waktu
(lifetime) dan sebagainya. Meski keduanya memiliki akar makna yang tidak jauh
berbeda, ada hal hal prinsip yang dapat diungkapkan agar jelas terlihat perbedaannya
sehingga lebih mudah untuk dipahami dengan mengedepankan contoh perbedaan dalam
bentuk studi kasus.
Kata tradisi berasal dari bahasa Latin traditionem, dari traditio yang berarti "serah
terima, memberikan, estafet", dan digunakan dalam berbagai cara berupa kepercayaan
atau kebiasaan yang diajarkan atau ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
biasanya disampaikan secara lisan dan turun temurun. Sebagai contoh adalah tradisi
kegiatan masyarakat di Indonesia saat perayaan peringatan hari kemerdekaan RI di setiap
tanggal 17 Agustus. Masyarakat Indonesia kerap menyelenggarakan perlombaan-
perlombaan, tumpengan dan berbagai kegiatan unik lainnya. Kegiatan semacam ini tidak
diketahui kapan dimulainya dan siapa yang memulainya.
Namun demikian, kegiatan ini telah berlangsung sekian lama secara berulang-
ulang sehingga masyarakat menjadikan kegiatan tersebut perlu dan harus dilakukan.
Inilah yang bisa disebut sebagai tradisi. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang
mengatasnamakan aktivitas-aktivitas keagamaan. Tradisi adalah sebuah praktek,
kebiasaan, atau cerita yang dihafalkan dan diwariskan dari generasi ke generasi, awalnya
tanpa memerlukan sebuah sistem tulisan. Tradisi sering dianggap menjadi kuno; dianggap
sangat penting untuk dijaga. Namun demikian ada juga beberapa tradisi yang memang
sengaja diciptakan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu; sebagai alat untuk memperkuat
kepentingan atas kalangan tertentu dan lain sebagainya. Tradisi semacam itu ternyata
dapat diubah sesuai dengan kebutuhan saat itu dan perubahan itu masih bisa diterima
sebagai bagian dari tradisi kuno. Sebagai contoh yang termasuk "penemuan tradisi" di
Indonesia adalah pada masa pendudukan kolonial Belanda, mereka membutuhkan
pengakuan kekuasaan di wilayah mereka berada sehingga usaha terbaik yang harus
mereka lakukan adalah dengan menciptakan sebuah "tradisi" yang bisa mereka gunakan
sebagai alat untuk melegitimasikan posisi mereka sendiri. Dalam hal ini mereka
memanfaatkan keberadaan seorang raja sebagai alat untuk mempersatukan rakyat
dibawahnya agar tetap loyal dan hormat pada sang raja sehingga mudah dikendalikan
oleh sang raja dan tentu saja oleh pendudukan kolonial yang menguasai sang raja.
Dengan demikian kekuasaan kolonial secara tidak langsung akan menyerap ke dalam
tradisi rakyat setempat. Dalam tataran teoritis, tradisi dapat dipandang sebagai informasi
atau terdiri atas informasi. Informasi yang dibawa dari masa lalu ke masa kini dan dalam
konteks sosial tertentu. Sehingga informasi ini bisa dianggap sebagai bagian yang paling
mendasar meski secara fisik ada tindakan- tindakan atau aktifitas tertentu yang secara
terus menerus juga dilakukan pengulangan-pengulangan sepanjang waktu. Dengan
demikian Tradisi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus atau
sebuah kebudayaan atau sebuah hasil karya yang dianggap berhasil dan memiliki
legitimasi dalam kurun waktu yang cukup panjang dan bahkan sangat panjang (lama)
yang diikuti oleh generasi generasi berikutnya secara turun temurun.
Arsitektur vernakular pada cara –cara mendesain dan mendirikan bangunan dilakukan
dengan efektif dan efisien ditemukan melalui sistem trial and error.
Jadi, arsitektur tradisional adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama
secara turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang
signifikan pada bangunan tersebut. Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang
bentuk,struktur ,fungsi,ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan secara
turun temurun serta dapat di pakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-
baiknya. Dalam rumusan arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan, yang selanjutnya
dapat berarti sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas dan lain
sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung dari
pengaruh alam, dapatlah dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan itu
sebagai tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Adapun komponen-komponen tersebut adalah : bentuk, struktur , fungsi, ragam hias serta
cara pembuatan yang diwariskan secara turun temurun. Selain komponen tersebut yang
merupakan faktor utama untuk melihat suatu arsitektur tradisional, maka dalam
inventarisasi dan dokumentasi ini hendaknya setiap bangunan itu harus merupakan
tempat yang dapat dipakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Dengan memberikan pengertian ini, maka arsitektur tradisional dapat pula dikategorikan
berdasarkan kepada aktivitas yang ditampungnya.
Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan artistik lebih-lebih bila
dilihat dari hiasannya berupa kaligradi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu
atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, dibagian lonta-karavana, pinggiran
cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan.
Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan
kesejahteraan bagi penghuninya.
1. Landue (loteng)
Difungsikan sebagai tempat menenun, tempat menyimpan benda puasaka (bulo), dan
juga tempat untuk anak gadis.
B. BAGIAN TENGAH
Bangunan induk berukuran 11.5 x 24.30 meter yang terbagi atas empat bagian yaitu :
1. Gandaria (Serambi)
Gandaria berfungsi sebagai ruang tunggu untuk tamu.
Dibagian depan terdapat anjungan tempat bertumpunya tangga yang diletakkan pada
bagian kiri dan kanan dalam posisi saling berhadapan.
Jumlah anak tangganya 9 buah. Dan dibagian ruang ini masih diperbolehkan
menggunakan alas kaki.
- Avu 2 (Dapur)
Ruang ini difungsikan sebagai tempat memasak
- WC/ Kamar Mandi (2 buah)
Berfungsi sebagai tempat mandi juga untuk membuang hajat.
- Gudang
Difungsikan sebagai tempat menyimpanan barang-barang yang jarang digunakan
- Ruang Makan
Ruang ini berfungsi tempat makan dan juga diperuntukkan untuk kaum wanita dan
anak-anak gadis.
Selain itu ruang ini juga digunakan untuk menerima kerabat dekat.
C. BAGIAN BAWAH
1. Ruang bawah terdapat kolong yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil
perkebunan.
A. POLA STRUKTUR
Catatan :
Pembagian struktur Banua Mbaso secara vertikal dan
Pembagian zona material dinding secara horizontal
Panjang 32m
Lebar 11,5m
Catatan :
Jumlah anak tangga 9 buah
Jumlah tiang rumah induk 28 buah
Jumlah tiang rumah dapur 8 buah
Catatan :
Jumlah tiang kolom untuk
rumah induk dan gandaria
28 buah
Catatan :
Jumlah Kuda-kuda 11 Buah
B. GAMBAR DENAH DAN POTONGAN
C. SISTEM SAMBUNGAN
Jenis Sambungan Balok
1. Sambungan bibir miring berkait
2. Sambungan Pen
Rumah Tinjai Kanjai adalah rumah sederhana yang tingginya ± 75 – 100 cm dari atas
tanah. Tinjai Kanjai ini terdiri dari atas tiang‐tiang kayu yang diikat, lantai bambu,
dinding gaba‐gaba yang diikat pula sedangkan atap menggunakan atap rumbia.
Ukurannya bermacam‐macam tergantung kemauan pemiliknya dan jumlah keluarga yang
tinggal.Biasanya rumah tinggal ini tidak besar hanya berukuran 5x4 – 5x6 m. Tinjai
Kanjai terdiri dari kamar tidur, ruang makan sekaligusdapur, dan ruang tamu. Ruang
tamu biasanya bersebelahan dengan kamar tidur dan di depan ruang makan biasanya
terdapat kamar tidur kecil. 34
Sedangkan dapur biasanya disambung agak menonjol keluar, sekitar 1,5– 2x3
m.Letak rumah Tinjai kanjai umumnya berada di pesisir pantai karena awalnya mayoritas
penduduk suku Kaili mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Seiring
perkembangan, rumah Tinjai Kanjai juga terdapat di wilayah lainnya dalam batas wilayah
lembah Palu.
1. Bentuk Bangunan Unsur rumah sebagai identitas yang paling mudah diamati
adalah perubahan bentuk atap dan badan rumah. Di Kota Palu, berdasarkan
pengamatan bentuk atap dan badan rumah tradisional Kaili umumnya identitas
tetap atau tidak berubah. Unsur yang yang cenderung berubah adalah pada
kolong rumah. Bagian kolong rumah perubahannya cukup besar hal ini
disebabkan penambahan ruang dengan pola dan fungsi ruang sesuai kebutuhan
dari masing-masing pemilik rumah. Kolong rumah misalnya, difungsikan sebagai
gudang, dapur dan km/wc, warung bahkan dipersewakan. Kolong rumah juga
mempunyai makna khusus, baik terkait dengan strata sosialnya maupun
kedudukannya dalam masyarakat. Kolong rumah untuk golongan Raja
(maradika) lebih tinggi dibanding dengan kolong rumah untuk golongan rakyat
biasa (Batua). Sedangkan pada badan rumah misalnya, ruang teras/gandaria
dijadikan ruang tamu oleh beberapa penghuni rumah, begitu pula pada pintu dan
jendela/ventilasi dengan bentuk dan material yang lebih modern.
2. Tata Ruang Rumah Tata ruang rumah umumnya identitas cenderung berubah, hal
ini disebabkan karena peningkatan kebutuhan akan ruang, salah satunya yaitu
penambahan anggota keluarga dan jenis pekerjaan penghuni. Hal ini mendorong
penghuni dalam menata rumahnya dengan menambah ruang, baik di lantai atas
maupun pada kolong rumah. Indikator yang dipakai untuk mengetahui bentuk
perubahan ruang adalah perubahan pola ruang dan fungsi ruang.
3. Struktur/konstruksi & material bangunan sebagai salah satu unsur identitas rumah
tradisional Kaili identitasnya cenderung berubah. Hal ini di sebabkan
perkembangan teknologi bahan bangunan sehingga beberapa penghuni mengganti
bahan material dan konstruksinya dengan mempertimbangkan kekuatan, biaya
yang relatif murah, mudah dalam pengerjaan/pemasangan serta efisien dan efektif
dalam pemeliharaannya dan tahan lama.
4. Perletakan tangga umumnya tetap, hanya beberapa yang telah berubah posisinya
ke samping rumah. Hal ini disebabkan salah satunya adalah adanya usaha rumah
tangga/warung agar memudahkan aktivitas orang yang masuk dan ke luar rumah.
Adapun perletakan tangga yang posisinya tetap, hal ini disebabkan kemampuan
ekonomi penghuni dan juga keinginan untuk tetap mempertahankan posisi tangga
rumahnya. Seperti bagian-bagian lainnya pada bangunan rumah tradisional Kaili
yang mengandung makna simbolik. Perletakan tangga juga mempunyai makna
khusus, baik terkait dengan strata sosialnya maupun kedudukannya dalam
masyarakat. Jumlah anak tangga umumnya berjumlah ganjil yaitu 9 dengan
kepercayaan bahwa demi keselamatan penghuni rumah di dalam dan merupakan
suatu kepercayaan tersendiri pada saat memasuki ataupun keluar rumah.
4. Fungsi Ornamen Banua Mbaso
- BAGIAN ATAS
1. Ragam hias
Pada bagian atas atap terdapat papan dan lisplank ukiran yang menandakan
bahwa bangunan ini merupakan rumah seorang raja.
2. Ventilasi
Pada ruang atas ini terdapat ventilasi roda yang berfungsi sebagai sirkulasi udara
juga sebagai pencahayaan alami loteng. Hal tersebut dibutuhkan karena ruangan
ini digunakan sebagai tempat berdiamnya para gadis.
Ventilasi juga dibutuhkan untuk menghusir kelembaban yang jika lembab akan
berpotensi berkembangnya jamur. Selain ventilasi roda pada atap juga
mempunyai sirkulasi di sela tingkatan dua atap.
B. BAGIAN TENGAH
1. Pintu Masuk/Keluar (3 buah)
Pada ruang ini terdapat 3 arah pintu masuk/keluar, pintu yang terdapat pada
sebelah kanan dan tengah bangunan difungsikan sebagai penghubung menuju
ruang tamu dan pintu yang terdapat pada sebelah kiri bangunan difungsikan
sebagai penghubung menuju kamarmagau (raja).
2. Pintu Kamar (3 buah)
Ruang ini memiliki 3 buah pintu, dua buah pintu menuju kamar tidur dan terdapat
satu pintu yang menghubungkan ruang tidur magaudan ruang keluarga magau.
Pintu ini berfungsi untuk mengontrol anak gadis.
3. Jendela (4 buah)
Posisi jendela ini terletak satu garis lurus yang berfungsi sebagai sirkulasi udara
dan pencahayaan.
Konon menurut kepercayaan animisme dahulu posisi jendela satu garis lurus ini
dapat mempermudah roh-roh maupun arwah leluhur untuk masuk ke dalam
rumah.
4. Pintu Belakang (3 buah)
Terdapat tiga buah pintu pada ruang belakang yang menghubungkan ruang
tengah menuju dapur, menghubungkan ruang bawah dengan dapur dan ruang
belakang menuju dapur masak.
C. RUANG BAWAH
1. Tangga Depan (2 buah)
Tangga depan menuju ruang tengah terdapat pada bagian kiri dan kanan, tangga
pada posisi kanan bangunan berfungsi sebagai jalan untuk naik sedangkan yang
terdapat pada kiri bangunan berfungsi sebagai jalan untuk turun.
2. Tangga Belakang
Tangga belakang berfungsi untuk menghubungkan ruang bawah dan dapur.
3. Tiang
Tiang berfungsi sebagai penyangga/penopang bangunan.