Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ARSITEKTUR TRADISIONAL

“RUMAH SOURAJA”

DISUSUN OLEH :

Andi Faidilah

Satura Daffa Tilanatta

Steven Fabbyanus Kaat

Mohamad Yusril

Rita Arimurti

Sri Wahyuni

Wahyu Nirwanda Tolani

UNIVERSITAS TADULAKO

TEKNIK ARSITEKTUR

2018/2019
A. Pengertian Arsitektur Tradisional
a. Pengertian Arsitektur Tradisional Menurut Para Ahli
“Arsitektur tradisional adalah karya dari pewarisan /penerusan norma-norma adat
istiadat atau pewarisan budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur
tradisional sebagai bagian dari kebudayaan kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-
norma agama, adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Karena
berbudayalah cenderung setiap saat kita mengadakan pembaharuan - pembaharuan yang
sering disebut modernisasi. Kebudayaan melatar belakangi setiap masalah dan sering
menimbulkan dilema antara tradisi yang cenderung bertahan dan modernisasi yang
cenderung merombak dengan membawa nilai-nilai baru.
Menurut Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan bentukan
arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari
bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar
tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi
konsesi dalam hidup bersama.
Istilah arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular sangat sering digunakan
dalam ranah arsitektur. Kedua istilah ini acap kali muncul ketika dikaitkan dengan konsep
dan desain yang bersentuhan dengan aspek budaya, genius lokal, dengan rentang waktu
(lifetime) dan sebagainya. Meski keduanya memiliki akar makna yang tidak jauh
berbeda, ada hal hal prinsip yang dapat diungkapkan agar jelas terlihat perbedaannya
sehingga lebih mudah untuk dipahami dengan mengedepankan contoh perbedaan dalam
bentuk studi kasus.
Kata tradisi berasal dari bahasa Latin traditionem, dari traditio yang berarti "serah
terima, memberikan, estafet", dan digunakan dalam berbagai cara berupa kepercayaan
atau kebiasaan yang diajarkan atau ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
biasanya disampaikan secara lisan dan turun temurun. Sebagai contoh adalah tradisi
kegiatan masyarakat di Indonesia saat perayaan peringatan hari kemerdekaan RI di setiap
tanggal 17 Agustus. Masyarakat Indonesia kerap menyelenggarakan perlombaan-
perlombaan, tumpengan dan berbagai kegiatan unik lainnya. Kegiatan semacam ini tidak
diketahui kapan dimulainya dan siapa yang memulainya.
Namun demikian, kegiatan ini telah berlangsung sekian lama secara berulang-
ulang sehingga masyarakat menjadikan kegiatan tersebut perlu dan harus dilakukan.
Inilah yang bisa disebut sebagai tradisi. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang
mengatasnamakan aktivitas-aktivitas keagamaan. Tradisi adalah sebuah praktek,
kebiasaan, atau cerita yang dihafalkan dan diwariskan dari generasi ke generasi, awalnya
tanpa memerlukan sebuah sistem tulisan. Tradisi sering dianggap menjadi kuno; dianggap
sangat penting untuk dijaga. Namun demikian ada juga beberapa tradisi yang memang
sengaja diciptakan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu; sebagai alat untuk memperkuat
kepentingan atas kalangan tertentu dan lain sebagainya. Tradisi semacam itu ternyata
dapat diubah sesuai dengan kebutuhan saat itu dan perubahan itu masih bisa diterima
sebagai bagian dari tradisi kuno. Sebagai contoh yang termasuk "penemuan tradisi" di
Indonesia adalah pada masa pendudukan kolonial Belanda, mereka membutuhkan
pengakuan kekuasaan di wilayah mereka berada sehingga usaha terbaik yang harus
mereka lakukan adalah dengan menciptakan sebuah "tradisi" yang bisa mereka gunakan
sebagai alat untuk melegitimasikan posisi mereka sendiri. Dalam hal ini mereka
memanfaatkan keberadaan seorang raja sebagai alat untuk mempersatukan rakyat
dibawahnya agar tetap loyal dan hormat pada sang raja sehingga mudah dikendalikan
oleh sang raja dan tentu saja oleh pendudukan kolonial yang menguasai sang raja.
Dengan demikian kekuasaan kolonial secara tidak langsung akan menyerap ke dalam
tradisi rakyat setempat. Dalam tataran teoritis, tradisi dapat dipandang sebagai informasi
atau terdiri atas informasi. Informasi yang dibawa dari masa lalu ke masa kini dan dalam
konteks sosial tertentu. Sehingga informasi ini bisa dianggap sebagai bagian yang paling
mendasar meski secara fisik ada tindakan- tindakan atau aktifitas tertentu yang secara
terus menerus juga dilakukan pengulangan-pengulangan sepanjang waktu. Dengan
demikian Tradisi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus atau
sebuah kebudayaan atau sebuah hasil karya yang dianggap berhasil dan memiliki
legitimasi dalam kurun waktu yang cukup panjang dan bahkan sangat panjang (lama)
yang diikuti oleh generasi generasi berikutnya secara turun temurun.
Arsitektur vernakular pada cara –cara mendesain dan mendirikan bangunan dilakukan
dengan efektif dan efisien ditemukan melalui sistem trial and error.
Jadi, arsitektur tradisional adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama
secara turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang
signifikan pada bangunan tersebut. Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang
bentuk,struktur ,fungsi,ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan secara
turun temurun serta dapat di pakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-
baiknya. Dalam rumusan arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan, yang selanjutnya
dapat berarti sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas dan lain
sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung dari
pengaruh alam, dapatlah dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan itu
sebagai tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Adapun komponen-komponen tersebut adalah : bentuk, struktur , fungsi, ragam hias serta
cara pembuatan yang diwariskan secara turun temurun. Selain komponen tersebut yang
merupakan faktor utama untuk melihat suatu arsitektur tradisional, maka dalam
inventarisasi dan dokumentasi ini hendaknya setiap bangunan itu harus merupakan
tempat yang dapat dipakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Dengan memberikan pengertian ini, maka arsitektur tradisional dapat pula dikategorikan
berdasarkan kepada aktivitas yang ditampungnya.

B. GAMBARAN UMUM SUKU KAILI, SUKU ASLI SULAWESI TENGAH


Suku kaili, suku Asli di sulawesi tengah. Suku Kaili adalah suku bangsa di
Indonesia yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi
Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala,yang meliputi daerah pesisir
Pantai barat, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung
Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau.
Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten
Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una dan Kabupaten Poso. Masyarakat suku Kaili
mendiami kampung/desa di Teluk Tomini yaitu Tinombo, Moutong, Parigi, Sausu,
Ampana, Tojo Una-Una dan kabupaten Donggala meliputi Kecamatan Sindue, Sindue
Tobata,Sirenja, Balaesang, Dampelas,dan Sojol sedang di Kabupaten Poso mereka
mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso.
Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefix
"To" yaitu To Kaili. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata
Kaili, salah satunya menyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal
dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah
ini, terutama di tepi sungai palu dan telik palu. Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu
letaknya menjorok l.k. 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di Kampung Bangga.
Sebagai buktinya, di daerah Bobo sampai ke banyak ditemukan karang dan rerumputan
pantai/laut. Bahkan di sana ada sebuah sumur yang airnya pasang pada saat air di laut
sedang pasang demikian juga akan surut pada saat air laut surut. 22
Menurut cerita (tutura), dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga tumbuh
sebatang pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini menjadi arah atau
panduan bagi pelaut atau nelayan yang memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan
pada saat itu, Bangga. Mata pencaharian utama masyarakat Kaili adalah bercocok tanam
disawah, berkebun menanam kelapa, cacao, cengkeh, cabe rawit, ubi kayu dan beberapa
jenis buah-buahan seperti durian, rambutan ,langsat dan lain-lain.Disamping itu
masyarakat suku Kaili yang tinggal didataran tinggi mereka juga mengambil hasil bumi
dihutan seperti rotan, damar, kemiri, dan kayu bantalan. Sedang masyarakat suku Kaili
yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayan
yang mengantunkan hidupnya dilaut dan berdagang antar pulau ke kalimantan,bahkan ada
juga yang sampai ke negri jiran Malaysia untuk menyeludupkan Kayu hitam ( Ebony ).
Daerah Sulawesi Tengah memiliki berbagai bentuk arsitektur tradisional dan
teknik pembuatannya beraneka ragam yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan
letak geografisnya,yaitu :
1. Souraja
Souraja merupakan rumah tradisional tempat tinggal para bangsawan, yang
berdiam di pantai atau di kota. Kata Souraja dapat diartikan rumah besar, merupakan
rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya.
Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk dan ukurannya sama
dengan souraja.
Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang kayu balok
persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau sejenisnya. Atapnya
berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan
yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan
belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan
mulai dari lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan,yaitu: Ruang depan
disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu
sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga
untuk tempat tidur tamu yang menginap. Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut
lonta tata ugana diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang
belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tapi kadang-kadang ruang makan berada di
lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar tidur
perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang lonta rorana,
maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan
dekat diterima di ruang makan. Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan
tambahan atau ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan
rumah induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate
atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni ruangan
terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi pagar sekeliling,
sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang
kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah
dipergunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.

Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan artistik lebih-lebih bila
dilihat dari hiasannya berupa kaligradi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu
atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, dibagian lonta-karavana, pinggiran
cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan.
Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan
kesejahteraan bagi penghuninya.

1. Tata Ruang Luar Banua Mbaso


Pola perkampungan.
Kota Palu (Sulawesi tengah) merupakan sebuah lembah yang merupakan bentangan
cekungan alam yang membujur dari utara ke selatan, di antara deretan pegunungan
Molengraf di sebelah timur. Dengan ketinggian puncaknya rata-rata kurang dari 2000
meter diatas permukaan laut. Sedangkan di sebelah barat 30 berderet pegunungan dari
utara keselatan.Kondisi iklim dan cuaca di kawasan lembah Palu ini terkesan kering dan
gersang.
Hal ini disebabkan karena kondisi dan letak geografis bentangan alam ini merupakan
daerah bayangan hujan, baik itu angin barat maupun angin timur,yang mana jika
berhembus di kawasan ini keduanya telah banyak menjatuhkan air yang dikandungnya di
lereng-lereng gunung sisi luar lembah Palu ini.
Akibat dari kondisi alam tersebut, maka curah hujan di sebagian besar lembah
palu termasuk sangat minim,yaitu antara 400 mm sampai dengan 1.000 mm pertahun.
Konsekuensi dari keadaan ini, menyebabkan populasi vegetasi tidak begitu lebat,dan
beberapa jenis vegetasi gurun telah dapat beradaptasi dengan baik tumbuih di daerah ini,
antara lain : Kaktus ( Opuntia elatior ), Biduri atau Roviga (Calotropis gigantean), pucuk
atau Silar (Corypha utan) dan lain-lain.
Orang Kaili (palu-sulawesi tengah) pada masa lalu mengenal beberapa lapisan
sosial, seperti golongan raja dan turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru
nukapa), golongan orang kebanyakan (to dea), golongan budak (batua). Selain itu mereka
juga memandang tinggi golongan sosial berdasarkan keberanian (katamang galaia),
keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan (kadudua) dan usia (tetua). Pola
perkampungan suku bangsa Kaili terdapat tiga pola pemukiman adat, yakni Ngapa (pola
permukiman mengelompokan padat), Boya (pengelompokan komunitas kecil menyebar),
dan Sampoa (tempat berlabuhan). Dalam sistem kekerabatan suku Kaili bersifat bilineaal,
artinya keturunan baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Ciri khas menandai jati
diri suatu masyarakat adalah kepemilikan tradisional, seperti upacara adat sebagai
ekspresi pengungkapan jati diri. Upacara ditentukan oleh jati sesuai status sosial dan atau
warisan yang pernah diterima dari 31 orang tua atau nenek moyangnya. Upacara nobou
yakni upacara tolak bala atau upacara penyembuhan terhadap berbagai jenis penyakit
biasanya upacara ini dilakukan pada kalangan raja dan bangsawan. Wujud kebudayaan
masyarakat tercermin pula dalam peralatan tradisional khususnya yang berhubungan
peralatan rumah tangga.
2. Tata Ruang Dalam
A. BAGIAN ATAS
Pada bagian atas terdiri atas :

1. Landue (loteng)
Difungsikan sebagai tempat menenun, tempat menyimpan benda puasaka (bulo), dan
juga tempat untuk anak gadis.

B. BAGIAN TENGAH
Bangunan induk berukuran 11.5  x 24.30 meter yang terbagi atas empat bagian yaitu :
 
1. Gandaria (Serambi)
Gandaria berfungsi sebagai ruang tunggu untuk tamu. 
Dibagian depan terdapat anjungan tempat bertumpunya tangga yang diletakkan pada
bagian kiri dan kanan dalam posisi saling berhadapan. 
Jumlah anak tangganya 9 buah. Dan dibagian ruang ini masih diperbolehkan
menggunakan alas kaki.

2. Lonta Karavana (Ruang Depan)


Ruang ini digunakan sebagai tempat menerima tamu dan biasa juga difungsikan
sebagai tempat molibu (musyawarah). Selain itu juga digunakan sebagai tempat tidur
kaum laki-laki.
 

3. Lonta Tatangana (Ruang Tengah)


Lonta tatangana  terbagi atas tiga buah ruang yaitu :
- Toda (Ruang tamu)
Berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan temapat musyawarah raja bersama
dewan adat.

- Ruang tidur magau palu (raja)


Merupakan tempat tidur untuk raja dimana terdapat dua buah pintu.
Pintu-pintu tersebut dari arah luar dan dari arah ruang tamu. 
Ruangan ini juga memiliki dua buah jendela.

- Ruang tidur keluarga magau


Merupakan tempat tidur untuk keluarga magau dimana terdapat 2 buah pintu dari
arah ruang tamu 
dan yang menghubungkan ke ruang tidur magau.
4. Lonta Rarana (Ruang Belakang)
Lonta rarana  terbagi atas lima buah ruang yaitu :
- Avu 1 (Dapur)
Bagian ruang ini difungsikan untuk menyimpan barang-barang yang dibutuhkan
untuk mendukung kegiatan di lonta rarana. Bagian ini tidak memiliki atap. 

- Avu 2 (Dapur)
Ruang ini difungsikan sebagai tempat memasak
- WC/ Kamar Mandi (2 buah)
Berfungsi sebagai tempat mandi juga untuk membuang hajat.

- Gudang
Difungsikan sebagai tempat menyimpanan barang-barang yang jarang digunakan

- Ruang Makan
Ruang ini berfungsi tempat makan dan juga diperuntukkan untuk kaum wanita dan
anak-anak gadis.
Selain itu ruang ini juga digunakan untuk menerima kerabat dekat.
C. BAGIAN BAWAH
1. Ruang bawah terdapat kolong yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil
perkebunan.

3. STRUKTUR BANUA MBASO

    
A. POLA STRUKTUR

 
Catatan :
Pembagian struktur Banua Mbaso secara vertikal dan 
Pembagian zona material dinding secara horizontal
Panjang 32m 
Lebar 11,5m 

1. Struktur Bawah (Sub Structure) 

 
Catatan : 
Jumlah anak tangga 9 buah
Jumlah tiang rumah induk 28 buah
Jumlah tiang rumah dapur 8 buah

2. Struktur Tengah (Mid Structure)

 
Catatan : 
Jumlah tiang kolom untuk
rumah induk dan gandaria
28 buah

3. Struktur Atas (Sup Structure)

Catatan :     
Jumlah Kuda-kuda 11 Buah
B. GAMBAR DENAH DAN POTONGAN

 
 

  

C. SISTEM SAMBUNGAN
Jenis Sambungan Balok
1. Sambungan bibir miring berkait
2. Sambungan Pen

Jenis Perekat/ Pengunci


1. Paku                    
2. Kayu Pen

4. TATA CARA MEMBANGUN

Rumah Tinjai Kanjai adalah rumah sederhana yang tingginya ± 75 – 100 cm dari atas
tanah. Tinjai Kanjai ini terdiri dari atas tiang‐tiang kayu yang diikat, lantai bambu,
dinding gaba‐gaba yang diikat pula sedangkan atap menggunakan atap rumbia.
Ukurannya bermacam‐macam tergantung kemauan pemiliknya dan jumlah keluarga yang
tinggal.Biasanya rumah tinggal ini tidak besar hanya berukuran 5x4 – 5x6 m. Tinjai
Kanjai terdiri dari kamar tidur, ruang makan sekaligusdapur, dan ruang tamu. Ruang
tamu biasanya bersebelahan dengan kamar tidur dan di depan ruang makan biasanya
terdapat kamar tidur kecil. 34
Sedangkan dapur biasanya disambung agak menonjol keluar, sekitar 1,5– 2x3
m.Letak rumah Tinjai kanjai umumnya berada di pesisir pantai karena awalnya mayoritas
penduduk suku Kaili mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Seiring
perkembangan, rumah Tinjai Kanjai juga terdapat di wilayah lainnya dalam batas wilayah
lembah Palu.
1. Bentuk Bangunan Unsur rumah sebagai identitas yang paling mudah diamati
adalah perubahan bentuk atap dan badan rumah. Di Kota Palu, berdasarkan
pengamatan bentuk atap dan badan rumah tradisional Kaili umumnya identitas
tetap atau tidak berubah. Unsur yang yang cenderung berubah adalah pada
kolong rumah. Bagian kolong rumah perubahannya cukup besar hal ini
disebabkan penambahan ruang dengan pola dan fungsi ruang sesuai kebutuhan
dari masing-masing pemilik rumah. Kolong rumah misalnya, difungsikan sebagai
gudang, dapur dan km/wc, warung bahkan dipersewakan. Kolong rumah juga
mempunyai makna khusus, baik terkait dengan strata sosialnya maupun
kedudukannya dalam masyarakat. Kolong rumah untuk golongan Raja
(maradika) lebih tinggi dibanding dengan kolong rumah untuk golongan rakyat
biasa (Batua). Sedangkan pada badan rumah misalnya, ruang teras/gandaria
dijadikan ruang tamu oleh beberapa penghuni rumah, begitu pula pada pintu dan
jendela/ventilasi dengan bentuk dan material yang lebih modern.
2. Tata Ruang Rumah Tata ruang rumah umumnya identitas cenderung berubah, hal
ini disebabkan karena peningkatan kebutuhan akan ruang, salah satunya yaitu
penambahan anggota keluarga dan jenis pekerjaan penghuni. Hal ini mendorong
penghuni dalam menata rumahnya dengan menambah ruang, baik di lantai atas
maupun pada kolong rumah. Indikator yang dipakai untuk mengetahui bentuk
perubahan ruang adalah perubahan pola ruang dan fungsi ruang.

3. Struktur/konstruksi & material bangunan sebagai salah satu unsur identitas rumah
tradisional Kaili identitasnya cenderung berubah. Hal ini di sebabkan
perkembangan teknologi bahan bangunan sehingga beberapa penghuni mengganti
bahan material dan konstruksinya dengan mempertimbangkan kekuatan, biaya
yang relatif murah, mudah dalam pengerjaan/pemasangan serta efisien dan efektif
dalam pemeliharaannya dan tahan lama.

4. Perletakan tangga umumnya tetap, hanya beberapa yang telah berubah posisinya
ke samping rumah. Hal ini disebabkan salah satunya adalah adanya usaha rumah
tangga/warung agar memudahkan aktivitas orang yang masuk dan ke luar rumah.
Adapun perletakan tangga yang posisinya tetap, hal ini disebabkan kemampuan
ekonomi penghuni dan juga keinginan untuk tetap mempertahankan posisi tangga
rumahnya. Seperti bagian-bagian lainnya pada bangunan rumah tradisional Kaili
yang mengandung makna simbolik. Perletakan tangga juga mempunyai makna
khusus, baik terkait dengan strata sosialnya maupun kedudukannya dalam
masyarakat. Jumlah anak tangga umumnya berjumlah ganjil yaitu 9 dengan
kepercayaan bahwa demi keselamatan penghuni rumah di dalam dan merupakan
suatu kepercayaan tersendiri pada saat memasuki ataupun keluar rumah.
4. Fungsi Ornamen Banua Mbaso

- BAGIAN ATAS  
1. Ragam hias
Pada bagian atas atap terdapat papan dan lisplank ukiran yang menandakan
bahwa bangunan ini merupakan rumah seorang raja.

2. Ventilasi
Pada ruang atas ini terdapat ventilasi roda yang  berfungsi sebagai  sirkulasi udara
juga sebagai pencahayaan alami loteng. Hal tersebut dibutuhkan karena  ruangan
ini digunakan sebagai tempat berdiamnya para gadis.
Ventilasi juga dibutuhkan untuk menghusir kelembaban yang jika lembab akan
berpotensi berkembangnya jamur. Selain ventilasi roda pada atap juga
mempunyai sirkulasi di sela tingkatan dua atap. 
B. BAGIAN TENGAH
1. Pintu Masuk/Keluar (3 buah)
Pada ruang ini terdapat 3 arah pintu masuk/keluar, pintu yang terdapat pada
sebelah kanan dan tengah bangunan difungsikan sebagai penghubung menuju
ruang tamu dan pintu yang terdapat pada sebelah kiri bangunan difungsikan
sebagai penghubung menuju kamarmagau (raja).
2. Pintu Kamar (3 buah)
Ruang ini memiliki 3 buah pintu, dua buah pintu menuju kamar tidur dan terdapat
satu pintu yang menghubungkan ruang tidur magaudan ruang keluarga magau.
Pintu ini berfungsi untuk mengontrol anak gadis.
3. Jendela (4 buah)
Posisi jendela ini terletak satu garis lurus yang berfungsi sebagai sirkulasi udara
dan pencahayaan.
Konon menurut kepercayaan animisme dahulu posisi jendela satu garis lurus ini
dapat mempermudah roh-roh maupun arwah leluhur untuk masuk ke dalam
rumah.
4. Pintu Belakang (3 buah) 
Terdapat tiga buah pintu pada ruang belakang yang menghubungkan ruang
tengah menuju dapur, menghubungkan ruang bawah dengan dapur dan ruang
belakang menuju dapur masak.

C. RUANG BAWAH
1. Tangga Depan (2 buah)
Tangga depan menuju ruang tengah terdapat pada bagian kiri dan kanan, tangga
pada posisi kanan bangunan berfungsi sebagai jalan untuk naik sedangkan yang
terdapat pada kiri bangunan berfungsi sebagai jalan untuk turun.
2. Tangga Belakang
Tangga belakang berfungsi untuk menghubungkan ruang bawah dan dapur.

3. Tiang
Tiang berfungsi sebagai penyangga/penopang bangunan.

Anda mungkin juga menyukai