Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah arsitektur
kota

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………......1
1.1 Latar Belakang…...………………………………………………….………….......1
1.2 Rumusan masalah………………..………………………………….……………...1
1.3 Tujuan ………………………………………………...……………...…………….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..………………………………….2
2.1 Elemen Pembentuk Kota Menurut Kevin Linch…………………………………....2
1. Elemen Path (Jalan/Jejalur)………………………...……………………...……….2
2. . Elemen Nodes (Simpul)…………...………...………………………………..…...2
3. Elemen District (Distrik)…………………………………….…………………..…3
4 Elemen Landmark (Penanda).…...………………………………………..………...3
5. Elemen Edges (Tepian)……..……………………………………………………...4
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………...5
3.1 Kesimpulan .………………….………………………………………...………...5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan
lingkungannya. Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari kemampuan
beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir sehingga lingkungan yang diamatinya
akan memberikan perbedaan dan keterhubungan. Persepsi atau perseive dapat diartikan sebagai
pengamatan yang dilakukan secara langsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap
orang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami,
sudut pengamatan, dan lain-lain.
Citra kota belum tentu merupakan identitas. Citra Kota dapat dibuat secara instan, sedangkan
identitas membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya. Jati diri kota berkaitan dengan
ritme sejarah yang telah melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat
diciptakan begitu saja berbeda dengan citra kota
Lynch, (1975: 6-8) dalam bukunya “The Image of The City” sebuah citra memerlukan:
– Identitas pada sebuah obyek atau sesuatu yang berbeda dengan yang lain
– Struktur atau pola saling hubung antaran obyek dan pengamat
– Obyek tersebut mempunyai makna bagi pengamatnya
Citra/kesan/wajah pada sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh orang banyak
bukan individual. Citra kota lebih ditekankan pada lingkungan fisik atau sebagai kualitas sebuah
obyek fisik (seperti warna, struktur yang kuat, dll), sehingga akan menimbulkan bentuk yang
berbeda,bagus dan menarik perhatian.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja Elemen rancangan kota ?
Apa yang dimaksud dengan Path(jalur) kota ?
Apa saja contoh-contoh elemen rancangan kota ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah , agar pembaca mengetahui apa saja elemen elemen rancang
kota menurut Kevin Lynch , serta contoh contoh dari setiap elemen yang ada .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ELEMEN-ELEMEN RANCANGAN KOTA MENURUT KEVIN LYNCH
1. PATHS (Jalur,Jalan)
Umumnya jalur atau lorong berbentuk pedestrian dan jalan raya
Jalur merupakan penghubung dan jalur sirkulasi manusia serta kendaraan dari sebuah ruang ke
ruang lain di dalam kota.
Secara fisil paths adalah merupakan salah satu unsur pembentuk kota. Path sangat beranaka
ragam sesuai dengan tingkat perkembangan kota, lokasi geografisnya, aksesibilitasnya dengan
wilayah lain dan sebagainya. Berdasarkan elemen pendukungnya , paths dikota meliputi jaringan
jalan sebagai prasarana pergerakan dan angkutan darat, sungai, laut, udara, terminal/pelabuhan,
sebagai sarana perangkutan. Jaringan perangkutan ini cukup penting khususnya sebagai alat
peningkatan perkembangan daerah pedesaan dan jalur penghubung baik produksi maupun
komunikasi lainnya.

Paths ini akan terdiri dari eksternal akses dan internal akses, yaitu jalan-jalan penghubung
antar kota dengan wilayah lain yang lebih luas. Jaringan jalan adalah pengikat dalam suatu kota,
yang merupakan suatu tindakan dimana kita menyatukan semua aktivitas dan menghasilkan
bentuk fisik suatu kota.
2. NODES (SIMPUL)
Simpul merupakan pertemuan antara beberapa jalan/lorong yang ada di kota, sehingga
membentuk suatu ruang tersendiri.
Masing-masing simpul memiliki ciri yang berbeda, baik bentukan ruangnya maupun pola
aktivitas umum yang terjadi.
Nodes merupakan suatu pusat kegiatan fungsional dimana disini terjadi suatu pusat inti / core
region dimana penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidup semuanya bertumpu di nodes.
Nodes ini juga juga melayani penduduk di sekitar wilayahnya atau daerah hiterlandnya.

Sumber : Paris Projet, Numero 27.28, L'Amenegement U Del'est de Paris, 1999

3 DISTRICK (DISTRIK)
Suatu daerah yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dan memberikan citra yang sama.
Distrik yang ada dipusat kota berupa daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi.

Districk , pertokoan hasanudin palu

Daerah pusat kegiatan yang dinamis, hidup tetapi gejala spesialisasinya semakin ketara.
Daerah ini masih merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan
pekerjaan. Hal ini ditunjang oleh adanya sentralisasi sistem transportasi dan sebagian penduduk
kota masih tingal pada bagian dalam kota-kotanya (innersections). Proses perubahan yang cepat
terjadi pada daerah ini sangat sering sekali mengancam keberadaan bangunan-bangunan tua yang
bernilai historis tinggi. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan distrik masih banyak tempat
yang agak longgar dan banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi antara lain pasar lokal,
daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah dan sebagian lain digunakan untuk
tempat tinggal.
4. LANDMARKS (TENGARAN)
Tengaran merupakan salah satu unsur yang turut memperkaya ruang kota.
Bangunan yang memberikan citra tertentu, sehingga mudah dikenal dan diingat dan dapat juga
memberikan orientasi bagi orang dan kendaraan untuk bersirkulasi.
Taj Mahal , India

Landmarks merupakan ciri khas terhadap suatu wilayah sehingga mudah dalam mengenal
orientasi daerah tersebut oleh pengunjung. Landmarks merupakan citra suatu kota dimana
memberikan suatu kesan terhadap kota tersebut.
5. EDGES (TEPIAN)
Bentukan massa-massa bangunan yang membentuk dan membatasi suatu ruang di dalam kota.
Ruang yang terbentuk tergantung kepada kepejalan dan ketinggian massa.
Daerah perbatasan biasanya terdiri dari lahan tidak terbangun.

Tepian Mahakam , kota samarinda

Kalau dilihat dari fisik kota semakin jauh dari kota maka ketinggian bangunan semakin rendah
dan semakin rendah sewa tanah karena nilai lahannya rendah (derajat aksesibilitas lebih rendah),
mempunyai kepadatan yang lebih rendah, namun biaya transpotasinya lebih mahal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Citra kota berperaan sebagai penambah daya tarik kota serta sebagai identitas kota itu sendiri .
Citra kota yang kuat dapat memperkuat identitas kota , sehingga dapat membuat kota tersebut
menarik .
DAFTAR PUSTAKA
https://ilmutatakota.wordpress.com/2011/04/10/konsep-citra-kota-dalam-urban-design/
https://en.wikipedia.org/wiki/Taj_Mahal

https://arsadvent.wordpress.com/2011/07/28/kevin-lynch/
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius

Lynch, Kevin. 1960, The Image Of The City, The MIT Press, Cambridge

Anda mungkin juga menyukai