Anda di halaman 1dari 1

STUDI KASUS I

Andi Faidilah
F22117112
Universitas Tadulako
2019/2020

YOYOGI
NATIONAL
GYMNASIUM
Arsitek :Kenzo Tange
Lokasi : Tokyo, Japan
Kategori : Gymnasium
Projek tahun : 1964

Sirkulasi pengguna didalam stadium dibuat terpusat dimana diten-


Struktur inovatif yang didesain oleh Tange menciptakan ayunan kurva gah-tengah merupakan tempat olahraga dan pasa sisi-sisi bangunan
dramatis yang terlihat mudah menggantung di kedua kabel penunjang ditengah. merupakan tempat duduk penonton.
Atap yang bergantung indah dan material yang tegas membuat bangunan ini
menjadi salah satu bangunan ikonik di dunia. Dua kabel baja ditopang oleh beton
yang ada dibawahnya. Kemudian, kabel-kabel pra-tekan yang ada pada atap
bergantung kepada dua kabel utama yang ditopang oleh beton tadi. Hasilnya
berupa struktur simetris yang dengan elegan bergantung dari struktur tengah
Gymnasium ini merupakan wujud yang menyerupai tulang belakang.
hibridisasi dari modernis barat dengan
arsitektur tradisional Jepang. Struktur inova-
tif yang didesain oleh Tange menciptakan
ayunan kurva dramatis yang terlihat mudah
menggantung di kedua kabel penunjang
ditengah. Atap yang bergantung indah dan
material yang tegas membuat bangunan ini
menjadi salah satu bangunan ikonik di
dunia.
Berlokasi di tengah taman terbesar
yang ada di Tokyo, Tange mendesain bangu-
nan ini untuk tetap terintegritas dengan site
disekitarnya. Struktur kabel yang indah,
panel atap yang melengkung, dan base dari
beton yang juga melengkung terlihat
bermunculan dari site sebagai satu kesatu-
an.
Entrance Jalan
Utama
jalan Stadium
utama Olahraga 1
Parkir 1
Stadium Parkir 2
Material yang digunakan pada pusat olahraga ini diantaranya baja, kaca olahraga 2
(sebagai skylight), dan beton. Bentuk bangunan ini juga terkesan simple dan Site Plan dapat menunjukan sirkulasi pengguna menuju bangunan.
tanpa ornament yang mana merupakan salah satu prinsip arsitektur modern. Kawasan stadium memiliki 3 entrance menuju ke daerah parkir, dan jalan
Dalam hal ini, Kenzo Tange tentu tidak lupa akan tradisi Jepang walaupun menuju ke bangunan stadium 1 dan stadium 2.
Pusat olahraga ini terinspirasi dari karya Le Corbusier Philip Pavilion (1) dan dia terinspirasi dari para arsitektur modernis barat, esensi tradisi tidak dihilangkan
Eero Saarinen Hockey stadium (2). Tange menjadi tertarik dengan strukturn- dari bangunannya. Penggabungan antara unsur tradisional dan modern didalam
ya dan potensi geometrical yang dimiliki bangunan-bangunan itu. Mirip dengan bangunan ini sangat serasi. Selain bentuk, arsitektur Jepang juga identik dengan
stadium hoki Eero Saarinen, Tange menerapkan struktur tengah bangunan integrasi antara ruang luar dan ruang dalam, yang mana dapat dilihat dalam
menyerupai tulang belakang tempat dimana struktur kabel dan atap menyatu bangunan ini menyatu dengan indah di sekitaran site.

Anda mungkin juga menyukai