Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK (STADION GELORA BUNG KARNO)

ANGGOTA KELOMPOK :

FATMEL IBRAHIM F 221 19 076

MOHAMMAD ABDHI FEBRIANSYAH F 221 19 035

DANANG KUSUMA WARDHANA F 221 19 001

LIANA ZULVANAH F 221 19 015

ANASTASYA F 221 19 056

ENING F 221 19 129


MENGIDENTIFIKASI BANGUNAN STADION GELORA BUNG KARNO YANG
MENGGUNAKAN STRUKTUR LIPAT PADA KONSTRUKSINYA

SEJARAH STADION GELORA BUNG KARNO

APA ITU STRUKTUR LIPAT ?

BAGAIMANA SISTEM YANG DIGUNAKAN ?


“Stadion Gelora Bung Karno”. Gelanggang Olahraga (Gelora)
Bung Karno adalah sebuah kompleks olahraga serbaguna di Senayan,
Jakarta, Indonesia. Kompleks olahraga ini menjadi rumah bagi stadion
utama, stadion sekunder, lapangan sepak bola, stadion air, stadion tenis
(indoor dan outdoor), lapangan hoki, bisbol dan panahan, serta beberapa
gimnasium dalam ruangan. Kompleks ini dibangun pada tahun 1960
untuk Pesta Olahraga Asia 1962 dan baru-baru ini menjalani rekonstruksi
besar untuk Pesta Olahraga Asia 2018 dan Pesta Olahraga Difabel Asia
2018.

Pada bangunan Stadion Gelora Bung Karno digunakan


pondasi tiang pancang dan struktur beton bertulang. Dengan
menggunakan struktur beton bertulang, pembangunan stadion utama ini
diharapkan bisa diselesaikan jauh lebih cepat dari jadwal yang sebelumnya
ditentukan. Sistem upper struktur yang digunakan pada periode ini
bermacam-macam disesuaikan dengan bentuk rancangan bangunannya,
seperti struktur cangkang, struktur lipat dan struktur dome.
APA ITU STRUKTUR LIPAT ?
Struktur lipat merupakan salah satu jenis dari struktur permukaan
bidang.Menurut R.Sutrisno(1983), struktur lipat adalah bentuk yang terjadi
dari lipatan bidang-bidang datar dimana kekakukan dan kekuatannya terletak
pada keseluruhan bentuk itu sendiri. Sistem struktur dan konstruksi yang
menonjol pada bangunan stadion Gelora Bung Karno adalah konstruksi
atap model temu gelang, yang merupakan pengembangan dari struktur
lipat yang berbentuk elips/oval. Atap oval yang mengelilingi stadion
tersebut akan bertepi serta menyatu pada sebuah gelang raksasa, yang
secara kokoh bakal dicengkeram dari bagian sebelah atas.
BAGAIMANA SISTEM YANG DIGUNAKAN ?
Sistem struktur dan konstruksi yang menonjol pada
bangunan stadion Gelora Bung Karno adalah konstruksi atap
model temu gelang, yang merupakan pengembangan dari struktur
lipat yang berbentuk elips/oval. Atap oval yang mengelilingi stadion
tersebut akan bertepi serta menyatu pada sebuah gelang
raksasa, yang secara kokoh bakal dicengkeram dari bagian sebelah
atas.
Rangka atap ini terbagi atas 5 bagian, sehingga
seluruhnya berjumlah 480bagian. Atap dengan bahan kerangka
baja mempunyai berat tidak kurang dari 5000 ton ditopang oleh
kapstan (rangka atap) sebanyak 96 buah kapstan, yang masing-
masing sepanjang 66 meter. Dengan cantilever sepanjang 18 meter
ke bagian luar stadion dan 48 meter ke bagian dalam stadion yang
tidak memiliki tiang penyangga di bagian tengah. Penyangga atap
seluruhnya berada di tepi mengelilingi bangunan stadion utama ini.

Keistimewaan Stadion ini adalah kontruksi cantilever sepanjang 48 meter. Dengan demikian berarti, bagian kontruksi
yang menonjol ke arah bagian dalam stadion, sama sekali tidak menggunakan bantuan tiang penopang. Kontruksi semacam
itu, yang baru pertama kalinya dicoba di Indonesia pada sebuah bangunan raksasa, sanggup tampil dengan sangat
mengagumkan dan telah bertahan selama puluhan tahun. Apalagi jika diingat, pekerjaan teknis ketika membangun
stadion tersebut dilakukan pada awal tahun 60-an, dengan tingkat berikut peralatan teknis, yang pada masa itu masih sangat
terbatas.
Rencana awal atap Stadion Utama yang dirancang oleh
Arsitek Rusia dengan dua deret tiang penyangga (gambar kiri
bawah). Atas permintaan Presiden Soekarno diadakan perubahan
dengan atap temu gelang yang dipotong satu deret tiang penyanga
dengan kemiringan yang lebih besar.

Struktur dan Kontruksi Atap Struktur atap terinspirasi dari struktur "longa" pada atap bangunan Toraja, yaitu bagian
ujung yang menjorok keluar dan menjulang ke atas membentuk kantilever sepertitanduk kerbau. Keistimewaan struktur
longa adalah kemampuannya untuk terbentang cukup panjang sebagai kantilever, dengan menggunakan material kayu
yang terdiri dari beberapa balok yang disusun berjenjang makin atas makin menjorok keluar.
Dari uji coba perhitungan kasar terlihat bahwa sistem kantilever berjenjang ini jauh lebih kaku dan besarnya
momen maksimal pun bisa lebih kecil bila dibandingkan dengan kantilever batang tunggal, sehingga total berat konstruksi
lebih kecil. Oleh karena bentang kantilever pada stadion ini sangat panjang, maka dipilih material baja sebagai material
konstruksi atapnya, dengan tetap mengadopsi sistem struktur kantilever longa. Kalau pada longa digunakan balok-balok
tunggal kayu yang disusun berjenjang, maka pada stadion ini digunakan"balok-balok"-space truss yang punya kekakuan
besar sehingga memungkinkan terbentang sangat panjang, dan disusun berjenjang seperti pada struktur longa. Bentuk
"balok-balok"-space truss tersebut disesuaikan dengan bentuk bidang momen yang bekerja pada tiap "balok" tersebut.

Batang-batang pada "balok-balok"-space truss merupakan batang yang menerima gaya normal (aksial): ada
yang tekan, ada yang tarik. Batang tekan lemah terhadap gejala tekuk (knik), sedangkan batang tarik tidak mengalami
gejala tekuk, kekakuan batang tekan sangat menentukan ketahanan batang terhadap tekuk. Kekakuan batang dipengaruhi
oleh besarnya momen inersia (second moment) penampang batang, elastisitas modulus, dan panjang-tekuk batang. Bentuk
penampang melintang batang yang mempunyai momen inertia paling merata khususnya terhadap gejala tekuk adalah
bentuk lingkaran, dengan pertimbangan ini dipilih pipa baja sebagai material space truss tersebut. Hasil akhir
menunjukkan sistem struktur longa yang sudah berubah wajah, walaupun hakika kantilever berjenjang longa tetap
dipertahankan. Diharapkan hal ini dapat memperkaya struktur dan bentuk pada arsitektur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai