ANGGOTA KELOMPOK :
Keistimewaan Stadion ini adalah kontruksi cantilever sepanjang 48 meter. Dengan demikian berarti, bagian kontruksi
yang menonjol ke arah bagian dalam stadion, sama sekali tidak menggunakan bantuan tiang penopang. Kontruksi semacam
itu, yang baru pertama kalinya dicoba di Indonesia pada sebuah bangunan raksasa, sanggup tampil dengan sangat
mengagumkan dan telah bertahan selama puluhan tahun. Apalagi jika diingat, pekerjaan teknis ketika membangun
stadion tersebut dilakukan pada awal tahun 60-an, dengan tingkat berikut peralatan teknis, yang pada masa itu masih sangat
terbatas.
Rencana awal atap Stadion Utama yang dirancang oleh
Arsitek Rusia dengan dua deret tiang penyangga (gambar kiri
bawah). Atas permintaan Presiden Soekarno diadakan perubahan
dengan atap temu gelang yang dipotong satu deret tiang penyanga
dengan kemiringan yang lebih besar.
Struktur dan Kontruksi Atap Struktur atap terinspirasi dari struktur "longa" pada atap bangunan Toraja, yaitu bagian
ujung yang menjorok keluar dan menjulang ke atas membentuk kantilever sepertitanduk kerbau. Keistimewaan struktur
longa adalah kemampuannya untuk terbentang cukup panjang sebagai kantilever, dengan menggunakan material kayu
yang terdiri dari beberapa balok yang disusun berjenjang makin atas makin menjorok keluar.
Dari uji coba perhitungan kasar terlihat bahwa sistem kantilever berjenjang ini jauh lebih kaku dan besarnya
momen maksimal pun bisa lebih kecil bila dibandingkan dengan kantilever batang tunggal, sehingga total berat konstruksi
lebih kecil. Oleh karena bentang kantilever pada stadion ini sangat panjang, maka dipilih material baja sebagai material
konstruksi atapnya, dengan tetap mengadopsi sistem struktur kantilever longa. Kalau pada longa digunakan balok-balok
tunggal kayu yang disusun berjenjang, maka pada stadion ini digunakan"balok-balok"-space truss yang punya kekakuan
besar sehingga memungkinkan terbentang sangat panjang, dan disusun berjenjang seperti pada struktur longa. Bentuk
"balok-balok"-space truss tersebut disesuaikan dengan bentuk bidang momen yang bekerja pada tiap "balok" tersebut.
Batang-batang pada "balok-balok"-space truss merupakan batang yang menerima gaya normal (aksial): ada
yang tekan, ada yang tarik. Batang tekan lemah terhadap gejala tekuk (knik), sedangkan batang tarik tidak mengalami
gejala tekuk, kekakuan batang tekan sangat menentukan ketahanan batang terhadap tekuk. Kekakuan batang dipengaruhi
oleh besarnya momen inersia (second moment) penampang batang, elastisitas modulus, dan panjang-tekuk batang. Bentuk
penampang melintang batang yang mempunyai momen inertia paling merata khususnya terhadap gejala tekuk adalah
bentuk lingkaran, dengan pertimbangan ini dipilih pipa baja sebagai material space truss tersebut. Hasil akhir
menunjukkan sistem struktur longa yang sudah berubah wajah, walaupun hakika kantilever berjenjang longa tetap
dipertahankan. Diharapkan hal ini dapat memperkaya struktur dan bentuk pada arsitektur.
TERIMA KASIH