Anda di halaman 1dari 17

AGUNG MATFIQIH / 16021102073

REINALDY USMAN / 16021102072


CHRISTIAN SASAPU / 16021102074
TRISNO PATANDUNG / 210211020052
FADHILAH A.R AMIR / 210211020087

KELOMPOK :6
1. PERBEDAAN ANATARA ARSITEKTUR VERNAKULAR DAN
ARSITEKTUR TRADISIONAL

A. Vernakular – Arsitektur Vernakular

Menurut Yulianto Sumalyo (1993), vernacular adalah


bahasa setempat, dalam arsitektur istilah ini untuk
menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-
unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat,
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak
denah, struktur, detail-detail bagian, ornamen, dll)

menurut Paul Oliver dalam Encyclopedia of Vernacular Architecture


of the World adalah terdiri dari rumah-rumah rakyat dan bangunan
lain, yang terkait dengan konteks lingkungan mereka dan sumber
daya tersedia yang dimiliki atau dibangun, menggunakan teknologi
tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk
memenuhi kebutuhan spesifik untuk mengakomodasi nilai-nilai,
ekonomi dan cara hidup budaya yang berkembang
B. Tradisional – Tradisi – Arsitektur Tradisional

Kata tradisi berasal dari bahasa Latin traditionem, dari


traditio yang berarti "serah terima, memberikan, estafet", dan
digunakan dalam berbagai cara berupa kepercayaan atau
kebiasaan yang diajarkan atau ditularkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya, biasanya disampaikan secara lisan
dan turun temurun. Tradisi adalah sebuah praktek,
kebiasaan, atau cerita yang dihafalkan dan diwariskan dari
generasi ke generasi

Dalam tataran teoritis, tradisi dapat dipandang sebagai


informasi atau terdiri atas informasi. Informasi yang dibawa
dari masa lalu ke masa kini dan dalam konteks sosial
tertentu. Sehingga informasi ini bisa dianggap sebagai
bagian yang paling mendasar meski secara fisik ada
tindakan tindakan atau aktifitas tertentu yang secara terus
menerus juga dilakukan pengulangan-pengulangan
sepanjang waktu
Untuk mendapatkan gambaran aspek perbedaan yang cukup
jelas antra istilah arsitektur vernakular dan arsitektur tradisional,
salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan melakukan
pendekatan studi kasus terhadap dua bentuk karya arsitektur
tradisional yang ada di Indonesia
2. PERADABAN DAN CARA MEMBANGUN RUMAH

A. MEMBANGUN RUMAH ADAT SUMBA, MEMBANGUN


PERADABAN DENGAN GOTONG ROYONG

Upacara masuk rumah adalah salah satu dari sekian


upacara ketika masyarakat suku Kodi membangun rumah.
Dimulai dari Musyawarah desa ketika waktu Nyale sekitar
bulan febuari. Nyale adalah kegiatan rutin tahunan bagi
masyarakat Kodi di Sumba, kegiatan nyale ini biasanya di
iringi dengan musyawarah satu kampung adat yang di hadiri
oleh seluruh penduduk kampung
Setelah Musyawarah, kemudian keluarga empunya rumah
mencari bahan konstruksi rumah hingga tengah tahun,
kemudian dilanjutkan dengan upacara meminta ijin
penggunaan bahan bangunan kepada Marapu, sebuah
sistem kepercayaan masyarakat Sumba terhadap leluhur

Struktur atap yang besar di rakit terlebih


dahulu diatas tanah
Setelah ditentukan tanggal baik untuk memulai konstruksi utama, 4
tiang utama didirikan dan rangka atap utama yang telah dirakit,
dipindahkan ke atas struktur tiang utama.

Setelah 4 tiang utama hingga rangka


utama atap selesai, salah seorang perwakilan keluarga naik ke puncak
atap untuk menyempurnakan sambungan konstruksi dan persiapan
penutup atap
. Seluruh kegiatan konstruksi utama ini
dilakukan dalam waktu sehari penuh,
dengan bantuan seluruh kampung dan
tetangga,

masyarakat akan membantu menyempurnakan struktur bangunan


keseluruhan. Setelah selesai keseluruhan konstruksi bangunan,
upacara selanjutnya adalah tutup atap, yaitu menutup rumah
dengan alang alang secara bersama sama.
B. MEMBANGUN RUMAH ADAT PALEMBANG/RUMAH LIMAS

Rumah tradisional Limas adalah rumah adat Palembang


yang dibangun dengan model rumah panggung
Rumah adat ini adalah warisan secara turun-temurun Suku
Palembang yang memadukan beragam kebudayaan, dari
Hindu-Budha dan tradisi Islam

Proses pembangunan rumah Limas biasanya juga diawali


dengan acara selametan, dengan mengundang alim ulama
dan para tokoh sesepuh setempat.
Tradisi ini dilakukan dengan proses pemotongan hewan
kurban menurut kemampuan masing-masing warga
Rumah adat Limas dibagi menjadi 3 bagian yang berbeda, yakni
ruangan depan, ruangan tengah, dan ruangan belakang.
Setiap ruangan ini memiliki kegunaan yang berbeda-beda

Rumah adat Limas di Palembang, memiliki beberapa


macam ruang berundak yang sudah diatur dalam filosofi
Kekijing
Rumah adat Limas memiliki luas sekitar 400 sampai 1000 meter
persegi bahkan lebih. Bangunan tradisional tersebut dibangun
dengan bahan material dari kayu unglen atau ulin.

Dinding, pintu dan lantai rumah Limas umumnya terbuat dari


kayu tembesu dan dihias dengan ukiran khas Palembang.
Untuk bagian lantai, pintu,
pagar, serta dinding dibuat dari
kayu Trembesi tanpa
menggunakan paku, di mana
kayu Trembesi ini dikenal punya
kelebihan dalam hal ekonomi
dan ekologi

Umumnya rumah Limas


dibangun dengan jendela-
jendela yang berukuran besar.
Setiap kekijing, memiliki 2 buah
jendela di kanan dan di kiri.
Serta kerangka rumah adat Limas dibuat dari bahan
kayu seru

Rumah adat Limas hanya dibangun menghadap dua arah mata angin,
yakni ke arah timur dan barat. Bagian rumah yang menghadap timur
disebut dengan matoari edop. Bagian tersebut merupakan arah
matahari muncul dan melambangkan awal mula kehidupan manusia
berlangsung.
Rumah adat Limas merupakan rumah yang mengusung konsep
rumah panggung, sehingga bangunan rumah ini dilengkapi dengan
tiang pancang yang menopang bangunan. Tiang penyangga rumah
Limas memiliki ketinggian sekitar 1,5 sampai 2 meter dari
permukaan tanah.

Karena rumah adat Limas merupakan rumah panggung, sehingga


rumah ini memiliki kolong yang berada di bawah lantai rumah. Kolong
tersebut biasa digunakan sebagai tempat menyimpan barang
maupun tempat untuk beternak hewan peliharaan
C.Rumah Banua Tada Sulawesi Tenggara Buton

Rumah adat ini adalah sebuah rumah besar yang dikenal


dalam budaya suku Buton. Rumah adat ini diketahui memiliki
beberapa keunikan, baik dari segi arsitekturnya, fungsinya,
hingga nilai nilai filosofis yang dimilikinya

Banua Tada berasal dari 2 kata, Banua yang berarti rumah


dan Tada yang berarti siku. Banua Tada disebut Rumah
Siku karena kita dapat melihat banyak siku-siku pada
struktur rangka bangunannya
Banua tada terbagi atas 3 jenis yaitu :

Kamali disebut juga Malige, adalah rumah Banua Tada yang


digunakan secara khusus oleh sultan dan keluarganya. Ukurannya
lebih besar dibandingkan jenis Banua Tada lainnya Rumah ini memiliki
4 tingkatan lantai dan atap bersusun dua

Banua Tada Tare Pata Pale, adalah rumah Banua Tada yang
digunakan oleh para pejabat dan pegawai istana. Biasanya rumah ini
bertiang 4, atapnya bersusun, dan memiliki 2 jendela di kiri dan kanan
rumah.

Banua Tada Tare Talu Pale, adalah rumah Banua Tada yang
digunakan oleh orang biasa. Rumah ini memiliki jumlah tiang tiga dan
atapnya simetris
Menurut La Ode Ali Ahmadi, petugas arkeologi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, konstruksi ketiga jenis
bangunan tersebut di atas pada dasarnya adalah sama karena
berasal dari satu konstruksi yang sama, yaitu rumah yang memiliki
siku atau dalam istilah setempat disebut dengan banua tada
(rumah siku).

Meskipun demikian, ketiga jenis bangunan tersebut di atas tetap


memiliki perbedaan. Perbedaan ini muncul karena adanya
perbedaan status sosial orang yang menghuninya. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada jumlah tiang yang digunakan, bentuk
susunan rumah, dan posisi lantai rumah

Anda mungkin juga menyukai