Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MATA KULIAH
“ARSITEKTUR HIJAU“

“ARSITEKTUR HIJAU DARI PAPUA (RUMAH HONAI)”

Disusun Oleh :
DIRZAN KAHAR
NIM: E1B120066

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
ARSITEKTUR HIJAU RUMAH HONAI

Arsitektur hijau disebut juga arsitektur ekologis atau arsitektur ramah lingkungan, adalah
satu pendekatan desain dan pembangunan yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis dan
konservasi lingkungan, yang akan menghasilkan satu karya bangunan yang mempunyai kualitas
lingkungan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Salah satu arsitektur lokal yang masih bertahan hingga kini adalah Rumah Honai, rumah
adat suku Dani yang tinggal di lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Keberadaaan
Rumah Honai dapat ditemukan di lembah-lembah dan pegunungan Papua.
Honai merupakan rumah mungil dengan bentuk seperti jamur. Rumah ini memiliki
bentuk dasar lingkaran dengan rangka kayu berdinding anyaman dan atap kerucut yang terbuat
dari jerami. Tingginya sekitar 2,5 meter.
Hal ini menjadi contoh bagi arsitektur generasi sekarang bahwa jauh sebelum dikenalnya
ilmu arsitektur hijau, nenek moyang kita di Indonesia sudah menerapkannya.
BANGUNAN HIJAU
Bangunan hijau adalah satu pendekatan pembangunan bangunan yang didasarkan atas
prinsip-prinsip ekologis. Pendekatan ini dipilih berdasarkan kenyataan bahwa selama ini 50%
sumberdaya alam dipakai untuk bangunan dan 40% energi dikonsumsi bangunan. Sementara itu
lebih dari 50% produksi limbah berasal dari sektor bangunan. Kenyataan ini menunjukkan
adanya ketidak seimbangan lingkungan yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan
dan kehidupan manusia.
PRINSIP ARSITEKTUR HIJAU TERHADAP RUMAH HONAI

1. Konservasi energi
Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan bahan bakar
untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai saat
pembangunan/konstruksi bangunan, pemakaian atau pengoperasian bangunan, dan saat
bangunan dirobohkan.
Pada rumah honai sama sekali tidak menggunakan energi listrik, Terkait
pencahayaan pada siang hari sangat baik, karena honai sendiri berada pada daerah
pegunungan sehingga pencahayaan yang masuk pada siang hari sangat optimal. Dan di
malam hari untuk pencahayaan tepat di bagian tengah pada lantai terdapat galian tanah
yang berfungsi sebagai tungku selain sebagai penerangan, bara api juga bermanfaat untuk
menghangatkan tubuh.
2. Penyesuaian dengan iklim
Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim dan sumber energi alam yang ada.
Iklim di Indonesia adalah panas lembab, sehingga bangunan harus dirancang untuk
mengatasi udara panas, kelembaban dan curah hujan tinggi.
Pada Rumah Honai yang berada di lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Sehingga bentuk rumah dengan atap menutup hingga ke bawah ini ternyata
bertujuan untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak terkena air hujan.
Sekaligus dapat meredam hawa dingin agar tidak masuk ke dalam rumah. Rumah ini juga
tidak memerlukan jendela mengingat suhu di sana bisa mencapai 10-15 derajat celcius
pada waktu malam. Hanya ada satu pintu untuk akses keluar-masuk dengan ventilasi
kecil yang aman dari masuknya binatang liar.

3. Meminimalkan pemakaian sumberdaya


Bangunan harus dirancang untuk mengurangi pemakaian sumberdaya, terutama
yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian bangunan dapat membentuk
sumberdaya baru untuk arsitektur bangunan lain.
Pada Rumah Honai material yang digunakan berasal dari bahan alami yang dapat
diperbaharui. Lantai tanah, dinding anyaman dan atap jerami merupakan bahan yang
sangat ramah lingkungan. Hal ini menjadi contoh bagi arsitektur generasi sekarang bahwa
jauh sebelum dikenalnya ilmu arsitektur hijau, nenek moyang kita di Indonesia sudah
menerapkannya.

4. Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam
pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan,
keamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Rancangan bangunan juga harus
memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya
Pada Rumah honai sengaja di buat dengan bentuk rumah dengan atap tertutup
hingga kebawah, hal ini di dibuat untuk kenyamanan pengguna, agar tidak terkena air
hujan. Sekaligus dapat meredam hawa dingin agar tidak masuk ke dalam rumah. Rumah
ini juga tidak memerlukan jendela mengingat suhu di sana bisa mencapai 10-15 derajat
celcius pada waktu malam. Dan demi keamanan pengguna hanya terdapat satu pintu
untuk akses keluar-masuk dengan ventilasi kecil yang aman dari masuknya binatang liar.

5. Memperhatikan lahan (site)


Bangunan harus “membumi”. Ada interaksi antara bangunan dan lahan.
Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan potensi lahan tempat bangunan
akan didirikan.
Dengan kehidupan suku dani yang hidup secara berkelompok dalam satu kesatuan
kelompok teritorial, dan dengan mata pencaharian utamanya adalah dengan bercocok
tanam dengan system ladang yang berpindah dan berburu, di dalam batas territorial
mereka.
Dengan demikian, kompleks yang di gunakan dari suku Dani adalah Silimo. Satu
kompleks Silimo terdiri dari beberapa massa bangunan dengan fungsi-fungsi khusus, dan
satu Silimo dihuni oleh satu keluarga luas terbatas.
Pada satu Silimo terdiri dari unit-unit massa bangunan sebagai berikut :
1. Hunila (Dapur)
2. Ebai tempat tinggal perempuan
3. Honai tempat tinggal laki-laki
4. Pliamo (Rumah Adat)
5. Wamdamu (Kandang Babi)

Anda mungkin juga menyukai