Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL MODUL 2

MASALAH KESEHATAN DALAM KELUARGA


( PENDEKATAN DIAGNOSTIK KELUARGA UNTUK KASUS DIARE )


Kelompok 4 :
Wa Ode Asfiyai s.
Adhytya Pratama A.
Sul Fadhilah Hamzah
Alminsyah
Dwi Nur Akta Fiani S.
Eka Suci Fitria Syaing
Ershanty Rahayu R. Y
Riris Mayasari
Asri Rahmayanti
Vania Trisya S.
Nofriyanti Restu H.
Ledzyana Nur Islami
Ricky Arianto
K1 A1 10 009
K1 A1 10 015
K1 A1 10 017
K1 A1 10 025
K1 A1 10 026
K1 A1 10 027
K1 A1 10 046
K1 A1 10 049
K1 A1 10 060
K1 A1 10 062
K1 A1 10 074
K1 A1 10 075
K1 A1 10 081


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya
(Notoadmojo, 2003).
Rumah
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.
Pada zaman purba manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang,
dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon.
Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat
tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba
modern.sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya,
dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan
kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan
yang ada setempat (lokal material) pula. Setelah manusia memasuki abad modern
ini meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi
kadang-kadang desainya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya
(Notoadmojo, 2003).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah :
1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana
rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di
kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat
gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya.
Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial
budaya pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain
sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang
ringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,
kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan
sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya
(Notoadmojo, 2003).

Syarat-syarat rumah yang sehat :
1. Bahan bangunan
a. lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi
ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang
yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai
rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting
disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-
benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan
berdebu merupakan sarang penyakit.
b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya
kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup.
Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding
atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada
dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah.
c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat
membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang
tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan
bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O
2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O
2
didalam rumah yang berarti kadar
CO
2
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini
akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri
penyebab penyakit.)
Funsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap didalam
kelembaban (humuduty) yang optium.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga
lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat
yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat
merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-
kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan
rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar
matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh
bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai
jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar sinar
matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya
jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca. Genteng
kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa
waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti
lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya
akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di
samping menyebabkan kurangnya konsumsi O
2
juga bila salah satu anggota
keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5
3 m
2
untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan Tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau
belakang).Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu
diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian
dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup
dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam
rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber
penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari
rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).

Sistem Pembuangan
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto,
1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain
seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun
volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-
kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut
dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus
dikelola atau diolah secara baik.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar
mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organic.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu
pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan
memnjadi rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah,
dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah
ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna
suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung
sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja,
dan sebagainya.
2. Karakter kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya. Oleh sebab itu, pada
umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam
apabila sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam air buangan
terdiri dari dua gabungan, yakni :
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine,
dan asam amino.
b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan
karbuhidrat, termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga
dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak
berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air
limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :
a. menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama: kholera,
typhus abdominalis, desentri baciler.
b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.
c. Menjadi temoat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva
nyamuk.
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup
lainya.
f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman,
dan sebagainya.

Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup
terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan
mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul
karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air
limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :
1. Pengeceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya
penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini
menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-
badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara
1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi
kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga
memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam
keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian
atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama
dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah
potong hewan, damn lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein
cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

Salah satu Instrument Penilaian Rumah Sehat mengacu pada Pedoman Teknis
Penilaian Rumah Sehat Depkes RI Tahun 2007, dengan pembagian bobot
penilaian meliputi bobot komponen rumah, bobot sarana sanitasi, serta bobot pada
perilaku penghuni. Sesuai dengan pedoman ini, secara umum rumah dikatakan
sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan
khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni;
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman
dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup;
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan di dalam rumah;

B. Diare
Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang
menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab
diare, yaitu:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti:
Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan

Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare
satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu
di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit
akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-
organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus.
Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding
usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat
sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan
tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan
tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian
dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita
diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi,
tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang
memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya
sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung
susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan
mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose.
Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa
wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik.
Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam
permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi
dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare
karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan
pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.

Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai:
Muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.Selain itu, dapat pula
mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya
agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan
parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung
maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan
hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput,
mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18
bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

Pengobatan Diare yang Tepat
Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh
virus, bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja
yang encer.Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah
penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi yang disebut dehidrasi ini
berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan
kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan
kematian, jelas dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD, KGEH, MMB Sebagian besar diare
akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian
cairan dan meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti dari
pengobatan diare adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare, ungkap dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD,
KGEH, MMB. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,
bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan
dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan
kejang perut yang tidak menyenangkan.
Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep
dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab
diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek
samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat
menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Penggolongan Obat Diare
A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab
diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada
1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen
(luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang
sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
5. Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur
filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan
menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik
mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat
ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.

B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-
lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.

C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan
oksifenonium.

Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting
disease). Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam
jiwa. Dua pembunuh terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare
dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
Pemakaian botol susu yang tidak bersih
Menggunakan sumber air yang tercemar
Buang air besar disembarang tempat
Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan
yang kotor.
Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari
kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air
besar. Semua yang dapat mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam
mulut anak harus diawasi.Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare
yaitu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan
sabun, jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang
di seluruh dunia, khususnya balita .Tak kalah penting adalah pemberian ASI
minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin.
Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain
ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare,
Penyebab utama diare pada orang dewasa adalah bakteri yang mengkontaminasi
makan dan minuman, sehingga mencegah diare pada orang dewasa adalah dengan
memperhatikan kebersihan makanan dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang
tetap dalam keadaan baik.
Seperti dikutip dari Babycenter, Senin (29/3/2010) ada beberapa gejala
yang bisa dijadikan panduan untuk mengetahui apa penyebab diare pada bayi,
yaitu:
1. Jika diare yang terjadi disertai dengan muntah, sakit perut, demam, menggigil,
perasaan sakit, maka kemungkinan ada masalah pada gastroenteritis (pencernaan).
Jika disertai dengan adanya darah dalam kotoran bayi kemungkinan akibat infeksi
bakteri.

2. Diare terjadi setelah bayi mengonsumsi susu formula atau terlalu banyak
makanan tertentu, kemungkinan diare diakibatkan oleh masalah makanan atau
susu.
3. Diare disertai oleh perut yang kembung, gas dan kotoran yang seperti
berminyak, kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi parasit.

4. Diare terjadi setelah bayi mengonsumsi obat tertentu seperti antibiotik atau obat
lainnya, kemungkinan disebabakan oleh efek samping dari obat yang dikonsumsi.

5. Diare yang disertai oleh muntah, keringat berlebih, keletihan, kejang-kejang
serta membuat bayi menjadi tidak sadar, kemungkinan disebabkan oleh keracunan
sesuatu. Jika bayi sudah tidak sadarkan diri atau mengalami kesulitan bernapas,
sebaiknya segera larikan ke rumah sakit.

6. Bayi menjadi rewel setelah menyusui, perut kembung, diare dan kotoran yang
ada menimbulkan bau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh laktosa intoleransi
atau tidak dapat mentoleransi laktosa yang ada di dalam susu.

7. Jika diare yang muncul disertai dengan muntah, gatal-gatal, hidung tersumbat,
bengkak, sesak napas, mengi, kesulitan menelan dan timbulnya ruam pada kulit,
kemunginan disebabkan oleh alergi makanan yang dikonsumsi bayi.

8. Diare dengan adanya perasaan kembung atau bergas, muntah, kolik, kotoran
yang berdarah, menolak untuk makan, batuk, mengi dan gejala ini timbul sekitar
45 menit setelah mengonsumsi susu, kemungkinan disebabkan bayi tidak dapat
mentoleransi protein yang terkandung di dalam susu.

9. Bayi menjadi rewel, menangis, menarik-narik telinga, demam, diare, muntah,
tidak nafsu makan serta keluar cairan berwarna kuning atau putih dari telinga,
kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi pada telinga.

10. Mengalami diare yang kronis, pertumbuhan yang terganggu, batuk yang
disertai dengan rengekan, napasnya mendesah atau mengi, kemungkinan
disebabkan penyakit cystic fibrosis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
Pada penyelesaian tutorial modul 2 terkait PENDEKATAN DIAGNOSTIK
KELUARGA UNTUK KASUS DIARE, kelompok 4 melakukan tinjauan kasus
terhadap pasien anak yang terkena diare pada tanggal 3 April 2013 dan 6 April
2013.
Kelompok : 4
Tanggal : 3 April 2013 dan 6 April 2013

B. Data Identitas Keluarga Pasien
1. Biodata Pasien
Nama : Bebi Gaesar
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 2 tahun 1 bulan
Pendidikan : -
Alamat : Jln. Tunggala
Status dalam keluarga : Anak ke 3 ( bungsu )

2. Identitas / Susunan keluarga
No. Nama anggota
L/P / Tempat
tanggal lahir
Hubungan
keluarga
Pendidikan/
pekerjaan
Keadaan
fisik
1. Andi T. Mangidi L/11-03-1977 KK
SLTP/
wiraswasta
Sehat
2. Hasmiyati P/8-02-1980 Istri SLTP/ IRT
Sehat
3.
Atriani Saputri
Ningsi
P/ -06-1996 Anak SMA / siswi
Sehat
4. Bayu Albar S. L/ - 11-2000 Anak SD/ siswa
Sakit
5. Bebi Gaesar L / - 02 -2011 Anak -
Sakit

Riwayat Imunisasi : Semua anggota keluarga memiliki imunisasi lengkap

3. Genogram keluarga








Keterangan : : Orang Tua dari
: Andi T. Mangidi
: Hasmiyati
: Atriani Saputri Ningsi
: Bayu Albar S.
: Bebi Gaesar
: Jumlah saudara yang tidak diketahui

C. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien
1. Bapak
Sakit Gigi
2. Ibu
-
3. Atriani Saputri Ningsi
-
4. Bayu Albar S
Epilepsi
5. Bebi Gaesar
Diare ( pasien )

D. Data Pola Hidup Keluarga
1. Pola kesehatan
Bila anggota keluarga sakit berobat ke PUSKESMAS atau Rumah sakit.
2. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola makan dan makanan
Dewasa: tidak teratur
Atriani Saputri Ningsi dan Bayu Albar S. : tidak teratur
Bebi Gaesar : malas makan, makan kerupuk / snack , makan
mie instan, makan dilantai tanah
Ibu memberikan produk susu yang tidak sesuai dengan usia
penderita
Ibu tidak merendam dengan air panas botol susu yang akan
digunakan

Penyediaan Makanan : Dilakukan oleh ibu / istri
b) Pola kebersihan
Keluarga Mandi dengan Teratur
Keluarga tidak ada kebiasaan rutin
Ibu sering mencuci pakaian
Sumber air untuk mencuci dan mandi: air sumur umum
E. Data Keadaan Lingkungan
1. Rumah huni berukuran kecil untuk dihuni oleh 2 orang dewasa, 1 orang
remaja, 1 orang anak, 1 orang bayi
2. Atap rumah terbuat dari atap rumbia
3. Lantai rumah terbuat dari tanah lembab yang dilapisi oleh ambal kain dan
tikar anyaman
4. Dinding terbuat dari papan dan tripleks sebagai pembatas antara kamar
tidur
5. Ventilasi hanya terdiri atas 1 buah jendela yang tertutup oleh perabotan
rumah ( televise ) dan lubang tidak tertutup antara atap dengan dinding
6. Ruang tamu,ruang santai,ruang dapur bersatu tanpa sekat pemisah
7. Pencahayaan pada siang hari cukup terang karena cahaya matahari dapat
masuk melalui lubang dan ventilasi. Sedangkan pada malam hari
menggunakan lampu.
8. Tidak terdapat palvon
9. Tempat mencuci piring diluar ( tidak ada )
10. Perabotan rumah cukup bersih dan lengkap
11. Kamar tidur berjumlah 2 buah
12. Kasur tidur terbuat dari springbed
13. Kamar mandi menggunakan sumur umum dan WC umum
14. Tempat sampah tidak ada, tampak sampah berserakan disembarang
tempat
15. Jamban berada diluar rumah
16. Pekarangan rumah sempit karena di himpit oleh rumah lain, berumput
dan terdapat parit atau selokan yang tidak teratur.
17. Letak rumah tidak dipinggir jalan
18. Terdapat tempat pembuangan limbah yang kotor dan tergenang
19. Dapur yang kurang bersih

F. Keadaan social, ekonomi dan Pendidikan keluarga
1. Sifat Keluarga
Keluarga inti karena terdiri atas bapak, ibu, dan tiga orang anak.
2. Sosial Ekonomi
a. Kepala keluarga tidak memiliki penghasilan yang tetap
b. Istri sebagai ibu rumah tangga tidak bekerja
3. Sosial Budaya
Hubungan keluarga dan tetangga yang lain memiliki hubungan yang baik,
ramah dan saling membantu
4. Pendidikan ayah dan ibu dan pengetahuan tentang diare
a. Bapak : SLTP, -
b. Ibu : SLTP, pernah mengikuti penyuluhan kesehatan dan
memiliki pengetahuan tentang kesehatan anak ( KMS,gizi,dll)

G. Data Kesehatan Keluarga
1. Ayah
Kesehatan umum : Baik
Status gizi : -
Tanda Vital : -
2. Ibu
Kesehatan Umum : Baik
Status Gizi : Baik
Tanda vital : Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
3. Anak 1
Kesehatan Umum : Baik
Status Gizi : Baik
Tanda vital : -
4. Anak 2
Kesehatan Umum : Baik, riwayat epilepsi
Status Gizi : Baik
Tanda vital : -
5. Anak 3
Kesehatan Umum : Baik, hiperaktif
Status Gizi : Baik
Tanda vital : -


H. Daftar Masalah Keluarga
Permasalahan Penerangan
Anak ketiga ( bungsu ) mengalami
diare
Hasil anamnesa melalui ibu
dikatakan bahwa anak ke 3 sering
mengalami diare dan berobat di
puskesmas

Kebersihan sanitasi rumah dan
lingkungan yang kurang baik dan
tidak ideal untuk di huni

Pekarangan rumah yang
sempit,kotor,tidak teratur
Jamban yang berada di luar rumah
Keadaan ventilasi dan
pencahayaan yang kurang baik
Tempat pembuangan sampah yng
kotor dan tergenang
Lantai yang langsung dari tanah
dan lembab membuat keadaan
rumah tidak sehat dan tetap
dijadikan tempat keluarga untuk
beraktifitas
Keadaan dapur yang kurang bersih
Sumber air yang digunakan adalah
sumur umum yang letaknya jauh
dari hunian

Keadaan status ekonomi keluarga
yang rendah
Hanya bapak yang berkerja dan
pendapatan juga tidak tetap untuk
kehidupan ahli anggota keluarga
yang lain.



I. Perencanaan Intervensi terhadap masalah keluarga
Permasalahan Rencana intervensi Rasional tindakan intervensi
Anak ketiga
(bungsu )
mengalami diare
Memperbaiki pola
makan dan kesehatan
makanan semua anggota
keluarga
Konseling kepada kedua
ibu bapak mengenai
diare,penyebab dan
pencegahannya
Memberikan konseling
tentang konsumsi
produk susu yang tidak
sesuai dengan usia
penderita
Memberi saran kepada
orang tua untuk
mengurangi kontak
langsung dengan lanati
tanah khususnya ketika
makan.
Memberikan
penyuluhan mengenai
sanitasi dan lingkungan
yang bersih
Konseling tentang
PHBS
Dengan pemberian
konseling dan
penyuluhan tentang
pentingnya menjaga
kebersihan kan
kesehatan makanan yang
dikonsumsi
Dengan konseling ini,
diharapkan ibu dan
keluarga mengenal dan
menerapkan perilaku
yang dapat menurunkan
intensitas terjadinya
diare
Dengan konseling ini,
diharapkan ibu dan
bapak dapat
memberhentikan
konsumsi produk susu
yang tidak sesuai
dengan penderita dan
menggantinya dengan
susu yang sesuai (
keluhan diare dapat
berkurang )
Diharapkan saran ini
dapat dilaksanakan
untuk mengurangi
kontak tanah dengan
penderita sehingga
kemungkinan terkena
diare dapat diturunkan
Dengan konseling ini
diharapkan dapat
menerapkan perilaku
yang baik terhadap
sanitasi dan lingkungan
untuk menghindari
penyakit yang dapat
disebabkan oleh sanitasi
dan lingkungan yang
tidak bersih.
Diharapkan dengan
konseling ini semua
anggota keluarga dapat
menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Kebersihan
sanitasi rumah
dan lingkungan
yang kurang baik
dan tidak ideal
untuk di huni

Memberikan
penyuluhan tentang
sanitasi dan lingkungan
yang bersih dan sehat
terhadap keluarga dan
bagaiman menjaga
kebersihan lingkungan
Dengan pemberian
penyuluhan tentang
sanitasi lingkungan yang
baik diharapkan semua
anggota keluarga
memahami bagaimana
gambaran lingkungan
yang sehat sebenarnya
dan dapat
mempraktekkannya
Keadaan status
ekonomi keluarga
yang rendah dan
tidak tetap
Memberi konseling
kepada ibu dan bapak
tentang pemanfaatan KB
dan perencanaan
penggunaan keuangan
yang lebih baik

Dengan konseling ini
diharapkan keluarga
dapat lebih baik dalam
hal pemenuhan
kebutuhan.


J. Kesimpulan
Masalah kesehatan yang timbul dalam keluarga disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan semua anggota keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat,
bagaimana menjaga sanitasi lingkungan dan hunian, dan pentingnya hal
tersebut diatas. Selain itu, kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh anggota
keluarga terkait masalah kesehatan yang kurang baik dapat meningkatkan
kejadian terkenanya penyakit. Oleh sebab itu, diperlukan
dukungan,motifasi,bimbingan dan kemauan baik dari anggota keluarga
sendiri maupun pihak yang berwenang..




K. Saran
1. Petugas Kesehatan dan Kader Kesehatan
Meningkatkan peranan dan keaktifannya dalam melakukan tugasnya
sebagai pembimbing, pemberi solusi, pembantu dan pengotrol terhadap
lingkungan dan anggota hunian ditempat wilayah kerjanya pada khususnya
sehingga masalah kesehatan disemua lapisan dapat diminimalisir bahkan
lebih baik.
2. Keluarga
Menyadari dan melaksanakan semua hal terkait pengurangan angka
kejadian terserangnnya penyakit
Menjalankan saran petugas dan menyadari untuk memperbaiki pola
hidup sehat dan memperbaiki sanitasi lingkungannya sendiri.
Melakukan konseling dengan kader dan petugas kesehatan jika ada
masalah yang berhubungan dengan kesehatan keluarga baik terkait
anggota keluarga maupun lingkungan
Semua anggota keluarga lebih tanggap terhadap suatu penyakit
sehingga dapat lebih cepat diatasi dan di obati.












DAFTAR PUSTAKA

http://health.detik.com/read/2010/03/29/123411/1327644/764/penyebab-diare-
pada-bayi

http://medicastore.com/diare/pencegahan_diare.htm

www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai