Anda di halaman 1dari 8

Hasil Pemeriksan Inspeksi Sanitasi (IS) Rumah Sehat dan Pengamatan

Lingkungan di Tempat Tinggal Pasien DBD di Kota Padangsidimpuan Tahun


2022

I. INSPEKSI SANITASI (IS) RUMAH SEHAT

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah apabila dijumpai


kasus dimasyarakat dengan tingkat kepadatan hunian yang tinggi adalah dengan
memperbaiki sanitasi dan memastikan terpenuhinya kebutuhan air bersih yang aman.
Pemberian immunoglobulin secara masal tidak dapat menggantikan upaya perbaikan
lingkungan, (Chin et al, 2000).
Pemeriksaan Inspeksi Sanitasi (IS) Rumah Sehat berdasarkan Permenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 Teknis Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes
No. 1077/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah, dilakukan
di 2 (dua) rumah masyarakat yang suspek DBD, yaitu :
1. Rumah Ibu Ngatiman, merupakan rumah nenek dari korban DBD yang
meninggal dan tempat biasanya korban yang meninggal karena DBD dan
kakaknya tinggal dari pagi sampai sore (selama kedua orang tua mereka
bekerja di luar rumah).
Jl. Saidi Rambe Desa Aek Bayur Kec. Batunadua, Kota Sidimpuan.
2. Rumah Rahmat Wahyudi, merupakan rumah tinggal korban yang meninggal
karena DBD dan kakaknya
Jl. Saidi Rambe Desa Aek Bayur Kec. Batunadua, Kota Sidimpuan.

Hasil penilaian Inspeksi Sanitasi (IS) Rumah Sehat menunjukkan untuk


rumah nomor 1 skornya 830, rumah nomor 2 skornya 761. Keduaa rumah tersebut
tidak memenuhi syarat karena skornya masih dibawah persyaratan yang ditentukan
yaitu 1068.
Rumah mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan ini salah satunya
adalah pengaruh kondisi kesehatan rumah terhadap kesehatan manusia (penghuni
rumah). Beberapa komponen rumah yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah
kontruksi dari banguanan rumah, sarana sanitasi yang ada di rumah serta tidak
ketinggalan perilaku penghuni rumah sendiri.
Setelah dilakukan inspeksi sanitasi rumah didapatkan bahwa semua rumah
yang diinspeksi termasuk dalam kriteria rumah tidak sehat. Secara umum
komponen yang ada dirumah tersebut termasuk dalam kondisi yang tidak sehat
sehingga dapat mempengaruhi kesehatan penghuni rumah itu sendiri.
Adapun dampak yang dapat ditimbulkan dari komponen – komponen rumah
(kontruksi, sarana sanitasi dan perilaku penghuni) yang tidak sehat adalah sebagai
berikut :
1. Langit-langit
Langit – langit rumah berfungsi untuk menahan debu – debu yang berasal dari atap
rumah. Selain itu langit – langit dapat mencegah tikus untuk turun ke lantai rumah.
Apabila keberadaan langit – langit tidak diperhatikan maka akan menimbulkan
berbagai masalah.
Kondisi langit – langit yang buruk bahkan tidak terdapat langit – langit rumah
akan menyebabkan debu – debu yang berasal dari atap akan berjatuhan ke lantai,
makanan yang tidak tertutup, sehingga dapat mengganggu kesehatan penghuni
rumah.
2. Dinding
Fungsi dinding selain untuk menyokong berdirinya rumah juga berfungsi untuk
melindungi penghuni dari kondisi alam di luar rumah (angin, hujan, panas dll) serta
menghalau kedatangan vektor dan tikus Menurut Djasio Sanropie (1989)
3. Lantai
Hasil dari inspeksi di kedua rumah tempat tinggal pasien DBD di Desa Aek Bayur
didapatkan bahwa semua rumah lantainya terbuat dari bahan yang kedap air atau
diplester atau dikramik namun kondisinya masih bagus tetapi sedikit berdebu.
4. Jendela ruang keluarga dan kamar tidur serta kebiasaan membuka jendela
Dari hasil inspeksi rumah di desa Ae, didapatk Bayur bahwa semua rumah telah
memiliki jendela ruang keluarga dan tetapi kamar tidur tidak memiliki jendela.
Sedangkan untuk kebiasaan membuka jendela ruang keluarga, membuka jendela
ruang keluarga kadang-kadang.
Keberadaan jendela ruang keluarga fungsinya sebagai ventilasi tidak tetap dan jalan
masuknya cahaya. Suatu ruang keluarga yang tidak meliliki jendela akan
menyebabkan udara menjadi pengap dan lembab sehingga berpotensi untuk menjadi
tempat hidup bakteri – bakteri penyebab penyakit. Padahal apabila udara dapat
bersirkulasi dengan baik, bakteri – bakteri dapat keluar bersama udara selain itu
cahaya yang masuk dapat membunuh bakteri terutama bakteri TB.
Masih terdapat baju-baju yang bergantungan baik di kamar tidur maupun di ruang
tamu. Baju yang bergantungan dapat menjadi tempat persembunyian dan
peristirahatan nyamuk.
5. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor
dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar
dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan
tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan ove crowded maka akan
menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan etal., 1982).
Hasil inspeksi rumah didapat kedua rumah terdapat ventilasi permanen < 10% dari
lantai, Rumah dengan luas ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai dapat beresiko
dalam penyebaran penyakit gangguan pernafasan dan TBC. Hal ini disebabkan
karena pertukaran udara tidak lancar dan pencahayan kedalam rumah kurang baik.
6. Lubang asap dapur
Dari hasil inspeksi rumah yang dilakukan menunjukan bahwa semua rumah tidak ada
lubang asap dapur.
7. Pencahayaan
Penerangan ada dua macam, yaitu penerangan alami dan buatan. Penerangan alami
sangat penting dalam menerangi rumah untuk mengurangi kelembaban. Penerangan
alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela,
celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain berguna untuk penerangan
sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga
lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk
membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet
(Azwar, 1990).
Cahaya matahari disamping berguna untuk menerangi ruangan, mengusir serangga
(nyamuk) dan tikus, juga dapat membunuh beberapa penyakit menular misalnya
TBC, cacar, influenza, penyakit kulit atau mata, terutama matahari langsung. Selain
itu sinar matahari yang menga ndung sinar ultra violet baik untuk pertumbuhan tulang
anak - anak (Suyono, 1985)
Hasil inspeksi rumah menunjukan 2 rumah memiliki pencahayaan yang kurang
terang sehingga sulit untuk membaca..
8. Sarana air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Dari hasil pengamatan kepemilikan sarana air bersih penduduk di desa Aek Bayur
menunjukan bahwa semua responden memiliki sarana air bersih sendiri berupa air
sumur bor. Kondisi sumur bor dalam kondisi baik, tidak ada kebocoran pipa.
9. Kepemilikan jamban dan kebiasaan membuang tinja
Dari hasil inspeksi sanitasi di kedua rumah didapatkan semua responden yang
memiliki jamban saniter,
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara lain
sebagai berikut :
a) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur
10. SPAL
Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang
terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerage system) Air limbah rumah
tangga hendaknya diolah dengan benar, jangan dibuang sembarangan. Hal ini dapat
menyebabkan sumber air disekitar dapat tercemar akibat resapan air limbah. Selain
itu air limbah yang tidak diolah dapat menjadi alasan kedatangan lalat.
Dari hasil inspeksi sanitasi di kedua rumah menunjukan semua rumah tidak memiliki
SPAL sehingga air limbah dialirkan ke selokan terbuka di belakang rumah.
11. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah)
Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat,
nyamuk, tikus dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang
ditimbulkan, antara lain penyakit diare, kolera, tifus yang dapat menyebar dengan
cepat karena virus yang berasal dari sampah dapat bercampur dengan air minum.
Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai, demikian pula penyakit jamur ( misalnya jamur kulit ).
Dari hasil inspeksi sanitasi di kedua rumah di desa Maunggal didapat hasil semua
rumah memiliki tempat sampah tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup dan
membuang sampahnya kebelakang rumah untuk dibakar.
12. Membersihkan rumah dan halaman
Rumah dan halaman yang kotor dan tidak rapi tentu akan menjadi habitat yang
menyenangkan bagi binatang – binatang. Tikus, kecoa, lalat dan nyamuk akan betah
tinggal di tempat – tempat yang kotor lagi tidak terawat. Keberadaan mereka tentu
dapat mengganggu kesehatan penghuninya. Maka sudah seahrusnya panghuni rumah
untuk selalu membersihkan rumah dan halaman.
Dari hasil inspeksi sanitasi rumah di kedua rumah didapat semua responden yang
membersihkan rumah dan halaman.
13. Membuang sampah
Hasil inspeksi rumah di desa Manunggal didapatkan bahwa 1 responden yang
membuang sampah kadang-kadang ke tempat sampah dan 1 responden setiap hari
membuang sampah dtempat sampah.
Kebiasaan membuang sampah secara sembarangan akan menyebabkan lingkungan
tercemar. Hal ini akan menyebabkan tanah tidak subur serta dapat mengundang
kedatangan vektor penyakit untuk berkembang biak disitu.

II. PENGAMATAN LINGKUNGAN


Hasil Pengukuran parameter fisik udara ruangan di dua titik menunjukkan :
1. Rumah Ibu Ngatiman,
Jl. Saidi Rambe Desa Aek Bayur Kec. Batunadua, Kota Sidimpuan.

No. Ruang Suhu Kelembaban Pencahayaan Baku Mutu*


( °C) (% RH) (lux)

1. Ruang 29 75 31 Suhu( °C)


Tamu 18-30
2. Kamar 27 77 20 Kelembaban
Tidur (% RH)
40-60
3. Dapur 28 78 23 Pencahayaan
(lux)
Minimal 60
*Berdasarkan Permenkes No. 1077 Tahun 2011 tentang Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah

2. Rumah Rahmat Wahyudi


Jl. Saidi Rambe Desa Aek Bayur Kec. Batunadua, Kota Sidimpuan.

No. Ruang Suhu Kelembaban Pencahayaan Baku Mutu*


( °C) (% RH) (lux)

1. Ruang 27 79 26 Suhu( °C)


Tamu 18-30
2. Kamar 27,8 79 20 Kelembaban
Tidur (% RH)
40-60
3. Dapur 27,5 79 23 Pencahayaan
(lux)
Minimal 60

Berdasarkan Permenkes 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan


Udara di dalam Rumah, baku mutu Suhu adalah 18 s.d. 30 0C, Kelembaban 40 s.d. 60
%RH, Pencahayaan min. 60 lux. Pada pengukuran udara indoor untuk parameter
suhu terhadap 3 ruangan di rumah Ibu Ngatiman dan Rumah Rahmat Wahyudi telah
memenuhi baku mutu.
Bakteri yang berasal dari udara terutama yang mengakibatkan infeksi
misalnya Bacillussp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Pneumococcus sp.,
Coliform, dan Clostridium sp.(Bibiana, 1992). Mikroorganisme di udara bersifat
sementara dan beragam. Keberadaan mikroorganisme di udara dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kelembaban udara, ukuran dan konsentrasi partikel debu,
temperatur, aliran udara, serta jenis mikroorganisme.
Semakin lembab maka kemungkinan semakin banyak kandungan mikroba di udara
karena partikel air dapat memindahkan sel-sel yang berada di permukaan. Untuk
melakukan pengujian mikroorganisme udara dalam suatu ruangan tertutup maupun
terbuka harus memperhatikan beberapa hal penting berikut: aliran udara pernafasan,
jendela dan pintu, letak dan sistem ventilasi, ada atau tidaknya sistem penyaringan,
sirkulasi udara, kecepatan angin, AC, tekanan udara dalam suatu ruangan,jumlah
orang/petugas yang lalu lalang, dan lain-lain. Jumlah dan macam mikroorganisme
dalam suatu volume udara bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah
orang yang ada. Selain itu, jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga
ditentukan oleh sumbe rpencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran
pernapasan manusia melalui batuk dan bersin.
- Untuk parameter kelembaban terhadap 3 ruangan di rumah Ibu Ngatiman dan
Rumah Rahmat Wahyudi telah melewati baku mutu.
Kelembaban
a. Dampak
Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya
pertumbuhan mikroorganisme.
b. Faktor risiko
Konstruksi rumah yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai, dan dinding rumah
yang tidak kedap air, serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.
c. Upaya Penyehatan
1) Bila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat dilakukan upaya penyehatan
antara lain :
a) Menggunakan alat untuk meningkatkan kelembaban seperti humidifier (alat
pengatur kelembaban udara)
b) Membuka jendela rumah
c) Menambah jumlah dan luas jendela rumah
d) Memodifikasi fisik bangunan (meningkatkan pencahayaan, sirkulasi udara)
2) Bila kelembaban udara lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya penyehatan
antara lain :
a) Memasang genteng kaca
b) Menggunakan alat untuk menurunkan kelembaban seperti humidifier (alat
pengatur kelembaban udara).
Untuk perkembangbiakan nyamuk kelembaban udara yang baik berkisar dari
60% – 80 % berdasarkan penelitian tentang Faktor yang Berhubungan dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batuan Kota Makassar
(Gafur A, Jastam MS, 2015). Secara Teori kelembaban yang berkisar 60%-80%
merupakan kelembaban yang optimal untuk memebantu proses embriosasi dan
ketahanan jentik nyamuk. Pada kelembaban yang kurang dari 60% umur nyamuk
akan menjadi pendek karena akan menjadi pendek karena akan berpengaruh pada
sistem pernafasan nyamuk sehingga bila dalam kelembaban yang rendah maka akan
menyebabkan penguapan pada tubuh nyamuk.
- Untuk parameter Pencahayaan baik di Rumah Ibu Ngatiman dan Rumah
Rahmat Wahyudi telah melewati baku mutu, pencahayan yang rendah dapat
disebabkan oleh ventilasi yang kurang sehingga sinar matahari yang ke rumah kurang
pda pagi dan siang hari, juga disebabkan kurangnya intensitas cahaya dari lampu.
Perlu penambahan daya dari lampu yang digunakan dan apabila perlu ditambahkan
ventilasi.
Intensitas cahaya yang dapat masuk kedalam rumah serta masih banyaknya
pepohonan disekitar rumah dan tanaman-tanaman dan semak –semak yang berada
diluar rumah juga yang menghalangi masuknya cahaya matahari. Hal ini memberikan
peluang kepada nyamuk karena tempat yang minim cahaya akan diajadikannya
sebagai tempat istirahat.
Rumah dengan pencahayaan yang kurang serta ditambah dengan penghuni
rumah yang padat dan memiliki kebiasaan yang dapat mendukung perkembangbiakan
dan penyebaran nyamuk Aedes aegypti dan ini juga diperkuat dengan hasil penelitian
tentang Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik dan Kebiasaan Keluarga Terhadap
Kejadaian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Binjai Timur(Purba D,
2012).
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. Dasar Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta. PT


Rajagrafindo Persada, 2011.
Gafur A, Jastam MS, Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes aegypti di Kelurahan Batuan Kota Makassar Tahun 2015, Al-Sihah :
Public Health Science Journal 2015, 7 (1) : 50-62.
Purba D, Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik dan Kebiasaan Keluarga Terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Binjai Timur Kota
Binjai Tahun 2012, Thesis, Medan : Universitas Sumatera Utara 2012.
Permenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan.
Permenkes RI No. 1077 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam
Ruang Rumah.
Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009.
Sucinah Wijirahayu, Tri Wahyuni Sukesi, Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalasan Kabupaten Sleman, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18 (1)
2019, 19-24.

Anda mungkin juga menyukai