Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN IKM-IKK LAPORAN

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2020


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS K2 RUMAH SEHAT

DISUSUN OLEH:
Muhammad Asy Shidiq 111 2018 2083

PEMBIMBING:
dr. Hj. Hermiaty Nasruddin, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
I. RUMAH SEHAT MENURUT WINSLOW
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan hygiene dan
sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan
terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.1

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow1:

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.Sebaiknya tetap berkisar
antara 18-20oC.suhu ruangan ini tergantung pada:
– Suhu udara luar
– Pergerakan udara
– Kelembaban udara
– Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan


Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari.Yang ideal
adalah penerangan listrik.diusahakan agar ruangan-ruangan mendapatkan sinar matahari
terutama pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)


Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup
mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup mempunyai jendela.Luas
jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai.Susunan ruangan harus sedemikian rupa
sehingga udara dapat mengalir bebas bila jendela dibuka.

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara


Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara yang berasal dari
luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari sumber-sumber suara yang
gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang, stasiun bus, stasiun kereta api,
dan sebagainya.
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan
(aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga yang tinggal di
rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus mempunyai
ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana semua anggota
keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang untuk menerima
tamu.

3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan


a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-tempat lain,
terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terytama yang menggunakan gas.

4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit


a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti: nyamuk, lalat, tikus,
dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

II. BAHAN BANGUNAN


a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen atau ubin,
kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin atau semen adalah baik, namun
tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-
rumah orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah
tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram
air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali.
Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.2,3
b. Dinding: tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup. Dinding rumah di
daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun
jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat
merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.2,3
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di pedesaan. Di
samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat
dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun
kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah
pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.Menurut
pengalaman bahan-bahan ini tahan lama.Tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang
bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara
memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya,
maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup
dengan kayu.2

III. VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri
patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus-
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk
menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding, dan sebagainya. Di
pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan
masuknya nyamuk dan serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-
usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mangalirkan udara
tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok
dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak
mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya dalam ruangan rumah harus ada
jalan masuk dan keluarnya udara.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami,
maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi
silang) dengan ketentuan sebagai berikut: 2
 Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.
 Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar
ruangan.
 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang
memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam
bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak.Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari,
disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan
menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2,
yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh
bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu, rumah
yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan
masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan,
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai
ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar
matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding).Maka sebaiknya jendela
itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.Genteng kaca
pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa pada
waktu pembuatannya, kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti
lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

V. LUAS BANGUNAN RUMAH


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam
rumah.Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi,
kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah
sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 2
 kebutuhan luas per jiwa
 kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan
jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat,
sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O 2 juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m 2 untuk setiap
orang.2,3
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:

1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka ruangan-ruangan akan
kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Penularan penyakit-penyakit saluran
pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di antara penghuni rumah. Dari
penelitian berjudul Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang,
yang dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, dan
kepadatan penghuni rumah dengan kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable
suhu tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis pada
anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus dibagi dalam
jumlah yang banyak. Misalnya air.Walaupun kwalitasnya baik, tapi karena pemakainya
banyak maka kwantitasnya menjadi kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap hari
mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penykait dari manusia
yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi, misalnya: TBC, penyakit-
penyakit kulit, dan penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga mempunyai kamar
sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan tiap
anggota keluarga, teruama anak-anak muda tida suka tinggal di rumah, yang akan
memudahkan timbulnya kejahatan dan kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah
tangga yang tidak harmonis. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di
samping menyebabkan perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga
menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai berikut2,3:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah sehat yang digunakan
oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Rumah Sehat di Indonesia,
Berdasarkan Analisis Data SUSENAS 2001 dan 2004.5
VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH SEHAT
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam perencanaan rumah sehat
yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan di daerah tropis.Patokan
tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya internasional tentang arsitektur
ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas tentang
Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesünder Wohnen durchbiologisches Bauen.
Neubeuren 1982).6
Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari, maka planet
bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang dibangun seharusnya
ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan belum pernah sepenting seperti
sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak lingkungan sebagai dasar
kehidupannya.6
Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan lingkungan,
manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai standar rumah ekologis yang
sehat.6
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai
paru-paru hijau
Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari wilayah kota,
dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi 300 m, serta utilitas dan
banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata kota kontemporer. Alun-alun sebagai
taman/hutan kota merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi
kualitaskehidupan dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan dalam tata-kota
menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota lama sering terjadi kekurangan
lahan hijau seperti jaringan penghubung (biotop interconnection) dengan penghijauan
berbentuk bahu jalan yang ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar.
Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota
dengan produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia,
mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan
yang turun diserap oleh tanah, dan kemudian menguap kembali, dengan demikian,
tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi lereng gunung terhadap tanah
longsor.6
2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis
Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir menghasilkan
pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga yang bersifat mental
(imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti yang lain membuktikan bahwa
setiap materi juga mengandung semacam kesadaran. Manusia merupakan penengah di
antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-satunya makhluk yang memiliki badan
material dan kerohanian. Dengan demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi
dengan benda-benda yang tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya.
Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut, maka di dalam
rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:
 sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung fluoresensi
 semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral, pembumian)
 menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat menyalurkan medan
elektromagnetis kepada orang yang tidur di atasnya
 mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari keadaan standby
 memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
 menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam (hand phone), juga
 orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah dan patahan
geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa perhatian pada jaringan Curry)
yang mempengaruhi kesehatan orang yang sedang tidur.6
3. Menggunakan bahan bangunan alamiah
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan macam-
macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Maraknya penemuan
bahan bangunan baru juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan
fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber
daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka terbuka
terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru menyimpang dari
cara pertukangan tradisional.6

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara


Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup di antara
bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.Orientasi bangunan ditempatkan di antara
lintasan matahari dan angin.Sebagai kompromi letak gedung berarah antara timur ke
barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin.Gedung sebaiknya berbentuk
persegi panjang sehingga menguntungkan bagi penerapan ventilasi silang. Letak
gedung terhadap sinar matahari yang Letak gedung terhadap arah angin yang paling
paling menguntungkan bila memilih arah dari menguntungkan bila memilihi arah
tegak lurus timur ke barat terhadap arah angin itu Ruang di sekitar bangunan
sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara.6
5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu
mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan kelembapan
dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung terutama pada struktur pori-
pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara
bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air. Bahan
bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan berbagai cara. Makin kecil pori-
pori bahan bangunan makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin
mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan
bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan angin
(misalnya pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang), oleh kapilaritas
(pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak
kedap air). Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan
menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan
penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.6

6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan dan


memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan merupakan
permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya, karena lapisan yang
kedap air tidak ada.6
7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai bagian
gedung yang menerima beban dan yang membagi saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan akan
mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan bangunan
apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan minimal 60 tahun),
bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya sekitar 5-20
tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span).6
8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonis
Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam perencanaan
arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika.Proporsi dan keselarasan (harmoni)
bersama-sama dapat menentukan bentuk arsitektur.Oleh karena itu, semua buku
arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian proporsi dapat dianggap dalam
bentuk proporsi bidang maupun bentuk proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh
Pythagoras dan penganutnya.6
9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari lingkungan
maupun membutuhkan energi yang berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber alam dan
energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih dengan saksama
dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam,
pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara holistis harus
dipertimbangkan.Masalah padatnya penduduk dan ketidakpedulian terhadap
lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita
yang makin parah. Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini
dengan penuh rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah dasar etika
lingkungan.6
10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara luas
sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan patokan rumah
ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan perhatian khusus pada etika
lingkungan masalah efek samping yang merugikan tetangga atau manusia yang lain
dapat dihindarkan.6
DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya Bakti; 2000.
Hal.105-8.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta,
2007. p. 167-172
3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from : URL:
http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm
4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat. [online]. 2009.
Available fromURL: http://www.panda.org/downloads/ general/lpr2004.pdf
5. Supraptini.Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data Susenas
2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan Badan Litbangkes; 2004.hal 1-
12
6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah dengan Kejadian
Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Bandung:
Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan; 2007.
7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005. Available from :
URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan Tengah. 2005. hal
1-5
9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas Kesehatan Subdin Promosi Dan
Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21
10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia. [online]. 2009.
Available fromURL:http://www.redaksi@persit-kckjaya.org

Anda mungkin juga menyukai