DISUSUN OLEH:
Muhammad Asy Shidiq 111 2018 2083
PEMBIMBING:
dr. Hj. Hermiaty Nasruddin, M.Kes
III. VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri
patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus-
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk
menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding, dan sebagainya. Di
pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan
masuknya nyamuk dan serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-
usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mangalirkan udara
tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok
dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak
mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya dalam ruangan rumah harus ada
jalan masuk dan keluarnya udara.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami,
maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi
silang) dengan ketentuan sebagai berikut: 2
Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.
Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar
ruangan.
Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang
memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam
bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak.Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari,
disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan
menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2,
yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh
bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu, rumah
yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan
masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan,
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai
ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar
matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding).Maka sebaiknya jendela
itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.Genteng kaca
pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa pada
waktu pembuatannya, kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti
lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.
1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka ruangan-ruangan akan
kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Penularan penyakit-penyakit saluran
pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di antara penghuni rumah. Dari
penelitian berjudul Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang,
yang dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, dan
kepadatan penghuni rumah dengan kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable
suhu tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis pada
anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus dibagi dalam
jumlah yang banyak. Misalnya air.Walaupun kwalitasnya baik, tapi karena pemakainya
banyak maka kwantitasnya menjadi kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap hari
mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penykait dari manusia
yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi, misalnya: TBC, penyakit-
penyakit kulit, dan penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga mempunyai kamar
sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan tiap
anggota keluarga, teruama anak-anak muda tida suka tinggal di rumah, yang akan
memudahkan timbulnya kejahatan dan kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah
tangga yang tidak harmonis. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di
samping menyebabkan perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga
menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya Bakti; 2000.
Hal.105-8.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta,
2007. p. 167-172
3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from : URL:
http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm
4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat. [online]. 2009.
Available fromURL: http://www.panda.org/downloads/ general/lpr2004.pdf
5. Supraptini.Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data Susenas
2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan Badan Litbangkes; 2004.hal 1-
12
6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah dengan Kejadian
Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Bandung:
Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan; 2007.
7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005. Available from :
URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan Tengah. 2005. hal
1-5
9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas Kesehatan Subdin Promosi Dan
Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21
10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia. [online]. 2009.
Available fromURL:http://www.redaksi@persit-kckjaya.org