Anda di halaman 1dari 27

DISKUSI PORTOFOLIO

TORTIKOLIS

Oleh:
Zaenal ahmad (11120172133)
I. Identitas pasien
Nama : An. I
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 8 Tahun
Status marital : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
No Rekam Medik :-
II. Anamnesa
Keluhan Utama
Kepala condong ke kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan kepala condong kekanan dirasakan
sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien telah
lama mengalami hal tersebut tidak ada keluhan nyeri maupun
benjolan di leher. Demam(-), Batuk(-), Nyeri tekan bagian leher(-).
Riwayat Trauma
(-)

Riwayat Penyakit Keluarga


(-)

Riwayat Konsumsi Obat


(-)

Riwayat Alergi
(-)
III. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
 Kesadaran : Compos Mentis
 Keadaan umum : Baik
 Tanda tanda vital : T = 120/80 mmHg
RR = 20 x/menit
N = 87 x/menit
t = 36,5 0C
 Kepala/Leher : kepala condong ke kanan/ tampak
tonjolan di m. sternocleidomastoideus pembesaran KGB
leher (-)
 Thorax : C : S1S2 tunggal
P : Ves +/+ , Rho -/- , Wh -/-
 Abdomen : flat, bising Usus +N, tympani
 Ekstremitas : Akral hangat Oedem (-)

5
B. Status Lokalis

1. Regio Colli

 Inspeksi : Asimetris, Pembesaran KGB leher


(-)
 Palpasi : tonjolan pada m.
sternocleidomastoideus
dextra, Pembesaran KGB
leher (-)

6
2. Telinga AS
AD

Pemeriksaan telinga AD AS
CAE:
•Hiperemi - -
•Sekret - -
•Corpus alienum - -
•Edema - -
•Serumen - -
•Furunkel - -
Membran timpani:
•Warna Putih mutiara Putih mutiara
•Reflek cahaya + +
•Retraksi - -
•Bulging - -
•Perforasi - -
 Palpasi

AD AS

Tragus pain - -
Nyeri tarik auricula - -
Nyeri retroaurikula - -

8
3. Hidung

• Inspeksi :
• Deformitas : (-)
• Deviasi Septum : (-)
• Mukosa:
– Cavum nasi : edema (-), hiperemi (-)
– Septum : edema (-), hiperemi (-)
– Konka : edema (-), hiperemi (-)
• Konka : merah muda, edema (-), hiperemi (-)
• Meatus : sekret (-), massa (-)
• Palpasi :
• Krepitasi : (-)
• Nyeri tekan daerah sinus : (-)
4. Tenggorokan

 Inspeksi :
 Mukosa faring : hiperemi (-), edema (-), granulasi (-)
 Uvula : deviasi (-), hiperemi (-)
 Arcus Faring : hiperemi (-), edema (-)
 Tonsil : ukuran T1-T1, hiperemi -/-, kripte tidak
melebar, detritus -/-, permukaan tidak rata.

4. Pemeriksaan Penunjang:

X-Ray cervical
V. DIAGNOSIS BANDING
-

VI. DIAGNOSIS:
 Tortilitis Dextra

11
VI. PENATALAKSANAAN:
• Rencana muskuloktomi

12
VIII. Prognosis:
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Definisi
• Kata Tortikolis berasal dari bahasa
Latin ,
– torta (twisted = terputar)
– collum (leher).

• Tortikolis menggambarkan posisi


abnormal leher.

• Gangguan tortikolis yang paling


sering ditemukan  Congenital
Tortikolis ke arah kanan
Muscular Torticolis (CMT).
.
• Congenital Muscular Torticolis (CMT)
kondisi keterbatasan gerakan leher kongenital atau bawaan
sejak lahir,  dimana anak akan menahan atau memposisikan
kepala pada satu sisi  dengan dagu mengarah pada sisi yang
berlawanan

• Spasmodik tortikolis
kekakuan dari pada otot-otot leher,
yang disebabkan oleh kontraksi klonik atau tonik dari otot-
otot servikal pada leher dengan gejala terjadi kekakuan
pada sistem saraf dan terdapatnya histeria.
ETIOLOGI
• Kelainan lokalis • Kelainan karena kompensasi
Kelainan kongenital, – Strabismus dengan paresis
– seperti pseudotumor pada nervous cranial ke 4
bayi, hipertropi atau tidak – Nystagmus congenital
adanya otot cervikal, spina – Tumor fosa posterior
bifida, hernivertebra, dan
sindroma Arnold-Chiari • Penyebab Sentral
– Distonia,meliputi distonia
• Kelainan Otolaryngologi torsi, distonia yang di induksi
– seperti disfungsi vertibular, obat-obatan (drug-induced
otitis media, adenitis dystonia), dan palsy cerebral
cervikal, faringitis, abses
retrofaring, dan mastoiditis
EPIDEMIOLOGI
Tortikolis terjadi pada
– 1 dari 10.000 orang
– sekitar 1,5 kali lebih pada wanita dibandingkan
dengan pria.
– terjadi pada semua umur tetapi paling sering
ditemukan pada usia antara 30-60 tahun
KLASIFIKASI
• Berdasarkan penybabnya ada 2, yaitu:
• Bawaan Lahir (Kongenital)
• Didapat

• Otot tortikolis kongenital (CMT) dibagi 3 kelompok


kelompok tumor sternokleidomastoid (TPS),
mereka dengan kaku dari otot
sternokleidomastoid (SCM) tetapi tidak ada'' klinis
tumor'' sebagai tortikolis otot (MT)
PATOGENESIS
• Tortikolis terjadi karena trauma persalinan
pada kepala letak sungsang.
• Bila dilakukan traksi pada kepala untuk
melahirkan anak, dapat terjadi cedera
musculus sternocleidomastoideus yang
menimbulkan hematoma sehingga terjadi
pemendekan otot akibat fibrosis.
• Cedera musculus sternocleidomastoideus ini
dapat terjadi pada setiap metode ekstraksi
anak.
• Tortikolis muskuler congenital
disebabkan oleh trauma local pada jaringan longgar leher
sebelum atau saat persalinan.
trauma lahir tersebut mengakibatkan terbentuknya hematome
yang diikuti kontraktur otot.

• Tortikolis muskuler congenital  terjadi terutama pada bayi


dengan persalinan letak bokong atau persalinan dengan
forceps.

• Fibrosis pada otot mungkin karena sumbatan dan tekanan


pada leher pada jalan lahir karena posisi kepala dan leher.

• Hipotesis yang lain antara lain malposisi dalam rahim yang


mengakibatkan syndrome kompartemen intrauterin atau
perinatal. Lebih dari 20% anak dengan tortikolis muskuler
kongenital juga mengalami displasia kongenital panggul
MANIFESTASI KLINIS
• adanya satu atau lebih gejala seperti
– bengkak di sisi leher,
– kesulitan dalam kepala bergerak saat adanya memiringkan
kepala
• Semua pasien ditindaklanjuti di empat interval mingguan
dengan dokumentasi
• memiringkan kepala
• aktif dan pasif berbagai fleksi rotasi dan sisi leher,
• wajah asimetri, ukuran tumor
• waktu hilangnya tumor, dan durasi pengobatan.

• Mereka diarahkan untuk fisioterapi dan tepat posisi leher


PEMERIKSAAN KLINIS
• 1. Elektromiografi (EMG)
 adanya kontraksi otot yang persisten pada otot leher
termasuk m.sternocleidomastoideus, m.splenius capitus
dan m.trapezius.
• 2. Pemeriksaan fungsi tiroid,
hal ini harus dilakukan karena dapat saja terjadi
perubahan pada tiroid yaitu hipertiroidisme.
Beberapa pasien dapat saja memperlihatkan keadaan
eutiroid.
• 3. Pemeriksaan MRI/CT-Scan pada servikal vertebrae
 harus dilakukan bila ada nyeri pada leher.
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan untuk tortikolis muscular
congenital pada dasarnya nonoperatif,
• Fisioterapi yang dilakukan oleh orang tua
pasien.
• Fisioterapi  diberikan setiap hari - masase
disertai peregangan dengan harapan otot
dapat memanjang.
• Terapi fisik meliputi latihan peregangan,
masase, pemanasan local, analgetik,
biofeedback sensoris, dan stimulasi saraf
elektrik transkutan (TENS)   
• Penatalaksanaan pembedahan pada tortikolis
muskuler kongenital dihindari sampai usia anak
minimal 1 tahun dan metode konservatif tidak
berhasil
• Pembedahan - kontraindikasi pada pasien
penyebab reversible mendasarinya belum
disingkirkan dan yang belum dilakukan terapi
konservatif.
• Terapi pembedahan terdiri
• pelepasan otot sternokleidomastoideus unipolar
• pelepasan otot sternokleidomastoideus bipolar
• denervasi selectif
• stimulasi corda dorsalis.
• Pelepasan otot sternokleidomastoideus sering
digunakan pada tortikolis muscular kongenital.
• Untuk deformitas yang ringan, dilakukan
pelepasan unipolar pada bagian distal.
• Untuk tortikolis yang sedang dan berat,
dilakukan teknik bipolar dengan melepaskan
otot bagian proksimal dan distal.
PROGNOSIS
• Prognosis tortikolis  tergantung pada kelainan yang
mendasarinya.
• Sebagian besar kasus tortikolis didapat (acquired)
 penyakit yang hilang sendiri (self-limited) dalam waktu 2
minggu.
• Tortikolis spasmodik idiopatik (IST) secara bertahap dapat
berkembang berbulan-bulan dan bahkan seumur hidup
KOMPLIKASI
1.Plagiocephali
2. Hipoplasia wajah
3. Efek pada musculoskeletal

Anda mungkin juga menyukai