Anda di halaman 1dari 48

BAB I TINJAUAN PUSTAKA A.

Pengertian Rumah Sehat

Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada di tempat dimana air hujan dan air kotor tidak menggenang (1). B. Persyaratan Umum Rumah Sehat

Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah sehat adalah rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut (1): a. b. c. d. Harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis; Memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis; Dapat terhindar dari penyakit menular; Terhindar dari kecelakaan-kecelakaan.

Jika diteliti lebih lanjut, persyaratan yang diuraikan di atas adalah sama dengan persyaratan seperti yang disebutkan berikut ini. 1. Persyaratan letak rumah Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari bahaya timbulnya penyakit menular, kecelakaan, dan kemungkinan gangguan-gangguan lainnya. Persyaratan letak rumah merupakan persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat. Berikut ini adalah pertimbangan memilih letak rumah (2): a. Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah rendah yang sering digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi tempat perumahan yang permanen. Tanah berbatu karang biasanya lembap dan dingin, karena air pada waktu hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi yang baik (lantai yang kedap air) rumah dengan kondisi tersebut bisa digunakan tanpa ada gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan drainase yang baik. b. Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan lapangan terbuka). Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-kamar yang terletak di sebelah utara akan menerima sinar matahari lebih sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya dapur dan ruang tempat menyimpan makanan terletak di bagian utara rumah.

2. Persyaratan fisik Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkina terjadinya kelembaban dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan. Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah. Berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya, setiap orang merasa perlu untuk membuat fondasi yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi bermacam-macam bergantung pada berat dari rumah atau gedung yang akan dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil). Subsoil yang berbatu-batu atau kerikil akan dapat menahan beban yang berat, tetapi subsoil yang terdiri atas tanah liat, kekuatan menahan bebannya tidak tetap. Kekuatannya bisa bertambah dan bisa pula menurun, bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga berubah-ubah mengikuti perubahan keadaan musim. Fondasi yang tidak sesuai akan mengakibatkan rumah yang di atasnya bisa rontok. Ada tiga cara dalam membuat fondasi, yaitu: a. Membuat parit-parit yang diisi dengan adukan semen;

b. Membuat semacam rakit dengan adukan semen yang konkret; c. Membangun tiang-tiang/pilar-pilar dari besi beton.

Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas lantai bangunan disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tak sebanding dengan jumlah penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang bebas, dan akan menyebabkan tidak sehat. Jika salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit infeksi menular, maka kurangnya suplai oksigen akan memudahkan terjadinya penularan penyakit. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5-3 m untuk tiap orang (tiap anggota keluarga) (2). 3. Persyaratan fisiologis Rumah sehat harus dipenuhi criteria ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup, terhindar dari kebisingan, dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-anak bermain. a. Ventilasi

Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah secara bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pintu dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara dapat masuk ke dalam kamar-kamar dan ruanganruangan lain di dalam rumah. Fungsi ventilasi adalah: 1) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar;

2) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen karena aliran udara yang terus-menerus;

3)

Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal.

Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Aliran udara dalam ruangan pada ventilasi alamiah terjadi secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang, dinding, angin-angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar terjadi karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti mesin pengisap (AC) dan kipas angin (2). b. Pencahayaan Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila memiliki pencahayaan yang cukup. Hal ini dikarenakan cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke dalam rumah. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan adalah tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi kesehatan orang-orang yang ada di dalamnya. Ada dua macam cahaya, yaitu cahaya alamiah dan cahaya buatan. Cahaya alamiah merupakan cahaya langsung berasal dari sumber cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk penerangan secara alami, tidak perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Idealnya, cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya adalah 15-20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Cahaya buatan merupakan cahaya yang bersumber dari listrik, lampu, api, lampu minyak tanah, dan sebagainya (2). c. Kebisingan

Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau datangnya tiba-tiba seperti letusan yang sangat mengganggu kehidupan. Orang yang memiliki penyakit jantung dapat meninggal seketika karena adanya letusan tersebut. Rumah sehat adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari kebisingan/letaknya jauh dari sumber kebisingan (2).

4. Persyaratan psikologis Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan perabot yang rapi, tidak over crowding, dan sebagainya. Over crowding menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik, mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti ini, kesibukan dan kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan gangguan terhadap ketenangan, baik individu, keluarga, maupun keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan kerahasiaan setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses menurunnya moral. Undang-

undang perumahan di beberapa Negara maju member wewenang kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah seperti ini. Rumah tempat tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut (2): a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar. b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut (2): a. Penyediaan air bersih yang cukup;

b. Pembuangan tinja; c. Pembuangan air limbah (air bekas);

d. Pembuangan sampah; e. f. Fasilitas dapur; Ruang berkumpul keluarga.

C.

Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Rumah

1. Tingkat kemampuan ekonomi Individu jika ingin membangun suatu rumah tentunya akan mengukur tingkat kemampuan ekonominya, terutama menyangkut kesiapan finansial. Bagi masyarakat desa terkadang persoalan tidak serumit di perkotaan, dimana tanah yang akan dipergunakan untuk membangun suatu perumahan tidak semahal di kota, bahan-bahan yang akan dipergunakan dapat memanfaatkan sarana yang ada seperti bambu, kayu, atau atap bisa dibuat dari daun, alang-alang, daun lontar, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut di desa relative masih mudah didapat dan murah, namun di kota persoalannya akan berbeda. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian tiap-tiap individu dalam masyarakat yang akan membangun rumah adalah membangun rumah tidak sekedar mendirikan saja, tetapi bagaimana perawatan rumah tersebut sehingga dapat dipergunakan dalam waktu yang cukup lama bahkan dapat dinikmati oleh anak cucunya (2). 2. Faktor alam (lingkungan)

Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini menyangkut bagaimana kondisi lingkungan alam dan social di sekitar kita. Membangun rumah di daerah yang rawan bencana banjir harus diperhatikan letak lokasi tanah diupayakan sebelumnya saat membangun ketinggian tanah diperkirakan agar di saat musim penghujan tidak kebanjiran. Membangun rumah di dekat daerah rawan longsor dan daerah rawan gempa, bahan yang digunakan harus ringan, namun kokoh. Rumah daerah dingin, panas, pegunungan, pantai, kota, dan desa akan mempunyai karakteristik tersendiri dan perlu desain yang berbeda-beda. Rumah dekat dengan hutan bisa dibuat sedemikian rupa dengan membuat tangga yang tinggi agar binatang buas dan ular tidak dapat naik (2). 3. Kemajuan teknologi Saat ini teknologi perumahan sudah begitu modern, namun rumah yang modern belum tentu sesuai dengan selera individu di masyarkat. Teknologi modern selain membutuhkan biaya dan perawatan yang mahal juga diperlukan pengetahuan yang cukup agar mengerti tentang teknologi tersebut. Bagaimanapun masyarakat telah memiliki teknologi perumahan yang telah diwarisi dari orang tuanya. Oleh karena itu, penerapan teknologi yang tepat guna harus dipertahankan sedangkan kekurangan-kekurangan yang ada dimodifikasi, sehingga dapat memenuhi persyaratan rumah sehat yang telah ditetapkan. Teknologi yang tinggi jika diterapkan di daerah tertentu belum tentu sesuai. Membangun rumah dengan pilar-pilar yang tinggi, bahan dari batu bata, rumah kaca, desain kamar tertutup, ventilasi, dan jendela diganti dengan AC, hal ini jika diterapkan di desa belum tentu sesuai sebab udara di desa masih segar, rumah masih belum begitu padat, dan pencahayaan masih bagus (2).

4. Peraturan pemerintah menyangkut tata guna bangunan Peraturan pemerintah terkait tata guna bangunan jika tidak dibuat secara tegas dan dan jelas dapat menyebabkan gangguan ekosistem seperti banjir, pemukiman kumuh, dan lain-lain. Saat ini di kota-kota besar hal ini sudah menjadi problem yang kompleks. Namun jika di pedesaan hal ini belum menjadi masalah yang serius (2).

D.

Standar Rumah Sehat

Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah diadakan perbaikan; mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk mencuci, mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan. Pada tahun 1946 di Inggris ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness for Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni, antara lain sebagai berikut (2):

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Dalam segala hal harus kering. Dalam keadaan rumah diperbaiki. Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi. Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah tangga. Mempunyai kamar mandi. Mempunyai tempat/kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang baik. Mempunyai system drainase yang baik. Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di luar). Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan.

10. Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik. 11. Jalan masuk ke rumah yang baik. 12. Mempunyai fasilitas alat pemanas/pendingin di kamar. 13. Setiap kamar mempunyai titik lampu yang cukup.

BAB II KONDISI DAERAH

Luas wilayah Kota Banjarbaru sesuai dengan Perda No.9 Tahun 2000 adalah seluas 371,38 Ha yang terbagi dalam alokasi peruntukan ruang kawasan lindung 20,81% dan luasan kawasan budidaya 79,19%. Dibandingkan dengan wilayah kabupaten atau kota lain di Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru menempati wilayah terkecil kedua setelah Kota Banjarmasin, yakni hanya 0,88 % dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagian besar Wilayah Kota Banjarbaru mempunyai ketinggian di bawah 100 meter dari permukaan laut (dpl) (3).

Kota Banjarbaru beriklim tropis dengan temperatur udara maksimum 34,4 C dan minimun 20,2 C, kelembaban udara rata - rata antara 49,0 99,3 %, rata-rata curah hujan di Kota Banjarbaru

dan sekitarnya tercatat 239,0 mm dengan rata-rata tekanan udara berkisar antara 1.005,30 mb sampai dengan 1.018,80 mb dan rata-rata kecepatan angin sekitar 3,5 knots (3). Posisi geografis Kota Banjarbaru sangat strategis karena memiliki akses jalan simpang tiga liang anggang yang menghubungkan antara kota Banjarmasin dan Kotabaru, Banjarmasin dan Hulu Sungai hingga ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, juga akses pelabuhan laut Trisakti sebagai gerbang jalur transportasi laut melalui jalan lingkar selatan liang anggang dan akses Bandar Udara Syamsuddin Noor sebagai jalur transportasi udara di Kalimantan Selatan (3). Tempat tinggal saya berada di daerah kota Banjarbaru Selatan, tepatnya di jalan Salak No.46, Guntung Paikat. Kondisi di daerah tempat tinggal saya termasuk lingkungan perumahan yang sehat karena lingkungan sekitarnya nyaman, bersih, terdapat banyak pohon yang membuat suasana lingkungan menjadi sejuk sehingga dapat menjamin ketenangan hidup. Tersedianya prasarana dan fasilitas umum seperti tempat ibadah, sekolah, toko-toko dan rumah makan yang juga dapat menunjang kenyamanan. Kost saya juga dekat dengan perkantoran dan kantor polisi. Kost saya mempunyai halaman yang cukup luas dan memiliki dua pohon serta tanaman-tanaman lainnya. Kondisi jalan kost saya termasuk jalan yang sedikit dilalui oleh kendaraan bermotor sehingga potensi udara berdebu sedikit. Saluran air pun mencukupi sehingga terhindar dari banjir. Suasananya pun tenang, hampir jarang terjadi kegaduhan/keributan yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyaman. Selain itu, di sekitar kost terdapat sarana instansi kesehatan dan sarana pendidikan. Jarak pasar Banjarbaru dengan kost saya kurang lebih 100m dan juga dekat dengan puskesmas. Sehingga kondisi tersebut sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan perumahan yang sehat.

BAB III PEMBAHASAN

A.

Lembar Observasi Formulir Penilaian Rumah

Nama : Azahra Aisyadilla A. Alamat yang dinilai : Jl. Salak No.46, Gunung Paikat, Banjarbaru Selatan.Komponen Kriteria Nilai Bobot

Komponen Rumah

35 Langit-langit a. Tidak

b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan

c.

Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 5

Dinding

a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu.ilalang

b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap air

c.

Permanen (tembok/pasangan batu bata/yang tidak diplester), papan kedap air 10 Tanah

Lantai a.

b. Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak.berdebu

c.

Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung Tidak ada

15

Jendela kamar a.

b. Ada Ventilasi

4 a.

19 Tidak ada

b. Ada, tetapi luasnya < 10 % luas lantai c. Ada, luasnya 10 % luas lantai

23

Lubang asap dapur

a.

Tidak ada

b. Ada, luas lubang ventilasi/asap dapur 10% luas lantai dapur

27

c. Ada, luas lubang ventilasi/asap dapur > 10% luas lantai dapur (Asap keluar sempurna atau ada exhaust fan)

Pencahayaan a. Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca

b. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal

30

c. Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal

Komponen yang dinilai Kriteria Nilai Bobot

Sarana Sanitasi

25 Sarana air bersih (PDAM/SGL/SPT) a. Tidak ada

b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

e.

Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan a. Tidak ada

Jamban (sarana pembuangan kotoran)

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup disalurkan ke sungai/kolam

c.

Ada buka leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam

d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank

e.

Ada, leher angsa, septic tank

9 a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) halaman rumah

b. Ada diserapkan, mencemari sumber air (jarak dengan sumber air < 10 m)

c.

Ada, dialirkan ke selokan terbuka

12

d. Ada, diserapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air >10 m)

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut

Sarana pembuangan a.

Tidak ada

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup Sampah (tempat sampah) a.

15

Ada, kedap air dan tidak tertutup

b. Ada, kedap air dan tertutup

19

Komponen yang dinilai Kualitas udara Kriteria Nilai Bobot

10 Suhu udara a. Tidak nyaman

b. Nyaman (18 - 30 C) Kelembaban udara a. Tidak lembab

b. Lembab (berkisar antara 40% - 70%)

Komponen yang dinilai Kriteria Nilai Bobot

Perilaku Penghuni

20 Membuka jendela kamar a. Tidak pernah dibuka

b. Kadang-kadang

c.

Setiap hari dibuka 4

4 Tidak pernah dibersihkan

Membersihkan rumah dan halaman a.

b. Kadang-kadang

c.

Setiap hari dibersihkan

5 a.

9 Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan

Membuang tinja ke jamban

b. Kadang-kadang dibuang ke jamban

c.

Setiap hari ke jamban

14 a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan

Membuang sampah pada tempat sampah

b. Setiap hari ke jamban

c.

Setiap hari ke tempat sampah

19

Keterangan

Skor yaitu dari bobot 5 sampai dengan 2, disesuaikan dengan tingkat resiko terhadap kesehatan. Memodifikasi formulir observasi sarana sanitasi dasar rumah Sumber dari Depkes RI Cara penilaian skor untuk masing-masing sarana sanitasi dasar rumah :

Skor = (Bobot x Skor Yang Diperoleh / Bobot x Skor Maximal) x 100%

Sedangkan untuk penilaian sarana penyediaan air bersih, apabila di dapatkan rumah yang memiliki lebih dari satu sarana, maka untuk penilaiannya dibagi dengan jumlah sarana yang ada. Kriteria penilaian untuk penggolongan keadaan rumah : a. Kriteria Memenuhi Syarat antara 75 % - 100 % dari skor maximal

b. Kriteria Tidak Memenuhi Syarat < 75 % dari skor maximal

B.

Lembar Pertanyaan Kondisi Sarana Sanitasi Dasar Rumah

Data Umum Nama Pendidikan Umur Alamat : Azahra Aisyadilla A. : Mahasiswa. : 19 tahun. : Jl. Salak No.46, Gunung Paikat, Banjarbaru Selatan.

1. Menurut Bapak/Ibu,langit-langit yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) Langit-langit bersih b. Tidak mesti bersih c. Yang penting ada langit-langit 2. Menurut Bapak/Ibu, dinding yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) Permanen (tembok, pasangan batu bata, batu yang diplester), papan yang kedap air. b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan batubata yang tidak diplester/ papan yang tidak kedap air c. Terbuat dari anyaman bambu atau ilalang (bukan tembok) 3. Menurut Bapak/Ibu, lantai yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat ? (a.) Keramik/ubin/diplester/papan/rumah panggung b. Papan/anyaman bambu c. Tanah 4. Menurut Bapak/Ibu, ventilasi yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat ? (a.) Ventilasi yang luasnya 10% dari luas lantai b. Ventilasi yang luasnya <10% dari luas lantai c. Yang penting ada ventilasi

5. Menurut Bapak/Ibu, lubang asap dapur yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) Lubang/ventilasi asap dapur >10% dari luas lantai dapur yang berfungsi untuk mengeluarkan asap dengan sempurna keluar rumah b. Lubang/ventilasi asap dapur <10% dari luas lantai dapur c. Lubang asap dapur yang bisa keluar asap dari rumah 6. Menurut Bapak/Ibu, pencahayaan yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) Terang b. Kurang terang c. Tidak terang 7. Menurut Bapak/Ibu, sarana air bersih yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) PDAM b. Sumur gali lubang (SGL) dan sumur pompa tangan (SPT) c.sungai 8. Menurut Bapak/Ibu, jamban yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat ? (a.) Jamban leher angsa dan mempunyai septic tank b. Jamban bukan leher angsa ada septic tank c. Jamban bukan leher angsa disalurkan ke sungai 9. Menurut Bapak/Ibu, saluran air limbah yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) Diresap dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air 10 meter) b. Dialirkan ke selokan terbuka c. Dibuang ke halaman rumah 10. Menurut Bapak/Ibu, tempat pembuangan sampah yang bagaimana yang terdapat pada rumah sehat? (a.) Tempat sampah yang tertutup dan kedap air b. Tempat sampah yang kedap air tetapi tidak tertutup c. Tempat sampah yang tidak kedap air dan tidak tertutup

C.

Pembahasan

Dari hasil lembar observasi formulir penilaian rumah ditemukan hasil : 1. Komponen Rumah

Langit-langit kamar saya memenuhi kriteria penilaian rumah sehat yaitu 100%, karena bersih, tidak ada sarang laba-laba dan tidak rawan kecelakaaan. Dinding kamar kost saya permanen terbuat dari tembok berlapiskan semen dan batu bata. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan seperti asbes dan juga tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh kembangnya mikroorganisme patogen. Atap terbuat dari genteng dan lantai kamar saya terbuat dari keramik dan memenuhi kriteria penilaian rumah sehat. Di dalam kamar saya terdapat satu buah jendela kamar, tetapi saya tidak memiliki jendela ruang keluarga, karena saya tinggal di kost bukan rumah sendiri. Ventilasi di kamar kost saya luasnya < 10% luas lantai tetapi ditutupi dengan kawat kasa nyamuk sehingga nyamuk tidak bisa masuk dan mengigit. Berdasarkan pengukuran, pencahayaan di dalam kamar saya yaitu 48%. Jadi, cahaya matahari yang masuk ke kamar tidak cukup dan tidak memenuhi kriteria penilaian rumah sehat sehingga pencahayaan di kamar saya kurang terang dan kurang jelas untuk membaca dengan normal.pencahayaan dan memerlukan pencahayaan tambahan. Penilaian skore untuk komponen rumah: (35 x 30 / 35 x 35) x 100% = 85,7 % Hasil menunjukkan bahwa komponen rumah saya memenuhi syarat kesehatan. 2. Sarana Sanitasi

Di dalam kamar terdapat satu ruang kamar mandi, dan mempunyai fasilitas sarana air bersih dari air sumur pompa listrik, tetapi pada saat listrik mati maka akan menggunakan air ledeng. Air sumur tersebut berjarak 10 m2 dari pembuangan tinja atau septic tank. Memiliki satu buah bak penampungan air yang tertutup rapat dan menghasilkan air yang cukup untuk pemakaian 9 buah kamar. Tempat pembuangan limbah rumah tangga dibuang ke selokan yang terbuka, tidak kedap air dan jauh dari sumber air. Tempat pembuangan sampah terbuka dan tidak kedap air. Penilaian skore untuk sarana sanitasi: (25 x 19 / 25 x 25) x 100% = 76 % Hasil menunjukkan bahwa sarana sanitasi yang dimiliki telah memenuhi syarat kesehatan.

3.

Kualitas Udara

Berdasarkan pengukuran, suhu ruangan kamar saya sekitar 28C sehingga masih termasuk dalam syarat kesehatan. Kelembaban udara di ruang kamar saya yaitu 87% sehingga kelembaban udara kamar saya memenuhi kriteria penilaian rumah sehat. Penilaian skore untuk kualitas udara: (10 x 8 / 10 x 10) x 100% = 80 % Hasil menunjukkan bahwa kualitas udara yang ada telah memenuhi syarat kesehatan. 4. Perilaku Penghuni

Setiap hari saya selalu membuka jendela kamar sehingga adanya sirkulasi udara yang cukup. Saya juga selalu membersihkan kamar dan halaman setiap hari serta selalu membuang tinja ke jamban. Sampah juga selalu dibuang ke tempat sampah. Penilaian skore untuk kualitas udara: (20 x 19 / 20 x 20) x 100% = 95 % Hasil menunjukkan bahwa perilaku yang saya lakukan telah memenuhi syarat kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2. Mubarak, Wahid Iqbal., Nurul Chayatin.2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 3. Anonim. Kondisi Geografis Banjarbaru. Pemerintah Kota Banjarbaru 2010; (online), (http://www.banjarbarukota.go.id, diakses 04 April 2012).

SUMBER : (http://youngyongs.blogspot.com/2012/12/sanitasi-perumahan-pemukiman-dantempat_1.html ) RUMAH IDAMAN (HEALTHY HOME) Posted on Desember 10, 2012 by diarymerry PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern (PERKEMBANGAN TEKNOLOGI) ini manusia sudah membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menja penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi

tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

RUMUSAN MASALAH

Dari penjelasan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Jelaskan pengertian rumah ?

2. Sebutkan fungsi rumah?

3. Apa saja yang menjadi persyaratan rumah?

4. Bagaimanakah penilaian rumah sehat?

5. fase perkembangan rumah dari jaman purba hingga modern ?

TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian rumah.

2. Untuk mengetahui fungsi rumah.

3. Untuk mengetahui persyaratan rumah sehat.

4. Untuk mengetahui bagaimana penilaian rumah sehat.

5.Untuk mengetahui fase perkembangan rumah dari jaman purba hingga modern

PEMBAHASAN

PENGERTIAN RUMAH

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.

Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian Rumah Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1991).

FUNGSI RUMAH

Fungsi rumah rumah bagi manusia yang dikutip dari Azwar adalah : Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melasanakan kewajiban sehari-hari. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

PERSYARATAN RUMAH SEHAT

Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

a.

Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istrahat.

b.

Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi.

c.

Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

d.

Bebas dari bahan bangunan berbahaya.

e.

Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa

keruntuhan, dan penyakit menular.

f.

Member rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :

a.

memenuhi kebutuhan physiologis, yang meliputi :

Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C 30C sudah cukup segar. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai. Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di

rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.

b.

memenuhi kebutuhan psychologis, yang meliputi :

Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuannya. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c.

mencegah penularan penyakit, yang meliputi.

Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan Bebas dari kehidupan serangga dan tikus Pembuagan sampah

Pembuangan air limbah. Pembuangan Tinja Bebas pencemaran makanan dan minuman.

d. mencegah terjadinya kecelakaan yaitu rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).

Menurut Soedjajadi (2006), persyaatan rumah sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran. Persyaratan tersebut meliputi:

a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.

b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.

c.

Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas.

d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan mekanis dapat dihindari.

e. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

Prasarana dan sarana lingkungan

Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan; Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;

Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan; Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan; Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan; Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya; Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya; Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

f.

Vektor penyakit

Indeks lalat harus memenuhi syarat. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

g.

Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

a.

Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan; Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

b.

Komponen dan penataan ruangan

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan; Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan; Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir; Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

c.

Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

d.

Kualitas udara

Suhu udara nyaman antara 18 30 o C;

Kelembaban udara 40 70 %; Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni; Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

e.

Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

f.

Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g.

Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari; Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

h.

Pembuangan Limbah

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

i.

Sarana Penyimpanan Makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

j. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

PENILAIAN RUMAH SEHAT

Menurut Munif Arifin (2009), kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap Lingkungan (45%), Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan (5%).

Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentulan sebagai berikut :

1.Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31

2.Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25

3.Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan criteria sebagai berikut :

1.

Memenuhi syarat : 80 -100 % dari total skor.

2.

Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor.

Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :

1.

Langit-langit

2.

Dinding

3.

Lantai

4.

Jendela kamar tidur

5.

Jendela ruang keluarga

6.

Ventilasi

7.

Lubang asap dapur

8.

Pencahayaan

9.

Kandang

10. Pemanfaatan Pekarangan

11. Kepadatan penghuni.

Indikator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator sarana sebagai berikut :

1.

Sarana air bersih

2.

Jamban

3.

Sarana pembuangan air limbah

4.

Sarana pembuangan sampah.

Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi bebrapa parameter sebagai berikut :

1.

kebiasaan mencuci tangan.

2.

keberadaan tikus.

3.

keberadaan jentik.

RUMAH KUMUHkurangnya teknologi sehingga kurang mengemban design terhadap rumah itu sendiri.

berbeda dengan contoh rumah klasik seperti pada gambar yang sudah mengikuti zamannya ,memenuhi semua design dan interior rumah yang begitu elegant ,serta membuat nyaman pada penghuninya ,

inilah termasuk fase rumah perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap tempat tinggal

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani maupun sosial.

2. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beristrahat dan berlindung, tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah harus memenuhi syarat syarat kesehatan.

3. Rumah sehat tidak harus mahal dan mewah. Tetapi, rumah sehat harus memenuhi syarat syarat kesehatan. Oleh karena itu, rumah yang sederhana jika memenuhi syarat syarat kesehatan juga dapat dikatakan rumah sehat.

4. Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

5. Penilaian rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan.

6. perkembangan teknologi dari jaman purba sampai modern akan berpengaruh pada bentuk dan kenyamanna rumah itu sendiri ,serta adanya tambahan peralatan dan perlengkapan isi rumah itu menjadi rumah idaman dan meningkatkan kualitas kesehatan .

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC

Depkes RI Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan Perumahan.

Mahfoedz, Irham.2008, Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit. Jogyakarta.

Munif Arifin, 2009. Rumah Sehat dan Lingkunganya. diakses dari environmentalsanitation.wordpress.com, November November 2011.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhadi, 2007. Penyakit Tuberkolosis Paru. Diakses dari www.clubpenakita.blogspot.com/2009/06/penyakit-tuberkulosis-paru.html, November 2011.

Sanropie, D. 1991. Pengawasan Penyeharan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP.

Soedjajadi Keman, Kesehatan Lingkungan Pemukiman. http://library.unair.ac.id/download/fkm/fkm-soedjajadikeman.ppt. Universitas Air Langga, 2006.

UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman. SUMBER : (http://diarymerry.wordpress.com/2012/12/10/rumah-idaman-healthy-home/ )

SANITASI PERUMAHAN by WR in NURSING Kaitkata:KepeRawatan, MAKALAH & ASKEP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tantangan untuk pembangunan perumahan ke depan sangatlah berat. Dengan jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu, kebutuhan lahan untuk permukiman pun akan meningkat drastis. Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dari 32,8 juta atau 22,3% dari total penduduk nasional (1980), meningkat menjadi 55,4 juta atau 30,9% (1990), 74 juta atau 37% (1998) dan diperkirakan akan mencapai angka 150 juta atau 60% dari total penduduk nasional (2015) dengan laju pertumbuhan penduduk kota rata-rata 4,49% (1990-1995)

Tingginya laju pertumbuhan penduduk ini pada gilirannya menimbulkan kebutuhan akan lahan perumahan yang sangat besar., sementara kemampuan Pemerintah sangat terbatas. Menurut

catatan, hanya 15% kebutuhan perumahan yang mampu disediakan oleh pemerintah, sedangkan sisanya sebesar 85% disediakan langsung oleh masyarakat atau swasta. Apabila pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat atau swasta ini tidak dikendalikan pengembangannya, akan menimbulkan masalah besar yang mengancam kawasan konservasi atau kawasan lindung.

Melihat keterbatasan Pemerintah tersebut, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam mengembangkan bentuk-bentuk alternatif penyediaan lahan perkotaan, seperti telah diatur dalam PP No.80/1999 tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri,. Adapun penetapan lokasi Kasiba dan Lisiba tersebut harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah-nya. Selain itu, penyelenggara Kasiba dan Lisiba wajib menyusun rencana teknik ruang sebagai rincian dari RTRW.

Tantangan terbesar dalam penataan ruang serta pembangunan perumahan adalah bagaimana memberdayakan atau menguatkan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan perumahannya sendiri yang sehat, aman, serasi, dan produktif tanpa merusak lingkungan hidup dan merugikan masyarakat luas. Untuk itu, masyarakat perlu diperkenalkan pengertian tentang penataan ruang, diberikan akses dan stimulan, ditumbuhkan rasa peduli dan rasa tanggungjawab, yang pada akhirnya memunculkan bentuk partisipasi atas kehendak masyarakat sendiri sebagai benteng terakhir pengendali pemanfaatan ruang. B. Rumusan Penulisan

Jelaskan definisi dari Sanitasi Perumahan? Sebutkan dan jelaskan Karakteristik Rumah? Jelaskan Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membangun Suatu Rumah? Bagaimanakan Pengadaan Perumahan? Apa saja yang menjadi Syarat-Syarat Rumah Yang Sehat? Sebutkan Fasilitas-Fasilitas apa saja yang ada di dalam Rumah Sehat? Bagaimanakah Penilaian Rumah Sehat? C. Tujuan

Untuk mengetahui definisi dari Sanitasi Perumahan.

Untuk mengetahui Karakteristik Rumah. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membangun Suatu Rumah. Untuk mengetahui Pengadaan Perumahan. Untuk mengetahui Syarat-Syarat Rumah Yang Sehat. Untuk mengetahui Fasilitas-Fasilitas yang ada di dalam Rumah Sehat. Untuk mengetahui Penilaian Rumah Sehat.

BAB II

PEMBAHASAN A. 1. Definisi Sanitasi Perumahan Sanitasi

Sanitasi adalah menciptakan keadaan lingkungan yang baik atau bersih untuk kasehatan. Atau Sanitasi biasa disebut juga kebersihan lingkungan. 2. Perumahan

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempatuntuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UUD RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagailingkungan tempat tinggal yang dilengkapi denganprasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik,telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitaspenunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangankehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas tamanbermain, olah raga, pendidikan, pertok oan, sarana perhubungan, keamanan,serta fasilitas umum lainnya. Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahansebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatanpenghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis danteknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi,bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kasehatan. B. Karakteristik Rumah

Tinjauan tentang ventilasi

Beberapa alasan rumah dikategorikan memiliki ventilasi buruk adalah karena jumlah ventilasi yang tidak memadai serta bersatunya dapur dengan ruang tidur atau ruang lain tempat aktivitas keluarga. Kondisi rumah seperti ini menyebabkan terhambatnya pertukaran udara dari dalam dan luar rumah dan setidaknya mengakibatkan 3 kemungkinan, yaitu : kekurangan oksigen dalam udara, bertambahnya konsentrasi CO2dan adanya bahan-bahan racun organis yang ikut terhirup.

Udara dalam rumah mengalami kenaikan kelembaban yang bersumber dari penguapan cairan tubuh melalui kulit dan pernapasan. Jika ventilasi ruangan buruk, maka udara lembab tersebut tidak dapat bertukar dengan udara dari luar rumah. Udara basah yang dihirup berlebihan akan menyebabkan gangguan fungsi paru-paru atau pernafasan. Penyakit pneumonia sering ditemukan pada bayi, balita dan ibunya yang tinggal dalam rumah dengan ventilasi buruk. Hal ini disebabkan bayi dan anak balita lebih lama dirumah bersama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. Tinjauan tentang kepada hunian rumah

Rumah kecil, penghuninya yang banyak, kurang ventilasi, kurang pengertian akan perilaku hidup sehatmemudahkan terjadinya penularan pneumonia pada anak balita. Disamping itu keadaan perumahan yang padat itu dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. (bambang. S1993).

Status sosial dalam lingkungan berpengaruh pada pneumoni. Kemudian peneliti lain menemukan bahwa kepadatan hunian yang banyak berperan pada kejadian pneumonia adalah kepadatan kamar tidur (sleeping density).

Dikatakan jika kepadatan hunian dikamar tidur melebihi tiga orang dalam satu kamar, maka besarnya resiko anak terkena pneumonia adalah 1,2 kali dibanding pada keadaan penghuni kamar yang sesuai standar APHA yaitu setiap penghuni pertama mendiami 150 sg. Ft (13 meter 2) diperlukan penambahan luas dan setiap penambahan satu orang penghuni diperlukan penambahan luas lantai 100 sg. Ft (2 meter), sehingga rata-rata jumlah luas lantaiper penghuni adalah 11 meter atau minimal 10 meter.

Dari segi kesehatan, kepadatan hunian sangat bermakna pengaruhnya yang akan memudahkan terjadinya penularan penyakit pneumonia dan penyakit lainnya yang menyebar melalui udara. Disamping itu semakin banyak orang yang menempati suatu rumah akan banyak pula menghasilkan karbon monoksida (CO2), yang kurang bermanfaat bagi kesehatan manusia. C. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membangun Suatu Rumah

Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.

Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimanarumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah dikota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekatgunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya.

Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi socialbudaya pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlainsebagainya.Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yangringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupasehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuanganpenghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokokpembuatan rumah.Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukansekedar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya (Notoadmojo, 2003). D. Pengadaan Perumahan

Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan arus urbanisasidi negara sedang berkembang menyebabkan masalah perumahanmemerlukan pemecahan dan penanganan yang segara. Di Afrika,Amerika Latin dan Asia penduduk kota meningkat dua kali lipat dalam periode 10 tahun terakhir. Urbanisasi yang tidak terkendali inimenimbulkan rangkaian masalah sosial yang sangat kompleks. Lajupertumbuhan penduduk di Indonesia seperti di negara sedang berkembang lainnya juga cukup tinggi, yaitu sekitar 2,3% per tahun,dan bahkan di daerah perkotaan mencapai 5,4% per tahun yang jugaterutama disebabkan karena derasnya arus urbanisasi. Hal inimeyebabkan peningkatan kebutuhan prasarana dan sarana perumahan dan lingkungan pemukiman dan pengadaan perumahanuntuk golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengahkebawah menjadi problem yang semakin sulit. United Nations Conference on Problem of The HumanEnvironment pada tahun 1972 telah menyatakan bahwa lebih dari 1 milyar penduduk dunia hidup dalam kondisi perumahan dibawahstandar dan kemungkinan situasi ini

akan semakin bertambah burukdimasa yang akan datang (WHO SEARO, 1986; Komisi WHOMengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Faktor yangberpengaruh dalam situasi ini adalah tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah, lingkungan fisik, biologi, sosial dan budayasetempat yang belum mendukung; tingkat kemajuan teknologipembangunan perumahan masih terbelakang; serta belum konsistennya kebijaksanaan pemerintah dalam tata guna lahan danprogram pembangunan perumahan untuk rakyat.

Demikian juga kondisi perumahan di daerah pedesaanbanyak dijumpai perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatansehingga perlu ditata kembali dan dipugar dengan melengkapi prasarana dan sarana perumahan yang memadai.Masyarakat kecil berpenghasilan rendah tidak mampumemenuhi persyaratan mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bahkan untuk rumah tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS).Sebaliknya pemerintah dan swasta pengembang perumahan tidakdapat memenuhi kebutuhan perumahan untuk masyarakat.

Hal tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan menumbuhkanlingkungan pemukiman kumuh (slum area) dengan gambaranberhubungan erat dengan kemiskinan, kepadatan penghuninya tinggi,sanitasi dasar perumahan yang rendah sehingga tampak jorok dankotor yaitu tidak ada penyediaan air besih, sampah yang menumpuk,kondisi rumah yang sangat menyedihkan, dan banyaknya vektorpenyakit, terutama lalat, nyamuk dan tikus.Dalam pengadaan perumahan, sangat diperlukan peran sertamasyarakat karena pemerintah dalam hal ini hanya bertindak sebagaifasilitator yang mendorong dan memberi bantuan untuk mencapai tujuan. E. Syarat-Syarat Rumah Yang Sehat

Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai be rikut : Lokasi Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerahkebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan. Kualitas udara

Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut : Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 Gas SO2 maksimum 0,10 ppm Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari. Kebisingan dan getaran Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik . Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg Prasarana dan sarana lingkungan

Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluargadengan konstruksi yang aman dari kecelakaan Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksijalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidakmembahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitasair yang memenuhi persyaratan kesehatan Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tanggaharus memenuhi persyaratan kesehatan Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidakterjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkankeracunan. Vektor penyakit Indeks lalat harus memenuhi syarat Indeks jentik nyamuk dibawah 5%. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukimanmerupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan,keindahan dan kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagaiberikut : Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yangdapat membahayakan kesehatan, an tos kurang dari 0,5 serat/m 3 per24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh danberkembangnya mikroorganisme patogen. Komponen dan penataan ruangan Lantai kedap air dan mudah dibersihkan. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamarcuci kedap air dan mudah dibersihkan. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 dan tidak menyilaukan mata. Kualitas udara Suhu udara nyaman antara 18 30 oC; Kelembaban udara 40 70 %; Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni; Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luaslantai.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteribakteri, terutama bakteri patogen, karena disituselalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuktersebut.

b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesinpenghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnyaudara. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. Penyediaan air Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasita minimal 60 liter/ orang/hari; Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 danKepmenkes 907 tahun 2002. Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman . Pembuangan Limbah

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemarisumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan airtanah. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenaipersyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

Penyelenggaran pembangunan perumahan (pengembang)yang tidak memenuhi ketentuan tentang persyaratan kesehatanperumahan dan lingkungan pemukiman dapat dikenai sanksi pidanadan sanksi administrasi sesuai dengan UU No. 4 /1992 tentangPerumahan dan Pemukiman, dan UU No. 23 /1992 tentangKesehatan, serta peraturan pelaksanaannya. Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebutdiatas tidak dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapatmemenuhi persyaratan kesehatan rumah. F. Fasilitas-Fasilitas Didalam Rumah Sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut: Penyediaan air bersih yang cukup Pembuangan Tinja Pembuangan air limbah (air bekas) Pembuangan sampah Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

G.

Penilaian Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusiadisamping sandang dan papan, sehingga rumah harus sehat agarpenghuninya dapat bekerja secara produktif. Konstruksi rumah danlingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakanfaktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnyapenyakit yang berbasis lingkungan. Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yangdilaksanakan tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit InfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyebab kematianterbanyak kedua dan tuberkulosis yang merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan kondisi sanitasiperumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan dan sanitasilingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadappenyakit diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disampingpenyakit kecacingan yang menyebabkan produktivitas kerja menurun.

Disamping itu, angka kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektorpenular penyakit demam berdarah, malaria, pes dan filariasis yangmasih tinggi. Upaya pengendalian faktor ris iko yang mempengaruhitimbulnya ancaman kesehatan telah diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebutdiatas, parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu :

1) kelompok komponen rumah,meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendelakamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asapdapur, pencahayaan;

2) kelompok sarana sanitasi, meliputi saranaair bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan airlimbah, dan sarana pembuangan sampah; dan

3) kelompok perilakupenghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur, membukaJendela ruang keluarga dan tamu, membersi hkan halaman rumah,membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah padatempatnya. Formulir penilaian rumah sehat terdiri komponen yangdinilai, kriteria penilaian, nilai dan bobot serta hasil penilaian secaraterinci dapat dilihat pada lampiran dari Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah: Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kasehatan. Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut: Penyediaan air bersih yang cukup Pembuangan Tinja Pembuangan air limbah (air bekas) Pembuangan sampah Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga 6. Saran

Dengan melalui makalah ini kami selaku penyusun mengharapkan khususnya semua mahasiswa keperawatan STIKES MW dapat mengetahui serta memahami tentang Konsep Pengorganisasian masyarakat dalam keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/03/07/ faktor yang diperhatikan pada perumahan http://id.wikipedia.org/wiki/sanitasi_perumahan SUMBER : (http://dhanwaode.wordpress.com/2011/01/26/sanitasi-perumahan/ )

Anda mungkin juga menyukai