Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS RUMAH SEHAT DENGAN MENINJAU KONDISI EKSISTING PADA GANG

APEL DESA GAS ALAM BADAK 1 KECAMATAN MUARA BADAK

MUHAMMAD ALDY SHAHAB

1709025967

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip bangunan sehat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai


rancangan dan konstruksi bangunan yang dapat membuat pengguna bangunan
menjadi lebih sehat dan sejahtera. Pengertian dari bangunan sehat atau healthy
buildings, diperkenalkan oleh Levin pada tahun 1995, tentang pengaruh bangunan
pada pengguna dan lingkungannya. “A healthy building is one adversely affects
neither the health of its occupants nor the larger environment.” (Levin, H, 1995).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yan
g digunakan sebagaitempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4
Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk te
mpat berlindung,dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu.

(Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Menurut Hardjoso Pr (1994) menjelaskan masalah perumahan adalah masalah


yang mempunyai pengaruh luas dalam kehidupan sehari-hari, terutamamasalah
kesehatan pada rumah dan lingkungannya. Pengertian Rumah sehat disini adalah
rumah yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani manusia secara layak
sebagai tempat tinggal atau perlindungan terhadap pengaruh dari luar. Sebuah
rumah, bentuk dan fasilitas akan mencerminkan suatu kompromi antara berbagai
unsur atau faktor, misalnya jika di daerah tropis unsur penerangan sering
berlebihan, rasa kenyamanan dengan sejauh mungkin menghindarkan panas
masuk ke dalam rumah, syarat-syarat bangunan kesehatan lingkungan dan lain
sebagainya.
Untuk memenuhi syarat rumah sehat, perlu diperhatikan:
1. Lingkungan rumah
2. Kontruksi rumah
3. Kebutuhan hawa di dalam rumah
4. Kebutuhan cahaya.
Kesehatan fisik rumah erat pula hubungannya dengan 1) ketersediaan air
bersih/air minum yang memenuhi syarat kebutuhan dan kualitas air bersih/minum;
2) ketersediaan sistim pengolahan air limbah yang tidak mencemari sumber air
bersih; 3) ketersediaan sistim pembuangan sampah (mulai dari pewadahan &
pemilahan, pembuangan dan pengomposan); 4) ketersediaan sistim pengaliran air
hujan sehingga tidak menggenangi lingkungan rumah.
Kesehatan rohani dari sebuah hunian lebih sulit diukur dibandingkan dengan sisi
kesehatan fisiknya, karena ukurannya adalah rasa atau yang dapat dirasakan oleh
penghuninya, seperti rasa nyaman, aman, dan bahagia, saat menjalankan dinamika
kehidupannya. Jadi Aspek kesehatan rohani dari sebuah hunian lebih merupakan
dampak dari kondisi fisik rumah yang sehat.

1.2 Tujuan Permasalahan


Karena kesehatan rumah merupakan faktor kenyamanan dan kesehatan bagi
kesehatan rohani dan jasmani maka tugas ini ditujukan untuk menambah
pengetahuan ilmu teknik sipil dalam perancangan tata ruang rumah sehat.
BAB II
RUMAH SEHAT

2.1 Definisi
Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan primer akan papan, yaitu
kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Menurut UU No. 20 Tahun
2001 tentang Perumahan dan Kawasan, rumah adalah bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,
cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.
Sementara itu, WHO mendefinisikan rumah sebagai struktur fisik atau bangunan
sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu.
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan huanian rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah (Depkes RI, 2003)

2.2 Syarat-syarat dan Kriteria


Menurut Depkes RI (2007), prinsip standar rumah sehat adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan,
ruang gerak yang cukup dan terhindar dari gangguan kebisingan.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dalam rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit, antara lain
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, antara lain
persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang kuat, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung menimbulkan kecelakaan bagi penghuninya.
Kriteria rumah sehat didasarkan pada Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat Direktorat Jenderal Pendengalian Penyakit dan Penyehatan Lngkungan
Depkes RI Tahun 2007. Komponen-komponen yang dijadikan indicator terdiri dari
tiga bagian antara lain, indicator komponen rumah, indicator sarana sanitasi, dan
indicator penilaian perilaku penghuni.

Indikator komponen yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat antara lain:
1. Langit-langit
Langit-langit berfungsi untuk utup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda
agar terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta menahan tetesan air
hujan yang menembus celah-celah atap dan untuk menahan panas agar
tidak mudah masuk ke ruangan yang dibawahnya. Langit-langit yang
memenuhi persyaratan adalah langit-langit yang dapat menahan debu dan
kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta
mudah dibersihkan. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari permukaan
lantai
2. Atap
Konstruksi atap harus didasrkan kepada perhitungan yang teliti sehingga
dapat menahan semua beban yang ada seperti beban hujan dan beban
angina. Fungsi dari atap adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam
rumah dan semua penghuni dari panas dan hujan. Syarat atap yang baik
antara lain:
a. Rapat air,padat dan tidak dapat bergeser
b. Tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama
3. Dinding
Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban dinding
sendiri. Selain itu, dinding juga harus menahan beban angina serta beban
diatasnya seperti atap. Dinding juga harus terpisah dari pondasi oleh
lapisan kedap air agar air tanah tidak dapat meresap. Dinding tidak boleh
basah, lembab dan harus bebas dari lumut.
4. Lantai
Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim hujan dapat
menjadi lembab dan menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Oleh
karena itu, lantai sebaiknya dibuat oleh bahan yang kedap air seperti
disemen dan kemudian dilapisi oleh keramik.
5. Jendela
Luas jendela yang baik paling sdikit mempunyai luas 10-20% dari luas
lantai. Jika luas jendela melebihi 20% dari luas lantai, dapat menimbulkan
kesilauan dan panas, sedangkan jika kurang dari 10% dapat menimbulkan
suasana pengap dan gelap.
6. Ventilasi
Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar kepada
setiap ruang di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara kotor ke luar.
Ventilasi yang baik memiliki syarat-syarat antara lain:
a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan
b. Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap
kendaraan, pabrik, sampah maupun asap lainnya.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara
lebih lancar.
7. Pencahayaan
Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar terhindar
dari penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua jenis
pencahayaan:
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh melalui sinar matahari yang masuk
melalui lubang jendela, celah, maupun bagian lain dari rumah yang
terbuka. Fungsi dari sinar matahari adalah untuk penerangan dan untuk
mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk dan serangga
lainnya serta membunuh kuman-kuman (Azwar, 1996).
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan penerangan dengan menggunakan
sumber cahaya buatan seperti lampu.
8. Pembagian Ruangan/Tata Ruang
Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan memiliki
tata ruang yang baik agar memudahkan komunikasi antara ruangan di
dalam rumah dengan menjamin kerahasiaan pribadi masing-masing
penghuni.
• Untuk ruang tidur, harus ada pemisah antara ruang kamar tidur
orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian, luas ruangan minimal
8m2 dengan kapasitas orang maksimal 2 orang.
• Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar
asap hasil kegiatan masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur
minimal 3m2. Selain itu, di dapur harus tersedia alat-alat
pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat cuci peralatan dan air
bersih dan tempat penyimpanan bahan makanan.
• Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1 lubang ventilasi
yang berhubungan dengan udara luar.
9. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya tidak
terjadi kepadatan penghuni. Ika suatu rumah terlalu padat, maka akan
menyebabkan kurangnya oksigen dan mudahnya penyebaran penyakit.
Permenkes mensyaratkan rumah sehat memenuhi syarat luas lebih dari 8m2
untuk tiap orang.

Sementara itu, indicator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah
sehat adalah:
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-
hari dan jika dimasak dapat diminum. Sementara itu, air minum adalah air
yang syaratnya memenuhirat kesehatan dan dapat langsung diminum
(Depkes RI, 2002).
Air dikatakan bersih jika memenuji 3 syarat yaitu:
a. Syarat Fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dan memiliki suhu di bawah
suhu udara sehingga nyaman untuk digunakan
b. Syarat Kimia
Air tersebut tidak tercemar oleh zat kimia yang berbahaya untuk
kesehatan
c. Syarat Bakterial
Air tidak boleh mengandung mikrooganisme, sebagai contoh adanya
bakteri E.Coli.
Dalam penyediaan air bersih, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain:
a. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber air kotor (septik tank
dan resapan) minimal 10 meter
b. Sumur gali minimal 3 meter dari permukaan tanah dan dilengkapi
dengan cincin dan bibir sumur
c. Penampungan air dan sumur gali dijaga kebersihannya dan dipelihara
secara rutin
2. Jamban (Sarana pembuangan Kotoran)
Pembuangan kotoran adalah system pembuangan yang digunakan
oleh rumah untuk kotoran buang air besar. Tujuan dilakukannya
pembuangan tinja secara aniter adalah untuk menampung dan mengisolir
tinja sehingga hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dan
manjsuia dapat dihindarkan.
Syarat sarana pembuangan tinja yang baik adalah:
a. Tidak terjadi kontaminasi tanah permukaan
b. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke
sumur
c. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan
d. Tidak terjangkau oleh lalat dan kuman
e. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap
Menurut Azwar (1996), terdapat 4 cara pembuangan tinja, dimana yang
paling dianjurkan adalah dengan menggunakan septic tank. Septic tank
terdiri dari tank sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk
dan mengalami proses dekomposisi.
3. Sarana pembuangan air limbah
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industry dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau
zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan (Chandra, 2007). Air limbah dari rumah tangga adalah air
yang berasal dari kamar mandi dan dapur.
4. Sarana pembuangan sampah
Sampah merupakan semua produk sisa dalam bentuk padat akibat
aktifitas manusia dan sudah dianggap tidak bermangaat. Agar sampah
tidak membahayakan kesehatan manusia, diperlukan pengaturan
pembuangannya. Syarat tempat sampah yang baik adalah:
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah
bocor
b. Harus dituutp rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-
binatang lainnya serperti tikus, kucing dan sebagainya.
Penilaian perilaku penghuni rumah meliputi komponen sebagai berikut:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usaha seseorang untuk
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk sembuh jika sakit.
Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu:
a. Perilaku pencegahan penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan
c. Perilaku gizi
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau
perilaku pencarian pengobatan
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan merupukan respon seseorang terhadap
lingkungannya sehinggan lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Perilaku ini mencakup perilaku sehubungan dengan air
bersih, pembuangan air kotor, limbah, rumah yang sehat, serta
pembersihan sarang-sarang nyamuk
2.3 Standar dan Peraturan
2.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan
(KLB)
Penetapan besarnya kepadatan dan ketinggian bangunan ditetapkan dengan
mempertimbangkan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas
pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dan
keserasian lingkungan.
Apabila KDB dan KLB belum ditetapkan dalam rencana tata ruang,
rencana tata bangunan dan lingkungan, peraturan bangunan setempat, maka
Kepala Daerah dapat menetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan dan
setelah mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.
Ketentuan besarnya KDB dan KLB dapat diperbarui
Sejalan dengan pertimbangan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas
pembangunan, daya dukung lahan/lingkungan, dan setelah mendengarkan
pendapat teknis para ahli terkait.
Dengan pertimbangan kepentingan umum dan ketertiban pembangunan,
Kepala Daerah dapat menetapkan rencana perpetakan dalam suatu
kawasan/lingkungan dengan persyaratan:
(1) Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana perpetakan
yang telah diatur di dalam rencana tata ruang;
(2) Apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB diperhitungkan
berdasarkan luas tanah di belakang garis sempadan jalan (GSJ) yang
dimiliki;
(3) Untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut dilengkungkan
atau disikukan, untuk memudahkan lalu lintas, maka lebar dan panjang
persil tersebut diukur dari titik pertemuan garis perpanjangan pada sudut
tersebut dan luas persil diperhitungkan berdasarkan lebar dan panjangnya;
(4) Penggabungan atau pemecahan perpetakan dimungkinkan dengan
ketentuan KDB dan KLB tidak dilampaui, dan dengan memperhitungkan
keadaan lapangan, keserasian dan keamanan lingkungan serta memenuhi
persyaratan teknis yang telah ditetapkan;
(5) Dimungkinkan adanya pemberian dan penerimaan besaran KDB/KLB
diantara perpetakan yang berdekatan, dengan tetap menjaga keseimbangan
daya dukung lahan dan keserasian lingkungan.
(6) Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB.
KLB bagi perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas tanahnya
untuk kepentingan umum.
(7) Penetapan besarnya KDB, KLB untuk pembangunan bangunan gedung di
atas fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan keserasian,
keseimbangan dan persyaratan teknis serta mendengarkan pendapat teknis
para ahli terkait.
Perhitungan KDB dan KLB
Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar;
b. Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang
tingginya lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh
100 %;
c. Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya
dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung
50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan
sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
d. Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar
kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
e. Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m
di atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
f. Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak
diperhitungkan dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari
KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
g. Ram dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari
luas lantai dasar yang diperkenankan;
h. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah
yang dibelakang GSJ;
i. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) ditetapkan oleh
Kepala Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan,
dan pendapat teknis para ahli terkait;
j. Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan
KDB dan KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar
bangunan, dan total keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan
tersebut terhadap total keseluruhan luas kawasan;
k. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai
penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian
bangunan tersebut dianggap sebagai dua lantai;
l. Mezanin yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap
sebagai lantai penuh.

2.3.2 Garis Sempadan Bangunan Gedung (GSB)


Garis Sempadan Bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana
tata bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan setempat. Penetapan
Garis Sempadan Bangunan didasarkan pada pertimbangan keamanan,
kesehatan, kenyamanan, dan keserasian dengan lingkungan serta ketinggian
bangunan. Daerah menentukan garis-garis sempadan pagar, garis sempadan
muka bangunan, garis sempadan loteng, garis sempadan podium, garis
sempadan menara, begitu pula garis-garis sempadan untuk pantai, sungai,
danau, jaringan umum dan lapangan umum.
Pada suatu kawasan/lingkungan yang diperkenankan adanya beberapa klas
bangunan dan di dalam kawasan peruntukan campuran, untuk tiap-tiap klas
bangunan dapat ditetapkan garis-garis sempadannya masing-masing.
Dalam hal garis sempadan pagar dan garis sempadan muka bangunan
berimpit (GSB sama dengan nol), maka bagian muka bangunan harus
ditempatkan pada garis tersebut.
Ketentuan besarnya GSB dapat diperbarui dengan pertimbangan
perkembangan kota, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan,
maupun pertimbangan lain dengan mendengarkan pendapat teknis para ahli
terkait.
Kepala Daerah dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan, dan
kenyamanan, juga menetapkan garis sempadan samping kiri dan kanan, serta
belakang bangunan terhadap batas persil, yang diatur di dalam rencana tata
ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, dan peraturan bangunan
setempat.
Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan
yang ditetapkan, maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis sempadan
tersebut dengan setelah mempertimbangkan keamanan, kesehatan dan
kenyamanan, yang ditetapkan pada setiap permohonan perizinan mendirikan
bangunan.
Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-
bahan/benda-benda yang mudah terbakar dan/atau bahan berbahaya, maka
Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat lebih lanjut mengenai jarak-
jarak yang harus dipatuhi.
Pada daerah intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan
samping dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
(1) bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;
(2) struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya
10 cm kearah dalam dari batas pekarangan, kecuali untuk bangunan
rumah tinggal;
(3) untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula menggunakan
bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya,
disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri disamping dinding
batas terdahulu;
(4) pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping,
sedangkan jarak bebas belakang ditentukan minimal setengah dari
besarnya garis sempadan muka bangunan.

2.3.3 Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia
di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan,
kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari
hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan
ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2,80 m. Rumah sederhana sehat
memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kegiatan
hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah
sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

(1) kebutuhan luas per jiwa


(2) kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
(3) kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
(4) kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Table 1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan


untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)
Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2
• Gambar GSB, GSJ, GJBS, GJBB

Figure 1 Garis-Garis Bangunan


BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Kondisi Rumah Tidak Sehat


• Lokasi Rumah Survei (Alamat) : Jl. Rahmat RT.09 Gang Apel desa Gas
Alam Badak 1 Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai kartanegara
Kalimantan Timur
• Luas Tanah : 5 m x 16 m = 80 m2
• Luas Bangunan : 54 m2
• Tipe Rumah : 54
• Jumlah Ruangan:
Rumah ini terdiri dari 5 (lima) ruangan yang terdiri dari
a. 2 (dua) kamar tidur
b. 1 (satu) ruang tamu
c. 1 (satu) dapur
d. 1 (satu) kamar mandi
e. 1 (satu) ruang keluarga
• Jumlah Penghuni: 4 orang
• Luas ruangan
a. 1 kamar induk = 2 x 2,5 m
b. 1 kamar anak = 2 x 2,5 m
c. 1 ruang tamu = 2 x 4 m
d. 1 ruang keluarga = 2 x 5 m
e. 1 dapur = 2,25 x 1,5 m
f. 1 kamar mandi = 2,25 x 1,5 m
• Denah Rumah Eksisting

• Tampak Depan dan Tampak Samping Rumah Eksisting


• Denah potongan aa dan bb
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Luas ruangan hasil survey

no ruangan Luas Tinggi Luas jendela Luas


ruangan ventilasi
1 Ruang tamu 2x4m 2,5 m 3 m2 -
2 Ruang keluarga 2x5m 2,5 m 0,875 m2 0,375 m2
3 Ruang kamar 2 x 2,5 m 2,5 m 0,875 m2 0,49 m2
Induk dan
kamar anak
4 dapur 1,5 x 2,25 1,75 m - -

m
5 Kamar mandi 1,5 x 2,25 2,5 m - 0,49 m2
m

4.2 Perbandingan dengan Rumah Sehat

Faktor
No. Rumah Hasil Survei Rumah Sehat
Pembanding

- Kamar anak tidak ada


- Luas lubang ventilasi
jendela lubang
tetap minimal 5% dari
ventilasi cenderung
luas lantai ruangan
kurang memadai
- Udara yang masuk
karena terhimpit
harus udara bersih
dengan rumah
Penghawaan yang tidak dicemari
1. tetangga yang hanya
(sirkulasi udara) oleh asap kendaraan,
terpisah sekitar 50 cm.
pabrik, sampah
- Jendela depan ruang
maupun asap lainnya.
tamu tidak memadai
- Menfungsikan jendela
karna jaraknya jauh
sebangai tempat
dari jendela
pertukaran sirkulasi
- Ruang keluaga
udara sebenarnya
memiliki 2 jendela
- Jendela dapur tidak
-
ada
- Kamar mandi tidak
memiliki ventilasi

- Pencahayaan dapur - Pencahayaan yang


cenderung minim baik berasal dari sinar
karena tidak ada matahari langsung
jendela sama sekali ketika siang hari,
- Pencahayaan kamar (penghematan energy)
2. Pencahayaan anak pada siang hari
- Luas jendela yang baik
juga cenderung paling sedikit
kurang karena terlalu mempunyai luas 10-
dekat dengan rumah 20% dari luas lantai
tetangga yang
berjarak 50 cm.
- Air tidak berwarna,
tidak berbau, jernih
dan memiliki suhu di
bawah suhu udara
sehingga nyaman
Sumber air bersih untuk digunakan
3. Sumur air bersih
(sumur) berada di depan - Jarak antara sumber
rumah sebelah kanan air bersih dengan
sumber air kotor
(septik tank dan
resapan) minimal 10
meter
- Jarak septic tank
- Pembuangan limbah
dengan sumur harus
cair langsung dibuang
diletakkan jauh kurang
ke bawah rumah
lebih 10 m.
karena rumah berdiri
- Septic tank harus
di atas rawa
memiliki lubang hawa
Pengolahan - Tidak ada tempat
dan lubang pipa untuk
4. limbah cair dan sampah yang
keperluan kebersihan.
padat membedakan jenisnya
- Memberikan tempat
- Septic tank berada
pembuangan sampah
150 cm dari kamar
- Tidak terjadi
mandi dan masih
kontaminasi tanah
berada di lingkup
permukaan
rumah
- Tidak terjadi
kontaminasi pada air
tanah yang mungkin
masuk ke sumur
- Tidak terjadi
kontaminasi pada air
permukaan
- Tidak terjangkau oleh
lalat dan kuman
- Harus bebas dari bau
serta kondisi yang
tidak sedap
- Ruang tamu yang
terlalu banyak sofa
sehingga ruang tamu
terlihat sempit dengan
luas 8 m2 dengan
tinggi ruangan 2,5 m
- Ruang keluarga tang - harus ada pemisah
memiliki ukuran 2 x 5 antara ruang kamar
membuat ruangan tidur orang tua dan
terlihat memanjang kamar tidur anak.
dan sering dijadikan Kemudian, luas
ruang tamu ketika ruangan minimal 8m2
dengan kapasitas
tamu lebih daei 10
orang maksimal 2
orang
orang.
- Dapur yang langsung - Untuk dapur, ruang
berhadapan dengan dapur harus memiliki
5 Tata Ruang pintu kamar mandi ventilasi yang baik
dan terlalu kecil dan agar asap hasil
luas ruangan 3 m2 kegiatan masak dapat
memiliki tinggi dialirkan keluar. Luas
ruangan 1,75 m. dapur minimal 3m2.
- Kamar mandi yang - Untuk kamar mandi
tidak memiliki harus memiliki
ventilasi udara minimal 1 lubang
dengan luas ruangan ventilasi yang
4,05 m2 dengan tinggi berhubungan dengan
ruangan 1,75 m udara luar.
- Kamar tidur yang
memiliki ukuran 2 x
2,5 m dan ditempati
oleh 2 jiwa membuat
kamar terlihat sempit
- Ruang hijau (taman)
dapat memberikan
penghawaan yang
- Taman berada di sejuk
samping septic tank - Memberikan tanaman
6 Ruang hijau atau menempel pada gantung atau tanaman
septic tank dalam pot dibagian
teras rumah agar
sirkulasi udara lebih
baik

- Menggunakan atap
genteng karena dengan
lahan yang kecil
Konstruksi - Atap yang digunakan penggunaan asbes
7 adalah seng
rumah menambah
penghawaan rumah
semakin panas, maka
digunakan genteng

Table 2 Perbandingan Rumah Hasil Survei dengan Rumah Sehat


4.3 Analisa dan Usulan Perbaikan

4.3.1 Analisa Rumah

4.3.1.1 Aspek Eksternal


a. Lingkungan
Rumah yang saya survei berada di sebuah gang dimana lingkungan
tersebut padat oleh rumah warga sehingga tidak terdapat ruang terbuka
hijau. Terdapat rumah warga lain tepat di sebelah kiri rumah yang saya
survei dengan jarak 50 cm, sedangkan di sebelah kanan terdapat rumah
dengan jarak 1 m. Di belakang rumah terdapat sebuah rawa rawa dan
lahan kosong yang sangat luas. Jalan di depan rumah terbuat dari kayu
dan selebar 1 m sehingga hanya motor dan orang yang dapat
melewatinya. Secara keseluruhan, lingkungan dimana rumah saya
berada cukup bersih.
b. Infrastruktur
Rumah yang saya survei berada di dalam gang kecil namun tidak
berjarak terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke fasilitas lain
seperti transportasi umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari
rumah ke jalan raya hanya sekitar 30 m sehingga jarak dapat ditempuh
dengan jalan kaki.

4.3.1.2 Aspek Internal dan Fisik


a. Organisasi Ruangan
Rumah yang saya survei hanya terdiri dari 5 ruangan terpisah yang
terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 Dapur , dan 1 Ruang
keluarga dan Ruang tamu. Ruang tamu di dekat pintu masuk. Rumah
saya terkesan sempit karena rumah saya memiliki banyak barang yang
tidak diatur dengan rapih. Sebagai contoh, terdapat sebuah sofa persis
di depan pintu masuk sehingga menyulitkan tamu untuk masuk ke
dalam rumah. Selain itu. Memiliki luas 2 x 4 m dengan tinggi langit
langit 2,5 m. Ruang keluarga terletak di depan kamar induk dan kamar
anak dengan luas 2 x 5 m sehingga terlihat memanjang dan memiliki 2
jendela. Dapur memiliki ukuran 1,5 x 2 m dengan ketinggian langit
langit 1,75 m sehinnga dapur memiliki ukuran sempit,tidak memiliki
ventilasi udara sehingga hawa ruangan menjadi panas saat memasak
dan di tambah dengan prabotan yang menjadikan ruangan menjadi
semakin sempit. Kamar tidur depan berfungsi sebagai kamar tidur
induk untuk kedua orang tua. Ukuran kamar tidur tersebut adalah 5 m2
sehingga tidak sesuai dengan standar rumah sehat.Kamar tidur tersebut
terlihat sangat sempit dikarenakan banyaknya barang yang ada di
ruang tersebut. Terdapat dua lemari besar yang menutupi satu sisi
dinding, sedangkan barang-barang lainnya terdapat di lantai sekitar
lemari tersebut.
Kamar tidur untuk kedua anak terpisah dari kamar tidur orang tua
dan berada di sebelah kamar tidur induk berukuran 5 m2. Ukuran ini
masih terlalu sempit untuk ditempatkan 2 orang sesuai dengan
persyaratan rumah sehat. kamar tidur untuk anak terkesan sempit.
Dalam hal ini, ruang tidur anak terkesan sempit karena kasur besar
yang ada di ruangan tersebut. Selain itu juga terdapat meja belajar dan
lemari.

b. Kualitas dan Utilitas Bangunan


Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang
digunakan juga dalam proses pembangunannya. Digunakan atap
dengan bahan seng yang cukup baik. Utilitas bangunan meliputi
instalasi listrik dan instalasi air bersih.
4.3.1.3 Aspek Teknik
a. Material
Rumah yang kami survei memiliki atap yang terbuat dari seng dan
ketinggian rumah 2.5 m. Langit-langit rumah terbuat dari triplek.
Lantai rumah adalah kayu yang dilapisi karpet plastik sedangkan
dinding rumah adalah triplek. Pintu dan kusen jendela terbuat dari
kayu, sedangkan pintu kamar mandi terbuat dari kayu.
b. Tampak Bangunan
Pada bagian depan rumah terdapat 2 jendela kaca, 1 pintu utama ,
serta atap menghadap ke depan yang terbuat dari seng. Tampak kanan
rumah hanya berupa kayudengan 2 jendela dan lapisan tambahan cet.
Sebelah kiri rumah tidak dapat terlihat karena bersebelahan dengan
rumah tetangga. Pada bagian belakang rumah terdapat 1 pintu belakang
serta atap yang menghadap ke depan dan terbuat dari seng.
c. KDB : 90 %
d. KLB : 3,6
e. GSB : 50 cm
f. GSJ :-
g. GJBS :-
h. GJBB : 1,5 m
i. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 10,825

4.3.1.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan


a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)
Ventilasi yang terdapat di rumah tersebut berupa ventilasi alami
dan ventilasi buatan. Ventilasi alami yang dimaksud berupa celah-
celah di atas pintu dan jendela, sementara ventilasi buatan adalah kipas
angin. Kedua ventilasi tersebut berfungsi untuk mensirkulasikan udara
agar udara di rumah di kotor dan pengap. Di ruang keluarga, ventilasi
alami berada di atas pintu dan jendela berupa celah-celah persegi
panjang. Luas ventilasi pada ruang tersebut adalah 0,225 m atau 4,05 %.
Hal ini menunjukan bahwa ventilasi yang ada pada ruang tersebut
masih dibawah persyaratan minimal 5%. Selain itu, terdapat dua kipas
angin di langit-langityang berfungsi untuk menjaga suhu ruang
tersebut agar tidak terlalu panas. Di ruang tamu tidak memiliki
ventilasi sehingga udara masuk melewati pintu depan ketika terbuka
sehinggan di buat ventilasi seluas 0,375 m sehingga memenuhi syarat
rumah sehat.Sama halnya dengan ruang keluarga, pada kamar tidur
digunakan ventilasi berupa celah persegi panjang diatas pintu dan
jendela. Ventilasi yang berada pada jendela menyalurkan udara segar
dari luar sedangkan ventilasi yang berada pada pintu menyalurkan
udara dari ruang keluarga. Luas ventilasi pada kamar tersebut adalah
0,49m2 atau 5.4% dari luas lantai sehingga sudah sesuai dengan
persyaratan rumah sehat. Pada kamar tidur anak hanya terdapat
ventilasi di atas pintu. Namun, luas tersebut adalah 0,49 m2 dan sudah
sesuai dengan persyaratan rumah sehat. Ventilasi pada dapur tidak ada
atau 0% dari luas lantai ruangan. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi
pada dapur masih dibawah persyaratan rumah sehat. Sementara itu,
pada kamar mandi hanya terdapat ventilasi pada bagian atas pintu
sebesar 0.49m2. Luas tersebut sudah sesuai dengan persyaratan rumah
sehat, namun ventilasi tersebut hanya mengalirkan udara ke dapur dan
bukan udara segar dari luar.
b. Pencahayaan
Terdapat dua jenis pencahayaan dalam rumah yang kami survei,
pencahayaan alami yang berasal dari jendela, serta pencahayaan buatan
yang berasal dari lampu pijar.
Di ruang tamu memiliki jendela kaca dengan luas jendela tersebut 3
m2 sehingga cahaya diruangan tersebut mencapai 24%.ukuran tersebut
memenuhi syarat rumah sehat yaitu sebesar 10% dari luas lantai ruang
tamu. Di ruang keluarga terdapat dua jendela yang menghadap ke
samping kanan rumah. Luas jendela tersebut adalah 0,375 m2 sehingga
hanya mencakup 8,7% dari luas lantai ruangan. Ukuran tersebut masih
dibawah persyaratan rumah sehat yang mensyaratkan ukuran jendela
minimal 10% dari luas lantai. Untuk pencahayaan buatan, terdapat dua
lampu di langit-langit yang berfungsi untuk memberikan penerangan
saat malam hari. Pada kamar tidur induk juga terdapat 1 buah jendela
yang menghadap ke samping kiri rumah. Luas jendela tersebut adalah
1.04m2, yaitu 11.5% dari luas lantai ruangan sehingga sudah memenuhi
persyaratan rumah sehat akan tetapi jarak rumah tetangga yang dekat
membuat cahaya tidak masuk ke dalam ruangan. Selain itu, juga
terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
Berbeda dengan kamar tidur induk, kamar tidur anak tidak memiliki
pencahayaan alami dikarenakan dinding yang menghadap ke luar
rumah bersebelahan dengan dinding rumah tetangga. Oleh karena itu,
pencahayaan di kamar ini hanya mengandalkan pencahayaan buatan
dengan menggunakan lampu. Pada baguan dapur tidak memiliki
jendela sehingga cahaya yang masuk 0% dari luas lantai dapur
tersebut hanya memiliki pencahayaan buatan yaitu lampu
Kamar mandi pada rumah yang kami survei tidak memiliki jendela.
Oleh karena itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan
pencahayaan buatan.
c. Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih pada rumah yang kami survei disalurkan ke 1 kran yaitu
di bak penampungan air kamar mandi. Air yang terdapat dalam rumah
tersebut sudah cukup bersih. Airnya jernih, tidak keruh serta tidak
berbau sehingga dapat dikatakan air bersih. Sementara itu, septik tank
rumah tersebut berada di belakang kamar mandi.Di rumah tersebut
hanya terdapat satu keranjang sampah, yaitu di dapur.

4.3.2 Usulan Perbaikan Rumah


4.3.2.1 Aspek Eksternal
a. Lingkungan
Rumah yang kami survei berada di sebuah gang dimana lingkungan
tersebut padat oleh rumah warga sehingga tidak terdapat ruang terbuka
hijau. Usulan kami ditambahkan tanaman-tanaman hias untuk
penghijauan dan juga untuk keindahan lingkungan.
b. Infrastruktur
Rumah yang kami survei berada di dalam gang kecil namun tidak
berjarak terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke fasilitas lain
seperti transportasi umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari
rumah ke jalan raya hanya sekitar 30 m sehingga jarak dapat ditempuh
dengan jalan kaki.

4.3.2.2 Aspek Internal dan Fisik


a. Organisasi Ruangan
Berdasarkan denah usulan, kami tidak menambah maupun
mengurangi jumlah ruangan yang telah ada namun mengubah letak
ruangan yang ada untuk mengefektifkan luas bangunan yang cukup
sempit. Ruang tamu sudah cukup luas tapi saya mengganti prabotan
agar memperluas ruang tamu. Kamar tidur anak diperluas dengan
menggusur ruang keluarga sebesar 50 cm ke arah depan dan ke arah
samping Kamar mandi mengubah tata letak pintu agar tidak
berhadapan dengan dapurRuang keluarga sudah cukup luas sehingga
tidak perlu ada perbaikan Dapur diperluas dengan mengambil ruangan
makan agar terlihat cukup luas dan meninggi kan langit langit menjadi
2,5 m.
b. Kualitas dan Utilitas Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang
digunakan juga dalam proses pembangunannya. Untuk rumah usulan
kami memperhatikan bahan dan material yang digunakan aman dan
tidak berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Utilitas
bangunan yang meliputi instalasi listrik dan instalasi air bersih. Untuk
instalasi air kami memisahkan antara perpipaan untuk air kotor dan air
bersih. Sumur sebagai sumber air bersih diletakkan di teras depan
rumah sehingga tidak tercemar dengan tempat pembuangan air kotor
dan septic tank yang berada di teras belakang rumah. Untuk
pemasangan kabel listrik kami bekerja sama dengan pihak PLN dan
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan PLN demi keselamatan dan
kenyamanan penghuni rumah.
4.3.2.3 Aspek Teknik
a. Material
Material atap saya terbuat dari seng tapi harus diganti ketika sudah
memerah dan bolong. Langit-langit rumah terbuat dari triplek. Lantai
rumah terbuat dari kayu dan dilapisi karpet sedangkan dinding rumah
adalah kayu yang dilapisi teiplek. Pintu dan kusen jendela terbuat dari
kayu. Tembok rumah saya sudah tinggi 2,5 msehingga memenuhi
syarat rumah sehat
b. Tampak Bangunan
Pada bagian depan rumah terdapat 1 jendela, 1 pintu utama serta
atap menghadap ke depan yang terbuat dari seng.
c. KDB : 90%
d. KLB : 3,6
e. GSB : 50 cm
f. GSJ :-
g. GJBS :-
h. GJBB : 1,5 m
i. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 10,825
Karena luas lahan yang tidak dapat diperbesar, tidak terdapat
perubahan terhadap KDB, KLB, GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio
luas bangunan dengan penghuni.
4.3.2.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan
a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)
Penambahan ventilasi alami pada dinding rumah tersebut. Ventilasi
tersebut berfungsi untuk mensirkulasikan udara agar udara di rumah
tidak kotor dan pengap. Semua ventilasi dibuat berdasarkan standar
yaitu minimal 5% dari luas lantai. Pada ruang keluarga, ventilasi alami
terdapat 1 . Standar luas ventilasi pada ruang tamu adalah 0.225 m2,
kami membuat luas ventilasi pada ruang tersebut menjadi 0.55 m2
sehingga sudah memenuhi standar ventilasi yaitu 5% dari luas lantai.
Kipas angin yang terdapat pada ruang tamu tidak kami pindahkan
karena sudah sesuai dengan fungsinya.Ruang keluarga ventilasi
terdapat di atas 2 jendela dengan luas 0,875 m sehingga mendapat 8,7%
sehingga memenuhi aspek standar rumah sehat yaitu 5% dan di tambah
kipas angin untuk menjada suhu ruangan.Pada kamar tidur sedah
memenuhi syarat rumah sehat sehingga tidak diperlukan
perbaikanPada ruang keluarga, sirkuasi udara didapatkan dari ventilasi
yang berada di atas jendela dan juga kipas angin berdiri.Pada dapur
menambahkan ventilasi udara sebesar 0,5 sehingga sirkulasi udara
lancar
Pada kamar mandi terdapat ventilasi pada bagian atas pintu dan
juga pada dinding kamar mandi yang terlihat pada tampak kanan
rumah. Standar luas ventilasi pada kamar mandi adalah 0.124 m2,
kami membuat luas ventilasi pada kamar mandi menjadi 0.875 m2
sehingga sudah memenuhi standar.
b. Pencahayaan
Pencahayaan dalam rumah berasal dari jendela dan juga lampu
pijar. Pada ruang tamu terdapat dua jendela yang menghadap ke depan
rumah. Standar luas jendela pada ruang tamu adalah 3 m2, sehingga
sudah memenuhi standar luas jendela 10%-20% dari luas ruangan.
Untuk pencahayaan buatan pada ruang tamu adalah lampu hias
gantung yang tidak terlalu besar dan cukup untuk penerangan di
malam hari.Pencahayaan untuk ruang keluarga berasal dari jendela dan
lampu.pada ruang keluarga terdapat 2 jendela yang menghadap ke
samping kanan dengan ukuran 0,875 sehingga kami memperluas
menjadi 1 m2 sehingga memenuhi standar 10%-20%. Pada kamar tidur
induk juga terdapat 1 buah jendela yang menghadap ke samping kiri
rumah. Standar luas jendela pada kamar tidur induk adalah 0.375 m2,
kami membuat luas jendela pada kamar tidur induk berada di langit
langit rumah menggunakan seng transparan dan langit langit kaca
sebesar 1 m sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Selain itu,
juga terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari. Pada
kamar tidur anak terdapat 1 jendela yang terlihat pada tampak kiri
rumah yang akan menjadi pencahayaan alami. Standar luas jendela
pada kamar tidur induk adalah 0.375 m2, kami membuat luas jendela
pada kamar tidur induk berada di langit langit rumah menggunakan
seng transparan dan langit langit kaca sebesar 1 m sehingga sudah
memenuhi standar luas jendela. Selain itu, juga terdapat satu lampu
untuk penerangan pada malam hari. Pada bagian dapur, tidah terdapat
jendela rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Standar luas
jendela pada dapur adalah 0,dan membuat jendela kami membuat luas
jendela pada dapur menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi
standar luas jendela. Selain pencahayaan alami, dapur tersebut juga
memiliki pencahayaan buatan berupa satu lampu. Pada Kamar mandi
yang tidak terdapat ventilasi dan kami membuat ventilasi seluas 0.0462
m2 dan ventilasi yang terlihat pada tampak kanan rumah juga
penerangan buatan dari lampu pijar.
c. Air Bersih dan Sanitasi
Sumur yang berfungsi sebagai sumber air bersih berada didepan
sebelah kanan rumah dan dialirkan melalui pipa menuju 1 keran yang
berada di kamar mandi. Letak septiktank kami tempatkan di taman
belakang karena lebih mudah saat penyedotan WC dan dapat
diletakkan lubang penghawaan.dan besar daya tamoung sudah
memenuhi standar sebesar 1,5 x 1 m dan tinggi 1 m.

4.3 Luas ruangan setelah perbaikan

no ruangan Luas Tinggi Luas Luas ventilasi


ruangan jendela
1 Ruang tamu 2x4m 2,5 m 3 m2 0,375 m2
2 Ruang keluarga 2 x 5 m 2,5 m 0,875 m2 0,375 m2
3 Ruang kamar 3 x 2,5 m 2,5 m 1 m2 0,49 m2
Induk dan
kamar anak
4 dapur 3 x 2,25 2,5 m 0,814 m2 0,5 m2
m
5 Kamar mandi 1,5 x 2,25 2,5 m - 0,49 m2
m
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Aspek-aspek yang ditijau dari rumah sehat antara lain pencahayaan,
penghawaan, tata ruang, material bangunan, sanitasi, luas bangunan, serta
aspek ekonomi
b. Rumah yang berada pada Jalan Rahmat Rt.09 desa gas alam badak 1
kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan
Timur tidak memenuhi kriteria-kriteria untuk dikategorikan sebagai
rumah sehat karena beberapa hal yaitu, pencahayaan yang kurang,
penghawaan yang kurang baik, tata ruang yang tidak efektif, serta
material bangunan yang kurang baik.
c. Untuk memenuhi persyaratan rumah sehat, rumah yang berada pada Jalan
Rahmat Rt.09 desa gas alam badak 1 kecamatan Muara Badak Kabupaten
Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dapat direnovasi. Renovasi yang
dilakukan adalah:
1. Menambahkan jendela dan ventilasi
2. Mengubah tata ruang
3. Meninggikan langit-langit untuk penghawaan
d.Ada beberapa aspek dari rumah sehat yang tidak dapat diubah karena
kondisinya yang tidak memungkinkan yaitu luas bangunan, KDB, KLB,
GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan dengan penghuni
5.2 Saran
Selain aspek dan standar-standar yang berlaku untuk rumah sehat, segi
estetika dan kenyamanan dapat diperhatikan. Pemilik rumah dapat menambahkan
tanaman-tanaman di teras maupun di belakang rumah untuk meningkatkan
keindahan rumah. Selain itu, pemilik juga dapat merapihkan barang-barang agar
tidak berantakan di dalam rumah. Selain lebih enak untuk dipandang, hal ini juga
akan membuat penghuni merasa lebih nyaman serta kebersihan lebih mudah untuk
dijaga. Kebersihan pangkal kesehatan adalah pepatah yang benar adanya.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Chandra. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta: EGC

Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Febri, Suryo. (2004). Akses pada 29 Oktober 2014 dari


http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/20/jhptump-ump-gdl-suryofebri-969-2-
babii.pdf

Harjoso Pr, 1994, ”(APETIK) RumahSehat”, Lab. Ex P4S. FT UGM,Jogjakarta.

Kepmenkes RI No.403/KPTS/M/2002 ttg Pedoman Teknis Pembangunan Rumah


Sederhana Sehat (Rs Sehat)

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan


Perumahan.

Kusuma, Astuti. (2010). Akses pada 1 November 2014 dari


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdf

Permen PU. (2007). Akses pada 5 November 2014 dari


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/01%20perencanaan%20bangunan%
20dan%20lingkungan.pdf.

Puspantoro, Benny. (1996). Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat.


Yogyakarta: Penerbitan Universitas Mahasiswa Atma Jaya.

UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman.

Anda mungkin juga menyukai