1709025967
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yan
g digunakan sebagaitempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4
Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk te
mpat berlindung,dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu.
2.1 Definisi
Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan primer akan papan, yaitu
kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Menurut UU No. 20 Tahun
2001 tentang Perumahan dan Kawasan, rumah adalah bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,
cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.
Sementara itu, WHO mendefinisikan rumah sebagai struktur fisik atau bangunan
sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu.
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan huanian rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah (Depkes RI, 2003)
Indikator komponen yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat antara lain:
1. Langit-langit
Langit-langit berfungsi untuk utup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda
agar terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta menahan tetesan air
hujan yang menembus celah-celah atap dan untuk menahan panas agar
tidak mudah masuk ke ruangan yang dibawahnya. Langit-langit yang
memenuhi persyaratan adalah langit-langit yang dapat menahan debu dan
kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta
mudah dibersihkan. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari permukaan
lantai
2. Atap
Konstruksi atap harus didasrkan kepada perhitungan yang teliti sehingga
dapat menahan semua beban yang ada seperti beban hujan dan beban
angina. Fungsi dari atap adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam
rumah dan semua penghuni dari panas dan hujan. Syarat atap yang baik
antara lain:
a. Rapat air,padat dan tidak dapat bergeser
b. Tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama
3. Dinding
Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban dinding
sendiri. Selain itu, dinding juga harus menahan beban angina serta beban
diatasnya seperti atap. Dinding juga harus terpisah dari pondasi oleh
lapisan kedap air agar air tanah tidak dapat meresap. Dinding tidak boleh
basah, lembab dan harus bebas dari lumut.
4. Lantai
Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim hujan dapat
menjadi lembab dan menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Oleh
karena itu, lantai sebaiknya dibuat oleh bahan yang kedap air seperti
disemen dan kemudian dilapisi oleh keramik.
5. Jendela
Luas jendela yang baik paling sdikit mempunyai luas 10-20% dari luas
lantai. Jika luas jendela melebihi 20% dari luas lantai, dapat menimbulkan
kesilauan dan panas, sedangkan jika kurang dari 10% dapat menimbulkan
suasana pengap dan gelap.
6. Ventilasi
Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar kepada
setiap ruang di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara kotor ke luar.
Ventilasi yang baik memiliki syarat-syarat antara lain:
a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan
b. Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap
kendaraan, pabrik, sampah maupun asap lainnya.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara
lebih lancar.
7. Pencahayaan
Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar terhindar
dari penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua jenis
pencahayaan:
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh melalui sinar matahari yang masuk
melalui lubang jendela, celah, maupun bagian lain dari rumah yang
terbuka. Fungsi dari sinar matahari adalah untuk penerangan dan untuk
mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk dan serangga
lainnya serta membunuh kuman-kuman (Azwar, 1996).
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan penerangan dengan menggunakan
sumber cahaya buatan seperti lampu.
8. Pembagian Ruangan/Tata Ruang
Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan memiliki
tata ruang yang baik agar memudahkan komunikasi antara ruangan di
dalam rumah dengan menjamin kerahasiaan pribadi masing-masing
penghuni.
• Untuk ruang tidur, harus ada pemisah antara ruang kamar tidur
orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian, luas ruangan minimal
8m2 dengan kapasitas orang maksimal 2 orang.
• Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar
asap hasil kegiatan masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur
minimal 3m2. Selain itu, di dapur harus tersedia alat-alat
pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat cuci peralatan dan air
bersih dan tempat penyimpanan bahan makanan.
• Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1 lubang ventilasi
yang berhubungan dengan udara luar.
9. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya tidak
terjadi kepadatan penghuni. Ika suatu rumah terlalu padat, maka akan
menyebabkan kurangnya oksigen dan mudahnya penyebaran penyakit.
Permenkes mensyaratkan rumah sehat memenuhi syarat luas lebih dari 8m2
untuk tiap orang.
Sementara itu, indicator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah
sehat adalah:
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-
hari dan jika dimasak dapat diminum. Sementara itu, air minum adalah air
yang syaratnya memenuhirat kesehatan dan dapat langsung diminum
(Depkes RI, 2002).
Air dikatakan bersih jika memenuji 3 syarat yaitu:
a. Syarat Fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dan memiliki suhu di bawah
suhu udara sehingga nyaman untuk digunakan
b. Syarat Kimia
Air tersebut tidak tercemar oleh zat kimia yang berbahaya untuk
kesehatan
c. Syarat Bakterial
Air tidak boleh mengandung mikrooganisme, sebagai contoh adanya
bakteri E.Coli.
Dalam penyediaan air bersih, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain:
a. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber air kotor (septik tank
dan resapan) minimal 10 meter
b. Sumur gali minimal 3 meter dari permukaan tanah dan dilengkapi
dengan cincin dan bibir sumur
c. Penampungan air dan sumur gali dijaga kebersihannya dan dipelihara
secara rutin
2. Jamban (Sarana pembuangan Kotoran)
Pembuangan kotoran adalah system pembuangan yang digunakan
oleh rumah untuk kotoran buang air besar. Tujuan dilakukannya
pembuangan tinja secara aniter adalah untuk menampung dan mengisolir
tinja sehingga hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dan
manjsuia dapat dihindarkan.
Syarat sarana pembuangan tinja yang baik adalah:
a. Tidak terjadi kontaminasi tanah permukaan
b. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke
sumur
c. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan
d. Tidak terjangkau oleh lalat dan kuman
e. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap
Menurut Azwar (1996), terdapat 4 cara pembuangan tinja, dimana yang
paling dianjurkan adalah dengan menggunakan septic tank. Septic tank
terdiri dari tank sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk
dan mengalami proses dekomposisi.
3. Sarana pembuangan air limbah
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industry dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau
zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan (Chandra, 2007). Air limbah dari rumah tangga adalah air
yang berasal dari kamar mandi dan dapur.
4. Sarana pembuangan sampah
Sampah merupakan semua produk sisa dalam bentuk padat akibat
aktifitas manusia dan sudah dianggap tidak bermangaat. Agar sampah
tidak membahayakan kesehatan manusia, diperlukan pengaturan
pembuangannya. Syarat tempat sampah yang baik adalah:
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah
bocor
b. Harus dituutp rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-
binatang lainnya serperti tikus, kucing dan sebagainya.
Penilaian perilaku penghuni rumah meliputi komponen sebagai berikut:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usaha seseorang untuk
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk sembuh jika sakit.
Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu:
a. Perilaku pencegahan penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan
c. Perilaku gizi
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau
perilaku pencarian pengobatan
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan merupukan respon seseorang terhadap
lingkungannya sehinggan lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Perilaku ini mencakup perilaku sehubungan dengan air
bersih, pembuangan air kotor, limbah, rumah yang sehat, serta
pembersihan sarang-sarang nyamuk
2.3 Standar dan Peraturan
2.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan
(KLB)
Penetapan besarnya kepadatan dan ketinggian bangunan ditetapkan dengan
mempertimbangkan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas
pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dan
keserasian lingkungan.
Apabila KDB dan KLB belum ditetapkan dalam rencana tata ruang,
rencana tata bangunan dan lingkungan, peraturan bangunan setempat, maka
Kepala Daerah dapat menetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan dan
setelah mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.
Ketentuan besarnya KDB dan KLB dapat diperbarui
Sejalan dengan pertimbangan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas
pembangunan, daya dukung lahan/lingkungan, dan setelah mendengarkan
pendapat teknis para ahli terkait.
Dengan pertimbangan kepentingan umum dan ketertiban pembangunan,
Kepala Daerah dapat menetapkan rencana perpetakan dalam suatu
kawasan/lingkungan dengan persyaratan:
(1) Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana perpetakan
yang telah diatur di dalam rencana tata ruang;
(2) Apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB diperhitungkan
berdasarkan luas tanah di belakang garis sempadan jalan (GSJ) yang
dimiliki;
(3) Untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut dilengkungkan
atau disikukan, untuk memudahkan lalu lintas, maka lebar dan panjang
persil tersebut diukur dari titik pertemuan garis perpanjangan pada sudut
tersebut dan luas persil diperhitungkan berdasarkan lebar dan panjangnya;
(4) Penggabungan atau pemecahan perpetakan dimungkinkan dengan
ketentuan KDB dan KLB tidak dilampaui, dan dengan memperhitungkan
keadaan lapangan, keserasian dan keamanan lingkungan serta memenuhi
persyaratan teknis yang telah ditetapkan;
(5) Dimungkinkan adanya pemberian dan penerimaan besaran KDB/KLB
diantara perpetakan yang berdekatan, dengan tetap menjaga keseimbangan
daya dukung lahan dan keserasian lingkungan.
(6) Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB.
KLB bagi perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas tanahnya
untuk kepentingan umum.
(7) Penetapan besarnya KDB, KLB untuk pembangunan bangunan gedung di
atas fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan keserasian,
keseimbangan dan persyaratan teknis serta mendengarkan pendapat teknis
para ahli terkait.
Perhitungan KDB dan KLB
Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar;
b. Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang
tingginya lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh
100 %;
c. Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya
dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung
50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan
sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
d. Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar
kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
e. Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m
di atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
f. Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak
diperhitungkan dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari
KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
g. Ram dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari
luas lantai dasar yang diperkenankan;
h. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah
yang dibelakang GSJ;
i. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) ditetapkan oleh
Kepala Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan,
dan pendapat teknis para ahli terkait;
j. Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan
KDB dan KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar
bangunan, dan total keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan
tersebut terhadap total keseluruhan luas kawasan;
k. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai
penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian
bangunan tersebut dianggap sebagai dua lantai;
l. Mezanin yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap
sebagai lantai penuh.
PEMBAHASAN
m
5 Kamar mandi 1,5 x 2,25 2,5 m - 0,49 m2
m
Faktor
No. Rumah Hasil Survei Rumah Sehat
Pembanding
- Menggunakan atap
genteng karena dengan
lahan yang kecil
Konstruksi - Atap yang digunakan penggunaan asbes
7 adalah seng
rumah menambah
penghawaan rumah
semakin panas, maka
digunakan genteng
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Aspek-aspek yang ditijau dari rumah sehat antara lain pencahayaan,
penghawaan, tata ruang, material bangunan, sanitasi, luas bangunan, serta
aspek ekonomi
b. Rumah yang berada pada Jalan Rahmat Rt.09 desa gas alam badak 1
kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan
Timur tidak memenuhi kriteria-kriteria untuk dikategorikan sebagai
rumah sehat karena beberapa hal yaitu, pencahayaan yang kurang,
penghawaan yang kurang baik, tata ruang yang tidak efektif, serta
material bangunan yang kurang baik.
c. Untuk memenuhi persyaratan rumah sehat, rumah yang berada pada Jalan
Rahmat Rt.09 desa gas alam badak 1 kecamatan Muara Badak Kabupaten
Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dapat direnovasi. Renovasi yang
dilakukan adalah:
1. Menambahkan jendela dan ventilasi
2. Mengubah tata ruang
3. Meninggikan langit-langit untuk penghawaan
d.Ada beberapa aspek dari rumah sehat yang tidak dapat diubah karena
kondisinya yang tidak memungkinkan yaitu luas bangunan, KDB, KLB,
GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan dengan penghuni
5.2 Saran
Selain aspek dan standar-standar yang berlaku untuk rumah sehat, segi
estetika dan kenyamanan dapat diperhatikan. Pemilik rumah dapat menambahkan
tanaman-tanaman di teras maupun di belakang rumah untuk meningkatkan
keindahan rumah. Selain itu, pemilik juga dapat merapihkan barang-barang agar
tidak berantakan di dalam rumah. Selain lebih enak untuk dipandang, hal ini juga
akan membuat penghuni merasa lebih nyaman serta kebersihan lebih mudah untuk
dijaga. Kebersihan pangkal kesehatan adalah pepatah yang benar adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.